BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang. Konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang terbuka banyak melibatkan perusahaan dalam suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dunia. Selama tahun tersebut siklus laporan keuangan untuk International Financial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari model dan standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena para pedagang merasa pasar dalam negeri tidak lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian seperti transaksi penjualan dan pembelian, melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

Akuntansi Keuangan Kontemporer Lobbying of the international accounting standards committee

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

AKUNTANSI INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dirumuskan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Sehingga muncul organisasi yang bernama International

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami

BAB I bermanfaat bagi pemakainya? IASB (International Accounting Standard Board)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi bagi investor dan kreditur, serta calon investor dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modalnya pada perusahaan mereka. Akuntansi mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. (Statement Membership Obligation), yang mensyaratkan antara lain penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEORI AKUNTANSI MAKALAH ADOPSI PENUH IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Status Adopsi IFRS. IFRS diadopsi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan pedoman

BAB I PENDAHUULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 merupakan realisasi pasar bebas. di kawasan Asia Tenggara. Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia berkembang semakin pesat. Perbankan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menuju International Financial Reporting Standards (IFRS) telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan salah satu standar

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. diumumkan di bursa. Peraturan ini tertera dalam Peraturan Bursa No. I-E tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya. fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. 2003) mengenai manipulasi laporan keuangan, serta sering terjadinya mogok kerja

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi di seluruh dunia (Cascino dan Gassen 2015). Dampak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keuangan suatu entitas yang akan digunakan oleh stakeholder sebagai salah

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global yang melanda perekonomian negara-negara di dunia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, serta

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pengungkapan dan penyajian informasi secara akurat sangat dibutuhkan

Transkripsi:

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan keuangan merupakan produk utama dalam mekanisme pasar modal. Pembentukan pasar tunggal di Uni Eropa telah menumbuhkan sebuah kebutuhan akan adanya standar yang seragam dalam hal pelaporan keuangan. Bagi EU memiliki regulasi akuntansi yang seragam akan dapat meningkatkan keefektifan dalam pasar kapital serta mengurangi biaya informasi yang harus dikeluarkan perusahaan agar dapat diperbandingkan. Oleh sebab itu, standar akuntansi yang akan diterapkan haruslah standar akuntansi yang berkualitas tinggi. Standar akuntansi berkualitas tinggi berkontribusi untuk menjaga stabilitas kepercayaan para investor dan pelaku pasar modal terhadap resiko ketidakpastian yang dalam bisnis. Namun sayangnya, menyusun standar akuntansi berkualitas tinggi serta yang dapat diterima berbagai negara bukanlah hal yang mudah. Dinamika perkembangan standar akuntansi diibaratkan sebagai sebuah roda berjalan tanpa henti seiring dengan proses yang mendasarinya. Akuntansi sebenarnya terbentuk dari fenomena ekonomi dari perkembangan berbagai entitas ekonomi yang ada, sehingga pembentukan standar akuntansi bukanlah suatu proses yang berjalan serta-merta, namun sangat memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi yang bisa diakibatkannya. Tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, keterbukaan ekonomi, perkembangan pasar modal dan perlindungan investor merupakan faktor faktor didalam suatu negara yang tidak bisa dilepaskan pada saat pengambilan kebijakan implementasi standar akuntansi, dan aspek itu pulalah yang akan terkena dampak dari kebijakan yang diambil oleh suatu negara. Dari sini kemudian dapat disimpulkan bahwa regulasi standar akuntansi tidak terlepas dari unsur politik. Sebuah dewan internasional bernama International Accounting Standards Board (IASB) dibentuk untuk mengembangkan standar akuntansi yang diterima secara luas di dunia. Bekerjasama dengan Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO), Federasi Internasional Akuntan (IFAC), serta Komisi Uni Eropa akhirnya berhasil melahirkan satu set standar akuntansi yang berkualitas tinggi bernama International Financial Report Standards (IFRS). Dengan membawa misi akan mengembangkan IFRS demi terwujudnya transparansi, akuntabilitas dan efisiensi dalam pasar modal global, IASB bersama dengan working group termasuk juga EU, berupaya mempromosikan IFRS ini ke seluruh dunia. Hingga pada tahun 38

2008 lalu, EU secara terbuka memasukkan agenda pembahasan regulasi akuntansi keuangan ke dalam forum G-20. Tahun 2008-2009 merupakan periode penting bagi negara anggota G-20, dimana Konferensi Tingkat Tinggi yang pertama akhirnya diadakan di Washington, AS karena adanya urgensi pemulihan ekonomi akibat krisis keuangan. Dampak dari krisis yang terjadi di AS maupun di Eropa nampaknya telah dirasakan oleh masyarakat global, sehingga upaya penanggulangan secara kolektif perlu segera dilakukan. Meningkatkan kepercayaan dalam bisnis, pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dan stabilitas keuangan global menjadi fokus utama dalam KTT G-20 yang berlangsung pada periode tahun 2008-2009. Dengan mengusung prinsip Strengthening Transparency and Accountability pada akhirnya negara negara G-20 sepakat bahwa diperlukan adanya upaya untuk menyelaraskan standar akuntansi dan berlaku secara internasional. Isu penerapan dan konvergensi IFRS tingkat global kemudian semakin meningkat dan KTT G20 yang selanjutnya kembali menyerukan pengembangan standar akuntansi yang dapat diterima secara luas. IASB bersama sama dengan steering partner yang menjadi working group dalam penyusunan IFRS ini kemudian mendapat sorotan publik karena kuatnya hubungan serta lobi politik yang dilakukan oleh EU dan EFRAG. EFRAG merupakan institusi independen yang dibentuk oleh EU dan fokus bekerja pada penyusunan standar akuntansi. Pasca mengalami krisis finansial, EU berupaya keras memulihkan perekonomian kawasannya dengan mulai memperbaiki regulasi bisnis dan investasi. Penerapan IFRS sebagai standar akuntansi yang telah diimplementasikan oleh EU sejak 2005 lalu secara global, merupakan salah satu cara untuk menuju pemulihan ekonomi dan pasar modal yang sebelumnya terkena dampak krisis keuangan. Dalam proses penyusunan IFRS sendiri, lembaga IASB telah secara terbuka menyatakan akan selalu mendengarkan dan meminta masukan internasional. Sehingga yang terjadi adalah penyusunan IFRS tidak hanya melibatkan debat teknikal akuntansi, namun juga kuat akan unsur proses politik dan tidak bisa terlepas dari kepentingan beberapa negara maju yang memiliki kekuatan lobi yang cukup besar. Dengan besarnya pengaruh kekuasaan EU akhirnya mendorong kesuksesan IFRS di tingkat global. Diplomasi yang dilakukan EU juga didukung oleh peran dan komitmen para menteri keuangan negara negara anggota EU yang secara terang terangan mendukung implementasi IFRS sebagai mekanisme global untuk kembali menyehatkan sektor perbankan setelah krisis finansial. Bagi negara berkembang, adopsi IFRS merupakan jalan termurah untuk meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan yang mampu mendukung alokasi 39

modal secara efisien serta menarik minat investor guna membiayai pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Seiring perkembangan IFRS ini, kemudian menimbulkan kecurigaan di negara berkembang akan aktivitas lobby yang kuat dan tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan terhadap dewan standar akuntansi. Hal ini merupakan tantangan awal bagi diplomasi EU dalam mewujudkan IFRS sebagai satu- satunya standar akuntansi global. Keraguan negara berkembang akan kredibilitas IASB sebagai lembaga independen yang mengedepankan kepentingan publik, kemudian diatasi oleh EU dan IASB sendiri dengan membentuk suatu forum bernama Economies Emerging Group (EEG). EEG merupakan forum yang bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan negara-negara berkembang anggota G20 dalam proses perkembangan standar akuntansi keuangan. Dengan demikian, IFRS akan menjadi standar akuntansi yang juga akan sesuai diterapkan negara berkembang, serta mengurangi kecurigaan negara berkembang terhadap dominasi negara maju didalam IASB. Meski demikian, masih terdapat penolakan IFRS yang disebabkan karena latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis tiap negara, dan perbedaan kebutuhan dari pemakai laporan keuangan. Perkembangan suatu pasar modal yang berbeda di tiap negara, akan menunjukkan tingkat perhatian yang berbeda terhadap perlunya sistem akuntansi internasional. Pelaksanaan adopsi ke IFRS bagi tiap negara di dunia bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu, pelaksanaan adopsi membutuhkan waktu untuk persiapan dan penyesuaian, mengingat standar akuntansi di suatu negara pengaruhnya sangat serius bagi penilaian kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya, termasuk nilai-nilai asetnya. Tantangan diplomasi bagi EU dan IASB selanjutnya datang dari advanced countries yang telah memiliki ekonomi dan pasar modal sangat mapan. Jepang dan Amerika Serikat merupakan negara dengan bursa saham dan pasar modal paling berpengaruh dilevel global. Regulasi akan standar akuntansi yang diterapkan oleh kedua negara tersebut juga sangat ketat dan melekat kuat pada iklim bisnisnya. Pada awalnya baik AS maupun Jepang menyambut baik dan mendukung program kerja IASB, namun belakangan nasib IFRS dikedua negara tersebut semakin tidak jelas. Bisa dipahami bahwa awal mula AS ataupun Jepang mendukung IFRS karena faktor krisis keuangan, namun ketidakpastian agenda pengadopsian IFRS dengan alasan masa transisi yang akan menggangu pertumbuhan ekonomi menimbulkan polemik baru. Rezim G-20 memang sebuah forum internasional yang tidak memiliki legitimasi formal dan sistem administrasi yang baku, serta tidak ada legally binding (mengikat secara hukum) terhadap kesepakatan yang dihasilkannya. G-20 adalah forum yang menyatukan para pemimpin global 40

untuk dapat menjalin kerjasama ekonomi dan keuangan. Namun, disetiap kesepakatan yang telah dicapainya, tidak akan ada sanksi legal bagi negara yang tidak menyesuaikan kebijakan nasionalnya sesuai dengan kesepakatan. Melalui dialog diplomatik, forum terbuka, dan konferensi internasional yang melibatkan regional standart setter, akuntan publik, serta perusahaan multinasional, EU mengharapkan AS dan Jepang pada akhirnya bersedia menerapkan IFRS secara penuh. Dengan keterlibatan pihak sebagai pelaku pasar modal secara langsung yang mendukung IFRS, diharapkan dapat membuka jalan IFRS untuk menggantikan GAAP di AS. Diplomasi EU telah membawa standar akuntansi internasional bergerak lebih maju. Misi untuk menjadikan IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan tunggal yang diakui di seluruh dunia masih harus terus diupayakan. Seiring dengan arus globalisasi dalam bisnis serta penawaran dan permintaan lintas batas dalam pasar modal, penerapan regulasi yang seragam akan menjadi kebutuhan pelaku pasar yang bisa menekan suatu negara untuk segera menentukan kebijakan. 4.2 Saran Penulis menyadari bahwa masih terdapat sejumlah kekurangan dalam penelitian ini. Salah satunya adalah keterbatasan data pembahasan yang penulis miliki. Namun dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa diplomasi Uni Eropa dalam upaya penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS) secara global dapat membuka wawasan baru bagi studi diplomasi ekonomi dalam hubungan Internasional. Isu penerapan good governance didalam forum ekonomi Internasional nampaknya masih akan terus menjadi topik utama dan fokus perhatian berbagai negara. Oleh karena itu, studi ekonomi politik hubungan internasional juga sudah seharusnya memperluas obyek kajiannya seiring dengan era globalisasi kini. Seperti salah satu tujuan penerapan IFRS, yang untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan, penelitian juga diharapkan dapat memberikan transparansi melalui analisa penulis mengenai proses penyusunan IFRS ini. Komoditas ekonomi saat ini bukan lagi hanya terpacu pada barang atau jasa, melainkan juga informasi dan teknologi. Salah satunya adalah informasi akuntansi, dimana sebagai komoditas ekonomi, informasi akuntansi juga mampu mempengaruhi penawaran dan permintaan dalam pasar modal. Sehingga, sudah selayaknya regulasi pasar modal menjadi perhatian serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang terlibat dalam pasar modal. Kebijakan ekonomi dan finansial memang selalu melewati proses politik, namun perlu diperhatikan juga faktor eksternal seperti dinamika perdagangan dan investasi global yang 41

akan mempengaruhi berjalannya kebijakan tersebut. Penerapan IFRS dinegara-negara maju dan berkembang saat ini tidak dapat dipisahkan dari peran pemerintah suatu negara. Penulis merekomendasikan, khususnya kepada otoritas keuangan pemerintah negara Indonesia, agar memainkan peran aktif dalam pengawasan dan kebijakan finansial terutama di wilayah yurisdiksinya. Pengawasan dan kontrol negara terhadap sektor ekonomi dan sektor finansial menjadi sangat dibutuhkan dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi pasar saat ini. Bagi penelitian selanjutnya yang bertema diplomasi Uni Eropa dan regulasi global sebaiknya juga mempertimbangkan kajian kebijakan didalam lembaga Uni Eropa sendiri. Kajian tersebut penting untuk mendukung analisa mengenai motif serta kepentingan Uni Eropa dalam menjalankan diplomasi luar negerinya. Saran kedua yaitu mengenai kajian G-20 sendiri yang dalam penelitian ini masih sangat kurang lengkap, sehingga untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat memberi gambaran tentang proses politik yang terjadi dalam forum G-20. 42