statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

dokumen-dokumen yang mirip
5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN PADA PAKAN ALAMI TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD GURAMI (Osphronemus gouramy)

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

3. METODE PENELITIAN

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

3.KUALITAS TELUR IKAN

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

I. PENDAHULUAN. berupa potensi hayati maupun non hayati. Sumberdaya kelautan tersebut dapat

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

BAB III BAHAN DAN METODE

GONAD MATURATION OF SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS. By Rio Noverzon 1), Sukendi 2), Nuraini 2) Abstract

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian. Myrtaceae. Myrtaceae. Pohon sagu, kerikil 30%, tumbuhan rawa. batu besar 40%. Nephentes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BIOLOGI REPRODUKSI lkan. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, M.S. Dr. Ir. Ridwan Affandi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan baung diklasifikasikan masuk ke dalam Filum : Cordata, Kelas : Pisces,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Gonad Ikan

HASIL. Parameter Utama

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Desember (Amornsakun dan Hassan, 1997; Yusuf, 2005). Areal pemijahan

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

POTENSI REPRODUKSI IKAN LALAWAK (Barbodes sp) PENDAHULUAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

Transkripsi:

Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi taurin, keduanya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Dengan demikian perkembangan dan kematangan gonad tidak dipengaruhi oleh asupan senyawa organik taurin. Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks gonadosomatik selama 90 hari pengamatan menunjukkan adanya peningkatan dengan persamaan y = 0,05x + 0,15 (Gambar 9). Sedangkan kematangan gonad pada cobia jantan perlakuan taurin selama 60 hari pengamatan menunjukkan persamaan y = 0,4x 0,14 (Gambar 10). 0,35 0,3 0,25 y = 0,05x + 0,15 0,3 0,2 0,2 0,15 0,1 0,05 0 30 90 Hari Ke- Gambar 9. Indeks kematangan gonad (IKG) jantan kontrol selama 90 hari perlakuan.

Persentase rasio berat gonad perberat tubuh cobia Persentase Rasio Gonad Perberat Tubuh Cobia 33 0,7 0,6 0,5 0,4 y = 0,4x - 0,14 0,66 0,3 0,2 0,26 0,1 0 30 60 Umur Hari Ke- Gambar 10. Indeks kematangan gonad (IKG) jantan perlakuan taurin selama 60 hari. Khusus pada cobia betina, penambahan indeks gonadosomatik terjadi baik pada perlakuan yang diberi taurin ataupun tidak diberi taurin (Gambar 11). Masingmasing peningkatan sesuai dengan lamanya waktu pengamatan hingga 90 hari adalah sekitar 1,20% hingga 0,23%. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 4,06 6,01 y = 1,19x + 3,63 y = 0,23x + 3,83 D0 D30 D90 hari ke- 7,2 4,52 Gambar 11. Indeks Kematangan Gonad (IKG) betina selama 90 hari. Keterangan : = taurin = kontrol

34 Perbandingan gonad jantan maupun betina tidak dapat disajikan sepenuhnya dari D0 D90. Hal ini disebabkan pada saat setiap kali cobia yang akan dibedah belum diketahui teknik untuk menentukan jenis kelamin cobia secara akurat. Jenis kelamin baru dapat dipastikan pada saat ikan dibedah dengan melihat gonad cobia secara langsung. Walaupun dari kedua kelompok cobia berdasarkan kelamin berbeda tidak dapat dianalisis statistik namun pada cobia betina memiliki kecenderungan indeks gonadosomatik lebih tinggi dibandingkan dengan cobia jantan. Sesuai dengan pustaka yang ada, bahwa ikan betina memiliki IKG yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Favian, 2009). Seperti yang dikatakan pula oleh La Ode Uma (2009) bahwa umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina lebih besar, yaitu dapat mencapai 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10%. Selanjutnya untuk penelitian yang berkaitan dengan kematangan gonad secara dini diperlukan penentuan jenis kelamin cobia jantan dan betina dengan cara membedakan ciri morfologi cobia. Ciri cobia jantan memiliki ekor berbentuk bulan sabit lancip (meruncing), cobia betina memiliki ekor berbentuk bulan sabit tidak meruncing (Gambar 12).

35 Gambar 12. Indentifikasi ekor jantan dan ekor betina Ket : A = Ekor betina B = Ekor jantan Berat kering yang diperoleh secara keseluruhan selama 90 hari pada gonad cobia jantan memiliki kadar air 80% dari rata-rata 19.89 g sampel dan gonad betina memiliki kadar air 50,90% dari rata-rata 293,19 g sampel. Kandungan senyawa organik tertinggi dimiliki oleh gonad betina. Hal ini disebabkan karena gonad betina memiliki lebih banyak kandungan lemak, protein dan kadar abu daripada gonad jantan. Perbedaan kandungan bahan organik tersebut berfungsi untuk perkembangan telur dan sebagai cadangan makanan sampai larva menetas. Pada penelitian ini, perkembangan dan TKG yang diuji statistik t-test (α=5%) dengan perlakuan taurin dan tanpa taurin tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan. Pradina (1996) mengatakan bahwa ada kemungkinan selama masa pertumbuhan suatu hewan, ukuran gonad tidak selalu proporsional (tidak lagi sebanding) terhadap ukuran tubuhnya. Faktor lain seperti pemberian dosis senyawa osmolit taurin yang mungkin belum mencukupi untuk mestimulasi hormon reproduksi dan kurangnya pemberian nutrisi pakan untuk proses perkembangan serta pematangan gonad cobia.

36 Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 8, hasil pengukuran sel telur dari preparat histologi menunjukkan bahwa cobia betina pada fase perlakuan D0 dan D30, memiliki ovari yang telah memasuki perkembangan TKG III, pada fase ini oosit dalam kondisi stadia III (ootid) bergranula dimulai dari daerah inti kemudian menyebar ketengah dan terdesak ketepi. Sitoplasma didominasi globula lipoprotein. Secara morfologi pada tahap ini ovari berwarna kuning muda, telur sudah terlihat butirnya dengan mata serta diameter rata-rata adalah D0 = 0,22 mm dan D30 = 0,61 mm. Pada D90 memasuki TKG IV, oosit telah memasuki stadia IV. Pada fase ini oosit telah memiliki dengan sitoplasma yang berisi vakuolavakuola lipoprotein berukuran besar. Secara morfologi ovari bertambah besar dan pejal berwarna kuning, butir telur semakin besar dengan diameter rata-rata telur adalah 0,68 mm. Perkembangan testis jantan pada D30 memasuki TKG II telah berwarna putih susu bentuk lebih jelas dari TKG I. Pada fase ini sel-sel gonad memiliki diameter rata-rata 0,14 mm. Pada D60 testis jantan memasuki TKG IV sel-sel gonad berwarna putih susu dan semakin pejal dan ukurannya semakin besar, memiliki diameter rata-rata 0,20. TKG D90 memasuki TKG V, testis bagian belakang kempis pada bagian dekat pelepasan masih terisi sel-sel gonad dengan diameter rata-rata 0,22 mm. Seperti yang dikemukakan La Ode Uma (2009) bahwa semakin meningkat tingkat kematangan gonad, garis tengah gonad semakin besar pula.

37 Gambar 13. Perkembangan gonad dalam rongga perut cobia betina Keterangan : A = TKG III B = TKG IV Pada Gambar 13, terlihat perbedaan ovari antara TKG III dan TKG IV, seperti yang diklasifikasikan menurut Cassie (2009). Pada TKG III ovari berwarna kuning, butir telur sudah terlihat dan mengisi seperempat rongga perut. Pada TKG IV terlihat warna kuning ovari makin besar berganti warna kemerahan. Butir telur terlihat semakin besar mudah dipisahkan, dan memenuhi setengah hingga dua pertiga rongga tubuh. Pada fase ini biasanya usus terdesak oleh ovari. Perkembangan ovari betina yang telah mencapai TKG IV telah memasuki tahap pematangan dan sel-sel telur yang dilepaskan siap dibuahi. Walau senyawa organik taurin dapat berfungsi sebagai neurotransmiter, dan diduga taurin ini juga mempengaruhi hipotalamus perkembangan untuk gonad baik pada jantan ataupun betina. Namun penelitian ini taurin belum mampu berperan dalam perkembangan gonadtersebut. Akan tetapi jika dilihat dari pertambahhan berat badan, taurin mampu mempengaruhi berat badan cobia baik di jantan ataupun betina (Nugraha, 2010). Sedangkan secara teoritis cobia betina

38 jika sudah mencapai berat lebih dari 10 kg dengan umur di atas 12 bulan telah mampu untuk bereproduksi. Untuk itu diperlukan kajian secara khusus peran taurin terhadap ikan cobia beina, khususnya dilihat dari penambahan berat badan dan kematangan gonad.