ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP ANTARA DUA RUMAH SAKIT AKREDITASI C Michael Y. Karundeng*, Diana V. Doda**, B. H. Ralph Kairupan** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kelelahan pada perawat dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Kelelahan kerja disebabkan oleh adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh karakteristik individu. Faktor eksternal dipengaruhi shift kerja, masa kerja, beban kerja serta lingkungan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara kelelahan kerja perawat di ruang rawat inap dua rumah sakit. Metode yang digunakan yaitu kuantitatif. Jenis penelitian ini ialah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.populasi yang digunakan yaitu seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Besar sampel 60 responden, terbagi dua yaitu 30 responden di RSU Pancaran Kasih dan 30 responden di RS Tkt. III. R.W. Monginsidi dengan teknik pengambilan purposive sampling. Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan alat ukur HubbardScientific 6027 reaction timer. Analisis perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan shift kerja menggunakan uji Kruskal Wallis dan perbedaan antara dua rumah sakit menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian di didapatkan nilai p-value= 0,000 menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada tiap shift kerja. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam.shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap baik RSU Pancaran Kasih GMIM maupun RS Tkt. III. R. W. Monginsidi. Berdasarkan Kesimpulan hasil penelitian ini ialah bahwa terdapat perbedaan kelelahan kerja antara shift kerja perawat baik shift pagi, shift sore maupun shift malam. Saran yang dapat diberikan ialah mempertahankan pengaturan sistim shift agar mengacu pada standar shift kerja dan beban kerja sehingga mengurangi tingkat kelelahan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kata Kunci : Kelelahan kerja ABSTRACT Fatigue on nurse can cause work accident. Work fatigue caused by internal and external factor. Internal factor affected by individual characteristic. External factor affected by work shift, work period, work load and also physical environment. This research purpose is to determine the different of work fatigue level on nurse at inpatient room between two hospital. The method used is quantitative. The type of this research is analytic observational with cross sectional approach. The population used is all nurses who served in the inpatient room. The sample size is 60 respondents, divided into two, namely 30 respondents in RSU PancaranKasih and 30 respondents in RS Tkt. III. R.W.Monginsidi with using purposive sampling technique.to Measure the fatigue level we using Hubbard Scientific 6027 reaction timer.kruskal Wallis test used to Analyze the difference of fatigue level based on work shift and using unpaired T test to analyze difference between two hospitals. The results of the research obtained p-value = 0,000 indicates that there is a difference in the level of fatigue in each work shift. The nurse s fatigue level in the morning shift is lower than in the afternoon shift, and in the afternoon shift nurse s fatigue rate is lower than the night shift. Night shift proving more exhausting for nurse than morning shift and afternoon shift in either Pancaran Kasih GMIM or RS Tkt. III. R. W. Monginsidi. The conclusion of this research result is that there is difference of work fatigue between work shift for nurse, either morning shift, afternoon shift and night shift. Suggestions can be given is to maintain the arrangement of shift system based on work shift standard and workload standard, so nurse can maintain their level of fitness to reduce the level of work fatigue that can cause accident at work. Keywords : Work fatigue 94
PENDAHULUAN Undang-undang No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan kerja menyatakan bahwa Upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Tempat kerja termasuk didalamnya rumah sakit dimana para pekerja kesehatan baik dokter, perawat, bidan dan pekerja kesehatan lainnya sebagai profesi yang berisiko terhadap bahaya kesehatan berupa penyakit akibat kerja. Kelelahan merupakan hal yang paling sering dijumpai pada tenaga kerja perawat (Suma mur, 2009). Kelelahan pada tenaga kerja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (2015) memperkirakan setiap hari 6 orang buruh meninggal dunia ditempat kerja. Secara rata-rata, setiap tahunnya terjadi 9.000-100.000 kasus kecelakaan kerja dan 2375 kasus diantaranya berakibat kematian. Berdasarkan hasil survey di United State of America tentang kelelahan kerja, didapatkan data sebanyak 24% dari keseluruhan orang dewasa yang berkunjung ke poliklinik mengalami kelelahan kronik (Hardi, 2006). Demikian juga menurut Suma mur (2009) di Indonesia lebih dari 65% pekerja yang berkunjung di poliklinik perusahaan mengeluh kelelahan kerja. Penelitian terkait kelelahan kerja perawat yang dilakukan di rumah sakit harapan kita tahun 2011, bahwa terdapat kelelahan kerja yang tinggi pada perawat di ruang rawat jalan yang berusia 31-40 tahun dibandingkan yang berusia 22-30 tahun (Mariyanti dan Citrawati, 2011). Kelelahan kerja dapat disebabkan dari faktor internal maupun eksternal seperti faktor intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, shift kerja, problem fisik seperti tanggung jawab, lingkungan kerja, kondisi kesehatan, dan status gizi (Grandjean, 2000 dalam Tarwaka 2010). Tarwaka (2010) mengatakan bahwa di Indonesia 63% pekerja menderita kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Terutama pada shift kerja malam yang berdampak pada gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stres dan gangguan gastrointestinal yang dapat meningkatkan risiko terjadi kecelakaan kerja (Pulat, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, dkk tahun 2006 dalam Revalicha (2012), pada perawat di salah satu 95
Rumah Sakit di Yogyakarta bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tiap shift kerja. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. Penelitian yang dilakukan juga di Rumah Sakit Bethesda kota Tomohon oleh Angouw (2016), terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada perawat antara shift kerja pagi, shift kerja sore dan shift kerja malam. Hasil studi pendahuluan menunjukkan Ruang Rawat Inap di RSU Pancaran kasih GMIM Manado dan RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado sering mengalami kelebihan daya tampung yang disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien sehingga beban kerja perawat menjadi tinggi. Wawancara singkat pada perawat, keluhan yang dialami seringkali adalah kelelahan terutama saat bekerja di shift malam. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) belum optimal dan belum terfokus seperti contoh belum dilakukan secara rutin pemeriksaan kesehatan bagi perawat yang seharusnya dilakukan minimal satu kali pemeriksaan kesehatan dalam setahun bekerja.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara kelelahan kerja perawat di ruang rawat inap antara dua rumah sakit berdasarkan pembagian shift kerja. METODE Desain penelitian ini ialah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih GMIM dan RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Kota Manado. Waktu penelitian mulai bulan Januari Juni 2017. Populasi yang digunakan yaitu seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Besar sampel 60 responden, terbagi dua yaitu 30 responden di RSU Pancaran Kasih dan 30 responden di RS Tkt. III. R.W. Monginsidi dengan teknik pengambilan purposive samplingyakni teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti. Variabel Dependen yang diteliti dalam penelitian ini ialah Kelelahan Kerja sedangkan, Variabel Independen ialahshift Kerja. Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil pengisian pengukuran dengan alat dan kuesioner oleh responden yang dikumpulkan pada saat pelaksanaan penelitian antara lain data karakteristik responden, kelelahan kerja. Dan data sekunder diperoleh dari laporan hasil penelitian, laporan pemerintah dan profil RSU Pancaran Kasih GMIM dan RSTkt. III Robert Wolter Monginsidi Kota Manado, buku maupun jurnal penelitian.instrument penelitian yang 96
digunakan yaitu alat HubbardScientific 6027 reaction timer untuk mengukur variabel kelelahan. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan secara umum seluruh obyek penelitian dan variabel yang diteliti, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel perancu dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan atau perbedaan mean dua kelompok data dengan menggunakan uji statistik antara variabel independen dan dependen. Analisis perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan shift kerja menggunakan uji Kruskal Wallis dan perbedaan antara dua rumah sakit menggunakan uji T tidak berpasangan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Univariat Shift Kerja Pagi Sore Malam Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Shift Kerja RSU Pancaran RS. Tkt. III R.W. RSU Pancaran RS. Tkt. III R.W. Kasih GMIM Monginsidi Kasih GMIM Monginsidi % N % N 12 10 40,0 33,3 26,7 14 46,6 26,7 26,7 Tabel 1 menunjukan shift kerja terbanyak di RSU Pancaran Kasih GMIM pada kategori shift kerja pagi yaitu berjumlah 12 (40%) responden. sedangkan,shift kerja terbanyak di RS Tkt. III R.W. Monginsidi juga pada kategori shift kerja pagi yaitu berjumlah 14 (46,6%) responden. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelelahan Kerja RSU Pancaran Kasih GMIM RS. Tkt. III R.W. Monginsidi Tingkat Kelelahan Kerja N % n % 150,0 240,0 (Normal) 240,0 < X < 410,0 (Ringan) 410,0 < X < 50,0 (Sedang) > 50,0 milidetik (Berat) 1 16 12 1 3,3 53,4 40,0 3,3 3 1 1 10 60 26,7 3,3 Total 30 100 30 100 Tabel 2 menunjukan kelelahan kerja terbanyak di RSU Pancaran Kasih GMIM berada pada kategori kelelahan kerja ringan yaitu berjumlah 16 (53,4%) responden. Hal yang sama di RS Tkt. III R.W. Monginsidi kelelahan kerja terbanyak pada kategori kelelahan kerja ringan yaitu berjumlah 1 (53,4%) responden. 97
2. Hasil Analisis Bivariat Tabel 3. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi, Sore, Malam (Kruskal- Tingkat Kelelahan Kerja Wallis)di RSU Pancaran Kasih GMIM ShiftKerja N Mean Rank PValue ShiftPagi 12 7,5 Shift Sore 10 17,40 0,000 Shift Malam 25,00 Tabel 3 menunjukan terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja perawat antara shiftpagi,shift sore, dan shift malam. Diketahui bahwa nilai p sebesar 0,000 yang berarti p<0,05, sehingga menunjukan hasil yang sangat signifikan.hal ini sesuai dengan penelitian Angouw (2016)dengan uji statistik yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu p= 0,000 yang dapat disimpulkan bahwa ada beda antara shift pagi, shift sore dan shift malam, meskipun rata-rata tingkat kelelahan pada shift pagi dan sore di tingkat kelelahan ringan. Dari hasil pengukuran kelelahan kerja didapatkan hasilpada shift pagi terdapat 1 perawat dengan tingkat kelelahan kerja normal (,3%), 10perawat mengalami kelelahan ringan (3,4%), dan 1perawat mengalami kelelahan sedang (,3%).Pada shift pagi terjadi kelelahanringan dan sedang tanpa kelelahan berat, hal ini dapat terjadi karena waktu tidur perawat lebih banyak. Pada shiftsore terdapat 5perawat mengalami kelelahan ringan (50%), dan 5perawat mengalami kelelahan sedang (50%) tanpa mengalami kelelahan normal atau pun kelelahan berat.hal ini dapat terjadi karena pada shift sore kondisi tubuh perawatmulai menurun karena sebelum bekerja perawat telah melakukan aktivitas lainnya, sehingga beban kerja dan kelelahanpun meningkat. Sedangkan, Pada shiftmalam terdapat 7perawat mengalami kelelahan sedang (7,5%), dan ada 1perawatyang mengalami kelelahan berat (12,5%).Hal ini dikarenakan kondisi tubuh sudah menurun, suhu tubuh menurun setelah melakukan aktivitas di pagi hari dan di siang hari. Malam hari adalah waktu yang seharusnya digunakan perawat untuk tidur tetapi oleh perawatshift malam digunakan untuk bekerja, sehingga beban kerja dan kelelahan kerja terasa lebih berat dan cenderung meningkat. 9
Tabel 4. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi-Sore, Pagi-Malam, Sore-Malamdi RSU Pancaran Kasih GMIM(Post Hoc Mann-Whitney Test) Tingkat Kelelahan Kerja Shift Kerja N Mean Rank P Value Pagi 12 7,50 0,002 Sore 10 16,30 Pagi 12 6,5 0,000 Malam 16,3 Sore 10 6,60 0,010 Malam 13,13 Tabel 4 menunjukan perbedaan tingkat kelelahan kerja antara kelompok shiftkerja. Diketahui bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan tingkat kelelahan kerja paling dominan yaitu antara kelompok shift pagi dengan shift malam karena nilai p=0,000 (p<0,05).tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Hal ini sesuai dengan penelitian Wijaya (2006) dalam Revalicha (2012) tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift sore. Sedangkan untuk shift sore dan malam terdapat perbedaan rata-rata tingkat kelelahan perawat. Hal ini dapat disimpulkan dengan penelitian Zunidra (2004) kecepatan timbulnya kelelahan pada shift kerja malam lebih tinggi dibandingkan kecepatan timbulnya kelelahan pada pagi maupun siang hari. Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi akan menyebabkan apa yang disebut dengan lelah kronis. Untuk menghindari akumulasi yang terlalu berlebihan, diperlukan keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses penyegaran (recovery process). Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain memberi waktu istirahat yang cukup baik, terjadwal, dan serasi dengan naikturunnya ketegangan tubuh (Suma mur, 2009). Tabel 5. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi, Sore, Malam (Kruskal-Wallis) di RS Tkt. III R.W. Monginsidi Tingkat Kelelahan Kerja ShiftKerja N Mean Rank PValue ShiftPagi 14 11,54 0,000 Shift Sore 11,94 Shift Malam 26,00 99
Tabel 5 menunjukan terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja perawat antara shiftpagi,shift sore, dan shift malam. Diketahui bahwa nilai p sebesar 0,000 yang berarti p<0,05, sehingga menunjukan hasil yang sangat signifikan. Dari hasil pengukuran kelelahan kerja didapatkan hasilpada shift pagi terdapat 2 perawat dengan tingkat kelelahan kerja normal (14,2%), 11perawat mengalami kelelahan ringan (7,6%), dan 1perawat mengalami kelelahan sedang (7,2%).Pada shift pagi terjadi kelelahanringan dan sedang tanpa kelelahan berat, hal ini dapat terjadi karena waktu tidur perawat lebih banyak. Pada shiftsore terdapat 1 perawat mengalami kelelahan ringan (12,5%),7perawat mengalami kelelahan ringan (7,5%), tanpa mengalami kelelahan sedang atau pun kelelahan berat.hal ini dapat terjadi karena pada shift sore walaupun kondisi tubuh perawatmulai menurun karena aktivitas lainnya, namun aktivitas pelayanan yang paling dominan di ruang rawat inap dilakukan pada pagi hari, seperti morning care, masuk keluar pasien, keluarga pasien yang berdatangan dan pelayanan dari dokter untuk melakukan visite kepada pasien sehingga dibanding shift sore, beban kerja shift pagi lebih tinggi dan dapat mengakibatkan meningkatnya kelelahan perawat. Sedangkan, Pada shiftmalam terdapat 7perawat mengalami kelelahan sedang (7,5%), dan ada 1perawatyang mengalami kelelahan berat (12,5%).Hal ini dikarenakan kondisi tubuh sudah menurun, suhu tubuh menurun setelah melakukan aktivitas di pagi hari dan di siang hari. Malam hari adalah waktu yang seharusnya digunakan perawat untuk tidur tetapi oleh perawatshift malam digunakan untuk bekerja, sehingga beban kerja dan kelelahan kerja terasa lebih tinggi dan cenderung meningkat. Tabel 6. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi-Sore, Pagi-Malam, Sore- Malamdi RS Tkt. III R.W. Monginsidi (Post Hoc Mann-Whitney Test) Tingkat Kelelahan Kerja Shift Kerja Pagi Sore Pagi Malam Sore Malam N Mean Rank p Value 14 14 11,25 11,94 7,79 1,00 4,50 12,50 0,11 0,000 0,001 Tabel 6 menunjukan perbedaan tingkat kelelahan kerja antara kelompok shiftkerja. Diketahui bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan tingkat 100
kelelahan kerja antara dua shiftyaitu kelompok shift pagi dengan shift malam dan shift sore dengan shift malam. Sedangkan kelompok shift pagi dengan shift sore menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna karena nilai p=0,11 (p>0,05).tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Windiati (2006) ada perbedaan kelelahan sesudah bekerja antara shift pagi dengan shift malam dengan signifikansi sebesar 0,000 di instalasi rawat inap RSD Dr. Koesnadi Bondowoso. Suma mur (2009), menyampaikan pendapat mengenai kondisi biologis dan faal, shift kerja malam seringkali disertai dengan reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme pertahanan diri (coping mechanism) dari gangguan tubuh. Akibat dari itulah kelelahan akan ditemukan relatif sangat banyak pada shift kerja malam yang akhirnya menyebabkan gangguan pada irama sirkardian. Tabel 7. Hasil Analisis Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat diruang Rawat Inap antara Dua Rumah Sakit Rumah Sakit N Mean t-test RSU Pancaran Kasih GMIM 30 36,73 0,344 RS Tkt. III R.W. Monginsidi 30 345,03 Tabel 7 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara Tingkat Kelelahan Kerja di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM dan RS Tkt. III R.W. Monginsidi Kota Manado, karena nilai p=0,344 (p>0,05).hal ini serupa dengan penelitian oleh Dianasari (2014) dengan tingkat signifikansi p sebesar 0,35 (p>0,05) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan keluhan kelelahan pada perawat antara unit rawat jalan, unit rawat inap dan unit gawat darurat di RSU Kaliwates Jember. Hal ini dikarenakan dalam aktivitas pekerjaan di rumah sakit tidak ada perbedaan pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien, walaupun jenis penyakit pasien berbeda satu sama yang lain. Sebab pemberian pelayanan keperawatan selalu berdasarkan respon pasien dan rata-rata jam perawatan pasien. Hal ini terkait dengan waktu pembagian shift kerja dirsu Pancaran Kasih GMIM sama dengan di RS Tkt III R.W. Monginsidi Kota Manado. 101
Hal ini diperkuat dengan adanya metode pemberian asuhan keperawatan yang diberlakukan di masing-masing ruangan, dimana keduanya menggunakan metode tim. Ketika metode pemberian pelayanan keperawatan yang diberlakukankan sama, walaupun jumlah keluar masuk pasien berbeda antara ruangan, masih dapat diimbangi pembagian tugas tiap perawat oleh penanggung jawab, dan dengan waktu istirahat yang cukup untuk perawat ketika bertugas baik istirahat untuk makan, maupun lainnya di selasela waktu saat bekerja. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat antara Shift Pagi, Shift Sore dan Shift Malam di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. 2. Terdapat perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat antara Shift Pagi, Shift Sore dan Shift Malam di Ruang Rawat Inap RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado. 3. Tidak terdapat perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM dan di RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi kota Manado. SARAN 1. Bagi Rumah Sakit a. Pentingnya menerapkan K3 khususnya pada aspek manajemen sumber daya manusia yaitu dalam pengaturan sistim shift agar mengacu pada standar shift kerja dan beban kerja dan dalam hal penempatan perawat perlu memperhatikan aspek kesehatan, usia, kualifikasi. b. Perlu diadakanprogram pemeriksaan kesehatan pada seluruh karyawan secara periodik sesuai standar yang berlaku. 2. Bagi Perawat a. Perlu memahami tentang penyebab kelelahan, 102
pembagian shift kerja yang tidak baik menimbulkan kelelahan kerja, dan harus dilakukan pengendalian sebaik mungkin mengingat kelelahan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja, oleh sebab itu perlu diupayakan pengendalian dari pekerja secara berkesinambungan. b. Perlu menghindari penyakit akibat kerja dengan cara mengurangi dampak kelelahan kerja baik pada perawat maupun pada pasien yang berupa kesalahan prosedur tindakan (SOP) dan pencatatan (Dokumentasi Keperawatan). c. Pertimbangkan pekerjaan yang lebih beresiko terhadap kelelahan kerja sebaiknya mendapat perhatian khusus supaya tidak menurunkan produktivitas kerja. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan faktor lain selain shift kerja seperti beban kerja, usia, gizi kerja ataupun berdasarkan unit kerja. b. Penelitian ini menggunakan alat ukur objektif berupa reaction timer, sebaiknya melakukan pengukuran kelelahan kerja dengan kombinasi metode pengukuran dan hendaknya dilakukan secara serempak agar hasil yang diperoleh lebih representatif. DAFTAR PUSTAKA Angouw, T.A. 2016. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift Kerja Pagi, Shift kerja Sore Dan Shift Kerja Malam Di Ruangan Rawat Inap RSU GMIM Bethesda Tomohon. Manado: FKM Unsrat. Anonymous. 2017. Profil RS Tingkat III Robert Wolter Monginsidi Manado Tahun 2016. Anonymous. 2015. Profil RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Anonymous. 2013 a. Encyclopedia Of Occupational Health And Safety. Geneva: ILO. Anonymous. 2011. Data Kecelakaan Kerja di Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Jakarta. Anonymous. 1992. UU Kesehatan RI tentang Kesehatan dan keselamatan Kerja. Jakarta. Hardi, 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi PT. 103
Sermani Steel Makasar. Makasar: FKM Unhas. Kelana, K. D. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Mariyanti, S., Citrawati, A. 2011. Burnout Pada Perawat yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita Jakarta. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Oesman, T. L., dan R. A. Simanjuntak. 2011. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test. In Proceeding 11 th National Confrence Of Indonesian Ergonomics Society. Onibala, F. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Irina E RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Pascasarjana UNSRAT. Rosanti, E. 2011. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Wanita Antara Shift Pagi, Shift Sore Dan Shift Malam Di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Revalicha, N. S. 2012. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada Perawat Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Setyawati, M. K. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books. Suma mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi & Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Virgy, S. 2011. Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Wijaya. 2006. Hubungan Antara Shift Kerja Dengan Gangguan Tidur & Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat R. S. Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Widanarko, B., S. Legg., J. Devereux., dan M. Stevenson. 2015. Interaction between Physical and Psychosocial Risk Factors on the Presence of Neck/ Shoulder Symptoms and its Consequences. Depok: Faculty of Public Health University of Indonesia. 104