KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN MIKRO DI KOTA TEMANGGUNG. Mustawan Nurdin Husain Sri Rum Giyarsih

dokumen-dokumen yang mirip
Kualitas Lingkungan Permukiman Masyarakat Suku Bajo di Daerah yang Berkarakter Pinggiran Kota dan Daerah Berkarakter Pedesaan di Kabupaten Muna

KUALITAS PERMUKIMAN BANTARAN BENGAWAN SOLO DI KELURAHAN PUCANG SAWIT KOTA SURAKARTA

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT SEKITAR CI LIWUNG DENGAN KEADAAN FISIK (SEGMEN TEBET SENEN)

KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN SKALA MIKRO DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN Case Processing Summary Universitas Sumatera Utara

Lapiran 1. kuisioner. Jawablah pertanyaan dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu dari beberapa jawaban yang disediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image.

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

Kepada : Yth. Karyawan Perusahaan Roti Tiga Berlian di Semanggi Surakarta. : Pengisian Kuesioner

KUALITAS PERMUKIMAN DI KECAMATAN PASARKLIWON KOTA SURAKARTA. Margareth Mayasari Su Ritohardoyo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN PERMUKIMAN DAN KEBERHASILAN METODE BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN KEPUASAN TINGGAL PENGHUNI DI KOTA SURAKARTA

Lampiran 6 TABULASI DATA UMUM Lansia di RT 02 RW 02 Dusun Gadel Desa Sidorejo Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR PEMILIHAN LOKASI BERMUKIM MASYARAKAT PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA SURAKARTA

PERANAN AGEN PENJUALAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA PT YAKULT INDONESIA PERSADA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER. a. Nama Responden : b. AlamatResponden : c. Jenis kelamin : d. Umur Responden : e. Pekerjaan : 1. Bekerja 2.

DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG ABSTRACT

STUDI KUALITAS PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA MINOMARTANI. Muhammad Khusban Nurmansyah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil. Timur, dengan sampel bidan honorer sejumlah 32 orang. Teknik pengambilan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

LAMPIRAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng)

PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT. Hertyn Frianka/ /3EA12

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

(Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda rasa benar) 1. Apa yang ibu ketahui tentang kantong plastik?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SILABUS. Mata Kuliah Permukiman

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS DATA KATEGORIK

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )


LAMPIRAN 2 KUESIONER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI NON PERTANIAN DI DESA DRANCANG KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

Influence The Amount Of Credit And The Interest Rate On The Income Of Micro Customers In BRI Units Kabila

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM MENGATASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR

KUISIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

HUBUNGAN CARA BELAJAR DAN KONDISI EKSTERNAL BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

Diterima: 8 April 2013 Disetujui: 21 Juni Abstrak


III. METODE PENELITIAN

penelitian Pengaruh Sumber Daya Organisasi Terhadap Kesiapsiagaan Petugas BPBD Kota Langsa Mengahadapi Bencana di Kota langsa.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Tabel Distribusi Frekuensi Frequency Table

BAB III METODE PENELITIAN. konversi lahan yang berpengaruh terhadap pengetahuan tentang lingkungan di

Faktor-Faktor Maternal yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Bayi. Maternal Factors Affecting Baby s Weight Increase

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dekripsi (karakteristik) data subjek dengan total subjek yang diteliti

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

PENGARUH PERILAKU DOKTER TERHADAP KELENGKAPAN PENULISAN DATA REKAM MEDIS PADA RESUME PASIEN RAWAT INAP DI RSU IPI MEDAN TAHUN 2015 ERLINDAI ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuisioner Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

Analisis Data Kategorikal

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (TU) FKIP. Pada Tanggal 27 Maret 2014, penulis membuat surat ijin penelitian di

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN TEMA ARSITEKTUR TROPIS

Pengaruh Faktor Faktor Sosial Ekonomi Dan Fisik Wilayah Terhadap Tingkat Konsumsi Beras Di Kabupaten Kediri

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Kuisioner Penelitian HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS DATA. Untuk menentukan produk apa yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian,

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

Transkripsi:

KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN MIKRO DI KOTA TEMANGGUNG Mustawan Nurdin Husain mustawan.ugm@gmail.com Sri Rum Giyarsih rum_ugm@yahoo.co.uk Abstract Urban areas became the main attraction of human to meet the need for shelter. Urban have evolved along with the increasing number of people living in it. The tendency of human beings to live in the city and the natural population growth led to increased demand for shelter space and other facilities (Sutanto, 1995). Meanwhile, the land availability in the city is very limited, so there are develops several conditions of settlements. To understand the phenomenon, then this paper aims to: 1) know the quality of micro settlements in the city of Temanggung, 2) compare the quality of micro settlements between the city center and the suburbs, 3) the effect of getting the land / buildings to quality micro settlements. The result shows that the quality of the housing in the City of Temanggung average is in the high and medium grade. In Micro-quality housing in the city center is better than the quality of suburban settlements. Meanwhile the relationship between the land and ways to obtain the quality of the housing has a strong correlation value of 0.567. Keywords: urban settlements, the quality of housing, micro settlements. Abstrak Kawasan perkotaan menjadi daya tarik utama bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Adanya kecenderungan manusia untuk tinggal di kota dan pertumbuhan penduduk secara alami menyebabkan semakin besarnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan fasilitas lainnya (Sutanto, 1995). Sementara itu, lahan yang tersedia di kota sangat terbatas, sehingga muncul berbagai macam kondisi permukiman yang berkembang didalamnya. Untuk dapat memahami fenomena tersebut, maka tulisan ini bertujuan untuk : 1) mengetahui kualitas permukiman secara mikro di Kota Temanggung 2) mengetahui perbandingan kualitas permukiman mikro antara pusat kota dan pinggiran kota, 3) mengetahui pengaruh cara mendapatkan tanah/bangunan terhadap kualitas permukiman mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas permukiman di Kota Temanggung rata rata berada di kelas tinggi dan sedang. Secara Mikro kualitas permukiman di pusat kota lebih baik dibandingkan kualitas permukiman pinggiran kota. Sementara itu hubungan antara cara mendapatkan tanah dan kualitas permukiman memiliki nilai korelasi yang kuat sebesar 0,567. Kata Kunci: permukiman kota, kualitas permukiman, permukiman mikro.

PENDAHULUAN Geografi permukiman merupakan salah satu cabang geografi yang mempelajari tentang permukiman beserta dengan segala aspek aspek yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Permukiman didefinisikan sebagai tempat (ruang) untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971). Obyek studi dari permukiman sendiri dibagi menjadi dua yaitu permukiman artificial dan permukiman alami. Permukiman artificial yaitu permukiman yang berkaitan erat dengan campur tangan manusia dalam pembentukannya, sedangkan permukiman alami merupakan permukiman merupakan human oriented sehingga sesuai dengan geografi khususnya geografi manusia. Kebutuhan akan tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, semakin bertambahnya penduduk juga berperan besar terhadap peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal. Laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh dua faktor yaitu adanya pertambahan penduduk secara alami dan migrasi dari desa ke kota berlebih (over urbanization). Adanya kecenderungan manusia untuk tinggal di kota menyebabkan tumbuhnya kota secara cepat, pertumbuhan penduduk yang berkembang dengan cepat berimplikasi pada makin besarnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan fasilitas lainnya (Sutanto, 1995). Permasalahan di lingkungan permukiman perkotaan yang sering timbul adalah lingkungan permukiman yang jelek dan sempitnya lahan sehingga banyak bermunculan permukiman kumuh yang tidak tertata dengan baik. Permukiman yang belum tertata rapi, sarana prasarana permukiman yang sangat minim. Dari segi kuantitas rumah, masalah yang timbul adalah ketidak seimbangan antara permintaan rumah dan jumlah permukiman yang tersedia belum bisa mencukupi. Secara kualitas masalah rumah, adalah masyarakat belum mampu membangun rumah yang layak. Pembuatan jurnal ini bertujuan untuk : 1) mengetahui kualitas permukiman secara mikro di Kota Temanggung 2) mengetahui perbandingan kualitas permukiman mikro antara pusat kota dan pinggiran kota, 3) mengetahui pengaruh mendapatkan tanah/bangunan terhadap kualitas permukiman mikro TINJAUAN PUSTAKA 1. Permukiman Settlemen atau permukiman menurut Finch adalah kelompok satuan-satuan tempat tinggal atau kediaman manusia, mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan, dan fasilitas lain yang digunakan

sebagai sarana pelayanan umat manusia tersebut, batasan dari permukiman juga dikemukakan dalam Planning for Settlement Environment (pedoman perencanaan lingkungan permukiman, 1979). Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan ( UU RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab 1, pasal 1,3 ). Ruang lingkup kajian permukiman meliputi lingkup mikro, meso dan makro. Skala ruang lingkup pembahasan makro adalah meliputi sistem kota-kota maupun desa-desa dalam wilayah yang sangat luas, dimana eksistensi permukiman dianggap sebagai titik-titik yang tersebar. Skala wilayah penelitian tingkat meso analisisnya ditujukan pada masing-masing titik secara individual. Pembahasan skala mikro lebih menekankan pada komponen housing per rumah tangga (Yunus dalam Prawitasari, 1997:3). 2. Kualitas Permukiman Kualitas permukiman adalah kemampuan suatu permukiman untuk memenuhi kebutuhan hidup penghuninya (Sumarwoto, 1975). Kualitas permukiman berbeda-beda sesuai dengan keadaan penghuni dan pemanfaatan permukiman tersebut. Kualitas permukiman dan penghuni rumah mempunyai hubungan yang sangat erat, hal itu dinyatakan Doxides (dalam Doso Winarno, 1997) yang membagi unsur yang mempengaruhi kualitas rumah menjadi : 1. The Content (penghuni rumah) 2. The Container (wadah/rumah) Kedua unsur tersebut saling mempengaruhi, diamana kualitas rumah dipengaruhi oleh penghuninya, dan penghuni dipengaruhi oleh kualitas rumahnya, hal terpenting dalam kualitas permukiman adalah kualitas penghuni suatu permukiman, perlu dicermati bahwa biasanya kualitas suatu permukiman banyak bergantung pada kualitas penghuni permukiman, aspek penghuni permukiman dinilai berdasarkan faktor faktor sosial seperti jenis pekerjaan, income, konsumsi, pendidikan, kesehatan, organisasi sosial dan juga tingkat sosial dari penghuni permukiman. 3. Permukiman Mikro Permukiman mikro merupakan salah satu ruang lingkup dari kajian permukiman, permukiman skala mikro adalah kajian yang lebih terpusat pada rumah (housing), dimana komponen yang ada seringkali diistilahkan

sebagai neighbourhood (satuan lingkungan tempat kediaman) (Yunus 1989), pada lingkungan kediaman ini terdapat lima komponen satuan lingkungan, yaitu: 1. Tempat atau sarana kerja dengan segala sarana dan prasarananya 2. Jalur transportasi 3. Bangunan rumah 4. Kondisi sosial masyarakat 5. Aspek keindahan dan arsitektural. Kelima aspek tersebut saling mempengaruhi kualitas suatu rumah, dimana bangunan dan penghuni sama sama berperan dalam penilaian kualitas permukiman. METODE PENELITIAN 1. Pengumpulan data Data Primer Dalam hal ini data primer yang dimaksud berasal dari observasi secara langsung ke lapangan dengan cara menemui dan wawancara terstruktur kepada responden menggunakan bantuan alat penelitian berupa kuesioner, serta melakukan pengukuran variabel yang telah ditentukan sebelumnya. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survei sekunder dengan mendatangi instansi yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder ini khususnya berupa peta, dan data statistik yang dilakukan dengan mengcopy dokumen. Data sekunder tersebut terutama terdiri dari data luas daerah penelitian dan penggunaan lahan, jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk 2. Pengolahan Data Untuk menghitung kualitas permukiman dilakukan dengan metode skoring. Setiap variabel dalam kualitas permukiman mempunyai skor yang berbeda bedatergantung dengan keadaan di lapangan. Skor tersebut kemudian dijumlahkan sehingga bisa dibuat pengkelasan kualitas rumah. Pengkelasan kualitas rumah didapat dari hasil perhitungan selisi jumlah skor tertinggi dan terendah Kemudian klasifikasi didapat dengan rumus sebagai berikut : Ci = R : K Ci = interval kelas R = range ( selisih skor total tertinggi skor total terendah) K = jumlah kelas yang dinginkan Setelah dilakukan perhitungan didapat hasil kalsifikasi seperti tabel 1 berikut. Tabel 1. Klasifikasi Kualitas Permukiman Total Skor Kriteria 28 84 Kualitas Rendah 85 141 Kualitas Sedang 142 197 Kualitas Tinggi Sumber: Pengolahan Data Primer, 2014

3. Analisa Data Semua variabel kemudian dilakukan analisa deskriptif kualitatif untuk mengetahui perbandingan antara kualitas permukiman pusat kota dan pinggiran kota. Analisa deskriptif ini, dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi. Analisa tabel frekuensi menggunakan tabel yang menampilkan frekuensi satu variabel pada dua lokasi yang berbeda sehingga bisa diketahui perbandingannya Untuk mengetahui adanya pengaruh cara mendapat rumah terhadap kualitas permukiman menggunakan uji statistik Chi Square. Uji Chi Square merupakan salah satu uji statistic nonparametik, Uji Chi Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Dalam hal ini Uji Chi Square digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara cara mendapat rumah (independent variabel), terhadap kualitas permukiman (dependent variabel) Korelasi dianggap sempurna jika menunjukkan angka 1, korelasi dianggap cukup kuat dengan nilai 0,5-1, dan korelasi dianggap lemah jika HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Permukiman Kota Temanggung Kualitas permukiman dalam penelitian ini terdiri dari beberapa komponen meliputi kondisi fisik bangunan, kondisi lingkungan permukiman, fasilitas permukiman, serta keindahan dan arsitektural bangunan. Tinggi rendahnya kualitas permukiman dipengaruhi oleh skor keseluruhan komponen membentuk kualitas permukiman. Tabel 2. Kualitas Permukiman Kota Kualitas Permukiman Mikro Kota Temanggung Kualitas Rumah Jumlah Persentase Tinggi 29 47,5 % Sedang 30 49,2% Rendah 2 3,3% Total 61 100% Sumber: Pengolahan Data Primer, 2014 yang Secara umum kualitas rumah di Kota Temanggung dibagi menjadi tiga kelas (tinggi, sedang, rendah). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2, menunjukkan bahwa kualitas rumah di Kota Temanggung didominasi dalam kategori sedang dan tinggi dengan persentase yang hampir sama yaitu sebesar 47% (kualitas tinggi), dan 49% (Kualitas Sedang), dan hanya sebagian kecil saja yang berkualitas rendah yaitu 3%. nilainya kurang dari 0,5.

Tabel 3. Tabel Perbandingan Kualitas Permukiman Pusan kota dan Pinggiran Kota Lokasi permukiman Pusat Kota Pinggiran Kota Kelas Jumlah rumah Persentase Jumlah Rumah Persentase Tinggi 21 67,77% Sedang 9 29, 03 % Rendah 1 3,2 % Total 31 100% Sumber: Pengolahan Data Primer, 2014 8 21 1 30 26,60% 69,9% 3,3 % 100% 1. Perbandingan Kualitas Permukiman Mikro Pusat Kota dan Pinggiran Kota Keman (2005: 32) mengungkapkan dan 5.10 (kualitas bagus), gambar 5.11 dan 5.12 (kualitas sedang), gambar 5.13 dan 5.14 (kualitas rendah). kualitas permukiman yang baik haruslah Perbedaan ini banyak dipengaruhi memiliki sarana dan prasarana yang faktor ekonomi. Letak permukiman di pusat memadai dan didukung oleh perilaku kota yang terletak persis di samping pasar penghuninya. Kualitas permukiman ditinjau membuat ekonomi penduduk pusat kota lebih melalui skoring total variabel kualitas baik. Rata-rata penghasilan penduduk kota permukiman. Skoring dibagi menjadi dua kelompok, yaitu permukiman pusat kota dan lebih tinggi, sehingga bisa membangun rumah dengan kualitas yang lebih baik. pinggir kota. Berdasarkan hasil survai Selain itu sarana prasarana yang tersedia juga lapangan pada tabel 3 permukiman di pusat kota cenderung mempunyai kualitas yang lebih baik daripada permukiman di pinggiran kota. Rumah rumah di daerah pusat kota banyak yang berkualitas tinggi sekitar 67%, sedangkan 29% berkualitas sedang, dan 3,2% berkualitas rendah, terbalik dengan rumahrumah di pinggiran kota, hanya sekitar 26% lebih lengkap karena lebih dekat dengan pusat kota. Banyak juga dari rumah-rumah di pusat kota yang berstatus warisan, rumahrumah ini biasanya masih berkualitas baik dengan fasilitas lengkap. Sedangkan di pinggir kota rata-rata merupakan rumah baru dengan fasilitas yang lebih sedikit tingkat ekonomi juga lebih rendah. Penduduk yang rumah yang berkualitas tinggi, 72% hanya berpenghasilan minim cukup banyak berkualitas sedang dan 3,3 % berkualitas rendah,, contoh rumah ada pada gambar 5.9 sehingga kurang memperhatikan kualitas rumah. Berbeda dengan rumah di pusat kota. Rumah-rumah warisan di daerah pinggir kota

biasanya masih berupa rumah setengah permanen dengan bahan bangunan yang masih belum terlalu kuat. 5.9 Hubungan antara Cara Kepemilikan Tanah/Bangunan dengan Kualitas Permukiman Tanah merupakan lahan yang digunakan untuk mendirikan bangunan. Mayoritas lahan di kota sangat terbatas sehingga rumah berukuran kecil hingga sedang. Namun di Kota Temanggung hal ini berbeda. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar rumah yang berada di pusat Kota Temanggung justru mempunyai kualitas yang baik dengan bangunan yang berukuran cukup besar dan tanah yang luas. Tabel 3.33 Chi Square Test Value df Asym p. Sig. (2- sided ) Pearson Chi-Square 4.817 a 6,567 Likelihood Ratio 5,382 6,496 Chi square merupakan statistik nonparametrik. Statistik ini merupakan suatu ukuran asosiasi atau hubungan yang dapat digunakan pada kondisi satu atau kedua variabel yang diukur adalah skala nominal. Hasil analisis Chi Square pada tabel 4 didapat nilai signifikansi sebesar 0.567 yang berarti terdapat korelasi positif antara cara mendapatkan rumah dengan kualitas rumah. Hal ini dikarenakan faktor cara kepemilikan tanah. Pada permukiman pusat kota banyak rumah merupakan warisan. Kualitas rumah yang baik bukan hanya karena dipengaruhi tingkat ekonomi dan pendidikan, tapi juga karena penghuni rumah mendapatkan warisan rumah yang sudah berkualitas cukup baik. Di daerah pinggiran kota, mayoritas cara kepemilikan tanah berasal dari membeli dan bukan warisan. Karena tingkat ekonomi belum sebaik daerah pusat kota, mereka hanya mampu membeli lahan yang terbatas. Dengan demikian bangunan yang dibangun belum sebaik rumah-rumah pada permukiman kota. Linear-by- Linear Association,469 1,494 N of Valid Cases 61. Sumber: Pengolahan Data Primer, 2014

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka bisa diambil beberapa kesimpulan seperti berikut : 1. Kualitas permukiman pusat kota cenderung memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan kualitas permukiman pinggir kota 2. Faktor ekonomi dan pendidikan berpengaruh terhadap kualitas rumah baik rumah di tengah kota maupun rumah di pinggiran kota 3. Terdapat korelasi positif antara cara kepemilikan tanah/ dengan kualitas rumah di permukiman Kota Temanggung 4. Masyarakat di permukiman tengah kota memiliki karakteristik ekonomi dan pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat di permukiman pinggir kota DAFTAR PUSTAKA Doxiadis, C.A. 1971. An Introduction To The Science Of Human SettlementsEkistics. London: Hutchinson of London. Sutanto, 1995. Mengenali dan Memetakan Permukiman Kumuh berdasarkan Foto Udara Skala Besar:Operasionalisasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk penanganan Dta Dasar Pembangunan dalam Pembangunan Jangka Panjang II, Makalah Seminar Nasional 19 20 April 1995 di UGM Keman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Permukiman.Jurnallingkungan.Vol. 1, Juli 2005 (Hal 29-42)Blang, C. Djemabut. 1986. Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Dasar. Yayasan Obor Indonesia: Yogyakarta. Yunus, Hadi Sabari. 1986. Klasifikasi Permukiman Kota: Tinjuan Makro. Yogyakarta : Fakultas Geografi Indonesia Republik Indonesia. 1992. Undangundang no 4 Tentang Perumahan dan Permukiman. Jakarta: Sekretariat Negara.