1. BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA MAGELANG

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BKPM SEMESTER I TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

PELAKSANAAN KEGIATAN

LAPORAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2015 PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA BANDA

KATA PENGANTAR. Magelang, Desember 2013 KEPALA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA MAGELANG

HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BB PASCAPANEN. Periode Januari Juni 2016

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BB PASCAPANEN. Periode Juli Desember 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2016

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA MAGELANG

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BADAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA MAKASSAR TAHUN 2015 BPTPM KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BB PASCAPANEN. Periode Januari Juni 2015

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Atas perhatian dan partisipasinya, disampaikan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Plt. Kepala Pusat PVTPP. Dr.Ir.Agung Hendriadi, M.Eng. NIP

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

LAPORAN BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG SEMESTER I TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,

HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BALAI BESAR LITBANG PASCAPANEN PERTANIAN. Periode Januari Juni 2017

SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT DI BPM-P2TSP KABUPATEN KEDIRI

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER II TAHUN 2016

LAPORAN HASIL SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) LAYANAN KEMAHASISWAAN DI POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

ABSTRAK. Kata kunci : pelayanan, indek kepuasan masyarakat. Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN HASIL SURVEI PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR

Dalam rangka evaluasi pelaksanaan tugas pelayanan penanaman modal Pelayanan Terpadu

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN WALIKOTA MAGELANG NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 29 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2013 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2015

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberikan kesimpulan sebagai berikut : prosedur pelayanan di UPTSA tergolong mudah sehingga kualitas

Untuk Penyelenggaraan Diklat Masyarakat Tahun 2014

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Perilaku Layanan Terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : ( berada pada nilai interval 1,76-2,50 mutu pelayanan C ) yang berarti

PENGADILAN TINGGI MANADO

LAPORAN HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER 1 TAHUN 2017

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Januari Juni 2015

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (PENGGUNA JASA LAYANAN) LPPM TAHUN 2017

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 50 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

18 Juni. Survei IKM Periode April 2015

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

LAMPIRAN I FORMULIR "SELF ASSESSMENT /PENILAIAN MANDIRI" PENYELENGGARAAN FUNGSI PTSP BIDANG PENANAMAN MODAL*) A. IDENTITAS

B. STANDAR PELAYANAN Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Izin Lokasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

[ SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ] Periode Tahun 2014

B. STANDAR PELAYANAN Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Izin Usaha Industri (IUI)

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

2. Persyaratan pelayanan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2014

dilaksanakan pada suatu lembaga layanan publik.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2016

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud, Tujuan dan Sasaran

Utama atau Penanggung jawab. 2. Fotokopi ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

NO. KOMPONEN URAIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang

EXECUTIVE SUMMARY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN Naskah dan gambar kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER I TAHUN 2015 LINGKUP BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TARAKAN

B. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui indeks kepuasaan masyarakat (IKM) terhadap Taman Pintar.

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/25/M.PAN/2/2004

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

114 Universitas Indonesia

Utama atau Penanggung jawab. 2. Fotokopi ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

1 1. BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU Sesuai dengan Surat Tugas dari Sekretaris Daerah Kota Magelang Nomor 061/227/113 Tanggal 19 Agustus 2015, Survey Indeks Kepuasan Masyarakat dilakukan pada tanggal 25 Agustus s.d 4 September 2015, dilakukan oleh surveyor independen dalam hal ini bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang. Survey dilakukan secara langsung menggunakan kuesioner kepada pelanggan yang telah selesai mengurus izin/non izin (lokasi di ), ataupun kepada pelanggan yang telah menerima pelayanan pengurusan izin / non izin (lokasi di alamat pelanggan). A. HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Selama pelaksanaan survey IKM tahun ini, diperoleh sebanyak 150 responden. Dari 39 jenis perizinan dan non perizinan yang diselenggarakan di Kota Magelang, jumlah tersebut hanya mewakili 10 jenis izin/non izin yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Gangguan, Izin Usaha Perdagangan, Izin Tempat Usaha (pasar), Izin Kios/ Los, Izin Pengobat Tradisional, Tanda Daftar Perusahaan, Izin Usaha Industri Tanda Daftar Gudang dan Izin Reklame dengan beberapa responden yang mengajukan lebih dari satu perizinan. Prosentase dari masing-masing jenis izin dapat dilihat pada Grafik 4.1. Pada tahun ini, sebagian responden mendapatkan pelayanan perizinan IMB (44%) disusul SIUP (27,33%). Hal ini masih ada sedikit kesamaan dibanding dengan mayoritas responden pada tahun lalu yang juga didominasi oleh pelayanan IMB (46,62%) namun diikuti oleh Izin Kios/ Los (22,97%). Jika dipilah menurut bidang pelayanannya, maka pada tahun ini lebih banyak responden yang dilayani pada Bidang Pembangunan seperti pada Grafik 4.2. Berdasarkan data yang dihimpun sampai dengan triwulan ketiga tahun 2015, kesepuluh jenis izin/non izin tersebut mewakili sebanyak 72,32% dari keseluruhan izin/non izin yang telah terbit. Namun demikian responden tersebut hanyalah merupakan 7,86% dari keseluruhan pemohon yang telah diterbitkan izinnya sejak awak tahun ini.

2 Dari responden yang dihimpun, dapat disampaikan profil sosio-demografi responden sebagai berikut. Sebanyak 65,33% reponden adalah laki-laki (Grafik 4.3), 52,67% berpendidikan sarjana (Grafik 4.4) dan sebanyak 51,33% berprofesi sebagai wiraswasta (Grafik 4.5). Jika dihimpun secara lebih luas dengan menganggap responden dapat mewakili pelanggan Kota Magelang, maka dapat disebutkan bahwa pelanggan Kota Magelang adalah pegawai wiraswasta dengan tingkat pendidikan sarjana dan didominasi oleh laki-laki. Grafik 4.1 Jenis izin/non izin Berdasarkan Data Responden Pada tahun sebelumnya, mayoritas pemohon adalah berpendidikan SLTA (60,14%), sedangkan pada tahun ini lebih didominasi pemohon berpendidikan sarjana. Hal ini dapat sedikit memberikan gambaran bahwa kalangan usaha (wiraswasta) di Kota Magelang kini telah dilakukan masyarakat yang relatif tinggi tingkat pendidikannya. Hal tersebut dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan dunia usaha di Kota Magelang secara umum.

3 Grafik 4.2 Jenis izin/non izin Berdasarkan Bidang Pelayanan Grafik 4.3 Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4 Grafik 4.4 Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan Grafik 4.5 Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.1. Dari 16 unsur pelayanan yang disurvey, hasil pengolahan seperti pada

5 No. Tabel 4.1 Nilai IKM setelah Dikonversi berdasarkan Unsur Pelayanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Unsur Pelayanan Nilai Unsur Pelayanan Nilai Indeks Nilai IKM Mutu Konversi Pelayanan 1 2 3 4 = (3)X0,0625 5 = (4)X25 6 7 U1 Prosedur pelayanan 2,980 0,186 4,656 B U2 Persyaratan Pelayanan 3,007 0,188 4,698 B - U3 Kejelasan petugas pelayanan 2,980 0,186 4,656 B U4 Kedisiplinan petugas pelayanan 2,833 0,177 4,427 B U5 Tanggungjawab petugas pelayanan 2,920 0,183 4,563 B U6 Kemampuan petugas pelayanan 3,080 0,193 4,813 B U7 Kecepatan pelayanan 2,750 0,172 4,297 B U8 Keadilan mendapatkan pelayanan 3,013 0,188 4,708 B U9 Kesopanan dan keramahan petugas 3,127 0,195 4,885 B U10 Kewajaran biaya pelayanan 3,020 0,189 4,719 B U11 Kepastian biaya pelayanan 2,829 0,177 4,420 B U12 Kepastian jadwal pelayanan 2,796 0,175 4,369 B U13 Kenyamanan lingkungan 3,156 0,197 4,932 B U14 Keamanan pelayanan 3,107 0,194 4,854 B U15 Sarana Informasi dan Pengaduan 2,884 0,180 4,507 B U16 Penanganan Pengaduan 3,094 0,193 4,834 B Total Nilai 74,338 B B. ANALISIS HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai IKM Kota Magelang adalah sebesar 74,338, yang berarti masuk dalam kategori nilai kualitatif kepuasan Naik/ Turun Memuaskan dengan nilai huruf B. Nilai ini mengalami penurunan tipis sebesar 0,747 (0,99%) dari nilai IKM tahun 2014 yang mencapai 75,085, namun tidak sampai melampaui nilai kurva terendah yang pernah dicapai pada 2008 dan 2013. Jika dilihat selama sembilan tahun terakhir, trend nilai IKM Kota Magelang dapat dicermati pada Grafik 4.5. Trend tersebut secara umum menunjukkan peningkatan penilaian namun ada kecenderungan perlambatan pada tahun-tahun terakhir. Meskipun terjadi fluktuasi penilaian selama tahun berjalan, yang mana hal tersebut dirasa wajar mengingat penilaian ini bersifat

6 dinamis, namun hasil yang diperoleh belum mampu mengangkat trend penilaian selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan nilai IKM per unsur pelayanan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu dapat dilihat pada Grafik 4.6. Grafik 4.5 Trend IKM Kota Magelang Tahun 2007-2015 Grafik 4.6 Perbandingan Nilai IKM per Unsur Tahun 2014 dan 2015

7 Dari ke 16 unsur pelayanan yang dinilai seperti pada Tabel 4.1 dan Grafik 4.6, nilai kinerja per unsur pelayanan mendapatkan penilaian yang lebih fluktuatif dibanding capaian tahun lalu. Pada penilaian IKM tahun ini tujuh unsur penilaian yang mengalami kenaikan, yaitu unsur Kemampuan Petugas Pelayanan (U6), unsur Keadilan Mendapatkan Pelayanan (U8), unsur Kesopanan dan Keramahan Petugas (U9), unsur Kewajaran Biaya Pelayanan (U10), unsur Kenyamanan Lingkungan (U13), unsur Keamanan Pelayanan (U14) serta unsur Penanganan Pengaduan (U16). Satu unsur penilaian yaitu unsur Persyaratan Pelayanan bernilai sama dengan tahun lalu. Sedangkan delapan unsur lainnya mengalami penurunan dengan penurunan terbesar terjadi pada unsur Kecepatan Pelayanan (U7), unsur Kepastian Jadwal Pelayanan (U12), unsur Kepastian Biaya Pelayanan (U11) dan unsur Kedisiplinan Petugas Pelayanan (U4). Unsur Sarana Informasi dan Pengaduan (U15) meski hanya mengalami sedikit penurunan namun mencetak nilai terandahnya selama penilaian IKM yang telah dilaksanakan selama ini Kenaikan tertinggi diraih pada penilaian unsur Penanganan Pengaduan (U16), unsur Kesopanan dan Keramahan Petugas (U9) serta unsur Kenyamanan Lingkungan (U13). Penanganan pengaduan pelanggan telah diwadahi dalam kegiatan Pembentukan Unit Khusus Penanganan Pengaduan Masyarakat yang telah dilaksanakan selama beberapa tahun terakhir, dan dilaksanakan dengan berpedoman pada standar mutu ISO 9001:2008 sehingga terlaksana dengan prosedur standar dan terdokumentasi dengan baik. Penyelesaian penanganan pengaduan juga dipublikasikan pada website serta sebagai bagian dari aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Pada akhir tahun diterbitkan laporan penganganan pengaduan masyarakat yang menghimpun setiap aduan pada tahun tersebut serta prosedur dan sarana yang digunakan dalam menangani pengaduan masyarakat. Unsur Kesopanan dan Keramahan Petugas (U9) juga mengalami peningkatan dikarenakan petugas pelayanan melakukan pendekatan personal terhadap pelanggan, terlebih bagi pemohon yang telah berulangkali melakukan perpanjangan perizinan atau seseorang yang ditugaskan oleh badan usahanya untuk secara khusus menangani perizinan sehingga terbangun hubungan

8 pelanggan (customer relationship) yang lebih baik. Peningkatan hubungan secara personal tentu tidak dimaknai sebagai potensi adanya upaya kolusi ataupun nepotisme namun lebih kepada peningkatan kepercayaan antara petugas pelayanan dengan pelanggan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pelanggan dalam memenuhi dan melengkapi persyaratan perizinan. Unsur Kenyamanan Lingkungan (U13) diupayakan melalui kegiatan pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan dan rehabilitasi gedung kantor yang telah rutin berjalan selama ini dan telah memberikan dampak kepada pelanggan. Secara umum, peningkatan nilai unsur pelayanan diperoleh pada komponen sumber daya manusia (kemampuan petugas, keadilan mendapat pelayanan, kesopatan dan keramahan petugas, serta penanganan pengaduan) serta aspek lingkungan (kenyamanan dan keamanan). Unsur Kecepatan Pelayanan (U7) kembali menjadi unsur dengan penilaian terandah pada tahun ini. Demikian juga dibanding dengan rerata unsur penilaian yang lain selama tahun berjalan, unsur ini memiliki rerata penilaian terendah. Jika divisualisasi ke dalam grafik 4.7, unsur Kecepatan Pelayanan nyaris selalu dibawah rerata tahun penilaian dengan selisih nilai yang cukup berarti. Grafik 4.7 Perbandingan unsur Kecepatan Pelayanan Terhadap Rerata Tahun Penilaian dan Rerata Unsur Tertinggi

9 Menyimak capaian unsur Kecepatan Pelayanan selama sembilan tahun terakhir yang dirasa masih rendah, sepertinya peningkatan unsur Kecepatan Pelayanan hanya dapat dilakukan dengan pembaruan sistem dan prosedur pelayanan yang membutuhkan terobosan inovasi. Atau dapat dikatakan bahwa permasalahan pada unsur Kecepatan Pelayanan merupakan permasalahan yang sistemik sehingga memerlukan pembaruan pada perangkat hukum dan peraturan pendukungnya. Mengutip pada Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan PTSP, PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu. PTSP dilaksanakan dengan prinsip keterpaduan, ekonomis, koordinasi, pendelegasian atau pelimpahan wewenang, akuntabilitas dan aksesibilitas. Hal yang dirasa kurang untuk mendongkrak nilai unsur Kecepatan Pelayanan adalah prinsip pendelegasian atau pelimpahan wewenang yang belum sepenuhnya terlaksana. Unsur Kepastian Jadwal Pelayanan (U12) yang juga mengalami banyak penurunan sangat terkait dengan unsur Kecepatan Pelayanan. Ketika unsur Kecepatan Pelayanan tidak dapat terpenuhi, maka pelanggan akan merasakan ketidakpastian terhadap penyelesaian izin yang diajukannya dikarenakan waktu tunggunya terlampau lama. Unsur Kepastian Biaya Pelayanan (U11) perlu mendapatkan evaluasi terkait capaiannya yang turut menurun. Ketentuan besaran pajak dan retribusi sebenarnya telah diatur secara detil melalui Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. Namun di dalamnya terdapat variabel, koefisien atau nilai indeks yang tidak familiar bagi masyarakat awam serta tidak dapat ditentukan besarannya secara mandiri. Selain itu formula perhitungan retribusi belum dapat dianggap sederhana untuk sebagian besar pemohon. Misalnya saja indeks klasifikasi bangunan gedung tentang zonasi gempa, pemohon tidak dapat memperoleh informasi yang pasti bahwa wilayahnya apakah termasuk Zona I dengan nilai indeks 0,10 atau Zona VI dengan nilai indeks 1,00. Dengan range nilai indeks yang mencapai 10x lipat dari nilai terendahnya, pemohon tidak akan berspekuliasi melakukan perhitungan sendiri

10 dikarenakan hasilnya akan berpotensi menimbulkan perbedaan yang cukup signifikan. Unsur penilaian lain yang mengalami penurunan adalah Unsur Kedisiplinan Petugas Pelayanan (U4). Penanganan permasalahan terhadap disiplin pegawai berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Perepsi penilaian terhadap unsur ini dapat diakibatkan karena tidak tersedianya petugas pelayanan ketika pemohon masuk ke ruang pelayanan. Beberapa penyebab hal tersebut antara lain karena petugas yang sedang tugas luar, istirahat, ijin, atau sedang menghadap atasan dalam rangka penyelesaian izin. Beberapa posisi pelayanan juga tidak tersedia petugas dikarenakan keterbatasan pegawai. Dari 4 meja pelayanan perizinan dan 1 meja pelayanan informasi, hanya terdapat 3 pegawai untuk 3 meja pelayanan perizinan. Yang diperlukan dalam hal ini adalah informasi yang jelas kepada pelanggan sebab apa petugas sedang tidak berada di tempat. Unsur Sarana Informasi dan Pengaduan (U15) mencatatkan nilai terendah sejak unsur ini dimasukkan dalam penilaian sejak tahun 2012. Kota Magelang telah menyediakan sarana informasi dan Pengaduan berupa kotak Saran/ Aduan, saluran telepon, chat online, form aduan online pada website dan media sosial atau secara langsung melalui formulir aduan yang telah disediakan. Menyimak pada grafik penilaian yang mana unsur ini masih sempit rentang penilaian yang telah dilakukan, hal ini dapat menunjukkan bahwa pemanfaatan layanan informasi dan pengaduan ini masih minim. Hal ini didukung oleh catatan prevalensi aduan pelanggan pada tahun lalu yang hanya mencapai 0,36% serta 0,26% sampai dengan triwulan III tahun ini. Sedikitnya pengaduan yang masuk dibandingkan dengan sarana informasi dan pengaduan yang telah disediakan mengindikasikan bahwa layanan telah berjalan sesuai harapan masyarakat. Namun demikian di sisi lain hanya sedikit pula masyarakat yang dapat memberikan penilaian terhadap unsur Penanganan Pengaduan (U16), dikarenakan sedikitnya masyarakat yang telah merasakan layanan pengaduan sehingga responden cenderung memberikan penilaian yang netral (abstain). Berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan, antara lain penyadiaan papan informasi digital berupa running text, alat antrian

11 dan perbaikan ruang pelayanan, penyediaan pojok baca di ruang pelayanan, penyempurnaan Standar Pelayanan serta pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan. Beberapa responden juga telah memberikan tanggapan yang bagus terkait pelayanan, namun terdapat satu hal yang perlu menjadikan perhatian yaitu adanya dua responden yang memberikan tanggapan tentang keberadaan calo, yang tidak pernah muncul dalam survey sebelumnya ataupun melalui pengaduan yang masuk. Telah dipahami bahwa tidak memberikan ruang sama sekali terhadap calo, terlebih yang berstatus sebagai PNS, dikarenakan jelas melanggar ketentuan disiplin pegawai. Namun demikian, tidak dapat ditelusuri apakah responden tersebut melaporkan adanya calo ketika berada di, atau ketika melengkapi persyaratan perizinan, dikarenakan pemenuhan persyaratan tidak hanya di namun mulai dari RT, RW, kelurahan, kecamatan ataupun dinas teknis terkait semisal berupa surat rekomendasi atau legalisasi berkas. Kejelasan informasi tersebut juga tidak dapat ditelusuri berkenaan responden survey yang anonim dan tidak teridentifikasi dengan jelas sesuai ketentuan umum survey IKM tentang responden. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pelaksanaan survey Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Magelang Tahun 2015 adalah: 1. Selama pelaksanaan survey yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus s.d 4 September 2015 telah terhimpun data dari sejumlah 150 responden yang mewakili 10 jenis izin/non izin yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Gangguan, Izin Usaha Perdagangan, Izin Tempat Usaha (pasar), Izin Kios/ Los, Izin Pengobat Tradisional, Tanda Daftar Perusahaan, Izin Usaha Industri Tanda Daftar Gudang dan Izin Reklame dengan beberapa responden yang mengajukan lebih dari satu perizinan. 2. Berdasarkan responden yang dihimpun maka pelanggan Kota Magelang pada survey tahun ini adalah pegawai wiraswasta dengan tingkat pendidikan sarjana dan didominasi oleh laki-laki. 3. Dari 16 unsur penilaian, tujuh unsur penilaian yang mengalami kenaikan, yaitu unsur Kemampuan Petugas Pelayanan (U6), unsur Keadilan Mendapatkan Pelayanan (U8), unsur Kesopanan dan Keramahan Petugas (U9), unsur

12 Kewajaran Biaya Pelayanan (U10), unsur Kenyamanan Lingkungan (U13), unsur Keamanan Pelayanan (U14) serta unsur Penanganan Pengaduan (U16). Satu unsur penilaian yaitu unsur Persyaratan Pelayanan bernilai sama dengan tahun lalu, sedangkan unsur penilaian yang lain mengalami penurunan yang bervariasi. 4. Nilai kinerja unsur pelayanan terkecil adalah unsur Kecepatan Pelayanan (U7) dengan nilai unsur pelayanan 2,750 (nilai mutu pelayanan Baik dengan nilai huruf B ), sedangkan nilai kinerja unsur pelayanan tertinggi adalah unsur Kenyamanan Lingkungan (U13) dengan nilai unsur pelayanan 3,156 (nilai mutu pelayanan Baik dengan nilai huruf B ). 5. Hasil dari survey IKM Kota Magelang tahun 2015 mendapat nilai sebesar 74,338, yang berarti masuk dalam kategori nilai kualitatif kepuasan Memuaskan dengan nilai huruf B, menurun dibanding tahun sebelumnya Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai evaluasi dan perbaikan pelayanan di masa datang adalah : 1. Perlunya inovasi dan terobosan baru dalam pelayanan untuk meningkatkan capaian kecepatan pelayanan. Selain itu perlu evaluasi dan pembaruan terkait standar operasional prosedur dalam rangka percepatan pelayanan, dan tidak menutup kemungkinan pada penyederhanaan pelayanan terkait dengan persyaratan dan pelimpahan penandatanganan dokumen perizinan. Diperlukan kebijakan secara menyeluruh terkait pembaruan perangkat hukum pelaksanaan PTSP. 2. Perlu adanya konsistensi dan penerapan budaya kerja yang baik serta penerapan reward dan punishment yang nyata untuk menjaga kedisiplinan pegawai. 3. Perlunya label informasi tentang keberadaan petugas pelayanan sehingga memberikan kejelasan bagi pelanggan. Misal ketika tersedia loket namun tidak tersedia pegawai yang ditempatkan, loket dapat diberikan papan informasi bertuliskan Loket Tutup atau Loket Kosong. Demikian halnya pada loket pelayanan yang tersedia, jika petugas sedang tidak berada di

13 tempat perlu informasi tentang status petugas tersebut seperti Tugas Luar, Istirahat, Segera Kembali atau informasi lain yang sesuai dan relevan. 4. Perlu terus untuk dilaksanakan sosialisasi tentang perizinan dan pendekatan pelayanan kepada masyarakat, serta penanganan terhadap pengaduan masyarakat yang lebih intensif. 5. Metode pengumpulan data yang senantiasa harus dievaluasi dan ditingkatkan sehingga didapatkan data yang berkualitas, lengkap, dan tepat sasaran sehingga hasil pengolahan yang didapatkan dapat menggambarkan kondisi unit layanan dengan sebenarnya, demikian juga dengan kemampuan petugas survey yang perlu terus ditingkatkan.