BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pilihan lembaga asuransi kesehatan kian beragam, baik swasta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Desain Grafis Untuk Media Promosi Pada Nusantara English Centre

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses permainannya. Permainan ini bertujuan merangsang kreatif.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Potensi Usaha Industri Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun. Di Indonesia kepemilikan smartphone pada akhir 2015 diperkirakan

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari peran pendidikan sebagai modal

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI SI OTAK KANAN DAN SI OTAK KIRI. Suzanna Romadhona ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu produk khususnya melalui media cetak. Menurut Rhenald Khasali (1995:99)

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB III METODE PENELITIAN

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PROMOSI DINODIN KIDS CLUB KOTA PASURUAN JAWA TIMUR

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA)

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah pusat perbelanjaan, baik yang menawarkan fasilitas lengkap ataupun yang

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kota yang terkenal sebagai Kota Batik tersebut mengalami peningkatan dari tahun

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (wikipedia.org). Dewasa ini, graffiti tengah marak di Kota Solo (Solopos.com)

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring masuknya era globalisasi, pertumbuhan media massa dewasa. ini semakin pesat sebagai sarana informasi kepada masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan tersebut terdapat pada sistem syaraf yang ada pada diri manusia yaitu otak. Otak tersebut juga yang membedakan kecerdasan atau kemampuan berfikir manusia dengan makhuk hidup lainnya. Di tinjau dari fungsinya, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing bagian tersebut mempunyai nilai fungsi yang berbeda. Otak kiri yang dominan digunakan untuk menganalisa dan mempertimbangkan segala sesuatu berdasar logika serta otak bagian kanan yang didominasi untuk berbagai hal yang berhubungan dengan emosi, kreativitas serta berbagai selera seni lainnya. Selain organ otak, dalam tubuh manusia juga terdapat kemampuan motorik halus dan motorik kasar. Kedua kemampuan motorik tersebut harus senantiasa dirangsang bahkan sejak dini untuk mencapai daya tangkap, kemampuan dan ketrampilan manusia secara optimal. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia, berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Sebaliknya, motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. (sumber : www.parenting.co.id). Untuk mencapai perkembangan diri yang optimal dimasa dewasa, setiap manusia hendaknya senantiasa dirangsang untuk mengasah dua hal penting sejak 1

2 dari masa anak-anak, yaitu kemampuan intelektual dan kreativitas. Untuk kemampuan intelektual sendiri, anak-anak bisa mendapatkan asahan dari lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. Tetapi tidak demikian halnya untuk mengasah kemampuan kreativitas, karena itu dibutuhkan sebuah wadah atau tempat yang mampu mengajarkan, mengasah dan merangsang kreativitas anak-anak demi mengembangkan ketrampilan yang dimiliki. Ketrampilan amat dibutuhkan sebagai persiapan diri dalam menyongsong pasar bebas yang sudah mulai diberlakukan. Pada era pasar bebas saat ini, ketrampilan dalam bidang kreativitas sangat dibutuhkan. Maka dari itu, berbagai subsektor dibidang ketrampilan dalam berkreativitas bisa diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini. Indonesia melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang diberi nama Badan Ekonomi Kreatif, telah memilah industri kreatif menjadi 15 cakupan subsektor yaitu, Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, Fashion, Video, Film dan Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukkan, Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset dan Pengembangan serta yang terakhir adalah Kuliner. Berbagai sektor tersebut butuh disatukan menjadi satu wadah yang mampu memberikan pengajaran sejak masa anak-anak dalam mengembangkan ketrampilan yang dimiliki. Hadir di Kota Pasuruan Jawa Timur, sebuah lembaga pendidikan non formal yang mampu memberikan pendampingan dan pengajaran untuk anak-anak dalam mengembangkan ketrampilan yang dimiliki. Dinodin Kids Club hadir dan berkomitmen memberikan pengajaran atau pelatihan untuk anak dalam rentang usia sekolah dasar yang ingin mengembangkan berbagai ketrampilan dengan

3 tenaga pengajar yang ahli dibidangnya serta sangat memahami dunia anak. Melalui berbagai program atau kelas yang disediakan, Dinodin Kids Club menawarkan sebuah hasil ketrampilan anak diberbagai bidang diantaranya Cooking Class, Graphic Design Class, Design Product Class, Sains Class, Jurnalism Class, Photography Class, Fun Sewing Class dan lain sebagainya. Setelah beroperasional hingga memasuki tahun kedua, bahkan kini sedang dalam proses rintisan untuk pembukaan cabang dibeberapa kota seperti Jember dan Madiun, Jawa Timur, Dinodin Kids Club, belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas karena kurangnya promosi atau pemasaran yang mengenalkan Dinodin Kids Club kepada masyarakat yang sekaligus memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya mengasah ketrampilan anak sejak usia dini. Maka dari itu, Dinodin Kids Club membutuhkan kampanye berupa promosi demi memperkenalkan berbagai manfaat program yang ditawarkan serta pentingnya mengasah ketrampilan anak sejak usia dini. Promosi yang dilakukan bisa dengan berbagai cara atau jenis dengan menggunakan berbagai media desain komunikasi visual. Oleh sebab itu dari uraian umum seputar Dinodin Kids Club beserta permasalahan yang ada maka judul dari konsep ini yaitu Perancangan Komunikasi Visual Promosi Dinodin Kids Club Kota Pasuruan Jawa Timur.

4 B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi dalam mempromosikan Dinodin Kids Club adalah: 1. Bagaimana merancang komunikasi visual untuk promosi Dinodin Kids Club sebagai lembaga pendidikan ketrampilan anak? 2. Bagaimana pemilihan media yang sesuai untuk strategi promosi Dinodin Kids Club sebagai lembaga pendidikan ketrampilan anak? C. Tujuan Perancangan Berdasarkan rumusan masalah yang ditemui dalam konsep perancangan ini, maka tujuan dari konsep perancangan ini adalah untuk memperkenalkan Dinodin Kids Club sebagai lembaga pendidikan ketrampilan anak yang melatih kreativitas anak kepada para target audience. D. Manfaat Perancangan Melalui perancangan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para orang tua yang memiliki anak dalam rentang usia Sekolah Dasar di Kota Pasuruan dan sekitarnya akan pentingnya mengasah bakat dan kreativitas anak sejak kecil, serta melalui berbagai media yang dipilih mampu menampilkan berbagai kelebihan dan manfaat yang ditawarkan oleh Dinodin Kids Club yang pada akhirnya mampu meningkatkan keuntungan bagi Dinodin Kids Club sebagai sebuah badan usaha.

5 E. Metode Peneltitian Tahap pertama penulis melakukan pengenalan terhadap objek dan mengidentifikasi latar belakang atau masalah, hal ini dimaksudnya agar penulis dapat menemukan berbagai permasalah yang nantinya bisa di pecahkan dengan kontribusi bidang ilmu Desain Komunikasi Visual. Setelahnya penulis akan mengumpulkan berbagai referensi, pustaka dan teori keilmuan yang relevan dengan permasalahan yang ditemukan pada objek riset. Berikutnya data, dokumen dan hasil analisis tersebut akan diolah sebagai batu loncatan dalam menyusun konsep karya hingga akhirnya tahap akhir berupa visualisasi karya. Seperti yang digambarkan pada bagan berikut ini : Bagan 1. Kerangka pemikiran konsep Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif, bukan angka. Data dapat berupa gejalagejala, kejadian ataupun peristiwa yang kemudian akan dianalisis dalam bentuk kategori-kategori (Sarwono, Jonathan, Hary Lubis, 2007:18). Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Jalaluddin Rakhmat, 1999: 24). Titik berat pada penelitian metode ini adalah observasi dan suasana alamiah.

6 1. Objek dan Subjek Penelitian Dalam hal ini penulis mengambil objek penelitian yaitu Dinodin Kids Club, serta subjek penelitian yang dituju adalah pemilik dan pengelola lembaga ketrampilan anak Dinodin Kids Club. 2. Sasaran dan Lokasi Penelitian Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini selain pada pemilik dan jajaran pengelola serta calon orang tua siswa dari Dinodin Kids Club. Dengan target audiens adalah masyarakat yang mempunyai putra/putri dalam rentang usia siswa Sekolah Dasar di sekitar Kota Pasuruan, Jawa Timur dan sekitarnya. 3. Jenis Data dan Sumber data a. Data Primer, berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara dengan informan yang dijadikan sampel penelitian. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti. b. Data Sekunder, berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Termasuk dalam kategori data ini ialah: 1) Data bentuk teks : dokumen, pengumuman, surat-surat, serta berbagai berkas yang berhubungan dengan Dinodin Kids Club. 2) Data bentuk gambar : foto kegiatan, brosur, dan berbagai media promosi cetak yang pernah dilakukan. 3) Data bentuk suara : hasil rekaman wawancara dalam bentuk digital. 4) Kombinasi teks, gambar, dan suara berbagai video dokumentasi kegiatan yang pernah dilakukan oleh Dinodin Kids Club.

7 4. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah membedakan data kualitatif sebagai data primer dan sekunder. (Sarwono, Jonathan, Hary Lubis, 2007) 5. Analisis Data Untuk lebih memetakan kelebihan dan kekurangan dari lembaga ketrampilan anak Dinodin Kids Club, penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT terutama dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang mungkin timbul. (Sarwono, Jonatan, Hary Lubis, 2007:18). 6. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat perancangan, kerangka pikir dan metode penelitian. Bab II. Bab III. Kajian Teori Identifikasi Data Berisi data objek perancangan, instansi/lembaga terkait, target, kompetitor, dan analisis SWOT. Bab IV. Konsep Perancangan Berisi konsep karya, konsep perancangan, teknik pelaksanaan, dan visualisasi. Bab V. Bab VI. Pengantar Karya Penutup