5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

dokumen-dokumen yang mirip
6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

7 KAPASITAS FASILITAS

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

PETA LOKASI PENELITIAN 105

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Katalog BPS:

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

PETA LOKASI PENELITIAN 105

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

BAB 3 METODE PENELITIAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

4 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

Selain sebagai tempat penjualan ikan, wilayah sekitar TPI Cilauteureun ini dikenal sebagai tempat wisata alam pantai yaitu Pantai Santolo yang dikenal

6 KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN JUMLAH ES DI PPS CILACAP

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA IKAN LAYUR (Trichiurus sp) PADA ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mencapai lebih dari 54 jenis dengan jumlah volume produksi 5.461,6 ton. Beragamnya jenis alat tangkap yang dioperasikan di PPN ini (subbab 4.1 Tabel 1) menghasilkan beragamnya jenis hasil tangkapan tersebut. Tabel 6 Produksi hasil tangkapan didaratkan menurut jenisnya di PPN Palabuhanratu tahun 2006* ) No. Jenis Ikan Jumlah (ton) Komposisi (%) 1 Cakalang 1.001,3 18,3 2 Tuna Madidihang 677,8 12,4 3 Tuna Mata Besar 562,0 10,3 4 Tongkol Abu-abu 506,5 9,3 5 Eteman/ Semar 485,8 8,9 6 Tongkol Lisong 454,3 8,3 7 Tembang 369,6 6,8 8 Layur 222,6 4,1 9 Udang Rebon 214,5 3,9 10 Tongkol Banyar 152,0 2,8 11 Peperek 144,0 2,6 12 Tuna Albakora 143,8 2,6 13 Deles 106,0 1,9 14 Ikan Lainnya 421,2 7,7 Jumlah 5.461,6 100,0 Keterangan: *) Pendaratan asal dari laut Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) Jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006, yang diperoleh dengan melihat persentase volume produksi per jenis hasil tangkapan yang memiliki komposisi lebih besar atau sama dengan 5%, adalah cakalang dengan volume produksi 1.001,3 ton (18,3%), tuna madidihang dengan volume produksi 677,8 ton (12,4%), tuna mata besar dengan volume produksi 562,0 ton (10,3%), tongkol abu-abu dengan volume produksi 506,5 ton (9,3%), eteman/semar dengan volume produksi 485,8 ton (8,9%), tongkol lisong dengan volume produksi 454,3 ton (8,3%), dan tembang dengan volume produksi

369,6 ton (6,8%). Data volume produksi dan komposisi ikan laut menurut jenis tahun 2006 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 6 dan Gambar 6. Tongkol Banyar 3% Udang Rebon 4% Layur 4% Ikan Lainnya 15% Cakalang 19% Tuna Madidihang 12% Tembang 7% Tongkol Lisong 8% Semar/Eteman 9% Tongkol abuabu 9% Tuna Mata Besar 10% Gambar 7 Komposisi jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006. Sepanjang tahun 2006, besaran volume produksi bulanan adala berbedabeda untuk tiap jenis hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu (Gambar 8). Hal ini diduga adanya pengaruh musim penangkapan terhadap hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Di daerah Palabuhanratu itu sendiri terdapat dua musim penangkapan, yaitu musim barat dan musim timur. Pada umumnya musim barat berlangsung mulai dari bulan Desember sampai dengan Februari, sedangkan musim timur berlangsung mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus. Selama tahun 2006 tersebut, hampir seluruh jenis hasil tangkapan didaratkan setiap bulannya. Akan tetapi, ada beberapa jenis ikan yang jumlah volume produksinya sangat kecil atau sama sekali tidak didaratkan pada bulanbulan tertentu, yaitu ikan eteman/semar pada bulan Maret dan April, tongkol lisong pada bulan Februari dan Mei serta udang rebon pada bulan Juli. Hal ini diduga pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan peralihan musim penangkapan (musim barat-musim timur) atau disebut dengan musim peralihan atau musim pancaroba, dimana pada musim tersebut nelayan yang beroperasi di luar teluk Palabuhanratu jarang melaut sehingga jumlah hasil tangkapan menurun. 36

- - - - - Produksi Jenis Hasil Tangkapan (ton) Bulan 1. Cakalang 2. Tuna Madidihang 3. Tuna Mata Besar 4. Tongkol Abu-abu 5. Eteman/Semar Januari 2 6. 1 3 1 2 6. 7 9 7 5. 4 2 0. 6 2 3. 2 3 1 4 2. 7 3 Februari 9 9. 2 2 2 9. 0 3 0. 0 2 1 1. 0 1 Maret 9 2. 9 8 8 8. 7 6 2 0. 8 2 3. 1 1 April 8 5. 7 0 4 3. 6 9 1 9. 7 6 0. 4 4 Mei 5 8. 0 6 8 0. 0 1 4 4. 1 7 6. 6 5 0. 0 8 1 2 4. 3 8 7 5. 2 5 8 2. 9 7 1 8. 1 4 0. 7 9 Juni 1 0 7. 0 3 3 0. 5 3 2 6. 3 0 8 3. 3 9 3 0. 7 7 Juli 8 2. 5 3 2 9. 4 6 2 2. 0 9 1 5. 5 0 3 9. 2 7 Agustus 1 5 1. 4 7 3 9. 5 6 3 7. 2 1 1 1. 5 3 September 6 2. 7 5 6. 2 6 7. 7 7 9 1. 3 5 5 0. 1 9 Oktober 4 0. 3 0 2 2. 9 9 2 5. 3 3 9 8. 4 4 November 1 7 7. 3 5 2 7. 2 3 3 5. 3 5 1 7 1. 1 7 3. 4 1 Desember Rata-rata 83,44 56,49 46,84 42,21 40,48 0. 6 8 1. 9 1 9. 9 0 0. 3 0 1 7. 0 1 6. 7 2 1 1. 7 3 1. 1 9 5 1. 1 9 4 2. 8 1 7. 8 9 8. 2 0 7. 7 3 2 2. 2 1 0. 5 6 6. 2 2 6. 5 4 1. 7 6 1 5. 1 9 9. 8 7 1. 0 5 4 3. 2 4 1 5. 3 9 2 4. 3 7 1 6. 3 1 6. 3 4 0. 4 4 1 0. 9 0 9. 7 0 1 3 7. 9 8 1 1. 4 3 1. 4 1 6 1. 3 6 5 8. 5 6 2 5. 4 4 9. 1 3 8 0. 8 7 5 2. 1 3 3. 5 1 2 9. 6 2 2 0. 4 1 8 1. 2 3 0. 9 2 2. 2 0 3 1. 6 0 1 3. 7 0 3 3. 8 3 2 3 3. 2 1 1 1. 9 4 2 0. 3 6 4. 2 8 2 8. 3 1 2 0. 3 7 1 8. 7 9 6 2 2. 3 2 3 0. 7 4 1 0. 0 8 8 Bulan Produksi Jenis Hasil Tangkapan (ton) 6. Tongkol Lisong 7. Tembang 8. Layur 9. Udang Rebon 10. Tongkol Banyar Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 37,86 30,80 18,55 17,88 12,67 Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) Gambar 8 Histogram volume pendaratan hasil tangkapan dominan menurut jenis dan bulan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006. Musim pendaratan hasil tangkapan perbulan dari setiap jenis hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu dapat diindikasikan dari volume produksi masing-masing jenis hasil tangkapan. Ikan cakalang, dengan rata-rata volume produksi per bulan pada tahun 2006 sebesar 83,44 ton, memiliki musim pendaratan atau volume produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Februari-April, Juni-Juli, dan bulan September; dengan produksi maksimum atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September sebesar 151,47 ton. 2 0 7. 4 2 1 3 9. 6 1 37

Musim pendaratan ikan tuna madidihang atau dimana volume produksi diatas rata-ratanya terjadi pada bulan Januari-Maret dan bulan Mei-Juni, memiliki puncak pendaratan terjadi pada bulan Januari dengan produksi bulanan maksimumnya sebesar 126,7 ton. Pada ikan tuna mata besar, puncak pendaratan atau produksi maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember (171,17 ton) dan dengan musim pendaratan terjadi pada bulan Januari, Juni, dan Desember. Jenis ikan tongkol seperti tongkol abu-abu, tongkol lisong dan tongkol banyar masing-masing memliki puncak pendaratan atau produksi bulanan maksimum pada bulan Desember (177,35 ton), November (233,21 ton) dan Februari (51,19 ton). Musim pendaratan ikan eteman/semar terjadi pada bulan September- November dengan produksi maksimum (207,42 ton) atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September. Pada ikan tembang, puncak pendaratan terjadi pada bulan Juli (137,98 ton) dengan musim pendaratan atau volume produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Mei dan bulan Juni-Juli. Musim pendaratan ikan layur atau volume produksi diatas rata-rata terjadi pada bulan Oktober-Desember; dan bulan Agustus-September merupakan produksi maksimum (52,13-58,56 ton) atau puncak pendaratan; sedangkan untuk udang rebon, musim pendaratan atau produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Agustus, Oktober dan November, dengan produksi maksimum atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September (81,23 ton). Berdasarkan nilai produksi maksimum bulanan yang ada diatas, pendaratan hasil tangkapan per jenis ikan terbanyak terjadi pada bulan September yaitu untuk jenis cakalang, eteman/semar, dan udang rebon; bulan Desember pada jenis tuna mata besar dan tongkol abu-abu; tuna pada bulan Januari; tongkol banyar pada bulan Februari; tembang pada bulan Juli; layur pada bulan Agustus serta tongkol lisong pada bulan November. Hampir sepanjang tahun 2006 terdapat produksi maksimum atau puncak pendaratan pada jenis-jenis tertentu hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu; kecuali pada bulan Maret-Juni dan Oktober. 38

(a) (b) (c) (d) Sumber: Pane, et al (2008) Gambar 9 Sampel Hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, bulan November 2007: (a). layur (Trichurus sp.); (b). eteman/semar (Mene maculata); (c). tembang (Clupea fimbriata); (d). tongkol (Auxis sp.). Pada saat penelitian dilakukan, pada bulan November, hasil tangkapan yang dominan di PPN Palabuhanratu (Gambar 9) antara lain adalah layur, tongkol, eteman/semar dan tembang. Berdasarkan sampel hasil tangkapan dominan yang diambil (Gambar 10) pada bulan tersebut, volume produksi paling besar dari jenis hasil tangkapan dominan tersebut adalah ikan layur (41,37 kg) atau 44,5 %, kemudian, disusul oleh ikan tongkol (tongkol abu-abu, tongkol lisong dan tongkol banyar) (33,43 kg) atau 36,0 %, eteman/semar (12,29 kg) atau 13,2 %, dan tembang (5,83 kg) atau 6,3 %. Apabila dibandingkan antara volume sampel hasil tangkapan diatas dengan volume produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu untuk keempat jenis hasil tangkapan dominan yang sama sepanjang tahun 2006, maka untuk sampel hasil tangkapan layur diatas pada bulan November tahun 2007 yang memiliki volume terbesar dibandingkan dengan volume ketiga sampel hasil tangkapan yang lain, 39

ternyata pada bulan November tahun 2006, volume produksi hasil tangkapan layur paling kecil dibandingkan dengan volume hasil tangkapan lainnya (tongkol, eteman/semar dan tembang). Hal ini diduga karena layur yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah hasil tangkapan yang dipasarkan di TPI, sedangkan produksi hasil tangkapan pada bulan November 2006 selain memasukan hasil tangkapan dipasarkan di TPI juga dipasarkan melalui PT. AGB (Asia Great Business) yang berlokasi di dermaga diseberang dermaga pendaratan dan TPI. PT. AGB merupakan perusahaan yang menampung ikan layur segar berukuran 300-500 gram per ekor untuk tujuan ekspor ke korea selatan. Bulan Berat Jenis Ikan Sampel Layur Eteman/Semar Tembang Tongkol (kg) November 41,37 12,29 5,83 33,43 Gambar 10 Histogram volume pendaratan empat jenis sampel hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007. 2) Ukuran Sampel Hasil Tangkapan Didaratkan Ukuran (panjang dan berat) keempat sampel hasil tangkapan dominan yang yang telah diperoleh pada bulan November di PPN Palabuhanratu adalah sangat beragam sesuai dengan jenis ikannya. Keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan bulan november pada umum memiliki kisaran ukuran panjang antara 140-920 mm, sedangkan kisaran ukuran beratnya antara 50-880 gram (Tabel 7). Ikan layur memiliki kisaran ukuran panjang antara 600-920 mm dan beratnya berkisar antara 300-880 gram. Ikan tembang memiliki kisaran ukuran panjang antara 140-200 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 20-120 gram. Ikan tongkol ukuran panjangnya berkisar antara 205-370 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 140-800 gram, serta ikan eteman/semar ukuran panjangnya berkisar antara 140-225 mm dan kisaran ukuran beratnya berkisar 50-270 gram. Selain keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan diatas, terdapat pula hasil tangkapan lainnya yang didaratkan pada bulan yang sama (November) yaitu 40

ikan cucut, pari dan tuna. Menurut Pane (2007), ikan cucut memiliki kisaran ukuran panjang antara 1.100-1.350 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 9.500-13.000 gram. Ikan pari ukuran panjang antara 850-1.800 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 6.500-9.500 gram, serta ikan tuna ukuran panjangnya berkisar antara 1.150-1.250 mm dan kisaran ukuran beratnya antara 15.000-20.000 gram. Tabel 7 Kisaran ukuran panjang dan berat dari keempat jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007 November Jenis Ikan Kisaran Panjang Kisaran Berat (mm) (gram) Min - Max Min - Max I. Sampel Hasil Tangkapan Dominan 1 Layur 600-920 300-880 2 Tembang 140-200 20-120 3 Tongkol 205-370 140-800 4 Eteman/Semar 140-255 50-270 II. Ikan Lainnya 1 Cucut*) 1.100-1.350 9.500-13.000 2 Pari*) 850-1.800 6.500-9.500 3 Tuna*) 1.150-1.250 15.000-20.000 Keterangan: *) Sumber: Pane, 2007 Sumber: Data Primer Penelitian 2007 Sebaran kelas panjang dari keempat jenis hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbeda-beda. Berdasarkan Gambar 11, pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelang 728-792 mm, yaitu 30 ekor. Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas 164-176 mm (yaitu 28 ekor). Pada ikan tongkol dan eteman/semar frekuensi terbesar masing-masing berada pada selang kelas 205-238 mm (32 ekor) dan 140-163 mm (39 ekor). 41

Jenis 1. Layur Selang Kelas Panjang (mm) 600-664 664-728 728-792 792-856 856-920 2 6 Frekuensi Bulan November 28 30 24 Jenis 1. Layur Selang Kelas Berat (gram) 300-416 416-532 532-648 648-764 764-880 1 4 8 Frekuensi Bulan November 34 43 2. Tembang 140-152 152-164 164-176 176-188 188-200 4 9 25 24 28 2. Tembang 20-40 40-60 60-80 80-100 100-120 3 14 17 25 31 3. Tongkol 205-238 238-271 271-304 304-337 337-370 3 10 17 28 32 3. Tongkol 140-272 272-404 404-536 536-668 668-800 5 8 12 28 37 4. Eteman Gambar 11 140-163 39 163-186 21 186-209 9 15 209-232 6 232-255 Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran panjang sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007. 4. Eteman 50-94 32 94-138 27 138-182 1 10 182-226 20 226-270 Gambar 12 Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran berat sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007. 42

Sebaran kelas berat dari keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbedabeda. Pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelas 416-532 gram (43 ekor). Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas 40-60 gram (31 ekor). Pada ikan tongkol selang kelas 140-272 gram merupakan frekuensi terbesar dalam sebaran ukuran berat ikan tersebut, yaitu 37 ekor. Untuk ikan eteman/semar frekuensi terbesar berada pada selang kelas 50-94 gram (yaitu 32 ekor) (Gambar 12). Pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang dan berat ikan layur adalah relatif sama (Gambar 11 dan Gambar 12). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan layur sampel yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan tembang, hanya memiliki satu puncak pada akhir selang kelas, dan berdasarkan pola frekuensi sebaran kelas beratnya juga memiliki satu puncak yang relatif berkumpul bagian tengah selang kelasnya. Hal ini mengindikasikan sampel ikan tembang yang didaratkan juga berasal dari satu populasi yang sama. Pada ikan tongkol, pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang relatif tidak jauh berbeda dengan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya, yakni memiliki pola satu puncak. Diduga sampel ikan tongkol yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Berlainan dengan ketiga jenis ikan diatas, pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan eteman/semar dan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya adalah relatif sama, yaitu memiliki dua puncak. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan eteman/semar yang didaratkan berasal dari dua populasi yang berbeda atau dari dua wilayah populasi yang berbeda. 5.2 Proses Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu (1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu oleh nelayan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk nelayan yang berangkat melaut pada malam hari mendaratkan hasil tangkapannya pada pagi hari, sedangkan untuk nelayan yang berangkat melaut pagi hari mendaratkan hasil tangkapannya pada 43

sore hari. Hal ini menunjukkan operasi penangkapan dilakukan selama sekitar 12 jam per trip. Nelayan mendaratkan hasil tangkapan ke fishing base atau PPN Palabuharatu setelah melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan yang melakukan pendaratan pagi hari yaitu bagan, pancing layur, gill net, pancing tonda, pancing ulur dan rampus, nelayan yang melakukan pendaratan pada sore hari yaitu payang, dan saat malam hari dilakukan oleh nelayan tuna longline. Kapal tuna mendaratkan hasil tangkapanya pada umumnya dilakukan saat malam hari, hal ini dilakukan untuk menjaga suhu hasil tangkapan tetap segar tidak terpengaruh oleh suhu pada siang hari. Ikan tuna itu sendiri didaratkan dengan cara menggunakan ganco sebagai alat untuk mengangkat atau memindah tuna dari kapal ke ruang pendingin. Nelayan payang, bagan, gill net, pancing ulur, pancing tonda dan rampus mendaratkan hasil tangkapan di dermaga pendaratan satu, sedangkan untuk nelayan tuna mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan dua. Dermaga pendaratan digunakan oleh nelayan untuk membongkar hasil tangkapan yang diperolehnya selama operasi penangkapan ikan. Untuk mendukung aktivitas pendaratan kini telah tersedia fasilitas dermaga pendaratan atau dermaga pembongkaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu sebanyak dua unit. Dermaga bongkar yang pertama, yaitu dermaga pembongkaran yang berada di sisi gedung TPI Palabuhanratu atau di dekat kolam pelabuhan kesatu dan dermaga bongkar yang kedua terletak di dekat kolam pelabuhan kedua. Dermaga kesatu digunakan untuk kapal yang berukuran lebih kecil dari 20 GT dan dermaga kedua digunakan untuk kapal yang berukuran lebih dari sama dengan 20 GT (subbab 4.3). (2) Pelelangan Hasil tangkapan Aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu belum optimal. Hal ini dikarenakan fungsi TPI saat ini sebagai tempat lelang tidak berjalan. TPI dipergunakan hanya sebagai pasar tempat jual beli biasa antara pedagang pembeli dan nelayan. Tidak ada pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan (TPI) Palabuhanratu tidak berfungsi secara optimal pada dasarnya diakibatkan oleh tidak berfungsinya KUD Mina Sinar Laut. 44

Menurut Pane (2007), kurangnya kemampuan sumberdaya manusia (SDM) untuk mengelola dan mengawasi pelelangan menjadi faktor penyebab tidak terselenggaranya pelelangan di TPI Palabuhanratu. Akibat dari hal tersebut diatas retribusi dari nelayan tidak ada, sehingga KUD tidak memiliki pemasukan untuk mendanai biaya operasional dan pembayaran gaji pengurus. Silalahi (2006) menambahkan, faktor yang menjadi alasan ketidakberfungsinya KUD Mina Sinar Laut adalah keterbatasan dana yang tersedia. 5.3 Pemasaran dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Daerah pemasaran dan pendistribusian ikan segar dari PPN Palabuhanratu, seperti Palabuhanratu, Sukabumi, Jakarta, bahkan ada pula yang diekspor. Untuk jenis ikan, seperti tembang, tongkol, eteman/semar didistribusikan baik ke daerah sekitar Palabuhanratu maupun keluar daerah Palabuhanratu antara lain Sukabumi dan Jakarta. Ikan layur dan tuna kualitas sangat baik didistribusikan ke Jakarta untuk kemudian diekspor ke negara Jepang dan Korea Selatan. Volume ikan segar yang distribusikan ke kota Palabuhanratu, Sukabumi, Jakarta dan untuk di ekspor dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distibusi hasil tangkapan segar menurut bulan dan kota tujuan distribusi di PPN Palabuhanratu, tahun 2006 Bulan Kota Tujuan Distribusi Ikan Segar Jumlah Pl. Ratu Sukabumi Jakarta Ekspor (kg) Januari 25.693 3.649 215.675 7.200 252.217 Februari 38.827-161.571 8.500 208.898 Maret 20.566 1.640 209.122 5.000 236.328 April 18.709 1.550 94.966 4.327 119.552 Mei 29.006-210.386 5.450 244.842 Juni 37.904-244.572-282.476 Juli 31.115 1.813 132.130 5.400 170.458 Agustus 68.349-112.015 25.000 205.364 September 214.913 5.700 86.127 25.600 332.340 Oktober 38.751 10.550 60.789 5.000 115.090 November 72.599-117.059 6.110 195.768 Desember 78.949 1.296 296.615 12.500 389.360 Jumlah 675.381 26.198 1.941.027 110.087 2.752.693 Rata-rata 56.282 2.183 161.752 9.174 229.391 Sumber: Anonimus, 2007 45

Volume Ikan Segar (ton) 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan Gambar 13 Grafik volume distribusi ikan segar dari PPN Palabuhanratu menurut bulan, tahun 2006. Pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan relatif lebih banyak terjadi pada bulan-bulan Januari, Juni, September dan Desember dimana jumlah hasil tangkapan yang didistribusikan berada pada posisi diatas 250 ton per bulan (Gambar 13). Pemasaran dan pendistribusian yang relatif rendah terjadi pada bulan April dan Oktober dengan hasil tangkapan yang didistribusikan dibawah 120 ton. Kondisi tersebut diduga adanya pengaruh musim-musim penangkapan yang terjadi di Palabuhanratu. Ekspor 4% Pl Ratu 25% Sukabumi 1% Jakarta 70% Gambar 14 Diagram didistribusi ikan segar dari Palabuhanratu berdasarkan tujuannya. 46

Wilayah yang menjadi tujuan utama pemasaran ikan segar dari Palabuhanratu adalah wilayah Jakarta (Gambar 14) yang mencapai 70 % dari jumlah ikan segar yang didistribusikan. Hal ini dapat diduga karena Jakarta dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan pasar potensial bagi ikan segar. Beberapa daerah di Jakarta yang menjadi tujuan pemasaran adalah pasar ikan Muara Baru dan Muara Angke. Dimungkinkan pula bahwa dari Jakarta ini sebagian ikan segar dari Palabuhanratu dikirim keluar negeri (ekspor) baik dalam bentuk segar maupun setelah mengalami pengolahan. Namun demikian ikan segar yang tercatat di Palabuhanratu yang diekspor mencapai 4 % dari jumlah ikan segar yang didistribusikan (Anonimus, 2007). 5.4 Mutu Hasil Tangkapan Didaratkan di PPN Palabuhanratu Mutu hasil tangkapan merupakan faktor penting yang harus dipenuhi untuk kebutuhan konsumen. Mutu hasil tangkapan berkaitan dengan tingkat kesegaran hasil tangkapan tersebut, semakin segar maka mutu ikan semakin bagus. Pengujian mutu ikan dapat dilakukan secara organoleptik, yaitu berdasarkan scoresheet ikan basah bernilai 1-9 (mata, insang, perut dan konsistensi). Kisaran rata-rata mutu hasil tangkapan sampel didaratkan di PPN Palabuhanratu yang diuji secara organoleptik dapat lihat secara lengkap disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kisaran rata-rata mutu sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007 Kisaran Rata-rata Mutu* ) Jenis Sampel Hasil Bulan November Tangkapan Dominan Min - Max Layur 5,3-7,3 Tembang 4,0-7,3 Tongkol 4,8-7,0 Eteman/Semar 4,3-6,8 Keterangan: *) Pengujian mutu secara organoleptik Sumber: Data Primer Penelitian 2007 Berdasarkan Tabel 9, mutu sampel hasil tangkapan selama penelitian menunjukkan kisaran rata-rata nilai organoleptik (5,3-7,3) untuk ikan layur, (4,0-7,3) untuk ikan tembang, (4,8-7,0) untuk ikan tongkol dan (4,3-6,3) untuk ikan eteman/semar. Hal ini mengindikasikan secara keseluruhan bahwa sampel hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu berada pada kategori cukup segar (6-7) sampai 47

dengan segar (7-8) dan kategori tidak segar untuk nilai organoleptik 4 sampai dengan 6. Untuk menjaga mutu hasil tangkapan agar tetap baik perlu dilakukan penanganan hasil tangkapan yang baik. Pengamatan terhadap penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari dermaga sampai dengan TPI masih kurang baik. Secara keseluruhan hasil tangkapan didaratkan sudah menggunakan wadah mulai dari atas dek kapal sampai dengan TPI. Akan tetapi, wadah hasil tangkapan yang digunakan belum mampu mengatasi menetesnya cairan lendir/mukus, darah ikan dan tetesan air (yang berasal dari pencucian ikan) dari dalam wadah ke lantai dermaga pendaratan dan TPI, dan tidak banyak hasil tangkapan yang ditangani dengan pemberian es. Menurut Moeljanto (1982), penanganan ikan harus menggunakan suhu dingin mendekati 0 0 C, agar proses pembusukkan bisa diperlambat sehingga dapat mempertahankan mutu (subsubbab 2.1.3). Mutu hasil tangkapan akan lebih baik apabila ditangani dengan pemberian es, karena es dapat menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap dingin. (a) (b) Gambar 15 Aktivitas pencucian hasil tangkapan di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu pada wadah : (a) keranjang bambu dan (b) blong. Pencucian hasil tangkapan baik yang dilakukan oleh nelayan di atas dek kapal/di dermaga (Gambar 15) maupun pedagang di TPI tidak menggunakan air bersih. Mereka menggunakan air dari kolam pelabuhan, dimana air tersebut umumnya sudah tercemar dengan polusi seperti sampah, tumpahan oli kapal dan cemaran lainnya. Hal ini akan dapat mengakibatkan menurunnya mutu hasil tangkapan. 48

Berdasarkan hal diatas, menurut pengamatan peneliti di lapangan, pada umumnya sampel hasil tangkapan yang ditangani dengan menggunakan wadah mutu hasil tangkapannya relatif lebih baik daripada yang tidak menggunakan wadah. Bahkan, akan lebih baik lagi apabila mutu hasil tangkapan, ditangani dengan pengesan ulang dan pencucian menggunakan air bersih. 49