BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa (1) sebuah LKS berbasis

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV. pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah, (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, dan (5) Evaluation.

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan teori pembelajaran yang telah ada. Oleh karena itu, jenis penelitian ini

Adapun poin-poin atas saran dari validator ahli desain tersebut adalah sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa: (1) enam buah LKS mind map berbasis

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL DESAIN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah Handout matematika berbasis

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

1. Penyelesaian persamaan linier tiga variabel dengan metode eliminasi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

12. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR EKONOMI SMA/MA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman

LEMBAR VALIDASI AHLI MATERI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. Kompetensi Inti (KI) : B. Kompetensi Dasar (KD) yang diintegrasikan pada semua proses pembelajaran:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan bahan ajar berupa LKS yang dilaksanakan dalam penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (R&D) bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Berdasarkan definisi di atas, maka pertidaksamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk:

SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (24)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran A: Perangkat Pembelajaran. Lampiran B: Instrumen Penelitian. Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. Dalam pengembangan LKS ini terdapat beberapa tahapan yaitu: (1) Analysis

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

C. Indikator 1. Menentukan konfigurasi elektron suatu unsur golongan utama.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MICROTEACHING RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BARISAN GEOMETRI KELAS X. Disusun Oleh:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

Lampiran 01. RPP PDTO

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS MATA PELAJARANPENGOLAHAN CITRA DIGITAL (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RPP VEKTOR KELAS X SMA MUH. AMRAN SHIDIK 11/13/2016

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

NO.SOAL SKOR TINGKAT KESUKARAN. NO KOMPETENSI DASAR INDIKATOR SOAL BENTUK SOAL 1 Matematika Wajib. Uraian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem solving pada materi barisan dan deret tak hingga, (2) penilaian isi materi dan desain LKS oleh ahli materi dan desain media, (3) tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan berbasis creative problem solving pada materi barisan dan deret tak hingga yang telah dibuat, (4) hasil belajar siswa setelah penggunaan berbasis creative problem solving dengan memberikan post test kepada siswa kelas XI MIA 2 SMA N 8 Muaro Jambi. Pada penelitian ini, LKS ini dikemas secara menarik dan memberikan variasi warna dan gambar, penggunaan bahasa yang mudah dipahami sehingga membuat siswa antusias dalam membaca dan mempelajarinya, sistematis dengan menyajikan materi sesuai dengan kemampuan pemahanan konsep yang dimiliki siswa. Pada tahap ini peneliti mengembangkan produk berupa LKS berbasis creative problem solving. Berikut ini disajikan uraian pelaksanaan dan hasil penelitian dan pengembangan dengan mengikuti tahapan model pengembangan ADDIE. 75

76 4.1.1 Tahap Analysis (Analisis) Tahap analisis adalah tahap awal dalam mengembangkan LKS ini. Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan, yaitu kegiatan analisis kinerja, analisis peserta didik dan analisis kebutuhan. a. Analisis Kinerja Analisis kinerja dilakukan untuk menentukan masalah dasar dalam pengembangan lembar kerja siswa. Pada langkah ini, peneliti mengamati permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika di SMA terutama kelas XI. Secara umum, pada langkah ini setidaknya ada tiga hal yang harus dijawab yaitu: (1) apakah guru dan siswa memiliki keinginan untuk menggunakan LKS?, (2) apakah guru tidak mempunyai cukup ilmu untuk membuat LKS?, dan (3)apakah sumber daya dari sekolah mendukung?. Berdasarkan hasil observasi di SMA N 8 Muaro Jambi, guru dan peserta didik menggunakan lembar kerja siswa (LKS) pada saat pembelajaran matematika di kelas. Ketersediaan LKS di SMA N 8 Muaro Jambi ini, belum memfasilitasi peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan kurang mendorong kemampuan pemecahan masalah, karena LKS yang dimiliki oleh peserta didik adalah LKS yang dibeli dari penerbit, yang hanya berisikan rangkuman dari materi, latihan, dan tugas yang membuat peserta didik mengalami ketergantungan terhadap penjelasan guru. Padahal seharusnya LKS yang baik adalah LKS yang mampu membelajarkan peserta didiknya secara mandiri dan memuat aktivitas belajar yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam menemukan dan menerapkan konsep matematika. Sehingga guru sebagai pendidik semestinya harus mampu mengatasi kelemahan LKS yang dibeli

77 dari penerbit tersebut dengan cara merancang LKS yang dapat meminimalkan peran pendidik, mengaktifkan peserta didik, dan mendorong kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Kenyataan di lapangan, ada beberapa guru yang membuat LKS sendiri untuk digunakan pada saat pembelajaran di kelas, tetapi LKS tersebut kurang maksimal karena tidak sesuai dengan struktur LKS. Berdasarkan informasi di atas, maka tiga pertanyaan perlunya pengembangan LKS ini telah terjawab. Pertama, guru dan peserta didik di SMA N 8 Muaro Jambi memiliki keinginan untuk menggunakan LKS dalam proses pembelajaran, sehingga mereka menggunakan LKS yang dibeli dari penerbit. Kedua, ada beberapa guru yang merancang LKS sendiri akan tetapi karena kurangnya informasi tentang penyusunan LKS yang baik, maka LKS yang dirancang pun tidak sesuai dengan struktur LKS. Terakhir, karena di SMA N 8 Muaro Jambi ini menggunakan LKS dalam pembelajaran di kelas, maka sekolah tentunya mendukung adanya pengembangan LKS ini. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti memilih mengembangkan LKS dengan model pembelajaran creative problem solving untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dengan model pembelajaran creative problem solving, peserta didik diharapkan dapat menjadi lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika serta menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Sehingga perlunya mengembangkan LKS ini adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru.

78 b. Analisis Peserta Didik Pada tahap ini dilakukan analisis peserta didik untuk mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik serta mengetahui pengetahuan awal peserta didik. Hal ini dilakukan dengan bertanya kepada guru kelas yang berpengalaman mengajar peserta didik tersebut tentang karakter peserta didik kelas XI serta nilai matematika peserta didik di kelas tersebut guna memperoleh data nilai matematika peserta didik. Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika dan kepala sekolah, peserta didik SMA Negeri 8 Muaro Jambi dinyatakan tuntas jika memperoleh skor 75. Adapun materi prasyarat yang harus dipelajari oleh peserta didik sebelum mempelajari materi barisan dan deret tak hingga adalah materi fungsi, yang telah dipelajari dan dapat dimengerti dengan baik oleh peserta didik pada saat SMP dan kelas X. Hal ini sesuai dengan penjelasan guru mata pelajaran matematika kelas XI SMA Negeri 8 Muaro Jambi. Karakteristik siswa di SMA N 8 Muaro Jambi memang berbeda-beda, namun sekolah mengambil kebijakan untuk tidak memisahkan siswa sesuai dengan karakter dan kemampuan akademisnya. Menurut wawancara peneliti dengan salah seorang guru matematika, siswa disekolah ini cenderung sulit untuk menyelesaiakan soal-soal yang tidak rutin. Mereka terbiasa dengan soal-soal yang hanya dicontohkan oleh gurunya, jika soal dirubah cara penyelesaiannya maka siswa mengalami kesulitan. Hal ini menurut guru tersebut karena siswa terbiasa menghapal rumus tanpa mengetahui bagaimana rumus tersebut didapatkan.

79 c. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh peserta didik untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis kebutuhan berupa analisis kurikulum, analisis tujuan pembelajaran, dan analisis tugas. 1) Analisis Kurikulum Analisis kurikulum berguna untuk mengetahui kurikulum yang digunakan disekolah, mengetahui kompetensi inti dan kompetensi dasar, serta mengetahui materi materi yang ada pada pelajaran matematika yang dapat dijadikan sebagai bahan materi untuk pembuatan bahan ajar matematika berupa lembar kerja siswa dengan model pembelajaran creative problem solving. Dari analisis kurikulum ini diperoleh bahwa kurikulum yang digunakan di SMA N 8 Muaro Jambi khususnya kelas XI adalah Kurikulum 2013. Dengan kurikulum tersebut didapatkan bahwa kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk materi barisan dan deret tak hingga adalah: Kompetensi inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

80 pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi dasar : 3.9 Mendeskripsikan konsep barisan tak hingga sebagai fungsi dengan daerah asal himpunan bilangan asli. 4.6 Menerapkan konsep barisan dan deret tak hingga dalam penyelesaian masalah sederhana. 2) Analisis Tujuan Pembelajaran Berdasarkan analisis kurikulum pada tahap sebelumnya, maka pada tahap ini dapat ditentukan tujuan pembelajaran dari materi barisan dan deret tak hingga yaitu: (a) peserta didik dapat menemukan konsep barisan dan deret tak hingga, (b) mendeskripsikan konsep barisan dan deret tak hingga, (c) menghitung jumlah deret tak hingga, (d) menerapkan konsep barisan dan

81 deret tak hingga dalam pemecahan masalah, (e) mendeskripsikan unsur-unsur dan nilai suku pada barisan tak hingga. 3) Analisis Tugas Berdasarkan analisis kurikulum, maka tugas tugas yang akan dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Tugas pada submateri menemukan konsep barisan dan deret tak hingga yaitu menemukan konsep barisan dan deret tak hingga, mendeskripsikan konsep barisan dan deret tak hingga, menghitung jumlah deret geometri tak hingga, dan menerapkan konsep barisan dan deret tak hingga dalam pemecahan masalah; b) Tugas pada sub materi barisan konstan, naik, dan turun yaitu mendeskripsikan unsur-unsur dan nilai suku pada barisan tak hingga; 4.1.2 Tahap Design (Perancangan) Tahapan berikutnya yaitu tahap design (perancangan), pada tahap perancangan peneliti mulai merancang LKS berbasis creative problem solving pada mata pelajaran matematika. Tahap perancangan mencakup beberapa aspek, yaitu: 4.1.2.1 Rancangan Sampul LKS Untuk membuat rancangan sampul peneliti mencari informasi dari berbagai sumber dengan melihat dari contoh sampul buku atau pun contoh sampul LKS lainnya yang telah ada, sehingga rancangan yang dibuat terlihat lebih bagus dan terlihat menarik dengan kombinasi warna dan gambar yang sesuai. Hasil rancangan sampul LKS dapat dilihat pada gambar 4.1

82 Gambar 4.1 Rancangan Sampul 4.1.2.2 Rancangan Isi LKS Pada rancangan isi pemilihan dan penentuan bahan dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa LKS harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga LKS dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar yang akan diraih oleh peserta didik. Dalam hal inii penulis memilih LKS yang berbasis creative problem solving. Berbeda dengan LKS biasanya, LKS ini dikemas lebih menarik dengan memberi variasi warna dan gambar, penggunaan bahasanya yang mudah dipahami sehingga membuat siswa antusias dalam membaca dan mempelajarinya. Rancangan isi LKS meliputi: a. Judul Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat berjudul Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Creative Problem Solving Materi Barisan dan Deret tak Hingga. Pada

83 covernya diberikan gambar-gambar yang berhubungan dengan barisan dan deret tak hingga (dapat dilihat pada gambar 4.1). b. Petunjuk Belajar Petunjuk belajar atau petunjuk penggunaan disajikan untuk mempermudah siswa dalam menggunakan LKS maupun dalam menyelesaikan soal. Dalam LKS ini terdapat petunjuk belajar bagi guru dan siswa. Petunjuk belajar bagi guru dapat dilihat pada gambar 4.2 Gambar 4.2 Petunjuk Belajar Bagi Guru Adapun petunjuk belajar bagi siswa ini dibuat berdasarkan langkah-langkah pada model creative problem solving dan dapat dilihat pada gambar 4.3

84 Gambar 4.3 Petunjuk Belajar Bagi Siswa c. Kompetensi yang akan dicapai pada LKS berbasis creative problem solving yaitu: Kompetensi yang kompetensi yang akan dicapai berupa kompetensi dasar (KD) disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada tahap analisis, indikator pencapaian kompetensi serta pengalaman belajar.

85 Gambar 4.4 Kompetensi Yang Akan Dicapai d. Informasi Pendukung Pada LKS informasi pendukung berupa peta konsep yang mana di sana ditulis materi yang berkaitan satu sama lain dan materi prasyarat sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari materi barisan dan deret tak hingga.

86 Gambar 4.5 Informasi Pendukung e. Langkah-Langkah Kerja Langkah kerja ini dibuat per masalah yang diberikan, yang mana tahapan- problem solving, tahapan penyelesaiannya menggunakan tahapan model creative permasalahan yang diberikan seperti : Gambar 4.6 Tahap Pemberian Masalah

87 a) Klarifikasi Masalah Gambar 4.7 Tahap Klarifikasi Masalah b) Pengungkapann Gagasan Gambar 4.8 Tahap Pengungkapan Gagasan

88 c) Evaluasi dan Seleksi d) Implementasi Gambar 4.9 Tahap Evaluasi dan Seleksi Gambar 4.10 Tahap Implementasi

89 6. Penilaian Penilaian pada LKS berupa penilaian uji kompetensi yang mana semua materi digabung secara utuh untuk melihat secara keseluruhan apakah siswa selama proses pembelajaran sebelumya telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Gambar 4.11 Penilaian 4.1.2.3 Validasi Oleh Tim Ahli Pada tahap ini, dilakukan validasi LKS yang telah dibuat melalui pertimbangan ahli untuk mendapatkan data tentang hasil produk LKS berbasis creative problem solving. Peneliti memilih dua orang dosen Universitas Jambi yang berpengalaman sebagai tim ahli atau validator. Validasi yang dilakukan oleh tim ahli pada validasi produk adalah validasi materi dan desain. Pada validasi materi terbagi

90 menjadi tujuh kategori yaitu kecermatan isi, ketepatan cakupan isi, ketercernaan, penggunaan bahasa, perwajahan, ilustrasi dan kelengkapan komponen. Validasi ini dilakukan dengan mendatangi langsung ahli untuk menilai dan memvalidasi produk yang dibuat dengan memperlihatkan rancangan desain, para pakar diminta untuk menilainya sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Hasil validasi dari pakar yang berupa saran dan komentar digunakan untuk merevisi LKS. 4.1.2.3.1. Validasi Materi Tim Ahli terhadap Lembar Kerja Siswa Berbasis Creative Problem Solving pada Materi Barisan dan Deret Tak Hingga Pada validasi materi ini peneliti memilih dua orang ahli evaluasi bahan ajar sebagai validator lembar kerja siswa yaitu Drs. Gugun.M Simatupang, M.Si dan Drs. Zaimi Effendi, M.Pd. Setelah validator tersebut melihat lembar kerja siswa yang peneliti kembangkan, kemudian validator memberikan penilaian dengan menggunakan instrumen rating scale (lampiran 2). Adapun komponen validasi materi terdiri atas 7 kategori yaitu kecermatan isi, ketepatan cakupan isi, ketercernaan, penggunakan bahasa, perwajahan, ilustrasi dan kelengkapan komponen. Klasifikasi validasi materi tersebut dipaparkan sebagai berikut: 1. Validasi Kecermatan Isi Skor maksimum dari masing-masing pertanyaan adalah 5. Jumlah seluruh pertanyaan pada validasi isi materi ini adalah 3 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 15. Berikut tabel hasil validasi berdasarkan kecermatan isi.

91 Tabel 4.1 Hasil Validasi Berdasarkan Kecermatan Isi No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Valid 4 4 8 4 2. Selaras dengan isi cakupan 4 4 8 4 3. Mutakhir 4 4 8 4 Jumlah 12 12 24 12 Jumlah skor kriterium 4 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 24 pada jumlah tertinggi 30 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 4,00. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi untuk kecermatan isi lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik dan sesuai dengan konsep dan kemutakhiran ilmu yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut. 2. Validasi Ketepatan Cakupan Isi Skor maksimum dari masing-masing pertanyaan adalah 5. Jumlah seluruh pertanyaan pada validasi ketepatan cakupan isi adalah 3 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 15. Berikut tabel hasil validasi berdasarkan ketepatan cakupan isi. Tabel 4.2 Hasil Validasi Berdasarkan Ketepatan Cakupan Isi No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Keluasan sesuai dengan tujuan instruksional 4 4 8 4 2. Kedalaman sesuai dengan tujuan instruksional 4 4 8 4 3. Keutuhan konsep 4 4 8 4 Jumlah 12 12 24 12 Jumlah skor kriterium 4 Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 24 pada jumlah tertinggi 30 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 4,00. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi

92 untuk ketepatan cakupan isi lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik dan sesuai dengan keluasan dan kedalaman isi. 3. Validasi Ketercernaan Bahan Ajar Skor maksimum dari masing-masing pertanyaan adalah 6. Jumlah seluruh pertanyaan pada validasi ketercernaan bahan ajar ini adalah 7 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 35. Berikut tabel hasil validasi berdasarkan ketercernaan bahan ajar. Tabel 4.3 Hasil Validasi Berdasarkan Ketercernaan Bahan Ajar No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Logis 4 4 8 4 2. Runtut 4 4 8 4 3. Cukup contoh dan ilustrasi 3 3 6 3 4. Format konsisten 4 4 8 4 5. Ada penjelasan relevansi 4 4 8 4 6. Ada penjelasan manfaat 4 4 8 4 Jumlah 23 23 46 23 Jumlah skor kriterium 3,83 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 46 pada jumlah tertinggi 60 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 3,83. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi untuk ketercernaan bahan ajar yaitu lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik. 4. Validasi Penggunaan Bahasa Skor maksimum dari masing-masing pertanyaan adalah 5. Jumlah seluruh pertanyaan pada validasi penggunaan bahasa pada lembar kerja siswa ini adalah 6 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 30. Berikut tabel hasil validasi berdasarkan penggunaan bahasa.

93 Tabel 4.4 Hasil Validasi Berdasarkan Penggunaan Bahasa No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Ragam bahasa komunikatif 4 4 8 4 2. Kata singkat dan lugas 4 4 8 4 3. Kalimat efektif 4 4 8 4 4. Paragraph memiliki gagasan utama 4 4 8 4 5. Kalimat-kalimat paragraph terpadu 4 4 8 4 6. Kalimat-kalimat dalam paragraph konsisten 4 4 8 4 Jumlah 24 24 48 24 Jumlah skor kriterium 4 Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 48 pada jumlah tertinggi 60 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 4,00. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi untuk penggunaan bahasa dalam lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik. 5. Validasi Perwajahan Skor maksimum dari masing-masing pertanyaan adalah 5. Jumlah seluruh pertanyaan pada validasi perwajahan pada lembar kerja siswa ini adalah 6 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 30. Tabel 4.5 Hasil Validasi Berdasarkan Perwajahan No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Narasi tidak terlalu padat 4 4 8 4 2. Ada bagian kosong 4 4 8 4 3. Kalimat pendek 4 4 8 4 4. Penomoran benar dan konsisten 4 4 8 4 5. Huruf menarik 3 4 7 3,5 6. Huruf tidak membingungkan 4 4 8 4 Jumlah 23 24 47 23,5 Jumlah skor kriterium 3,92 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 47 pada jumlah tertinggi 60 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi

94 yaitu 3,92. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi untuk perwajahan pada lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik dan sesuai perancangan atau penataan letak informasi dalam suatu halaman cetak serta dalam pengemasan dalam paket bahan ajar. 6. Validasi Ilustrasi Lembar Kerja Siswa Skor maksimum dari pertanyaan adalah 5. Jumlah pertanyaan pada validasi ilustrasi lembar kerja siswa ini adalah 3 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 15. Berikut tabel hasil validasi berdasarkan ilustrasi pada lembar kerja siswa. Tabel 4.6 Hasil Validasi Berdasarkan Ilustrasi No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Ada ilustrasi 4 4 8 4 2. Ilustrasi menarik 4 4 8 4 3. Ilustrasi komunikatif 4 4 8 4 Jumlah 12 12 24 12 Jumlah skor kriterium 4 Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 24 pada jumlah tertinggi 30 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 4,00. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi untuk penggunaan ilustrasi pada lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik dan sesuai dengan kebutuhan pemahaman siswa. 7. Validasi Kelengkapan Komponen Skor maksimum dari masing-masing pertanyaan adalah 5. Jumlah seluruh pertanyaan pada validasi kelengkapan komponen lembar kerja siswa ini adalah 4

95 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi untuk semua pertanyaan adalah 20. Berikut tabel hasil validasi berdasarkan kelengkapan komponen bahan ajar. Tabel 4.7 Hasil Validasi Berdasarkan Kelengkapan Komponen Bahan Ajar No. Aspek yang dinilai Penilaian Rerata (dalam skor) Jumlah Skor I II 1. Ada uraian 4 4 8 4 2. Ada latihan 4 4 8 4 3. Ada umpan balik 4 4 8 4 4. Ada penguatan 3 3 6 3 Jumlah 15 15 30 15 Jumlah skor kriterium 3,75 Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 30 pada jumlah tertinggi 40 maka hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 3,75. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik. Jadi untuk kelengkapan komponen bahan ajar yaitu lembar kerja siswa berbasis creative problem solving sudah cukup baik dan kelengkapan suatu bahan ajar. Dari ketujuh klasifikasi di atas diperoleh hasil penilaiannya berdasarkan rerata skor validasi yaitu 3,93. Jadi hasil penilaian materi bahan ajar secara keseluruhan sudah valid dan termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: dengan kualitas baik. Namun ada sedikit komentar dan saran untuk perbaikan terhadap lembar kerja siswa ini. Adapun komentar dan saran dari ahli evaluasi bahan ajar yaitu: 1. Gunakan satu jenis huruf dan jangan banyak variasi 2. Pada contoh, tunjukkan langkah-langkah creative problem solvingnya 3. Petunjuk kecil sebaiknya diletakkan sebelah kiri

96 4.1.2.3.2. Validasi Desain Tim Ahli terhadap Lembar Kerja Siswa Berbasis Creative Problem Solving pada Materi Barisan dan Deret tak Hingga Pada validasi desain pembelajaran ini peneliti memilih dua orang dosen yaitu Drs. Gugun.M Simatupang, M. Si dan Drs. Zaimi Effendi, M.Pd untuk menilai desain pembelajaran LKS tersebut. Setelah tenaga ahli tersebut melihat lembar kegiatan yang peneliti kembangkan, barulah tenaga ahli menilai dengan menggunakan instrumen rating scale (lampiran 3). Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil Validasi Desain LKS No. Deskriptor Penilaian (dalam skor) Jumlah Rerata Skor I II (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Klarifikasi Masalah 1. LKS mengidentifikasi fakta 2. LKS mengidentifikasi pertanyaan 3. LKS memvisualisasi situasi 4 4 4 4 4 4 8 8 8 4 4 4 2. Pengungkapan Gagasan 4. LKS mengarahkan siswa untuk mengungkapkan gagasan tentang strategi pemecahan masalah. 4 4 8 4 3. Evaluasi dan Seleksi 5. LKS mengarahkan siswa untuk mengevaluasi dan menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah. 6. LKS membantu memutuskan strategi pemecahan masalah 4 4 4 4 8 8 4 4 4. Implementasi 7. LKS membantu melaksanakan strategi yang 4 4 8 4 dipilih dalam memecahkan masalah. Jumlah 28 28 56 28 Jumlah skor kriterium 4 Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh jumlah skor penilaian dari validator adalah 56 pada jumlah tertinggi 70 maka dapat diperoleh persentase skor penilaian validator terhadap desain media LKS adalah 4,00. Jadi, hasil penilaian termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik.

97 4.1.2.4. Revisi Desain Revisi dilakukan peneliti berdasarkan pendapat dan penilaian tim ahli terhadap materi dan desain LKS yang telah dibuat. Pada tahap ini dilakukan perbaikan LKS berdasarkan saran dan komentar dari tim ahli atau validator tersebut. Adapun revisi pada lembar kerja siswa meliputi: 1. Perhatikan jenis huruf yang digunakan. Jenis huruf jangan terlalu banyak variasi. Oleh karena itu penulis merevisi yang terlihat pada gambar 4.12 di bawah ini: Sebelum Direvisi Gambar 4.12 Revisi Jenis Huruf Setelah Direvisi 2. Perhatikan letak petunjuk kecil. Oleh karena itu penulis merevisi yang terlihat pada gambar 4.13 di bawah ini: Sebelum Direvisi Setelah Direvisi Gambar 4.13 Revisi Letak Petunjuk

98 3. Penambahan langkah-langkah creative problem solving pada contoh. Adapun revisi yang telah dilakukan penulis terlihat pada gambar 4.14 di bawah ini: Sebelum Direvisi Setelah Direvisi Gambar 4.14 Revisi Penambahan tulisan 4.1.3 Tahap Development (Pengembangan) Tahapan berikutnya yaitu tahap development (pengembangan), pada tahap ini peneliti mulai membuat LKS matematika berbasis creative problem solving yang sesuai dengan struktur yang telah dirancang pada tahap perancangan. Penjelasan selanjutnya pada tahap pengembangan mencakup beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: 4.1.3.1 Pembuatan Produk Kegiatan pembuatan LKS dimulai dari cover LKS, kemudian bagian awal LKS yang menjelaskan mengenai petunjuk belajar dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator pecapaian kompetensi, pengalaman belajar dan informasi pendukung yang berupa peta konsep.

99 Pada bagian selanjutnya masuk ke materi barisan dan deret tak hingga. Untuk evaluasi, diberikan soal-soal latihan dan soal uji kompetensi untuk melihat seberapa jauh kemampuan siswa menyerap materi yang ada dalam LKS tersebut. Setelah pembuatan LKS selesai, maka proses percetakan LKS dilakukan. 4.1.3.2 Uji Coba Kelompok Kecil Uji coba kelompok kecil dilakukan dengan maksud memberikan masukan kepada peneliti terhadap LKS yang akan dikembangkan. Hasil evaluasi uji coba kelompok kecil tersebut digunakan untuk merevisi LKS yang telah dibuat. Teknik pelaksanaannya adalah mengumpulkan 2 orang guru matematika dan 8 orang siswa non subjek uji coba penelitian, mereka diminta untuk mengamati LKS, mengerjakan soal pada uji kompetensi, dan kemudian mengisi angket tanggapan yang telah diberikan. 4.1.3.2.1 Tanggapan Guru Matematika Ujicoba produk dilakukan pada dua orang guru matematika yang mengajar di SMA N 8 Muaro Jambi yaitu Nofrizal,S.Pd dan Jesmahaldi,S.Pd. Mereka diminta mengamati dan menilai LKS tersebut. Setelah itu, peneliti meminta guru untuk memberikan penilaian dengan menggunakan angket yang terdiri dari 15 pernyataan mengenai LKS yang telah dibuat. Untuk hasil penilaiannya dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan tanggapan guru matematika mengenai LKS yang telah dikembangkan diperoleh jumlah skor 122 dari skor tertinggi 150. Dengan demikian diperoleh hasil penilaian sebesar 4,07 sehingga termasuk kedalam kategori 3,40 N 4,19 dengan kualitas baik.

100 Namun, ada beberapa saran dan komentar yang diberikan oleh guru untuk perbaikan LKS agar lebih sempurna. Beberapa perbaikan yang perlu dilakukan antara lain: a) Pada kolom kesimpulan halaman 13, sebaiknya dibuat kalimat untuk menyatakan kesimpulan agar peserta didik tidak bingung dalam mengisi kolom. Sebelum Direvisi Setelah Direvisi b) Pemakaian warna. Gambar 4.15 Revisi pada Kolom Kesimpulan Sebelum Direvisi Setelah Direvisi Gambar 4.16 Revisi warna

101 4.1.3.2.2 Tanggapan Siswa Setelah uji coba dari guru mata pelajaran matematika, selanjutnya peneliti meminta tanggapan dari siswa kelas XI SMA N 8 Muaro Jambi pada uji coba produk terbatas untuk siswa sebanyak 8 siswa yang mana siswa tersebut berasal dari siswa-siswa non kelas yang akan diujicobakan. Uji coba ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam pelajaran dengan memberikan gambaran umum dari materi, kegiatan siswa, dan latihan pada LKS tersebut. Setelah diuji cobakan, peneliti meminta siswa tersebut memberikan penilaian berupa tanggapan siswa dengan menggunakan angket yang terdiri dari 10 pernyataan (lampiran 5). Sebelum siswa mengisi angket, diberikan penjelasan mengenai cara pengisian dan penjelasan mengenai isi masing-masing poin pada angket. Berdasarkan penilaian angket pada lampiran 5, diperoleh jumlah skor uji coba produk terbatas mengenai tanggapan siswa terhadap LKS adalah 349 dari skor tertinggi yaitu 400. Dengan demikian hasil penilaian ujicoba tanggapan siswa terhadap produk LKS ini termasuk dalam kategori 4,20 N 5,00: sangat baik dengan rerata skor uji coba produk terhadap tanggapan siswa adalah 4,36. Berdasarkan penilaian responden, dapat disimpulkan tanggapan siswa tentang LKS yang dibuat memberikan respon positif, sehingga LKS ini dapat dikatakan menarik dan baik. 4.1.3.3 Uji Coba Kelompok Besar Setelah uji coba tanggapan siswa dalam skala yang kecil, selanjutnya peneliti melakukan uji coba tanggapan siswa dalam skala yang lebih besar.

102 Peneliti meminta tanggapan dari siswa kelas XI SMA N Muaro Jambi pada uji coba produk untuk siswa sebanyak 29 siswa yang mana siswa tersebut berasal dari siswa-siswa non kelas yang akan diujicobakan. Uji coba ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam pelajaran dengan memberikan gambaran umum dari materi, kegiatan siswa, dan latihan pada LKS tersebut. Setelah diuji cobakan, peneliti meminta siswa tersebut memberikan penilaian berupa tanggapan siswa dengan menggunakan angket yang terdiri dari 10 pernyataan (lampiran 7). Sebelum siswa mengisi angket, diberikan penjelasan mengenai cara pengisian dan penjelasan mengenai isi masing-masing poin pada angket. Berdasarkan penilaian angket pada lampiran 6, diperoleh jumlah skor uji coba produk terbatas mengenai tanggapan siswa terhadap LKS adalah 1183 dari skor tertinggi yaitu 1450. Dengan demikian hasil penilaian ujicoba tanggapan siswa terhadap produk LKS ini termasuk dalam kategori 3,40 N 4,19: baik dengan rerata skor uji coba produk terhadap tanggapan siswa adalah 4,08. Berdasarkan penilaian responden, dapat disimpulkan tanggapan siswa tentang LKS yang dibuat memberikan respon positif, sehingga LKS ini dapat dikatakan menarik dan baik. 4.1.4 Tahap Implementation (Implementasi) Pada tahap implementasi, LKS dengan menggunakan model creative problem solving diimplementasikan dikelas sesungguhnya oleh peneliti sendiri, yaitu pada saat penelitian diterapkan di kelas XI MIA 2 SMA N 8 Muaro Jambi yang berjumlah 32 orang siswa. Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 5 kali pertemuan, 4 kali pertemuan dilakukn kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan

103 untuk pemberian post-test setelah menggunakan LKS dengan model creative problem solving. Dalam 1 minggu ada tiga kali pertemuan yaitu setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Pada pertemuan pertama, materi yang dipelajari adalah menemukan konsep barisan dan deret tak hingga. Langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti mempersiapkan RPP terlebih dahulu (lampiran 9). Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa. Pembelajaran ini dilaksanakan secara berkelompok. Pada kegiatan pendahuluan, peneliti mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan menjelaskan tahap-tahap pembelajaran dengan model creative problem solving berdasarkan LKS. Pada kegiatan inti dengan menggunakan LKS berbasis creative problem solving, siswa diberi kesempatan untuk membaca uraian materi yang diberikan. Kemudian siswa diberikan suatu masalah yang untuk memahami konsep barisan dan deret tak hingga. Siswa secara berkelompok memecahkan masalah tersebut sesuai dengan petunjuk yang tersedia didalam LKS. Pertama melakukan kegiatan klarifikasi masalah, siswa secara berkelompok mengklarifikasi masalah yang diperoleh setelah guru menjelaskan materi pelajaran. Ini diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan, apa yang ditanyakan, apa saja informasi yang dibutuhkan, dan bagaimana akan menyelesaikannya. Kemudian melakukan kegiatan pengungkapan gagasan, siswa masing-masing kelompok mengungkapkan pendapat sebanyak-banyaknya dengan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran tersebut. Selanjutnya siswa melakukan evaluasi dan seleksi, siswa bersama guru

104 mengevaluasi dan menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah sehingga menghasilkan strategi yang optimal. Dan terakhir siswa melakukan kegiatan implemetasi, siswa bersama kelompoknya memutuskan strategi pemecahan masalah dan melaksanakan strategi yang dipilih dalam memecahkan permasalahan sesuai dengan pendapat yang dajukan. Setelah itu siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada LKS untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari. Pada saat proses pembelajaran, suasana di dalam kelas awalnya kurang kondusif karena siswa belum terlalu memahami proses pembelajaran dengan model creative problem solving. Setelah dijelaskan kembali dan sebagian siswa antuasias dalam proses pembelajaran, suasana kurang kondusif itupun berubah menjadi cukup kondusif. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya, mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan menanggapi hasil kerja kelompok lain. Namun demikian, masih ada sebagian siswa yang belum terlalu memahami pembelajaran dengan model creative problem solving. Pada pertemuan kedua, materi yang dipelajari yaitu menentukan rumus jumlah deret tak hingga dan menerapkannya dalam soal pemecahan masalah matematika. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan sama dengan pertemuan pertama. Begitu juga untuk pertemuan ketiga, dan keempat. Pada pertemuan kedua, suasana didalam kelas lebih kondusif dari pertemuan pertama. Siswa yang pada pertemuan pertama belum terlalu mengerti dengan proses pembelajaran ini, pada pertemuan kedua, ketiga, dan keempat sudah terbiasa dengan proses pembelajaran dengan model ini dan sudah memahami setiap langkah-

105 langkahnya. Suasana kondusif pun dapat diciptakan dengan pembelajaran model creative problem solving. Pada proses pembelajaran dilakukan penilaian untuk kompetensi sikap, sedangkan pada akhir pertemuan ketiga dan keempat dilakukan penilaian untuk kompetensi keterampilan. Pada saat penilaian kompetensi sikap, peneliti dibantu oleh satu orang guru matematika di SMA N 8 Muaro Jambi yaitu bapak Jesmahaldi, S.Pd untuk melakukan pengamatan terhadap 32 orang peserta didik. Hasil penilaiannya dapat dilihat pada lampiran 11, sedangkan penilaian kompetensi keterampilan yang dalam hal ini adalah penilaian tugas proyek dapat dilihat pada lampiran 12. Setelah itu dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa, tes hasil belajar dilaksanakan pada pertemuan ke 5. Soal terdiri dari 10 soal uraian yang terdiri dari soal rutin maupun non rutin. Sebelum digunakan untuk melihat hasil belajar siswa, soal tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas XI MIA 1 SMA N 8 Muaro Jambi, hal ini untuk melihat validitas, daya beda, taraf kesukaran, dan reliabilitas soal. Soal yang nantinya digunakan adalah soal valid yang memiliki taraf kesukaran mudah, sedang, dan sukar, daya beda sedang, baik, dan sangat baik, serta reliabel. 4.1.5 Tahap Evaluation (Evaluasi) Uji coba post-test dilakukan pada satu kelas yaitu kelas XI MIA 1 yang terdiri dari 29 siswa. Dari soal ujicoba post-test di kelas XI MIA 1 akan dilihat valid atau tidaknya soal, taraf kesukaran, daya beda, dan reliabilitas dari soal tersebut. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 19. Berikut akan dijabarkan untuk hasil yang didapat dari seluruh analisis yang dilakukan.

106 Tabel 4.9 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Ujicoba Post-test Harga P Kriteria Pengukuran Nomor Soal 0,00 P < 0,30 Sukar 5, 7, 9 0,30 P < 0,70 Sedang 1, 3, 6, 8, 10 0,70 P 1 Mudah 2, 4 Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa ada 3 soal yang memiliki taraf kesukaran sukar, 5 soal yang memiliki taraf kesukaran sedang dan 2 soal yang memiliki taraf kesukaran mudah. Karena dalam post-test menggunakan semua indeks taraf kesukaran, maka semua soal digunakan dalam soal post-test. Selanjutnya perhitungan hasil analisis daya beda soal ujicoba post-test. Untuk hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Hasil Analisis Daya Beda Soal Ujicoba Post-test Harga D Kriteria Pengukuran Nomor Soal 0,00 D < 0,20 Jelek 7 0,20 D < 0,40 Cukup - 0,40 D < 0,70 Baik 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10 0,70 D 1,00 Sangat Baik 6 Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa ada 1 soal yang mempunyai daya beda yang jelek. Karena soal pada post-test hanya menggunakan soal yang daya bedanya cukup, baik, dan sangat baik, maka 1 soal tersebut tidak digunakan dalam post-test. Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, maka soal yang digunakan untuk post-test berjumlah 10 yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan 10 dengan reliabilitas 0.6722. Soal yang digunakan dalam post test ini berbentuk soal uraian, hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat secara utuh sejauh mana siswa memahami cara penyelesaian soal yang diberikan. Setelah perhitungan validitas soal selesai dilakukan, maka soal yang diujikan kepada kelas XI MIA 2 mengalami pengurangan butir soal. Dari tes hasil belajar

107 siswa di kelas XI MIA 2, menunjukkan 75,00% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan pada tes yang diberikan dengan rata-rata nilai 77,25. Dalam pelaksanaannya, tes hasil belajar diikuti oleh 32 siswa. Nilai hasil tes hasil belajar siswa kelas XI MIA 2 dapat dilihat pada lampiran 25. Jumlah siswa yang belum tuntas adalah 8 siswa dengan persentase 25,00% dan jumlah siswa yang tuntas adalah 24 siswa dengan persentase ketuntasan 75.00%. Dari syarat ketuntasan kelas yaitu 70% siswa mencapai KKM. 4.2 Pembahasan 4.2.1. Hasil Pengembangan LKS Berbasis Creative Problem Solving pada Materi Barisan dan Deret tak Hingga Penelitian pengembangan ini diawali dengan pengembangab LKS berbasis creative problem solving. Pengembangan LKS ini melalui beberapa tahap yaitu analysis (analisis), design (perangcangan), development (pengembangan), tahap implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi). Pada tahap analysis (analisis) dilakukan analisis kebutuhan-kebutuhan berupa kurikulum, tujuan pembelajaran, dan tugas-tugas pada materi barisan dan deret tak hingga. Berdasarkan tahap analysis, peneliti mengembangkan lembar kerja siswa dengan model pembelajaran creative problem solving pada mata pelajaran matematika khususnya materi barisan dan deret tak hingga sesuai dengan masalahmasalah yang ditemukan serta sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kebutuhan-kebutuhan pengembangan seperti kurikulum yang berlaku dan tujuan pembelajaran pada materi barisan dan deret tak hingga.

108 Pada tahap design (perangcangan), peneliti mendesain LKS, kemudian LKS divalidasi oleh tenagaa ahli materi dan tenaga ahli desain media pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas LKS berdasarkan faktor-faktor pengembangan bahan ajar. Menurut Belawati (2007:2.5) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar yaitu kecermatan isi, cakupan, ketercernaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan kelengkapan komponen. Hasil validasi ahli pada perhitungan angket yang telah dilakukan dapat dilihat pada diagram dibawah ini. 4.05 4 3.95 3.9 3.85 3.8 3.75 3.7 3.65 3.6 Ahli 1 Ahli 2 Rata-rata Gambar 4.17 Diagram Hasil Validasi Tim Ahli Berdasarkan pada seluruh faktor pengembangan bahan ajar diperoleh rerata skor validasi 4,00 yang berada pada interval 3,40 N 4,19 : dengan kriteria baik maka LKS dengan model pembelajaran creative problem solving ini telah sesuai dan dapat dikatakan valid. Setelah melalui tahap validasi oleh selanjutnya adalah melakukan revisi, ada yang harus diperbaiki tim ahli, langkah atau ditambah guna lebih menyempurnakan LKS.

109 Pada tahap development (pengembangan) meliputi pembuatan LKS berbasis creative problem solving yang sesuai dengan struktur yang telah dirancang tersebut. Setelah itu dilakukan uji coba kelompok kecil. Ini bertujuan untuk melihat komentar dari sasaran pengguna produk. Hasil uji coba penilaian digunakan merevisi LKS. Validasi diujikan kepada 2 orang guru mata pelajaran matematika dan 8 orang siswa kelas XI SMA Negeri 8 Muaro Jambi dengan cara memberikan LKS tersebut, kemudian siswa diminta untuk mengisi angket yang telah disediakan. Pada uji coba kepada 2 orang guru didapat rerata sebesar 4,07 sehingga termasuk kedalam kategori 3,40 N 4,19 : dengan kualitas baik. Perhitungan angket tanggapan siswa pada uji coba kelompok kecil didapat rerata sebesar 4,36 sehingga juga termasuk dalam kategori 4,20 N 5,00: dengan kualitas sangat baik. Berdasarkan uji coba ini, maka LKS dapat dikatakan valid sehingga dapat digunakan pada tahap implementation. Selanjutnya tahap implementation (implementasi) melakukan ujicoba pemakaian pada siswa kelas XI MIA 2 SMA N 8 Muaro Jambi. Kegiatan pembelajaran dilakukan menggunakan LKS yang telah melalui tahap validasi ahli dan uji coba LKS. Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 4 kali pertemuan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk melakukan kegitan post test. Kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat peneliti untuk setiap pertemuan dan setiap pertemuan dilihat bagaimana sikap siswa saat mengikuti pelajaran. Adapun penilaian sikap tersebut diperoleh rata-rata sikap dengan kategori baik dengan nilai 81,02. Sedangkan pada penilain tugas proyek diperoleh rata-rata 87,50 dengan kategori baik. Pada perhitungan soal post test diperoleh persentase 75,00% siswa

110 tuntas atau mencapai KKM yaitu 75 dengan rata-rata nilai 77,25. Ketuntasan belajar siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila memperoleh nilai rata-rata 75 (dalam skala 100) dan satu kelas dikatakan tuntas belajar apabila dikelas tersebut terdapat 70% siswa telah tuntas belajar. Dengan demikian siswa kelas XI MIA 2 telah memenuhi syarat ketuntasan kelas yang telah ditetapkan oleh sekolah. Jadi secara keseluruhan berdasarkan hasil validasi ahli dan uji coba produk dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis creative problem solving layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran, hal ini diperkuat dengan rerata yang diperoleh menujukkan bahwa kualitas LKS ini masuk kedalam kategori baik. Pengembangan lembar kerja siswa pada materi barisan dan deret tak hingga yang dilakukan pada penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi barisan dan deret tak hingga. Pengembangan lembar kerja siswa dengan model pembelajaran creative problem solving ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah matematika. Maka lembar kerja siswa dengan model pembelajaran creative problem solving pada materi kesebangunan ini dikatakan valid. Valid, tergambar dari hasil penilaian validator, dimana semua validator menyatakan baik berdasarkan kecermatan isi, ketepatan cakupan isi, ketercernaan, penggunaan bahasa, perwajahan, ilustrasi dan kelengkapan komponen, serta desain pembelajaran dengan model pembelajaran creative problem solving. Hal ini juga didukung oleh penyempurnaan lembar kerja siswa dari hasil uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan ujicoba kelompok besar. Selain itu, LKS ini dapat mengurangi suasana kurang

111 kondusif didalam kelas dan juga dapat melibatkan semua siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan memberikan penjelasan tahap creative problem solving yang akan dilakukan selama pembelajaran. Maka dari itu, LKS dengan model pembelajaran creative problem solving ini sangat bagus digunakan dan merupakan suatu solusi untuk membantu siswa dan guru dalam pembelajaran matematika yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah matematika.