BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus bebas tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal (Suroso, 2015). Dalam era pasar bebas yang telah berlangsung saat ini setiap entitas dapat melakukan kegiatan ekonomi secara bebas tanpa menghiraukan batas-batas teritorial antar negara. Setiap perusahaan bebas bekerjasama dengan perusahaan atau individu dari negara manapun, mulai dari melakukan kegiatan jual beli hingga investasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan standar akuntansi berbasis internasional yang merupakan suatu tuntutan, mengingat semakin ketatnya persaingan antar perusahaan secara global, yang seakan-akan memaksa kita untuk melakukan berbagai perubahan (Raafi, 2011). 1

2 2 International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan upaya dalam mewujudkan harmonisasi standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan internasional. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi untuk melakukan adopsi penuh atas IFRS mulai melakukan pengenalan IFRS pada tahun 2008, dengan menetapkan proses adopsi IFRS dalam 3 tahap yaitu: tahap adopsi, tahap persiapan akhir dan tahap implementasi (sumber: Berikut adalah roadmap konvergensi IFRS di Indonesia: Gambar 1.1 Roadmap Konvergensi IFRS Sumber:

3 3 Dalam artikel Standar Internasional Dipakai 2012 (sumber: Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan, manfaat penerapan IFRS antara lain: 1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). 2. Mengurangi biaya SAK. 3. Meningkatkan kredibilitas & kegunaan laporan keuangan. 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. 5. Meningkatkan transparasi keuangan. 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal; dan 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Menurut Raafi (2011) terdapat tiga perbedaan mendasar antara PSAK dan IFRS yaitu: 1) PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana US GAAP) berubah menjadi Prinsiple Based. 2) PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi Fair Value Based. 3) IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas. Standar yang bersifat principle based hanya mengatur hal-hal prinsip bukan aturan detail, konsekuensinya diperlukan professional judgment dalam menerapkan standar. IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas agar pemakai laporan keuangan mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dapat mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.. Fair Value based mendominasi perubahanperubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS, hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatu laporan keuangan.

4 4 IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh atas IFRS pada 1 Januari 2012 (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain. Namun setelah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dalam PSAK masih terdapat unsur historical cost yaitu pada PSAK 16 mengenai Aset Tetap. Dalam PSAK 16 yang berlaku per Januari 2015 mengatur bahwa suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Untuk pengukuran setelah pengukuran awal didalam PSAK 16 terdapat dua kebijakan akuntansi yaitu kebijakan model biaya (cost model) dan kebijakan model revaluasi (revaluation model). Suatu entitas harus memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerakan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset dalam kelompok yang sama. Jika menggunakan kebijakan model biaya nilai aset tetap diakui sebesar harga perolehannya, lalu disusutkan selama masa manfaatnya sehingga nilai aset tetap semakin lama semakin kecil. Namun penggunaan kebijakan akuntansi ini tidak dapat mencerminkan keberadaan nilai aset yang sesungguhnya. Sedangkan dengan menggunakan kebijakan revaluasi dapat mencerminkan keadaan dari nilai yang sebenarnya atas aset tetap, karena revaluasi aset dilakukan oleh seorang penilai yang independen yang mencatat nilai aset menggunakan nilai pasar,

5 5 sehingga menjadi relevan. Maka nilai aset yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan nilai aset saat ini, bukan nilai pada saat perolehan. Model revaluasi dapat dikatakan sebagai salah satu alternatif dalam melakukan pencatatan atas nilai dari aset tetap. Selain menunjukan nilai yang relevan, revaluasi dapat juga meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meyakinkan para pihak berkepentingan seperti pemegang saham, manajemen, kreditur, dll mengenai kinerja perusahaan. Sebagai gambaran jika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap akan menyajikan nilai yang relevan atas aset tetap, dengan adanya kerelevanan ini perusahaan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lain yang dapat menunjang peningkatan kinerja perusahaan yang diharapkan dengan nilai aset yang baik perusahaan dapat melakukan pinjaman dengan mudah. Revaluasi aset tetap membutuhkan biaya yang mahal sehingga biaya yang mahal mungkin sebagai penyebab perusahaan lebih memilih cost model dalam menilai aset tetap (Yulistia, dkk. 2015). Meskipun demikian, pilihan yang diberikan oleh standar akuntansi menyebabkan adanya perusahaan yang memilih metode revaluasi. Keuntungan revaluasi aset tetap antara lain dapat menurunkan biaya kontrak utang (debt contracting) (Cotter, 1999; Seng dan Su, 2010), menurunkan biaya politis dan informasi asimetri (Seng dan Su, 2010). Penelitian mengenai revaluasi aset tetap telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti-peneliti sebelumnya menguji faktor-faktor yang memotivasi manajer memilih untuk merevaluasi aset tetap, diantaranya faktor

6 6 perkontrakan seperti leverage, penurunan arus kas (Seng dan Su, 2010; Piera, 2007; Jaggi dan Tsui, 2001; Lin dan Peasnell, 2000a, 2000b; Cotter, 1999; Brown et al. 1992), faktor politis seperti ukuran perusahaan (Seng dan Su, 2010; Piera, 2007; Lin dan Peasnell, 2000a, 2000b; Brown et al. 1992), asimetri informasi seperti fixed aset intensity (Tay, 2009), signaling (Piera, 2007; Jaggi dan Tsui, 2001; Graeremynck dan Veugelers, 1999) dan kepemilikan saham, ekspor perusahaan (Piera, 2008), akuisisi (Iatridis dan Kilirgiotis, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010) berhasil menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan bagi perusahaan dalam melakukan revaluasi aset, sedangkan untuk faktor leverage, penurunan kas dari aktivitas operasi, intensitas aset tetap dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap revaluasi aset. Penelitian yang dulakukan oleh Piera (2007) menemukan bahwa rasio leverage dan internal stakeholder mempunyai hubungan positif dengan revaluasi aset, sementara untuk ownership control dan investment opportunity set (IOS) memiliki hubungan negatif, selanjutnya penelitian yang dilakukan Tay (2009) berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan intensitas aset tetap memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan revaluasi aset tetap. Sedangkan di Indonesia, penelitian oleh Firmansyah dan Sherlita (2012) menguji variabel rasio leverage, penurunan kas dari aktivitas operasi dan ukuran perusahaan menghasilkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel yang diuji terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan revaluasi aset tetap.

7 7 Penelitian Nurjanah (2013), membuktikan bahwa struktur aset dan ownership control berpengaruh positif terhadap kebijakan revaluasi aset tetap. Sedangkan untuk variabel investment opportunity set (IOS) berpengaruh negatif terhadap kebijakan revaluasi aset tetap. Penelitian lain oleh Yulistia, dkk (2012), membuktikan dari hasil penelitiannya bahwa firm size berpengaruh positif terhadap perusahaan dalam melakukan kebijakan revaluasi aset tetap, sedangkan untuk leverage dan fixed aset intensity tidak berpengaruh terhadap kebijakan revaluasi aset tetap. Penelitian Agung dan Sherlita (2015) menguji variabel rasio leverage, tingkat hutang jaminan, penurunan kas dari aktivitas operasi, ukuran perusahaan dan return on equity menghasilkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel yang diuji terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan revaluasi aset tetap. Penelitian yang dilakukan Andinson (2015) dapat membuktikan bahwa leverage dan market to book ratio berpengaruh positif signifikan, sedangkan untuk variabel liquidity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan revaluasi aset tetap. Sedangkan penelitian yang dilakukan Yulistia, dkk (2015) tidak berhasil membuktikan bahwa faktor leverage, penurunan kas operasi, ukuran perusahaan dan fixed asset intensity berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan revaluasi aset tetap. Perbedaan hasil temuan oleh peneliti sebelumnya mengenai kebijakan revaluasi aset tetap menghasilkan gap dalam topik ini. Oleh sebab itu penulis akan menguji kembali variabel-variabel yang berpengaruh dalam kebijakan revaluasi

8 8 aset tetap. Faktor-faktor tersebut akan diujikan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Adapun faktor yang akan diuji dalam penelitian ini adalah leverage, ukuran perusahaan, investment opportunity set (IOS), pertumbuhan perusahaan, dan struktur aset. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh leverage, ukuran perusahaan, investment opportunity set (IOS), pertumbuhan perusahaan, dan struktur aset terhadap revaluasi aset tetap. Maka dari itu penulis mengangkat topik sebagai berikut: Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Investment Opportunity Set (IOS), Pertumbuhan Perusahaan, dan Struktur Aset Terhadap Perusahaan Untuk Melakukan Revaluasi Aset Tetap pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun Identifikasi Masalah Pada umumnya nilai aset tetap diakui sebesar harga perolehannya, lalu disusutkan selama masa manfaatnya sehingga nilai aset tetap semakin lama semakin kecil. Namun penggunaan harga perolehan sebagai salah satu kebijakan akuntansi ini tidak dapat mencerminkan keberadaan nilai aset yang sesungguhnya. Dalam PSAK 16 (Aset Tetap) kebijakan yang diperkenankan atas aset tetap selain dari harga perolehan yaitu kebijakan revaluasi aset tetap. Kebijakan ini dikatakan dapat mencerminkan keadaan dari nilai yang sebenarnya atas aset tetap, karena revaluasi aset dilakukan oleh seorang penilai yang independen yang mencatat nilai

9 9 aset menggunakan nilai pasar, sehinggan menjadi relevan. Selain menunjukan nilai yang relevan, metode revaluasi dapat juga meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meyakinkan para pihak berkepentingan seperti pemegang saham, manajemen, kreditur, dll mengenai kinerja perusahaan, serta agar dapat menurunkan laba sehingga tidak menarik perhatian pemerintah khususnya pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Seng dan Su (2010) menemukan tingkat leverage dan penurunan arus kas yang menjadi faktor utama dalam melakukan revaluasi aset tetap. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Piera (2007) yang berhasil menemukan pengaruh tingkat leverage terhadap keputusan revaluasi aset tetap. Penelitian Nurjanah (2013), membuktikan bahwa struktur aset dan ownership control berpengaruh positif terhadap kebijakan revaluasi aset tetap. Sedangkan untuk variabel investment opportunity set berpengaruh negatif terhadap kebijakan revaluasi aset tetap. Penelitian lain oleh Yulistia, dkk (2015), membuktikan dari hasil penelitiannya bahwa firm size berpengaruh positif terhadap perusahaan dalam melakukan kebijakan revaluasi aset tetap, sedangkan untuk leverage dan fixed aset intensity tidak berpengaruh terhadap kebijakan revaluasi aset tetap. Berdasarkan uraian diatas, masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh leverage terhadap keputusan revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

10 10 2. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Seberapa besar pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap keputusan revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Seberapa besar pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap keputusan revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Seberapa besar pengaruh struktur aset terhadap keputusan revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh leverage terhadap keputusan revaluasi aset tetap. 2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan revaluasi aset tetap. 3. Pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap keputusan revaluasi aset tetap. 4. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap keputusan revaluasi aset tetap. 5. Pengaruh struktur aset perusahaan terhadap keputusan revaluasi aset tetap.

11 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data untuk menjawab masalah yang sedang diteliti maka penulis melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode data penelitian diperoleh melalui website dan Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan berguna dan memiliki manfaat antara lain: 1. Bagi Penulis Meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang Akuntansi Keuangan khususnya mengenai revaluasi aset tetap pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. 2. Bagi Penulis lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi pendukung bagi penelitian selanjunya yang melakukan penelitian dalam kajian ilmu sejenis. 3. Bagi Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi berupa saran dan informasi serta menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan merevaluasi aset tetap.