Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi taurin, keduanya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Dengan demikian perkembangan dan kematangan gonad tidak dipengaruhi oleh asupan senyawa organik taurin. Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks gonadosomatik selama 90 hari pengamatan menunjukkan adanya peningkatan dengan persamaan y = 0,05x + 0,15 (Gambar 9). Sedangkan kematangan gonad pada cobia jantan perlakuan taurin selama 60 hari pengamatan menunjukkan persamaan y = 0,4x 0,14 (Gambar 10). 0,35 0,3 0,25 y = 0,05x + 0,15 0,3 0,2 0,2 0,15 0,1 0,05 0 30 90 Hari Ke- Gambar 9. Indeks kematangan gonad (IKG) jantan kontrol selama 90 hari perlakuan.
Persentase rasio berat gonad perberat tubuh cobia Persentase Rasio Gonad Perberat Tubuh Cobia 33 0,7 0,6 0,5 0,4 y = 0,4x - 0,14 0,66 0,3 0,2 0,26 0,1 0 30 60 Umur Hari Ke- Gambar 10. Indeks kematangan gonad (IKG) jantan perlakuan taurin selama 60 hari. Khusus pada cobia betina, penambahan indeks gonadosomatik terjadi baik pada perlakuan yang diberi taurin ataupun tidak diberi taurin (Gambar 11). Masingmasing peningkatan sesuai dengan lamanya waktu pengamatan hingga 90 hari adalah sekitar 1,20% hingga 0,23%. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 4,06 6,01 y = 1,19x + 3,63 y = 0,23x + 3,83 D0 D30 D90 hari ke- 7,2 4,52 Gambar 11. Indeks Kematangan Gonad (IKG) betina selama 90 hari. Keterangan : = taurin = kontrol
34 Perbandingan gonad jantan maupun betina tidak dapat disajikan sepenuhnya dari D0 D90. Hal ini disebabkan pada saat setiap kali cobia yang akan dibedah belum diketahui teknik untuk menentukan jenis kelamin cobia secara akurat. Jenis kelamin baru dapat dipastikan pada saat ikan dibedah dengan melihat gonad cobia secara langsung. Walaupun dari kedua kelompok cobia berdasarkan kelamin berbeda tidak dapat dianalisis statistik namun pada cobia betina memiliki kecenderungan indeks gonadosomatik lebih tinggi dibandingkan dengan cobia jantan. Sesuai dengan pustaka yang ada, bahwa ikan betina memiliki IKG yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Favian, 2009). Seperti yang dikatakan pula oleh La Ode Uma (2009) bahwa umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina lebih besar, yaitu dapat mencapai 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10%. Selanjutnya untuk penelitian yang berkaitan dengan kematangan gonad secara dini diperlukan penentuan jenis kelamin cobia jantan dan betina dengan cara membedakan ciri morfologi cobia. Ciri cobia jantan memiliki ekor berbentuk bulan sabit lancip (meruncing), cobia betina memiliki ekor berbentuk bulan sabit tidak meruncing (Gambar 12).
35 Gambar 12. Indentifikasi ekor jantan dan ekor betina Ket : A = Ekor betina B = Ekor jantan Berat kering yang diperoleh secara keseluruhan selama 90 hari pada gonad cobia jantan memiliki kadar air 80% dari rata-rata 19.89 g sampel dan gonad betina memiliki kadar air 50,90% dari rata-rata 293,19 g sampel. Kandungan senyawa organik tertinggi dimiliki oleh gonad betina. Hal ini disebabkan karena gonad betina memiliki lebih banyak kandungan lemak, protein dan kadar abu daripada gonad jantan. Perbedaan kandungan bahan organik tersebut berfungsi untuk perkembangan telur dan sebagai cadangan makanan sampai larva menetas. Pada penelitian ini, perkembangan dan TKG yang diuji statistik t-test (α=5%) dengan perlakuan taurin dan tanpa taurin tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan. Pradina (1996) mengatakan bahwa ada kemungkinan selama masa pertumbuhan suatu hewan, ukuran gonad tidak selalu proporsional (tidak lagi sebanding) terhadap ukuran tubuhnya. Faktor lain seperti pemberian dosis senyawa osmolit taurin yang mungkin belum mencukupi untuk mestimulasi hormon reproduksi dan kurangnya pemberian nutrisi pakan untuk proses perkembangan serta pematangan gonad cobia.
36 Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 8, hasil pengukuran sel telur dari preparat histologi menunjukkan bahwa cobia betina pada fase perlakuan D0 dan D30, memiliki ovari yang telah memasuki perkembangan TKG III, pada fase ini oosit dalam kondisi stadia III (ootid) bergranula dimulai dari daerah inti kemudian menyebar ketengah dan terdesak ketepi. Sitoplasma didominasi globula lipoprotein. Secara morfologi pada tahap ini ovari berwarna kuning muda, telur sudah terlihat butirnya dengan mata serta diameter rata-rata adalah D0 = 0,22 mm dan D30 = 0,61 mm. Pada D90 memasuki TKG IV, oosit telah memasuki stadia IV. Pada fase ini oosit telah memiliki dengan sitoplasma yang berisi vakuolavakuola lipoprotein berukuran besar. Secara morfologi ovari bertambah besar dan pejal berwarna kuning, butir telur semakin besar dengan diameter rata-rata telur adalah 0,68 mm. Perkembangan testis jantan pada D30 memasuki TKG II telah berwarna putih susu bentuk lebih jelas dari TKG I. Pada fase ini sel-sel gonad memiliki diameter rata-rata 0,14 mm. Pada D60 testis jantan memasuki TKG IV sel-sel gonad berwarna putih susu dan semakin pejal dan ukurannya semakin besar, memiliki diameter rata-rata 0,20. TKG D90 memasuki TKG V, testis bagian belakang kempis pada bagian dekat pelepasan masih terisi sel-sel gonad dengan diameter rata-rata 0,22 mm. Seperti yang dikemukakan La Ode Uma (2009) bahwa semakin meningkat tingkat kematangan gonad, garis tengah gonad semakin besar pula.
37 Gambar 13. Perkembangan gonad dalam rongga perut cobia betina Keterangan : A = TKG III B = TKG IV Pada Gambar 13, terlihat perbedaan ovari antara TKG III dan TKG IV, seperti yang diklasifikasikan menurut Cassie (2009). Pada TKG III ovari berwarna kuning, butir telur sudah terlihat dan mengisi seperempat rongga perut. Pada TKG IV terlihat warna kuning ovari makin besar berganti warna kemerahan. Butir telur terlihat semakin besar mudah dipisahkan, dan memenuhi setengah hingga dua pertiga rongga tubuh. Pada fase ini biasanya usus terdesak oleh ovari. Perkembangan ovari betina yang telah mencapai TKG IV telah memasuki tahap pematangan dan sel-sel telur yang dilepaskan siap dibuahi. Walau senyawa organik taurin dapat berfungsi sebagai neurotransmiter, dan diduga taurin ini juga mempengaruhi hipotalamus perkembangan untuk gonad baik pada jantan ataupun betina. Namun penelitian ini taurin belum mampu berperan dalam perkembangan gonadtersebut. Akan tetapi jika dilihat dari pertambahhan berat badan, taurin mampu mempengaruhi berat badan cobia baik di jantan ataupun betina (Nugraha, 2010). Sedangkan secara teoritis cobia betina
38 jika sudah mencapai berat lebih dari 10 kg dengan umur di atas 12 bulan telah mampu untuk bereproduksi. Untuk itu diperlukan kajian secara khusus peran taurin terhadap ikan cobia beina, khususnya dilihat dari penambahan berat badan dan kematangan gonad.