HUBUNGAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT SEKITAR CI LIWUNG DENGAN KEADAAN FISIK (SEGMEN TEBET SENEN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT SEKITAR CI LIWUNG DENGAN KEADAAN FISIK (SEGMEN TEBET SENEN)"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT SEKITAR CI LIWUNG DENGAN KEADAAN FISIK (SEGMEN TEBET SENEN) Arga Rifki Oktian 1, M. H. Dewi Susilowati 2, dan Tito Latief Indra 3 1. Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 2. Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 3. Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia arga.rifki@sci.ui.ac.id Abstrak Pertumbuhan penduduk di Jakarta tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan untuk permukiman menyebabkan bayaknya pemanfaatan ruang kosong untuk dijadikan tempat tinggal. Salah satu daerah yang menjadi sasaran permukiman ialah Ci Liwung. Penelitian ini menggunakan survei lapang (75 responden dan pengamatan langsung) serta teknik tumpang susun (overlay) untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dengan keadaan fisik wilayah dan keterkaitannya dengan jarak terhadap aliran Ci Liwung. Kualitas hidup diukur berdasarkan dimensi kesehatan fisik dan dimensi hubungan sosial yang ada di masyarakat, sedangkan keadaan fisik diukur menggunakan keadaan rumah dan kondisi lingkungan. Analisis komparasi spasial digunakan dalam penelitian ini untuk membandingkan sebaran, persamaan serta perbedaan secara keruangan antara kualitas hidup dan kondisi fisik. Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapatnya perbedaan kualitas hidup pada jarak 0 15 m, m, dan m dari aliran Ci Liwung. Tidak terdapat perbedaan kondisi fisik pada jarak 0 15 m, m, dan m dari aliran Ci Liwung. Terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup dan kondisi fisik wilayah di sekitar Ci Liwung. Masyarakat sekitar aliran Ci Liwung dengan kualitas hidup yang baik berada pada keadaan fisik wilayah yang baik, dan masyarakat sekitar aliran Ci Liwung dengan kualitas hidup buruk berada pada keadaan fisik wilayah yang buruk. The Relationship Between Quality of Life of Society with The Physical Conditions at The Flow of Ci Liwung (Segment Tebet Senen) Abstract The population growth in Jakarta is not balanced by availability of land for settlement, it caused the utilization of empty space to be a place to live. One of the areas being targeted for settlement is the Ciliwung River. This study uses field surveys (75 respondents and direct observation) and overlaying techniques to look at the relationship between quality of life with the physical conditions of the region and their relation to the distance to the flow of Ciliwung River. Quality of life was measured by physical health dimensions and social relationships dimensions that exist in society, while the physical condition was measured using the home state and environmental conditions.this research used spatial comparative analysis to compare the distribution, spatial similarities and differences between quality of life and physical condition. These results indicate there is no differences in quality of life to its distance 0-15 m, m, and m from the stream of Ci Liwung. There is no significant differences in physical condition to distance 0-15 m, m, and m from the stream of Ci Liwung. There is a significant relationship between quality of life and physical conditions in the area around Ci Liwung. Surrounding communities Ci Liwung flow with a good quality of life is in a good physical state region. While people around the flow Ci Liwung with poor quality of life are in bad physical state region. Keywords : Quality of Life, Physical Condition, Spatial Comparative, Ci Liwung

2 Pendahuluan Jakarta sebagai Ibukota memiliki daya tarik tersendiri, pertumbuhan penduduk (Sensus Penduduk, 2010) di Jakarta pada tahun 2000 hingga 2010 sebesar 1,42% per tahun. November 2011 tercatat sebanyak jiwa menempati Jakarta (BPS, 2012). Pertumbuhan penduduk ini tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cocok untuk dijadikan permukiman. Hal ini menimbulkan banyaknya pemanfaatan ruang kosong oleh penduduk guna melengkapi kebutuhan tempat tinggal. Penduduk banyak memanfaatkan pinggir jalan, kolong jalan layang serta pinggir sungai untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai menjadi salah satu sorotan mengingat sungai memegang peranan penting bagi manusia. Tercatat sebanyak 13 sungai besar yang mengalir melalui Jakarta. Salah satu sungai yang menjadi sasaran tempat tinggal ialah Ci Liwung. Ci Liwung mengalir dari Kabupaten Bogor (Gunung Gede Pangrango) hingga bermuara di Teluk Jakarta. Aliran Ci Liwung mulai berubah sejak tahun 1913 dan dibuatnya pintu air Manggarai pada tahun 1920 oleh Pemerintah Belanda (Gunawan, 2009). Pembuatan pintu ini mengubah aliran Ci Liwung ke arah sisi barat Jakarta yang dikenal dengan Kanal Banjir Barat. Aliran Ci Liwung yang lama sudah mulai mengalami penyempitan. Hal ini diperparah dengan banyaknya bangunan di sekitar sungai. Aliran yang tidak mengalir dengan baik ini banyak menimbulkan wabah penyakit yang sulit dicegah karena masyarakat kurang memiliki perilaku yang peduli terhadap kesehatan serta lingkungan. Keadaan ini menyebabkan masyarakat sulit untuk mencapai kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup merupakan posisi seorang individu dalam kehidupan di mana terdapat budaya dan nilai dengan hubungan terhadap kepuasan individu tersebut (Bowling, 1999). WHO memandang kualitas hidup sebagai pandangan tiap individu terhadap pandangannya dalam kehidupan, yang terkait dalam konteks budaya dan lingkungan sekitar. Pendapat lain menyatakan bahwa kualitas hidup mengacu kepada keadaan fisik di mana seorang individu menjalan kehidupan dan pandangan seorang individu terhadap kehidupannya atau dengan kata lain hubungan antara indikator kehidupan dengan lingkungan (Kladivo dan Halas, 2012). Pernyataan tersebut memandang bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan penentu kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat (Keman, 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan

3 permukiman memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kesehatan yang juga merupakan indikator dari kualitas hidup. Ng (2005) melakukan penelitian kualitas hidup mahasiswa di Hongkong. Ng menyatakan bahwa keadaan fisik (lingkungan rumah) memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat. Berdasarkan keadaan yang terjadi pada penduduk di sekitar Ci Liwung, maka penting adanya pengkajian mengenai Hubungan Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar Ci Liwung dengan Keadaan Fisik. Masyarakat Ibukota haruslah memiliki kualitas hidup yang baik, karena masyarakat Ibukota merupakan tolak ukur bagi masyarakat secara nasional. Tinjauan Teoritis Karakteristik Masyarakat Squatter Ci Liwung Squatter ialah pemukim (individu/keluarga) yang tinggal di suatu permukiman tanpa memiliki hak untuk bermukim. Pemukim squatter diartikan sebagai penduduk yang bermukim di area yang ditetapkan sebagai zona bebas okupasi/pendudukan (Departemen Kimpraswil, 2003). Permukiman liar banyak tumbuh di kota kota besar seperti Jakarta, permukiman liar di Jakarta salah satunya terletak di pinggir aliran Ci Liwung. Alasan utama pemukim yang bermukim di permukiman liar karena tanah tersebut murah atau bahkan tanpa harus membeli, karena tanah yang mereka tempati tersebut tidak diperuntukkan untuk permukiman. Permukiman di sekitar Ci Liwung juga dapat dibagi menjadi dua jenis menurut keadaan permukiman yang dikemukakan oleh Nugroho (2001), yaitu; a) Permukiman Teratur, adalah permukiman dengan tata letak bangunan yang terencana dan teratur, terbentuk dan berkembang selaras dengan pola jaringan jalan dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. b) Permukiman Tidak Teratur, adalah permukiman dengan tata letak bangunan yang tidak teratur, kurang terencana, terbentuk dan berkembang tidak selaras dengan pola jaringan jalan yang telah ada, serta tidak dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan yang memadai. Dimensi Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar Ci Liwung Kualitas hidup dapat dilihat dengan menggunakan metode perhitungan World Health Organization Quality dari Life Bref (WHOQOL BREF). WHOQOL BREF menghitung kualitas hidup berdasarkan empat dimensi yang menjadi dasar. Keempat dimensi tersebut

4 ialah dimensi Kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan. Sekarwiri (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat dua dimensi yang paling mempengaruhi yaitu dimensi kesehatan fisik dan dimensi hubungan sosial. Kesehatan Lingkungan Permukiman dan Perkotaan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Kesehatan lingkungan permukiman perkotaan mempelajari hubungan interaktif antara manusia dengan perubahan lingkungan permukiman yang ada di perkotaan yang memiliki potensi menimbulkan gangguan kesehatan dan mencari upaya penanggulangannya (Kusnoputranto, 2000). Evaluasi Daerah Banjir Januari 2013 Ci Liwung Ci Liwung telah terganggu keseimbangannya, sungai ini berperan sejak dahulu dalam masalah banjir yang melanda Jakarta. Banjir di Jakarta telah menyebabkan kerugian, baik secara materi maupun non materi. Banjir di Jakarta terjadi pada pertengahan musim hujan. Pada tahun 2013 banjir terbesar terjadi pada bulan Januari hingga Febuari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta merilis peta banjir yang terjadi pada tahun Banjir pada tahun 2013 terdapat pada beberapa di daerah, Jakarta Barat terutama pada wilayah administrasi yang dilalui oleh Kali Pesanggrahan menjadi daerah yang terkena dampak besar. Hal tersebut sama dengan yang terjadi di sekitar aliran Ci Liwung. Wilayah administrasi yang di lalui oleh aliran Ci Liwung mengalami banjir yang cukup besar, terutama pada daerah sebelum Pintu Air Manggarai. Daerah tersebut termasuk didalamnya Kecamatan Tebet, Kecamatan Manggarai, Kecamatan Jatinegara dan Kecamatan Matraman. Pintu air Manggarai menjadi pengaruh besar bagi pengendalian banjir di pusat Kota Jakarta. Metode Penelitian Penelitian ini memiliki hasil akhir untuk melihat fakta di lapangan yang di-wilayahkan dengan syarat tertentu. Fakta yang ingin dimunculkan yaitu tingkat kualitas hidup masyarakat sekitar Ci Liwung dan keadaan fisik pada wilayah tersebut. Terdapat dua faktor yang menjadi fokus yaitu faktor manusia dan faktor fisik. Pada faktor manusia dibagi menjadi dua variabel

5 yaitu dimensi kesehatan fisik dan dimensi hubungan sosial untuk menentukan kualitas hidup, sedangkan untuk faktor fisik terdapat dua variabel yaitu keadaan rumah dan lingkungan. Daerah penelitian terletak di sekitar Ci Liwung pada daerah administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Pemilihan daerah penelitian tersebut mempertimbangkan data dan pola spasial yang lebih variatif antara aliran Ci liwung antara sebelum dan sesudah pintu air manggarai. Daerah ini dipilih karena dapat mewakili aliran Ci Liwung yang terdapat badan sungai dan yang belum terdapat badan sungai. Daerah ini juga mewakili daerah yang terkena dampak banjir dan tidak pada tahun 2013 sesuai dengan peta yang diterbitkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta pada bulan Januari Kecamatan yang masuk ke dalam daerah penelitian ialah Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Tebet, Kecamatan Matraman, Kecamatan Menteng dan Kecamatan Senen. Alur kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tahap (gambar 3.2). Keempat tahap tersebut ialah tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data dan tahap hasil dan pembahasan. Tahap persiapan merupakan tahapan dalam menentukan tema penelitian dan variabel. Selanjutnya tahap pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan untuk data primer dan untuk data sekunder mencari data yang berasal dari instansi terkait. Tahap selanjutnya ialah pengolahan data, data hasil perolehan kuisioner dan pengapatan dilakukan penilaian. Selanjutnya hasil penilaian di klasifikasi dan untuk data berupa alur sungai dilakukan buffer dengan jarak 0 15 m, m, dan m. Selanjutnya pada tahap analisis, data hasil klasifikasi yang telah ditambahkan pada atribut data spasial dilakukan proses overlay data. Hasil overlay tersebut lalu dibuatkan visualisasi berupa peta dan duanalisis dengan menggunakan metode komparasi spasial. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis komparasi keruangan dan statistik. Analisis komparasi keruangan ialah analisis ini membandingkan dua wilayah atau lebih untuk melihat keunggulan dan kekurangan suatu wilayah (Yunus, 2010). Pada penelitian ini analisis komparasi dipakai untuk melihat persamaan dan perbedaan antara unit analisis (0 15m, 15 30m, dan 30 50m). Penelitian ini bersifat nomotetik yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena keruangan hingga pada akhirnya menghasilkan suatu dalil yang bersifat umum (Sandy, 1992). Sebelum komparasi keruangan dilakukan maka perlu untuk melakukan asosiasi keruangan guna melihat hubungan antara variabel dengan menggunakan teknik analisis tumpang susun (overlay). Tumpang susun atau Overlay peta merupakan salah satu teknik analisis keruangan/spatial (Supriatna, 2009). tumpang susun ialah teknik menumpag tindihkan dua

6 peta atau lebih yang menghasilkan sebuah peta baru, baik dari data tabuler maupun wilayah. Hasil teknik tumpang tindih dapat dilihat dengan melihat langsung peta, namun sebelum itu harus terlebih dahulu membuat matriks hubungan antara peta/data spasial yang di-tumpang tindihkan-kan. Hasil dan Pembahasan Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar Ci Liwung Kualitas hidup masyarakat sekitar Ci Liwung setelah hasil pengolahan data lapang diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu kualitas hidup dengan tingkat yang buruk, sedang, dan baik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 46,7 % responden menunjukkan kualitas hidup dengan tingkat yang buruk, kualitas hidup dengan tingkat sedang memiliki persentase 34,7 %, dan dengan tingkat kualitas hidup yang baik memiliki persentase 18,7 %. Kualitas hidup dengan tingkat yang buruk memiliki persentase 34,7 %. Persentase tersebut terbagi atas 12 % untuk masing masing daerah 15 m dan m, dan untuk daerah m memiliki persentase 10,7 %. Daerah menjadi daerah yang paling sedikit memiliki masyarakat dengan kualitas hidup yang buruk. Tabel 1 Tingkat kualitas hidup berdasarkan jarak Kualitas Hidup buruk sedang baik Total Jarak 15 m Jumlah % dari Total 12.0% 13.3% 8.0% 33.3% m Jumlah % dari Total 12.0% 14.7% 6.7% 33.4% m Jumlah % dari Total 10.7% 18.7% 4.0% 33.3% Total Jumlah % dari Total 34.7% 46.7% 18.7% 100.0% Kualitas hidup dengan tingkat sedang memiliki persentase yang paling besar (46,7 %) bila dibandingkan dengan tingkat kualitas hidup yang baik dan rendah. Persentase tersebut terbagi atas 13,3 % yang terdapat pada daerah 15 m, 14,7 % pada daerah m, dan 18,7 % terdapat pada daerah m. Daerah m menjadi daerah yang paling besar persentasenya dalam kualitas hidup dengan tingkat sedang, diikuti oleh daerah m, dan terakhir daerah 15 m.

7 Hal yang berbeda terjadi pada kualitas hidup dengan tingkat baik. daerah m hanya memiliki persentase sebesar 4 % dan persentase tersebut merupakan persentase terendah jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Daerah 15 m menunjukkan persentase yang paling besar (8 %) dalam kualitas hidup dengan tingkat yang baik dan mengalahkan persentase kedua daerah lainnya. Gambar 1 menunjukkan kaitan kualitas hidup terhadap jarak, kualitas hidup pada tiap wilayah berbeda namun perbedaan tersebut tidak signifikan terhadap jarak. Bila dilihat pada tingkat kualitas hidup yang buruk, maka semakin jauh dari aliran Ci Liwung menyebabkan keadaan yang semakin membaik. Hal tersebut didukung dengan tingkat kualitas hidup dengan tingkat sedang yang menunjukkan jumlah yang semakin bertambah bila semakin menjauhi aliran Ci Liwung. Gambar 1 Grafik hubungan jarak dengan tingkat kualitas hidup Hasil uji statistik menggunakan teknik hitung Chi Square menunjukkan nilai pada kolom Asymp. Sig (2 sided) sebesar 0,769. Nilai signifikansi tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan nilai signifikansi 0,05 pada tingkat kepercayaan 95 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa H o diterima atau tidak terdapat hubungan antara kualitas hidup masyarakat dengan jarak dari aliran Ci Liwung. Tabel 2 Uji Chi-Square kualitas hidup dengan jarak Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio N of Valid Cases 75 Peta 1 menunjukkan sebaran tingkat kualitas hidup masyarakat sekitar aliran Ci Liwung. Bila dilihat berdasarkan jarak, terlihat jelas di beberapa wilayah kualitas hidup

8 mengalami peningkatan seiring dengan semakin jauh dari aliran Ci Liwung. Hal tersebut terdapat pada Kecamatan Tebet dan Kecamatan Jatinegara. Terdapat pula wilayah dengan tingkat kualitas hidup yang sama seperti yang terdapat pada Kecamatan Matraman, Kecamatan Menteng, dan Kecamatan Senen. Peta 1 Kualitas Hidup Masyarakat Sumber : Pengolahan data, 2013 Sebaran wilayah tingkat kualitas hidup dapat dilihat pula berdasarkan kedudukannya terdahap Pintu Air Manggarai. Wilayah yang terletak pada Pintu Air Manggarai menuju hilir memiliki tingkat kualitas hidup dengan variasi yang rendah, pada wilayah tersebut di dominasi oleh kualitas hidup dengan tingkat sedang. Sedangkan untuk wilayah dari Pintu Air Manggarai ke arah hulu memiliki tingkat kualitas hidup yang lebih bervariasi sebarannya.

9 Keadaan Fisik Sekitar Aliran Ci Liwung Keadaan fisik lingkungan sekitar Ci Liwung setelah hasil pengolahan data lapang diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu keadaan fisik lingkungan dengan tingkat yang buruk, sedang, dan baik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 17,3 % responden menunjukkan keadaan fisik dengan tingkat yang buruk, keadaan fisik dengan tingkat sedang memiliki persentase 44 %, dan dengan tingkat keadaan fisik lingkungan yang baik memiliki persentase 38,7 %. Tabel 2 Tingkat keadaan fisik berdasarkan jarak Keadaan Fisik buruk sedang baik Total Jarak 15 m Jumlah % dari Total 10.7% 10.7% 12.0% 33.4% m Jumlah % dari Total 4.0% 20.0% 9.3% 33.3% m Jumlah % dari Total 2.7% 13.3% 17.3% 33.3% Total Jumlah % dari Total 17.3% 44.0% 38.7% 100.0% Keadaan fisik dengan tingkat yang buruk memiliki persentase 17,3 %. Persentase tersebut terbagi atas 10,7 % untuk daerah 15 m, 4 % untuk dimiliki oleh daerah m, dan untuk daerah m memiliki persentase 2,7 %. Daerah menjadi daerah yang paling sedikit memiliki masyarakat dengan keadaan fisik yang buruk dan daerah 15 m memiliki persentase terbesar dengan keadaan fisik yang buruk. Keadaan fisik dengan tingkat sedang memiliki persentase yang paling besar (44 %) bila dibandingkan dengan tingkat keadaan fisik yang baik dan keadaan fisik dengan tingkat rendah. Persentase tersebut terbagi atas 10,7 % yang terdapat pada daerah 15 m, 20 % pada daerah m, dan 13,3 % terdapat pada daerah m. Daerah m menjadi daerah yang paling besar persentasenya dalam keadaan fisik dengan tingkat sedang, diikuti oleh daerah m, dan terakhir daerah 15 m. Keadaan fisik dengan tingkat baik dengan persentase terbesar terdapat pada daerah m dengan persentase sebesar 17,3 %. Daerah 15 m memiliki presentasi di bawah daerah m dengan persentase 12 %, sedangkan untuk daerah m hanya memiliki persentase 9,3 % untuk daerah dengan keadaan fisik yang baik.

10 Gambar 2 Grafik hubungan jarak dengan tingkat keadaan fisik Gambar 2 diatas menunjukkan kaitan keadaan fisik terhadap jarak, kondisi fisik pada tiap wilayah berbeda namun perbedaan yang ada tidak signifikan terhadap jarak. Bila dilihat pada tingkat keadaan fisik dengan tingkat yang buruk, maka semakin jauh dari aliran Ci Liwung menyebabkan keadaan yang semakin membaik. Hal tersebut didukung dengan tingkat kualitas hidup dengan tingkat baik, jumlah keadaan fisik yang lebih banyak bila dibandingkan antara jarak 15 m dengan m. Tabel 3 Uji Chi-Square keadaan fisik dengan jarak Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio N of Valid Cases 75 Hasil uji statistik menggunakan teknik hitung Chi Square menunjukkan nilai pada kolom Asymp. Sig (2 sided) pada tabel 5.29 sebesar 0,06. Nilai signifikansi tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan nilai signifikansi 0,05 pada tingkat kepercayaan 95 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa H o diterima atau tidak terdapat hubungan antara keadaan fisik linngkungan dengan jarak dari aliran Ci Liwung.

11 Peta 2 Kondisi Fisik Sekitar Aliran Ci Liwung Sumber : Pengolahan data, 2013 Peta 2 menunjukkan sebaran tingkat keadaan fisik sekitar aliran Ci Liwung. Kondisi fisik pada daerah penelitian didominasi oleh kualitas hidup dengan tingkat sedang. Bila dilihat berdasarkan jarak, terlihat bahwa di beberapa wilayah kondisi fisik mengalami peningkatan seiring dengan semakin jauh dari aliran Ci Liwung. Hal tersebut terdapat pada Kecamatan Matraman dan Kecamatan Jatinegara. Terdapat pula wilayah dengan tingkat kondisi fisik yang sama seperti yang terdapat pada Kecamatan Tebet, Kecamatan Menteng, dan Kecamatan Senen. Sebaran wilayah tingkat kondisi fisik dapat dilihat pula berdasarkan kedudukannya terdahap Pintu Air Manggarai. Wilayah yang terletak pada Pintu Air Manggarai menuju hilir

12 memiliki tingkat kondisi fisik dengan variasi yang rendah. Sedangkan untuk wilayah dari Pintu Air Manggarai ke arah hulu memiliki tingkat kondisi fisik yang lebih bervariasi sebarannya. Hubungan antara keadaan fisik dengan kualitas hidup masyarakat sekitar Ci Liwung Tabel 4 merupakan tabel yang menunjukkan hubungan antara keadaan fisik dengan kualitas hidup masyarakat sekitar Ci Liwung. Kualitas hidup yang buruk dan dengan keadaan fisik yang buruk menunjukkan persentase 9,3 % (terdapat pada jarak 15 m dan wilayah administrasi Kecamatan Tebet), sedangkan untuk keadaan fisik dengan tingkat buruk dan dengan tingkat kualitas hidup yang sedang menunjukkan persentase 8 % (terdapat pada semua unit analisis dan di wilayah administrasi Kecamatan Menteng dan Kecamatan Jatinegara), dan tidak terdapat kualitas hidup yang baik pada tingkat keadaan fisik yang buruk. Tabel 4 Tingkat kualitas hidup berdasarkan keadaan fisik Keadaan Fisik buruk sedang baik Total Kualitas Hidup buruk Jumlah % dari Total 9.3% 20.0% 5.4% 34.7% sedang Jumlah % dari Total 8.0% 14.7% 24.0% 46.7% baik Jumlah % dari Total.0% 9.3% 9.3% 18.6% Total Jumlah % dari Total 17.3% 44.0% 38.7% 100.0% Keadaan fisik dengan tingkat sedang memiliki persentase 20 % dalam kualitas hidup yang buruk, persentase ini tersebar dalam wilayah administrasi Kecamatan Matraman dan Kecamatan Jatinegara dan di dominasi pada unit analisis m. Persentase tersebut merupakan persentase terbesar bila dibandingkan dengan kedua tingkat kualitas hidup yang lainnya dan pada keadaan fisik yang sedang. Keadaan fisik sedang dengan tingkat kualitas hidup sedang memiliki persentase 14,7 %, pada Kecamatan Tebet terdapat pada jarak m dan m, dan pada Kecamatan Jatinegara terdapat pada seluruh unit analisis. Keadaan fisik sedang dengan kualitas hidup yang buruk memiliki persentase 9,3 % yang terletah pada Kecamatan Matraman ( 15 m dan m) dan pada Kecamatan Jatinegara (15 30 m). Keadaan fisik dengan tingkat baik dan dengan kualitas hidup yang buruk hanya memiliki persentase 5,3 % yang terletak pada wilayah administrasi Kecamatan Menteng (15

13 30 m dan m), pada Kecamatan Matraman (30 50 m), Kecamatan Jatinegara ( 15 m, m, dan m) dan Kecamatan Tebet ( 15 m, m, dan m). Keadaan fisik dengan tingkat baik dan dengan kualitas hidup dengan tingkat sedang memiliki persentase terbesar dengan persentase 24 % yang terletak pada Kecamatan Menteng ( 15 m, m, dan m), pada Kecamatan Senen ( 15 m), Kecamatan Matraman (15 30 m, dan m), Kecamatan Tebet ( 15 m, m, dan m), dan Kecamatan Jatinegara (15 30 m, dan m). Pada keadaan fisik dengan tingkat baik dan dengan kualitas hidup yang memiliki tingkat baik menunjukkan nilai persentase 9,3 % yang terdapat pada Kecamatan Tebet ( 15 m dan m) dan Kecamatan Jatinegara ( 15 m, m, dan m). Tabel 5 Uji Chi-Square Kualitas Hidup dengan Keadaan Fisik Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Likelihood Ratio N dari Valid Cases 75 Hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dengan keadaan fisik menggunakan teknik hitung Chi Square menunjukkan nilai pada kolom Asymp. Sig (2 sided) pada tabel 5.31 sebesar 0,018. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai signifikansi 0,05 pada tingkat kepercayaan 95 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa H o ditolak atau terdapat hubungan antara keadaan fisik lingkungan dengan kualitas hidup masyarakat sekitar aliran Ci Liwung. Hubungan yang terjadi antara kualitas hidup dan kondisi fisik merupakan hubungan yang signifikan namun, hubungan tersebut tidak signifikan terhadap jarak ( 15 m, m, dan m). Peta 3 menunjukkan hasil dari teknik tumpang tindih (overlay) antara Peta 1 dan Peta 2 Peta tersebut menggambarkan hubungan antara kualitas hidup masyarakat dengan kondisi fisik yang ada. Hasil dari teknik tersebut terlihat bahwa terdapat sembilan kombinasi antara kualitas hidup dengan kondisi fisik. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki kualitas hidup yang baik cenderung tinggal pada kondisi fisik yang baik, sedangkan masyarakat yang memiliki kondisi fisik yang buruk cenderung tinggal pada kondisi fisik yang buruk.

14 Peta 3 Overlay Kualitas Hidup dengan Kondisi Fisik Sumber : Pengolahan data, 2013 Peta tersebut dapat menunjukkan bahwa pada daerah setelah Pintu Air Manggarai variasi hubungan antara kualitas hidup dan kondisi fisik tidak signifikan terhadap jarak. Hal ini terlihat dari tidak terdapatnya perbedaan antara daerah 15 m, m, dan m. Sedangkan untuk darah sebelum Pintu Air Manggarai variasi terhadap jarak lebih terlihat. Pada daerah tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan kualitas hidup dan kondisi fisik yang semakin baik seiring dengan semakin jauh jarak dari aliran Ci Liwung.

15 Kesimpulan 1) Perbedaan kualitas hidup masyarakat sekitar aliran Ci Liwung tidak dipengaruhi oleh jarak. Kualitas hidup dengan tingkat baik, sedang dan buruk, tersebar pada jarak 15 m, m, dan m. 2) Perbedaan kondisi fisik wilayah sekitar aliran Ci Liwung tidak dipengaruhi oleh jarak. Kondisi fisik dengan tingkat baik, sedang dan buruk, tersebar pada jarak 15 m, m, dan m. 3) Terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup dan kondisi fisik wilayah di sekitar Ci Liwung. Masyarakat sekitar aliran Ci Liwung dengan kualitas hidup yang baik berada pada keadaan fisik wilayah yang baik. Sedangkan masyarakat sekitar aliran Ci Liwung dengan kualitas hidup buruk berada pada keadaan fisik wilayah yang buruk. Daftar Referensi Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2012). Jakarta Dalam Angka Jakarta. Bowling, A. (1999). Health-Related Quality Dari Life: A Discussion Dari The Concept, Its Use And Measurement. Presented to the Adapting to Change Core Course. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. (2003). Pedoman Umum: Proyek Percontohan Program Pemberdayaan Masyarakat Squatter edisi Aprli Dirjen Perumahan dan Permukiman. Jakarta. Keman, Soedjajadi. (2005). Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Permukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, pp Kusnoputranto, Haryoto. (2000). Kesehatan Lingkungan. Depok: FKM UI. Kladivo P., Halas M., (2012). Quality dari life in an urban environment: A typology dari urban units dari Olomouc. Quaestiones Geographicae, Vol. 31(2), pp Ng, Sai Leung. (2005). Residential Environment and Its Implications for Quality dari Life among UniversityStudents in Hong Kong. Social Indicators Research, Vol. 71, No. 1/3. Nugroho, T. (2001). Penggunaan Tanah Perkotaan : Studi Kasus DKI Jakarta. Dalam Koestoer, R.H., et al. Dimensi Keruangan Kota (Teori dan Kasus). Jakarta : UI Press.

16 Programme on Mental Health, World Health Organization. (1996). WHOQOL BREF. Geneva : WHO. Sandy, I. M. (1992). Aturan Menulis dan Menulis Dengan Aturan. Depok : Departemen Geografi FMIPA UI. Sekarwiri, Edesia. (2008). Hubungan Antara Kualitas Hidup dan Sense dari Community Pada Warga DKI Jakarta yang Tinggal di Daerah Rawan Banjir. Skripsi Fakultas Psikologi UI Depok. Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Supriatna. (2009). Sistem Informasi Geografis. Depok : Departemen Geografi FMIPA UI. Undang Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Yunus, Hadi Sabari. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN MIKRO DI KOTA TEMANGGUNG. Mustawan Nurdin Husain Sri Rum Giyarsih

KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN MIKRO DI KOTA TEMANGGUNG. Mustawan Nurdin Husain Sri Rum Giyarsih KAJIAN KUALITAS PERMUKIMAN MIKRO DI KOTA TEMANGGUNG Mustawan Nurdin Husain mustawan.ugm@gmail.com Sri Rum Giyarsih rum_ugm@yahoo.co.uk Abstract Urban areas became the main attraction of human to meet the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN 2010-2014 Publikasi Ilmiah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh

Lebih terperinci

3. METODE PE ELITIA. Hubungan Universitas Antara..., Edesia Indonesia Sekarwiri, F.PSI UI, 2008

3. METODE PE ELITIA. Hubungan Universitas Antara..., Edesia Indonesia Sekarwiri, F.PSI UI, 2008 32 3. METODE PE ELITIA 3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang dapat diukur dan memiliki variasi hasil pengukuran sehingga dapat dikatakan bahwa variabel merupakan operasionalisasi dari konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia 1 1. PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami banyak bencana. Menurut penggolongan yang dilakukan oleh Bell, Greene, Fisher dan Baum (2001) bencana yang

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO Meny Sriwati Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Dharma Yadi Makassar ABSTRACT This study aimed (1)

Lebih terperinci

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai) Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN SKALA MIKRO DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK

KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN SKALA MIKRO DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK 1 KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN SKALA MIKRO DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK Oleh: Komang Adi Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, Drs. Ida Bagus Made Astawa *) Jurusan Pendidikan Geografi, Undiksha

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAJAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sering terjadi bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lainnya. Bencana yang terjadi di kota-kota

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2004-2011 PUBLIKASI ILMIAH Oleh : ERWIN FEBRIYANTO E 100.090.016 FAKULTAS GEOGRAFI

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALYSIS PRICE AND VALUE OF LAND IN SEWON DISTRICT, USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC

Lebih terperinci

Pola Sebaran Wilayah Ketahanan Pangan di Provinsi Banten

Pola Sebaran Wilayah Ketahanan Pangan di Provinsi Banten Pola Sebaran Wilayah Ketahanan Pangan di Provinsi Banten Deby Eryani Setiawan 1, M.H. Dewi Susilowati 2, Hafid Setiadi 3 1 Jurusan Geografi,Universitas Indonesia, Depok16424 E-mail : deby.eryani@ui.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu peristiwa bencana alam yang sering melanda sejumlah negara termasuk Indonesia. Kejadian banjir ini berupa genangan air yang berlebihan terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota Jakarta setiap tahunnya telah membawa berbagai dampak dalam segala aspek kehidupan. Polusi

Lebih terperinci

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Gambar 1.1 DAS Ciliwung BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA M.H. Dewi Susilowati Laboratorium Sosial Ekonomi Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia E-Mail : ppgtui@indosat.net.id

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men PEMETAAN BANJIR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Angriani 1), Rosalina Kumalawati 1) 1)Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS FKIP, UNLAM e-mail: rosalinaunlam@gmail.com

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Umur * CD4 + Crosstabulation cd4 1-49 50-99 100-149 Total umur 35 Count 3 4 2 9 Expected Count 4.5 3.0

Lebih terperinci

12/19/2011. Polygon Arc Topology SPATIAL DATABASE MANAGEMENT. Konektivitas (Arc Node Topology) & Contiguity:

12/19/2011. Polygon Arc Topology SPATIAL DATABASE MANAGEMENT. Konektivitas (Arc Node Topology) & Contiguity: TAHAPAN PEMBANGUNAN DATA SIG TAHAPAN PEMBANGUNAN DATA SIG SPATIAL DATABASE MANAGEMENT CLEAN : Menbangun polygon topology BUILD : Membangun point & Line topology STORE : menyimpan data EDIT : melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jl. A. Yani PO Box 295

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH DI DUSUN SONO DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS.

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH DI DUSUN SONO DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS. PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH DI DUSUN SONO DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS Oleh : TOMMET SIMBOLON 087004029/PSL SEKOLAH PACASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI) Risma 1, Paharuddin 2,Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu)

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu) TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu) Oleh: MAIDA SINTA MAWADDATI I0611013 Diajukan sebagai

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi

Lebih terperinci

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstraksi ketinggian permukaan tanah dari data DEM, penggabungan Peta Aliran

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 HALAMAN JUDUL NASKAH PUBLIKASI DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan MencapaiGelarSarjana S1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juni sampai dengan 6 Juli 2015. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas karyawan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA Robiatul Udkhiyah 1), Gerry Kristian 2), Chaidir Arsyan Adlan 3) 1,2,3) Program

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA R. Muhammad Isa r.muhammad.isa@gmail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@ugm.ac.id Abstract Settlement

Lebih terperinci

Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor)

Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor) Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor) Deskripsi Dokumen:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota besar akan mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut berdampak pada daerah disekitarnya. Salah satu dampak yang terjadi adalah munculnya istilah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya frekuensi curah hujan, khususnya yang terjadi di musimmusim penghujan dan bertambahnya populasi serta permukiman penduduk di daerah Kota Medan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

MENGULAS PENYEBAB BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI, GEOMORFOLOGI DAN MORFOMETRI SUNGAI

MENGULAS PENYEBAB BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI, GEOMORFOLOGI DAN MORFOMETRI SUNGAI MENGULAS PENYEBAB BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI, GEOMORFOLOGI DAN MORFOMETRI SUNGAI Budi Harsoyo Intisari Banjir sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah penduduk di kota-kota besar khususnya di DKI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah penduduk di kota-kota besar khususnya di DKI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di kota-kota besar khususnya di DKI Jakarta berkembang sangat cepat, perkembangan jumlah penduduk ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

Lebih terperinci

M. Danil Furqansyah 1, Agustina Arida 1, Romano 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

M. Danil Furqansyah 1, Agustina Arida 1, Romano 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Volume 1, Nomor 1, November 2016 Hubungan Antara Lahan, Pakan, Nener, Tenaga Kerja Dan Sistem Budidaya Dengan Hasil Produksi Tambak Bandeng Di Banda Aceh (Relationship Between Land, Feed, Nener, Labor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG Wahyuni Susilowati, Budi Damianto, Achmad Nadjam, dan Ida Nurhayati

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir bukanlah fenomena baru di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sudah menjadi pemandangan rutin tahunan di Ibu Kota dan beberapa kota di Indonesia ketika musim

Lebih terperinci

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita 1, Rina Reida 1, Ida Parida Santi 1, Daratun Nurahmah 1, Neny Kurniawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian bencana mewarnai penelitian geografi sejak tsunami Aceh 2004. Sejak itu, terjadi booming penelitian geografi, baik terkait bencana gempabumi, banjir,

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL UNTUK PREDIKSI LUAS GENANGAN BANJIR PASANG LAUT DI WILAYAH KEPESISIRAN KOTA JAKARTA (Studi Kasus : Kecamatan Tanjungpriok, Jakarta Utara) Syukron Maulana syukron_elgordo@yahoo.co.id Muh.

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng)

KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng) ISSN 2302-0253 15 Pages pp. 148-162 KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng) Maya Sari 1, Mirza Irwansyah 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dalam konsep umum adalah wilayah atau ruang terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial. Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi

Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial. Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi Ruang Merupakan konsep dasar dalam kehidupan manusia Bagian dari kesadaran manusia yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Indonesia termasuk negara dengan proses penuaan penduduk cepat di Asia Tenggara. Upaya pembangunan dalam mengurangi angka kematian berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU Feki Pebrianto Umar 1, Rieneke L. E. Sela, ST, MT², & Raymond Ch. Tarore, ST, MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat curah hujan di daerah Ibukota Jakarta serta daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun telah banyak menimbulkan

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 7 (1) (2018) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage Proses Bermukim dan Pemenuhan Fasilitas Permukiman Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan proses yang pembahasannya menekankan pada pergerakan penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT)

URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT) URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT) Oleh: Naufal Mohamad Firdausyan SMA Negeri 8 Yogyakarta nmmuhfi@gmail.com

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Jakarta Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang terletak di pulau Jawa. Posisinya berada pada 6 7 Lintang Selatan, 107-108 Bujur

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA

PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR Mukmin Al Kahfi mukminalkahfi@gmail.com Dyah Widiyastuti dwidiyastuti@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

Indah Octavia Koeswandari Noorhadi Rahardjo

Indah Octavia Koeswandari Noorhadi Rahardjo PENGGUNAAN PETA UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN ANTARA ARAH PERKEMBANGAN WILAYAH DENGAN KONEKTIVITAS JALAN DAN POLA PERSEBARAN FASILITAS UMUM DI PERKOTAAN KLATEN Indah Octavia Koeswandari indahoctaviakoeswandari@gmail.com

Lebih terperinci