BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LOGO. KINETIKA DEGRADASI FOTOKATALITIK MALACHITE GREEN DENGAN KATALIS SEMIKONDUKTOR TiO 2 DAN O 2 /UV. Nama : Yusnaya Adisti NRP :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alkohol, dan fenol alkohol (Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur

Degradasi Asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D) dalam Pestisida Santamin 865 SL Secara Fotolisis dan Sonolisis dengan Penambahan Katalis TiO 2 Anatase

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X

3 METODOLOGI PENELITIAN

FOTODEGRADASI RHODAMIN B MENGGUNAKAN ZnO/ UV/REAGEN FENTON

Bab III Metodologi Penelitian

4. Hasil dan Pembahasan

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 Metodologi Penelitian

UJI AKTIVITAS FOTOKATALIS SENYAWA Ca1-xCoxTiO3 PADA PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN SINAR TAMPAK

Degradasi Fotokatalitik Zat Warna Direct Yellow dan Direct Violet dengan Katalis TiO 2 /AgI - Sinar UV

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

3 Metodologi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Indo. J. Chem. Sci. 1 (1) (2012) Indonesian Journal of Chemical Science

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

IMOBILISASI TiO 2 KE DALAM RESIN PENUKAR KATION SEBAGAI FOTOKATALIS PADA FOTODEGRADASI ZAT WARNA KUNING METANIL SKRIPSI

DEGRADASI SENYAWA METANIL YELLOW SECARA FOTOKATALITIK MENGGUNAKAN TiO 2 DAN HNO 3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Uji fotokatalisis reduksi benzaldehida menggunakan titanium dioksida hasil sintesis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

Hasil dan Pembahasan

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa mual pada lambung, muntah, dan diare. Bahan ini juga bila terkena mata dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

IMPREGNASI ZEOLIT ALAM DENGAN TiO 2 UNTUK DEGRADASI JINGGA METIL SECARA FOTOKATALITIK

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

4 Hasil dan Pembahasan

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

Transkripsi:

33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas berbeda. Oleh karena itu pada penelitian ini, TiO2 sebelum digunakan terlebih dahulu ditentukan jenisnya dengat alat difraksi sinar-x. Data-data difraktogram yang didapatkan dari sampel TiO2 kemudian dibandingkan dengan data XRD dari jenis TiO2 anatase dan rutile pada JSPDInternational Center for diffraction Data (1997). Data difraktogram sampel penelitian sesuai dengan data karakteristik dari TiO2 jenis rutile. Titanium dioksida jenis rutile mempunyai harga Eg 3,05 ev yang lebih rendah daripada harga Eg jenis anatase yaitu 3,26 ev. Dengan demikian TiO2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis rutile (lampiran 1). 4.2 Panjang Gelombang Maksimum Larutan NaLS Panjang gelombang maksimum untuk larutan NaLS ditentukan dengan larutan standar NaLS 5 ppm menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 550 nm sampai 700 nm dan dihasilkan panjang gelombang maksimum 33

34 pada 652 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan NaLS menggunakan metode MBAS. Metode MBAS merupakan metode yang digunakan agar NaLS yang semula berwarna bening, tidak bias kebaca di alat spektrofotometer UV-Vis menjadi larutan berwarna dan bias kebaca di alat spektrofotometer UV-Vis. Prinsip metode ini adalah dengan ekstraksi. Larutan NaLS ditambah dengan metilen biru menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru. Senyawa kompleks ini pada proses ekstraksi berada pada lapisan atas (air), dan digunakan klorofom untuk memindahkan senyawa kompleks tersebut yang semula ke dalam fasa air akan dipindahkan ke fasa organik (bawah) sehingga senyawa kompleks dapat diambil. Kemudian diekstraksi lagi dengan larutan pencuci dengan tujuan untuk mengikat pengotor-pengotor seperti air. Berikut adalah mekanisme reaksi antara larutan NaLS dengan metilen biru. N O Cl - + N(CH 3 ) 2 s (H 2 C) 11 H 3 C OSO Na O N(CH 3 ) 2 N + s N(CH 3 ) 2 N acl N(CH 3 ) 2 O O S O O (CH 3 ) 11 CH 3 Gambar 4.1 Mekanisme reaksi NaLS dengan metilem biru

35 652 nm ( nm) Gambar 4.2 Panjang Gelombang Maksimun Larutan NaLS 4.3 Penentuan Kurva Standar NaLS Larutan standar NaLS dengan konsentrasi bervariasi yaitu : 1, 2, 3, 4, 5 ppm diukur absorbansinya dengan metode MBAS menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 652 nm. Data absorbansi larutan NaLS pada berbagai konsentrasi yang diperoleh ditunjukkan pada Tabe 4.1 Tabel 4.1 Data absorbansi larutan NaLS pada berbagai konsentrasi Konsentrasi ( ppm ) 1 2 3 4 5 Absorbansi 0,232 0,402 0,536 0,723 0,836

36 Persamaan regresi kurva standar larutan NaLS dinyatakan dengan persamaan y= a + bx dengan ketentuan y adalah absorbansi (A) dan x adalah konsentrasi larutan NaLS. Dari data didapatkan persamaan regresi linier y = 0,152 x + 0,087 dan harga R2=0,995. Persamaan regresi dari kurva standar ini digunakan untuk mengetahui nilai konsentrasi sisa NaLS yang terdegradasi dan juga digunakan untuk perhitungan orde reaksi. Gambar 4.3 Kurva standar larutan NaLS 4.4 Penentuan Waktu Optimum Degradasi Larutan NaLS Untuk menentukan waktu optimum degradasi larutan NaLS dilakukan penyinaran larutan NaLS 5 ppm dengan menggunakan sinar lampu UV 24 watt selama 3 jam dengan rentang waktu pengambilan sampel pada menit ke-5, 10, 20, 30, 45, 60, 120, 180, dan 200 menit untuk didapatkan nilai absorbansi. Pada penentuan

37 waktu optimum ini sampel didegradasi hanya dengan sinar UV tanpa penambahan reagen. Hasil optimum waktu degradasi dapat dilihat pada gambar 4.4. Gambar 4.4 Grafik hubungan antara % degradasi terhadap waktu degradasi Dari Grafik 4.4 diatas membuktikan bahwa larutan NaLS dapat didegradasi hanya dengan menggunakan sinar UV saja, tetapi proses degradasinya lambat dan tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena tidak adanya daya dukung yang lebih untuk mendegradasi NaLS yaitu radikal.oh. Kenaikan persen degradasi setelah menit ke 180 terjadi pada menit ke 200, namun dengan pertimbangan efisiensi waktu maka waktu optimum berada pada menit ke 180 dengan nilai % degradasi 5,4 %. Waktu degradasi 180 menit digunakan dalam tahapan optimasi selanjutnya. 4.5 Optimasi Massa TiO2 terhadap Degradasi NaLS Degradasi larutan NaLS sebanyak 500 ml dengan katalis TiO2 dilakukan dengan cara mencampur serbuk TiO2 dengan variasi 0,0500, 0,0750, 0,1000, 0,1250,

38 0,1500, dan 0,2000 gram, kemudian disinari dengan lampu UV sebesar 3 x 8 watt selama waktu optimum 3 jam. Lampu UV merupakan sumber energi foton yang diperlukan agar reaksi fotodegradasi dapat terjadi. TiO2 yang menyerap radiasi sinar UV dapat menghasilkan radikal.oh sehingga radikal ini dapat mendegradasi larutan NaLS lebih optimal. Campuran serbuk TiO2 dengan NaLS membentuk suatu suspensi yang keruh sehingga untuk menganalisa larutan NaLS perlu tahapan penyaringan terlebih dahulu dengan kertas saring Whatman agar larutannya jernih dan dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Jumlah TiO2 yang dipergunakan mempengaruhi jumlah radikal.oh yang dihasilkan yang digunakan dalam proses degradasi larutan NaLS. Gambar 4.5 menunjukkan hasil optimum massa TiO2 terhadap degradasi NaLS. Gambar 4.5 Grafik hubungan antara massa TiO2 dengan % degradasi

39 Dari grafik 4.5 menunjukkan bahwa semakin banyak TiO2 yang digunakan maka radikal yang dihasilkan untuk mendegradasi NaLS semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan % degradasi terhadap larutan NaLS. Penambahan TiO2 sebanding dengan.oh yang dihasilkan, semakin sedikit TiO2 yang ditambahkan maka radikal.oh yang dihasilkanpun akan semakin sedikit, hal ini disebabkan karena hanya sedikit elektron pada pita valensi TiO2 yang tereksitasi ke pita konduksi yang kosong dan meninggalkan lubang positif. Lubang positif pada pita valensi dan elektron pada pita konduksi yang dihasilkan hanya sedikit sehingga setelah bereaksi dengan H2O hanya akan dihasilkan radikal.oh dalam jumlah sedikitt. Dari grafik 4.5 pada massa 0,1500 dan 0,2000 terjadi kurva yang stabil, hal ini disebabkan karena semakin banyak TiO2 yang ditambahkan maka larutan NaLS akan semakin keruh, hal ini yang menyebabkan sinar UV terganggu dan produksi radikal.oh yang dihasilkan tidak maksimal. Sehingga didapatkan massa TiO2 optimum sebesar 0,1250 dengan nilai % degradasi sebesar 32,64 % dan digunakan untuk optimasi pada tahapan selanjutnya. 4.6 Optimasi Reagen Fenton terhadap Degradasi NaLS Reagen Fenton dibuat dengan cara mereaksikan larutan Fe2+ dengan larutan H2O2. Reaksi Fenton dengan UV akan menghasilkan suatu radikal hidroksil (HO ). Mekanisme radikal bebas HO yang dihasilkan dalam proses reaksi Fenton dapat dilihat pada sub bab 2.7.

40 Degradasi larutan NaLS dengan reagen Fenton dilakukan dengan cara mereaksikan larutan NaLS dengan variasi reagen fenton dengan perbandingan (5:5); (5:10); (10:5); (10:10); (15:10) dan (15:15) ppm. Kemudian masing-masing didegradasi dengan menggunakan sinar lampu UV 3 x 8 watt selama waktu optimum 3 jam. Larutan dianalisis dengan metode MBAS dan diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 652 nm. 5:5 5:10 10:5 10:10 15:10 15:15 Gambar 4.6 Grafik hubungan antara perbandingan fenton dengan % degradasi Berdasar grafik 4.6 diatas bahwa semakin besar nilai perbandingan reagen fenton maka nilai % degradasi akan naik. Hal ini menunjukkan bahwa reagen fenton pada perbandingan yang besar menghasilkan jumlah radikal OH yang banyak, sehingga degradasi NaLS lebih optimal. Tetapi pada perbandingan 15:10 dan 15:15 menunjukkan kurva yang stabil, hal ini disebabkan dengan adanya kehadiran H 2 O 2

41 juga bisa menghambat proses degradasi. Bila penambahan H2O2 berlebih mengakibatkan aktivitas degradasinya lemah, karena ketika H2O2 berlebih, H2O2. tersebut akan bereaksi dengan radikal.oh dan menghasilkan radikal HO2 yang sifatnya kurang reaktif daripada radikal.oh.. Perbandingan fenton 10:10 merupakan perbandingan efektif untuk mendegradasi NaLS dengan nilai % degradasi sebesar 43,82 %. 4.7 Penentuan Gabungan TiO2 dan Penambahan Fenton pada Degradasi NaLS Pada penentuan degradasi NaLS dengan gabungan Fenton dan TiO2 digunakan data optimum dari massa TiO2 dan perbandingan Fenton. Larutan NaLS 5 ppm sebanyak 500 ml dengan kombinasi optimum massa TiO2 0,1250 gram dan perbandingan fenton 10 : 10 didegradasi dengan waktu optimum selama 3 jam dan menggunakan sinar UV sebesar 3 x 8 watt. Kemudian larutan dianalisis dengan menggunakan metode MBAS dan diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 652 nm. TiO2 dan Fenton sama-sama menghasilkan radikal HO, jadi saat digabung maka jumlah radikal HO yang dihasilkan semakin banyak, sehingga proses degradasi NaLS semakin efektif. Radikal hidroksil tidak hanya mendegradasi polutan, namun juga menginisiasi proses oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ melalui mekanisme gabungan fotofenton dan fotokatalisis TiO2, (Abdel-Mottaleb, A., 2007). Dengan jumlah radikal HO yang dihasilkan semakin banyak ini mengakibatkan

42 proses degradsi NaLS semakin optimal. Hasil dari perlakuan didapat absorbansi sebesar 0,394 dengan % degradasi sebesar 59,62 %. 4.8 Penentuan ph Optimum Degradasi Larutan NaLS Ditentukan ph optimum dengan tujuan untuk mengetahui besarnya ph pada efektifitas degradasi NaLS. Larutan NaLS 5 ppm sebanyak 500 ml dengan penambahan gabungan optimum massa TiO2 sebesar 0,1250 gram dan perbandingan fenton sebesar 10 : 10 ppm kemudian disinari dengan sinar UV 3 x 8 watt selama 3 jam. Dilakukan variasi ph antara lain 1,3,5,7,9 dan 11. Pengaturan ph 1,3 dan 5 dengan penambahan HCl 0,1M sedangkan untuk ph 7,9 dan 11 dengan penambahan NaOH 0,1M. Larutan HCl dan NaOH digunakan dalam pengaturan ph karena larutan ini relatif stabil terhadap proses degradasi fotokatalitik dengan suspensi TiO2. Apabila menggunakan larutan buffer untuk pengaturan ph maka larutan Buffer dapat terdegradasi oleh suspensi TiO2 sehingga mempengaruhi proses degradasi NaLS. Berikut adalah data degradasi NaLS pada berbagai ph. Jika ph larutan semakin asam maka kekeruhan larutan semakin meningkat sehingga proses degradasi tidak berlangsung dengan maksimal. Larutan NaLS yang semakin keruh disebabkan NaLS cenderung mengendap pada ph yang terlalu asam dan basa. Selain itu TiO2 lebih mudah membentuk radikal.oh jika berbentuk TiOH. TiOH dapat terbentuk pada ph 4 sampai dengan 8 (Hoffmann et al., 1995).

43 Gambar 4.7 Grafik hubungan antara ph dengan % degradasi Dari grafik 4.7 pada ph 9 dan 11 terjadi penurunan kurva, hal ini disebabkan dengan kenaikan ph, jumlah ion Fe 2+ akan berkurang karena terjadinya reaksi balik produk Fe 2+ setelah menyerap cahaya menjadi Fe 3+. Kecenderungan Fe 2+ teroksidasi menjadi Fe 3+ dalam keadaan asam maupun basa dan dapat diamati berdasarkan harga potensial elektrodanya, seperti reaksi berikut: 2 Fe 2+ + ½ O 2 + 2H + 2 Fe 3+ + H 2 O E = 0,46 V Fe(OH) 2 + OH ½ Fe 2 O 3. 3 H 2 O + e- E = 0,56 V Berdasarkan harga potensial elektrodanya, kecepatan oksidasi spesies Fe 2+ dalam larutan basa lebih tinggi daripada dalam larutan asam, sehingga Fe 2+ akan mudah teroksidasi menjadi Fe 3+ dalam larutan basa dan radikal. OH yang terbentuk pun berkurang pada larutan basa. Sehingga ph optimum sebesar 7 dengan nilai %

44 degradasi sebesar 68,82 %. Karena TiO2 yang bersifat amfoter akan mudah bereaksi pada suasana ph netral. 4.9 Penentuan Orde Reaksi Kinetika Degradasi NaLS dengan gabungan optimasi TiO2 dan Fenton pada ph 7 Penentuan orde reaksi ini diambil dari variasi yang efektif yaitu degradasi dengan gabungan optimum TiO2 dan Fenton pada ph 7. Untuk menentukan orde reaksi degradasi NaLS perlu dilakukan perhitungan orde reaksi pertama : Sedangkan untuk menentukan orde reaksi ½, 1 ½, dan 2 menggunakan rumus orde reaksi ke-n (data lengkap pada lampiran ) : Berdasarkan perhitungan yang lebih dilakukan,diperoleh data seperti pada tabel berikut :

45 Tabel 4.2 Nilai R2 orde reaksi NaLS/Fe2+/H2O2/TiO2 (100ppm/10ppm/10ppm/0,1250 gram) ph 7 R2 Orde ½ R2 Orde 1 R2 Orde 1 ½ R2 Orde 2 0,997 0,993 0,983 0,967 Berdasarkan tabel 4.10 diatas diperoleh nilai R2 untuk menentukan orde terbaik untuk reaksi degradasi tersebut, yaitu R2 yang mendekati 1 yaitu orde ½ dengan nilai R2 0,997. dan dapat pula dihitung waktu paruh (t ½ ) dari reaksi diatas dengan orde ½ adalah 6,158 jam. 4.10 Gugus yang Terdegradasi pada NaLS dengan uji IR Konsep terdegradasi disini yaitu adanya suatu gugus yang hilang atau putus dari senyawa (NaLS). Putusnya disini disebabkan karena adanya radikal HO. Sehungga perlu dilakukan uji dengan instrument IR (Infra Red). Pada penggunaan IR disini dengan tujuan untuk mengetahui gugus mana pada NaLS yang terdegradasi. Dilakukan 2 perlakuan pada uji gugus fungsi NaLS dengan IR yaitu sebelum didegradasi dan setelah didegradasi. Berikut adalah spectra NaLS saat sebelum didegradasi dan sesudah didegradasi dengan menggunakan IR.

46 Gambar 4.8 Spektra IR NaLS sebelum didegradasi Gambar 4.9 Spektra IR NaLS setelah didegradasi

47 Dari spektra IR sebelum didegradasi, nampak muncul beberapa gugus fungsi, misal pada daerah bilangan gelombang 3346,80(OH), 1460,82(CH 2 bend), 1370,33 (CH 3 bend), 1207,66(C-C bend), dan daerah finger print pada rentang 442,15 dan 486,33 (S-O dan S=O). Kemudian setelah didegradasi muncul sedikit spektra gugus fungsi dari pada sebelum didegradasi. Gugus yang hilang yaitu gugus 1460,82 (CH 2 bend), 1370,33 (CH 3 bend), 1207,66(C-C bend). Dari perbandingan spektra IR sebelum dan setelah didegradasi dapat diketahui bahwa NaLS telah terdegradasi, yaitu dengan melihat perbandingan gugus fungsi sebelum dan setelah didegradasi ada gugus yang hilang. Selain itu dapat dilihat dari nilai % transmitan pada sebelum didegradasi menunjukkan nilai 100% dan setelah didegradasi sedikit menurun nilai transmitannya.