*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun oleh: SULASTRI J

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA GMIM TOMOHON

PERBEDAAN KELELAHAN PADA PERAWAT SHIFT MALAM RUANG RAWAT INAP ICCU DAN KANA DI RUMAH SAKIT X KUDUS

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

ejournal Keperawatan (ekp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DAN SHIFT

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

PERBEDAAN STRES KERJA ANTAR SHIFT PERAWAT DI RUANGAN GAWAT DARURAT MEDIK RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 2015

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS Sherly Nayoan*

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RSUI YAKSSI GEMOLONG

Febriandini, et al, Analisis Faktor Individu, Faktor Organisasi dan Kelelahan Kerja Terhadap Stres Kerja...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 1 AIRMADIDI Jimmy M. Paays*, Paul A.T. Kawatu*, Budi T.

BEBAN KERJA OBYEKTIF TENAGA PERAWAT DI PELAYANAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT OBJECTIVE WORKLOAD OF NURSES IN THE INPATIENT SERVICES AT THE HOSPITAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA BURUH ANGKUT DI PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INTENSIVE CARE UNIT DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA.

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN ANTENATAL CARE BIDAN DENGAN KEPUASAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS SANGKRAH TAHUN 2013

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT IGD DAN ICU DI RSUD CILACAP TAHUN

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI DAN KEAMANAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSJ PROF. DR. V.L RATUMBUYSANG SARIO

Kata kunci : Kelelahan kerja, umur, beban kerja

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN BEBAN KERJA, TINGKAT STRES DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Pendahuluan. *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KESELAMATAN PASIEN RSUD HAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dwi Sumanto*), Raharjo Apriyatmoko**), Sri Wahyuni***)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

KAJIAN FAKTOR RISIKO STRESS KERJA PADA PERAWAT IGD DAN ICU RSUD CILACAP TAHUN 2015

: Work fatigue, Shift work, Workload

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA

Perawat sebagai manusia tidak pernah luput dari kesalahan.membuat kesalahan bukan suatu yang tidak wajar.sebagai manusia, mempunyai

GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI TAHUN 2016

ANALISIS PERBEDAAN RESPONSE TIME PERAWAT TERHADAP PELAYANAN GAWAT DARURAT DI UNIT GAWAT DARURAT DI RSU GMIM PANCARAN KASIH DAN DI RSU TK

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DAN PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

DINASTI TUNGGAL DEWI J

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHANKERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RSUI YAKSSI GEMOLONG

Transkripsi:

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP ANTARA DUA RUMAH SAKIT AKREDITASI C Michael Y. Karundeng*, Diana V. Doda**, B. H. Ralph Kairupan** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kelelahan pada perawat dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Kelelahan kerja disebabkan oleh adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh karakteristik individu. Faktor eksternal dipengaruhi shift kerja, masa kerja, beban kerja serta lingkungan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara kelelahan kerja perawat di ruang rawat inap dua rumah sakit. Metode yang digunakan yaitu kuantitatif. Jenis penelitian ini ialah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.populasi yang digunakan yaitu seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Besar sampel 60 responden, terbagi dua yaitu 30 responden di RSU Pancaran Kasih dan 30 responden di RS Tkt. III. R.W. Monginsidi dengan teknik pengambilan purposive sampling. Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan alat ukur HubbardScientific 6027 reaction timer. Analisis perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan shift kerja menggunakan uji Kruskal Wallis dan perbedaan antara dua rumah sakit menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian di didapatkan nilai p-value= 0,000 menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada tiap shift kerja. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam.shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap baik RSU Pancaran Kasih GMIM maupun RS Tkt. III. R. W. Monginsidi. Berdasarkan Kesimpulan hasil penelitian ini ialah bahwa terdapat perbedaan kelelahan kerja antara shift kerja perawat baik shift pagi, shift sore maupun shift malam. Saran yang dapat diberikan ialah mempertahankan pengaturan sistim shift agar mengacu pada standar shift kerja dan beban kerja sehingga mengurangi tingkat kelelahan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kata Kunci : Kelelahan kerja ABSTRACT Fatigue on nurse can cause work accident. Work fatigue caused by internal and external factor. Internal factor affected by individual characteristic. External factor affected by work shift, work period, work load and also physical environment. This research purpose is to determine the different of work fatigue level on nurse at inpatient room between two hospital. The method used is quantitative. The type of this research is analytic observational with cross sectional approach. The population used is all nurses who served in the inpatient room. The sample size is 60 respondents, divided into two, namely 30 respondents in RSU PancaranKasih and 30 respondents in RS Tkt. III. R.W.Monginsidi with using purposive sampling technique.to Measure the fatigue level we using Hubbard Scientific 6027 reaction timer.kruskal Wallis test used to Analyze the difference of fatigue level based on work shift and using unpaired T test to analyze difference between two hospitals. The results of the research obtained p-value = 0,000 indicates that there is a difference in the level of fatigue in each work shift. The nurse s fatigue level in the morning shift is lower than in the afternoon shift, and in the afternoon shift nurse s fatigue rate is lower than the night shift. Night shift proving more exhausting for nurse than morning shift and afternoon shift in either Pancaran Kasih GMIM or RS Tkt. III. R. W. Monginsidi. The conclusion of this research result is that there is difference of work fatigue between work shift for nurse, either morning shift, afternoon shift and night shift. Suggestions can be given is to maintain the arrangement of shift system based on work shift standard and workload standard, so nurse can maintain their level of fitness to reduce the level of work fatigue that can cause accident at work. Keywords : Work fatigue 94

PENDAHULUAN Undang-undang No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan kerja menyatakan bahwa Upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Tempat kerja termasuk didalamnya rumah sakit dimana para pekerja kesehatan baik dokter, perawat, bidan dan pekerja kesehatan lainnya sebagai profesi yang berisiko terhadap bahaya kesehatan berupa penyakit akibat kerja. Kelelahan merupakan hal yang paling sering dijumpai pada tenaga kerja perawat (Suma mur, 2009). Kelelahan pada tenaga kerja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (2015) memperkirakan setiap hari 6 orang buruh meninggal dunia ditempat kerja. Secara rata-rata, setiap tahunnya terjadi 9.000-100.000 kasus kecelakaan kerja dan 2375 kasus diantaranya berakibat kematian. Berdasarkan hasil survey di United State of America tentang kelelahan kerja, didapatkan data sebanyak 24% dari keseluruhan orang dewasa yang berkunjung ke poliklinik mengalami kelelahan kronik (Hardi, 2006). Demikian juga menurut Suma mur (2009) di Indonesia lebih dari 65% pekerja yang berkunjung di poliklinik perusahaan mengeluh kelelahan kerja. Penelitian terkait kelelahan kerja perawat yang dilakukan di rumah sakit harapan kita tahun 2011, bahwa terdapat kelelahan kerja yang tinggi pada perawat di ruang rawat jalan yang berusia 31-40 tahun dibandingkan yang berusia 22-30 tahun (Mariyanti dan Citrawati, 2011). Kelelahan kerja dapat disebabkan dari faktor internal maupun eksternal seperti faktor intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, shift kerja, problem fisik seperti tanggung jawab, lingkungan kerja, kondisi kesehatan, dan status gizi (Grandjean, 2000 dalam Tarwaka 2010). Tarwaka (2010) mengatakan bahwa di Indonesia 63% pekerja menderita kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Terutama pada shift kerja malam yang berdampak pada gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stres dan gangguan gastrointestinal yang dapat meningkatkan risiko terjadi kecelakaan kerja (Pulat, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, dkk tahun 2006 dalam Revalicha (2012), pada perawat di salah satu 95

Rumah Sakit di Yogyakarta bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tiap shift kerja. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. Penelitian yang dilakukan juga di Rumah Sakit Bethesda kota Tomohon oleh Angouw (2016), terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada perawat antara shift kerja pagi, shift kerja sore dan shift kerja malam. Hasil studi pendahuluan menunjukkan Ruang Rawat Inap di RSU Pancaran kasih GMIM Manado dan RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado sering mengalami kelebihan daya tampung yang disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien sehingga beban kerja perawat menjadi tinggi. Wawancara singkat pada perawat, keluhan yang dialami seringkali adalah kelelahan terutama saat bekerja di shift malam. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) belum optimal dan belum terfokus seperti contoh belum dilakukan secara rutin pemeriksaan kesehatan bagi perawat yang seharusnya dilakukan minimal satu kali pemeriksaan kesehatan dalam setahun bekerja.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara kelelahan kerja perawat di ruang rawat inap antara dua rumah sakit berdasarkan pembagian shift kerja. METODE Desain penelitian ini ialah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih GMIM dan RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Kota Manado. Waktu penelitian mulai bulan Januari Juni 2017. Populasi yang digunakan yaitu seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Besar sampel 60 responden, terbagi dua yaitu 30 responden di RSU Pancaran Kasih dan 30 responden di RS Tkt. III. R.W. Monginsidi dengan teknik pengambilan purposive samplingyakni teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti. Variabel Dependen yang diteliti dalam penelitian ini ialah Kelelahan Kerja sedangkan, Variabel Independen ialahshift Kerja. Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil pengisian pengukuran dengan alat dan kuesioner oleh responden yang dikumpulkan pada saat pelaksanaan penelitian antara lain data karakteristik responden, kelelahan kerja. Dan data sekunder diperoleh dari laporan hasil penelitian, laporan pemerintah dan profil RSU Pancaran Kasih GMIM dan RSTkt. III Robert Wolter Monginsidi Kota Manado, buku maupun jurnal penelitian.instrument penelitian yang 96

digunakan yaitu alat HubbardScientific 6027 reaction timer untuk mengukur variabel kelelahan. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan secara umum seluruh obyek penelitian dan variabel yang diteliti, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel perancu dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan atau perbedaan mean dua kelompok data dengan menggunakan uji statistik antara variabel independen dan dependen. Analisis perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan shift kerja menggunakan uji Kruskal Wallis dan perbedaan antara dua rumah sakit menggunakan uji T tidak berpasangan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Univariat Shift Kerja Pagi Sore Malam Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Shift Kerja RSU Pancaran RS. Tkt. III R.W. RSU Pancaran RS. Tkt. III R.W. Kasih GMIM Monginsidi Kasih GMIM Monginsidi % N % N 12 10 40,0 33,3 26,7 14 46,6 26,7 26,7 Tabel 1 menunjukan shift kerja terbanyak di RSU Pancaran Kasih GMIM pada kategori shift kerja pagi yaitu berjumlah 12 (40%) responden. sedangkan,shift kerja terbanyak di RS Tkt. III R.W. Monginsidi juga pada kategori shift kerja pagi yaitu berjumlah 14 (46,6%) responden. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelelahan Kerja RSU Pancaran Kasih GMIM RS. Tkt. III R.W. Monginsidi Tingkat Kelelahan Kerja N % n % 150,0 240,0 (Normal) 240,0 < X < 410,0 (Ringan) 410,0 < X < 50,0 (Sedang) > 50,0 milidetik (Berat) 1 16 12 1 3,3 53,4 40,0 3,3 3 1 1 10 60 26,7 3,3 Total 30 100 30 100 Tabel 2 menunjukan kelelahan kerja terbanyak di RSU Pancaran Kasih GMIM berada pada kategori kelelahan kerja ringan yaitu berjumlah 16 (53,4%) responden. Hal yang sama di RS Tkt. III R.W. Monginsidi kelelahan kerja terbanyak pada kategori kelelahan kerja ringan yaitu berjumlah 1 (53,4%) responden. 97

2. Hasil Analisis Bivariat Tabel 3. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi, Sore, Malam (Kruskal- Tingkat Kelelahan Kerja Wallis)di RSU Pancaran Kasih GMIM ShiftKerja N Mean Rank PValue ShiftPagi 12 7,5 Shift Sore 10 17,40 0,000 Shift Malam 25,00 Tabel 3 menunjukan terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja perawat antara shiftpagi,shift sore, dan shift malam. Diketahui bahwa nilai p sebesar 0,000 yang berarti p<0,05, sehingga menunjukan hasil yang sangat signifikan.hal ini sesuai dengan penelitian Angouw (2016)dengan uji statistik yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu p= 0,000 yang dapat disimpulkan bahwa ada beda antara shift pagi, shift sore dan shift malam, meskipun rata-rata tingkat kelelahan pada shift pagi dan sore di tingkat kelelahan ringan. Dari hasil pengukuran kelelahan kerja didapatkan hasilpada shift pagi terdapat 1 perawat dengan tingkat kelelahan kerja normal (,3%), 10perawat mengalami kelelahan ringan (3,4%), dan 1perawat mengalami kelelahan sedang (,3%).Pada shift pagi terjadi kelelahanringan dan sedang tanpa kelelahan berat, hal ini dapat terjadi karena waktu tidur perawat lebih banyak. Pada shiftsore terdapat 5perawat mengalami kelelahan ringan (50%), dan 5perawat mengalami kelelahan sedang (50%) tanpa mengalami kelelahan normal atau pun kelelahan berat.hal ini dapat terjadi karena pada shift sore kondisi tubuh perawatmulai menurun karena sebelum bekerja perawat telah melakukan aktivitas lainnya, sehingga beban kerja dan kelelahanpun meningkat. Sedangkan, Pada shiftmalam terdapat 7perawat mengalami kelelahan sedang (7,5%), dan ada 1perawatyang mengalami kelelahan berat (12,5%).Hal ini dikarenakan kondisi tubuh sudah menurun, suhu tubuh menurun setelah melakukan aktivitas di pagi hari dan di siang hari. Malam hari adalah waktu yang seharusnya digunakan perawat untuk tidur tetapi oleh perawatshift malam digunakan untuk bekerja, sehingga beban kerja dan kelelahan kerja terasa lebih berat dan cenderung meningkat. 9

Tabel 4. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi-Sore, Pagi-Malam, Sore-Malamdi RSU Pancaran Kasih GMIM(Post Hoc Mann-Whitney Test) Tingkat Kelelahan Kerja Shift Kerja N Mean Rank P Value Pagi 12 7,50 0,002 Sore 10 16,30 Pagi 12 6,5 0,000 Malam 16,3 Sore 10 6,60 0,010 Malam 13,13 Tabel 4 menunjukan perbedaan tingkat kelelahan kerja antara kelompok shiftkerja. Diketahui bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan tingkat kelelahan kerja paling dominan yaitu antara kelompok shift pagi dengan shift malam karena nilai p=0,000 (p<0,05).tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Hal ini sesuai dengan penelitian Wijaya (2006) dalam Revalicha (2012) tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift sore. Sedangkan untuk shift sore dan malam terdapat perbedaan rata-rata tingkat kelelahan perawat. Hal ini dapat disimpulkan dengan penelitian Zunidra (2004) kecepatan timbulnya kelelahan pada shift kerja malam lebih tinggi dibandingkan kecepatan timbulnya kelelahan pada pagi maupun siang hari. Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi akan menyebabkan apa yang disebut dengan lelah kronis. Untuk menghindari akumulasi yang terlalu berlebihan, diperlukan keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses penyegaran (recovery process). Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain memberi waktu istirahat yang cukup baik, terjadwal, dan serasi dengan naikturunnya ketegangan tubuh (Suma mur, 2009). Tabel 5. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi, Sore, Malam (Kruskal-Wallis) di RS Tkt. III R.W. Monginsidi Tingkat Kelelahan Kerja ShiftKerja N Mean Rank PValue ShiftPagi 14 11,54 0,000 Shift Sore 11,94 Shift Malam 26,00 99

Tabel 5 menunjukan terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja perawat antara shiftpagi,shift sore, dan shift malam. Diketahui bahwa nilai p sebesar 0,000 yang berarti p<0,05, sehingga menunjukan hasil yang sangat signifikan. Dari hasil pengukuran kelelahan kerja didapatkan hasilpada shift pagi terdapat 2 perawat dengan tingkat kelelahan kerja normal (14,2%), 11perawat mengalami kelelahan ringan (7,6%), dan 1perawat mengalami kelelahan sedang (7,2%).Pada shift pagi terjadi kelelahanringan dan sedang tanpa kelelahan berat, hal ini dapat terjadi karena waktu tidur perawat lebih banyak. Pada shiftsore terdapat 1 perawat mengalami kelelahan ringan (12,5%),7perawat mengalami kelelahan ringan (7,5%), tanpa mengalami kelelahan sedang atau pun kelelahan berat.hal ini dapat terjadi karena pada shift sore walaupun kondisi tubuh perawatmulai menurun karena aktivitas lainnya, namun aktivitas pelayanan yang paling dominan di ruang rawat inap dilakukan pada pagi hari, seperti morning care, masuk keluar pasien, keluarga pasien yang berdatangan dan pelayanan dari dokter untuk melakukan visite kepada pasien sehingga dibanding shift sore, beban kerja shift pagi lebih tinggi dan dapat mengakibatkan meningkatnya kelelahan perawat. Sedangkan, Pada shiftmalam terdapat 7perawat mengalami kelelahan sedang (7,5%), dan ada 1perawatyang mengalami kelelahan berat (12,5%).Hal ini dikarenakan kondisi tubuh sudah menurun, suhu tubuh menurun setelah melakukan aktivitas di pagi hari dan di siang hari. Malam hari adalah waktu yang seharusnya digunakan perawat untuk tidur tetapi oleh perawatshift malam digunakan untuk bekerja, sehingga beban kerja dan kelelahan kerja terasa lebih tinggi dan cenderung meningkat. Tabel 6. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja antara Shift Pagi-Sore, Pagi-Malam, Sore- Malamdi RS Tkt. III R.W. Monginsidi (Post Hoc Mann-Whitney Test) Tingkat Kelelahan Kerja Shift Kerja Pagi Sore Pagi Malam Sore Malam N Mean Rank p Value 14 14 11,25 11,94 7,79 1,00 4,50 12,50 0,11 0,000 0,001 Tabel 6 menunjukan perbedaan tingkat kelelahan kerja antara kelompok shiftkerja. Diketahui bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan tingkat 100

kelelahan kerja antara dua shiftyaitu kelompok shift pagi dengan shift malam dan shift sore dengan shift malam. Sedangkan kelompok shift pagi dengan shift sore menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna karena nilai p=0,11 (p>0,05).tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Windiati (2006) ada perbedaan kelelahan sesudah bekerja antara shift pagi dengan shift malam dengan signifikansi sebesar 0,000 di instalasi rawat inap RSD Dr. Koesnadi Bondowoso. Suma mur (2009), menyampaikan pendapat mengenai kondisi biologis dan faal, shift kerja malam seringkali disertai dengan reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme pertahanan diri (coping mechanism) dari gangguan tubuh. Akibat dari itulah kelelahan akan ditemukan relatif sangat banyak pada shift kerja malam yang akhirnya menyebabkan gangguan pada irama sirkardian. Tabel 7. Hasil Analisis Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat diruang Rawat Inap antara Dua Rumah Sakit Rumah Sakit N Mean t-test RSU Pancaran Kasih GMIM 30 36,73 0,344 RS Tkt. III R.W. Monginsidi 30 345,03 Tabel 7 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara Tingkat Kelelahan Kerja di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM dan RS Tkt. III R.W. Monginsidi Kota Manado, karena nilai p=0,344 (p>0,05).hal ini serupa dengan penelitian oleh Dianasari (2014) dengan tingkat signifikansi p sebesar 0,35 (p>0,05) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan keluhan kelelahan pada perawat antara unit rawat jalan, unit rawat inap dan unit gawat darurat di RSU Kaliwates Jember. Hal ini dikarenakan dalam aktivitas pekerjaan di rumah sakit tidak ada perbedaan pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien, walaupun jenis penyakit pasien berbeda satu sama yang lain. Sebab pemberian pelayanan keperawatan selalu berdasarkan respon pasien dan rata-rata jam perawatan pasien. Hal ini terkait dengan waktu pembagian shift kerja dirsu Pancaran Kasih GMIM sama dengan di RS Tkt III R.W. Monginsidi Kota Manado. 101

Hal ini diperkuat dengan adanya metode pemberian asuhan keperawatan yang diberlakukan di masing-masing ruangan, dimana keduanya menggunakan metode tim. Ketika metode pemberian pelayanan keperawatan yang diberlakukankan sama, walaupun jumlah keluar masuk pasien berbeda antara ruangan, masih dapat diimbangi pembagian tugas tiap perawat oleh penanggung jawab, dan dengan waktu istirahat yang cukup untuk perawat ketika bertugas baik istirahat untuk makan, maupun lainnya di selasela waktu saat bekerja. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat antara Shift Pagi, Shift Sore dan Shift Malam di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. 2. Terdapat perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat antara Shift Pagi, Shift Sore dan Shift Malam di Ruang Rawat Inap RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado. Tingkat kelelahan pada shift pagi lebih rendah dari pada shift sore, dan tingkat kelelahan shift sore lebih rendah dari pada shift malam. shift malam lebih melelahkan dari shift pagi maupun shift sore pada perawat di ruang rawat inap RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi Manado. 3. Tidak terdapat perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM dan di RS Tkt. III Robert Wolter Monginsidi kota Manado. SARAN 1. Bagi Rumah Sakit a. Pentingnya menerapkan K3 khususnya pada aspek manajemen sumber daya manusia yaitu dalam pengaturan sistim shift agar mengacu pada standar shift kerja dan beban kerja dan dalam hal penempatan perawat perlu memperhatikan aspek kesehatan, usia, kualifikasi. b. Perlu diadakanprogram pemeriksaan kesehatan pada seluruh karyawan secara periodik sesuai standar yang berlaku. 2. Bagi Perawat a. Perlu memahami tentang penyebab kelelahan, 102

pembagian shift kerja yang tidak baik menimbulkan kelelahan kerja, dan harus dilakukan pengendalian sebaik mungkin mengingat kelelahan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja, oleh sebab itu perlu diupayakan pengendalian dari pekerja secara berkesinambungan. b. Perlu menghindari penyakit akibat kerja dengan cara mengurangi dampak kelelahan kerja baik pada perawat maupun pada pasien yang berupa kesalahan prosedur tindakan (SOP) dan pencatatan (Dokumentasi Keperawatan). c. Pertimbangkan pekerjaan yang lebih beresiko terhadap kelelahan kerja sebaiknya mendapat perhatian khusus supaya tidak menurunkan produktivitas kerja. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan faktor lain selain shift kerja seperti beban kerja, usia, gizi kerja ataupun berdasarkan unit kerja. b. Penelitian ini menggunakan alat ukur objektif berupa reaction timer, sebaiknya melakukan pengukuran kelelahan kerja dengan kombinasi metode pengukuran dan hendaknya dilakukan secara serempak agar hasil yang diperoleh lebih representatif. DAFTAR PUSTAKA Angouw, T.A. 2016. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift Kerja Pagi, Shift kerja Sore Dan Shift Kerja Malam Di Ruangan Rawat Inap RSU GMIM Bethesda Tomohon. Manado: FKM Unsrat. Anonymous. 2017. Profil RS Tingkat III Robert Wolter Monginsidi Manado Tahun 2016. Anonymous. 2015. Profil RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Anonymous. 2013 a. Encyclopedia Of Occupational Health And Safety. Geneva: ILO. Anonymous. 2011. Data Kecelakaan Kerja di Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Jakarta. Anonymous. 1992. UU Kesehatan RI tentang Kesehatan dan keselamatan Kerja. Jakarta. Hardi, 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi PT. 103

Sermani Steel Makasar. Makasar: FKM Unhas. Kelana, K. D. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Mariyanti, S., Citrawati, A. 2011. Burnout Pada Perawat yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita Jakarta. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Oesman, T. L., dan R. A. Simanjuntak. 2011. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test. In Proceeding 11 th National Confrence Of Indonesian Ergonomics Society. Onibala, F. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Irina E RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Pascasarjana UNSRAT. Rosanti, E. 2011. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Wanita Antara Shift Pagi, Shift Sore Dan Shift Malam Di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Revalicha, N. S. 2012. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada Perawat Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Setyawati, M. K. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books. Suma mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi & Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Virgy, S. 2011. Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Wijaya. 2006. Hubungan Antara Shift Kerja Dengan Gangguan Tidur & Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat R. S. Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Widanarko, B., S. Legg., J. Devereux., dan M. Stevenson. 2015. Interaction between Physical and Psychosocial Risk Factors on the Presence of Neck/ Shoulder Symptoms and its Consequences. Depok: Faculty of Public Health University of Indonesia. 104