BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dibutuhkan suatu standar akuntasi yang secara umum diterima sebagai aturan baku dan didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan untuk dijadikan sebagai pedoman pokok (Situmorang, 2011). Standar akuntansi yang berbeda pada setiap negara yang mencakup perbedaan pada perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan dapat menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama bagi para auditor, analis, investor, kreditor yang lingkup kerjanya melewati batas negara (Wiyani, 2010). Agar pemahaman terhadap laporan keuangan menjadi lebih mudah diperlukan suatu standar yang seragam dan berkualitas dimana standar tersebut harus dapat mencakup prinsip-prinsip komprehensif yang netral, konsisten, dapat dibandingkan, relevan dan reliable sehingga dapat berguna bagi investor, kreditor maupun pihak lain yang terkait dalam pembuatan keputusan alokasi modal. Permasalahan akan kebutuhan dalam peningkatan standar akuntansi yang berkualitas dan keseragaman standar internasional menuntun dilakukannya konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard). Diharapkan 1

2 2 dengan adanya konvergensi IFRS mampu memberikan pemahaman yang lebih baik dalam mengartikan laporan keuangan dikarenakan semua negara telah mempunyai aturan atau standar yang seragam sehingga tidak terdapat persepsi yang keliru dalam menginterpretasikan laporan keuangan. Konvergensi IFRS adalah penyesuaian PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia disesuaikan dengan standar internasional. Konvergensi IFRS ini merupakan salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G20 pada pertemuan pemimpin negara forum G20 di Washington DC, 15 November Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah memperkuat transparansi dan akuntabilitas, memperkuat regulasi, pasar keuangan yang berintegritas, memperkuat kembali kerjasama internasional dan memperbaharui institusi finansial internasional (IAI, 2010). Dalam pertemuan forum G20 yang diselenggarakan di London April 2009 menghasilkan 29 kesepakatan, dimana kesepakatan nomor 13 sd 16 adalah tentang Strengthening Financial Supervision and Regulation yang disebutkan pada butir kesepakatan nomor 15 : to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high-quality global accounting standards. IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, diantaranya negara-negara di Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia negara yang telah mengadopsi IFRS adalah Hongkong, Filipina dan Singapura. Sedangkan di Indonesia program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008 yang dilakukan secara bertahap dan ditargetkan akan selesai pada

3 3 tahun Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK IAI) telah menetapkan roadmap untuk menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IAS/IFRS versi 1 Januari Sampai dengan tahun 2012 DSAK IAI telah memberlakukan 35 PSAK yang konvergen dengan IAS/IFRS (IAI, 2011). Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari satu standar ke standar yang lain akan memberikan dampak yang luas (Yaacob dan Che- Ahmad 2011). Sumber daya perusahaan khususnya akuntan manajemen diharapkan memiliki kemampuan yang kompeten dan unggul dalam mengimplementasikan Standar Akuntansi Keuangan berbasis IAS/IFRS yang berlaku efektif 1 Januari 2011 dan 1 Januari 2012 di dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan (IAI, 2010). Ketika sumber daya perusahaan yang dimiliki tidak memadai dengan pengalaman IFRS maka perusahaan akan sangat bergantung pada konsultan dan auditor eksternal yang berimbas terhadap meningkatnya legal fee dan fee audit sebagai komponen utama professional fee. IFRS lebih menggunakan pendekatan principles-based dibandingkan dengan pendekatan rules-based dalam penyusunan standarnya. Standar dengan pendekatan principles-based berfokus pada penetapan prinsip-prinsip umum yang diturunkan dari rerangka konseptual yang merefleksikan persyaratan pengakuan, pengukuran, dan pelaporan untuk transaksi-transaksi yang dicakup dalam standar tersebut (Pacter,2003, dalam Kusuma,2007). Dengan demikian menurut Kusuma (2007) IAS dan IFRS meminta persyaratan akan item-item pengungkapan yang semakin tinggi karena standar ini cenderung untuk membatasi panduan untuk mengaplikasi prinsip-prinsip umum ke transaksi yang tipikal dan meminta lebih

4 4 banyak pengungkapan terutama yang berkaitan dengan judgment dan asumsi. Hal ini dapat terlihat dalam penerapan PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan yang mengadopsi seluruh peraturan dalam IAS 1 (2009) yang mengatur pengungkapan secara eksplisit salah satunya mengenai sumber estimasi ketidakpastian yang sebelumnya tidak diatur dalam PSAK 1 (Revisi 1998). Paragraf 123 menyatakan entitas harus mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan laibilitas dalam periode pelaporan berikutnya seperti rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian. Dibutuhkan jasa penasihat hukum yang profesional dan tepat memberikan saran dan solusi mengenai masalah akuntansi dan pelaporan dalam hal litigasi, klaim, dan asesmen yang dihadapi perusahaan. Menurut Friis &Nielsen (2010) bagi auditor kompleksitas IFRS dan persiapan klien yang tidak mencukupi dapat menimbulkan resiko dalam penugasan audit yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko klien dan dapat meyebabkan waktu yang diperlukan dalam pekerjaan auditor menjadi lebih lama. Risiko klien dan pekerjaan yang lebih tinggi akan berkaitan dengan tingginya fee audit dan audit delay (Yaacob & Che-Ahmad 2011 dan 2012). Griffin et al (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap audit fee dan non audit fee yang menunjukkan meskipun beberapa standar IFRS relatif sama dengan

5 5 standar akuntansi lokal namun sebenarnya IFRS lebih rinci dan memerlukan pengungkapan yang lebih detail dimana hal tersebut akan meningkatkan upaya dan resiko audit sehingga menyebabkan auditor harus meningkatkan audit fee untuk mengimbangi upaya audit yang meningkat. Hasil Penelitian Kim et al (2012) yang dilakukan di Uni Eropa juga menemukan hal yang sama yaitu terdapat pengaruh antara adopsi IFRS dengan meningkatnya fee audit. Namun hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Vieru dan Schadewitz (2010) yang menjadikan sampel perusahaan-perusahaan di Finlandia, tidak terdapat pengaruh antara IFRS dan audit fee tetapi lebih mengarah ke non audit fee hal ini mencerminkan primarily IFRS start up and learning cost. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan berbanding lurus dengan relevansi dan kehandalan laporan keuangan (Setyahadi, 2012). Semakin lama suatu perusahaan menerbitkan laporan keuangannya dapat dikatakan lapora keuangan tersebut akan semakin tidak relevan dan tidak handal. Sehingga mengurangi manfaat dari laporan keuangan jika tidak tersedia pada waktunya. Yaacob dan Che- Ahmad (2011) meneliti dampak penerapan IFRS terhadap audit timelines di Malaysia. Penelitian ini menyatakan terjadi peningkatan yang signifikan pada lamanya waktu untuk mengeluarkan laporan audit setelah adopsi IFRS di Malaysia yang membuktikan kompleksitas IFRS menyebabkan auditor memerlukan waktu lebih dalam melaksanakan penugasan audit mereka. Serta penelitian Margaretta (2011) tentang pengaruh penerapan IFRS terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia yang menyatakan bahwa

6 6 penerapan IFRS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampain laporan keuangan perusahaan. Namun demikian, arah keofisien regresi dalam penelitian ini bertanda positif. Yang dapat diartikan bahwa jika suatu perusahaan melakukan penerapan IFRS, maka cenderung berpengaruh terhadap semakin tingginya tingkat keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dari penjelasan yang telah penulis uraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KONVERGENSI IFRS TERHADAP PROFESSIONAL FEE DAN AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TEDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. 1.2 Rumusan Masalah Atas dasar uraian pada bagian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. apakah konvergensi IFRS yang diberlakukan di Indonesia secara bertahap berpengaruh terhadap besarnya profesional fee pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia? 2. apakah konvergensi IFRS yang diberlakukan di Indonesia secara bertahap berpengaruh terhadap audit delay laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh konvergensi IFRS yang diberlakukan di Indonesia secara bertahap terhadap besarnya professional fee yang harus dibayar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh konvergensi IFRS yang diberlakukan di Indonesia secara bertahap berpengaruh terhadap audit delay laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi Perusahaan dan Auditor Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dan auditor dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses penyusunan laporan keuangan dan audit laporan keuangan dengan mengendalikan faktor-faktor dominan yang dapat menyebabkan professional fee dan audit delay. 2. Bagi Akademisi

8 8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi penelitian dan menambah pengetahuan peneliti lain, terutama yang ingin meneliti lebih jauh masalah yang sama. 3. Bagi Regulator Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi regulator dalam mengatur batasan waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi entitas perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian dari hasil penelitian ini. Bab II: Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Merupakan landasan teori yang akan memaparkan penjelasan mengenai IFRS, professional fee, dan audit delay serta pengembangan hipotesis. Bab III: Metodologi Penelitian Merupakan pemaparan metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh data meliputi populasi dan sample, metode pengumpulan data, variable penelitian yang digunakan, model penelitian, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Analisis Data

9 9 Bagian ini akan menguraikan tentang analisis data, pembahasan mengenai hasil dari pengolahan data, dan analisis hasil pengujian hipotesis. Bab V Penutup Meliputi kesimpulan dan keterbatasan penelitian serta saran bagi penelitian selanjutnnya.