Implementasi Lean Manufacturing Guna Meningkatkan Efisiensi pada Devisi Manufacturing Departemen Mold di PT. Manufaktur Mold

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kepercayaan yang tinggi dari para konsumen, berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN)

RANCANGAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN SPINNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN GREY FMEA DI PT XYZ

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

ISKANDAR ZULKARNAIN Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) Sebagai Pedoman Perbaikan Efektivitas Mesin CNC Cutting

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM MEMINIMALISI SIX BIG LOSSES PADA MESIN PRODUKSI DUAL FILTERS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Analisis Perhitungan Nilai Overall Equipment Effectivness Pada Mesin Gang Rip Saw. (Studi Kasus CV Cipta Usaha Mandiri)

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB II LANDASAN TEORI

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

MODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SPREADSHEET UNTUK ANALISIS RESIKO RANTAI PASOK BAHAN BAKU (Studi kasus PTEI)

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pengukuran Efektivitas Mesin Menggunakan Overall Equipment Effectiveness Untuk Dasar Usulan Perbaikan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice Bandung, 20 Juli 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DEVIS ZENDY NPM :

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS EFEKTIVITAS MESIN HOPPER DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN FMEA PADA PT. KARYA MURNI PERKASA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang merupakan kota besar

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

Implementasi Lean Manufacturing Guna Meningkatkan Efisiensi pada Devisi Manufacturing Departemen Mold di PT. Manufaktur Mold Muhammat Junaidi 1, Rina Sandora 2, dan Budianto 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 2 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 3 Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal, Jurusan Teknik Bangunan Kapal,, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 Email: 26muhjun@gmail.com Abstrak Dewasa ini perkembangan industri manufaktur berkembang begitu pesat. Perusahaan dituntut meningkatkan hasil produksi dari segi kualitas, kuantitas, serta memiliki harga yang bersaing. Pada penelitian ini studi kasus dilakukan di divisi Manufacturing departemen Mold PT. Manufaktur Mold yang memproduksi mold dari berbagai jenis produk. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data produksi mold produk Baby Bear 200 ml. Masalah yang sering muncul pada proses produksi di divisi Manufacturing departemen Mold adalah timbulnya waste seperti keterlambtan penyelesaian produk dan adanya defect pada produk yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai efektifitas pada proses produksi mold dengan metode OEE. Mengetahui waste yang paling berpengaruh terhadap efisiensi dengan menggunakan metode FMEA dan RCA untuk mengetahui akar penyebab terjadinya waste tersebut. Menentukan alternatif kebijakan perbaikan dan menentukan prioritas kebijakan yang optimum dengan menggunakan AHP. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode OEE diperoleh rata-rata nilai OEE sebesar 68,219%. Waste yang paling mempengaruhi efisiensi adalah waiting, defects, dan unnecessary motion. Berdasarkan waste yang paling berpengaruh diusulkan 5 alternatif kebijakan perbaikan yaitu A1, A2, A3, A4, dan A5. Dari hasil analisa dengan menggunakan metode AHP diperoleh nilai performa yang paling tinggi yaitu A5 dengan nilai 4,39. Urutan prioritas alternatif kebijakan yang optimum yaitu A5 sebagai alternatif yang paling diprioritaskan kemudian A1, A2, A3, dan A4. Kata kunci : Alternatif, AHP, Mold, OEE, Waste 1. PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan industri manufaktur berkembang begitu pesat. Perusahaan dituntut meningkatkan hasil produksi dari segi kualitas, kuantitas, serta memiliki harga yang bersaing. Dimana secara umum tujuan utama dari suatu industri manufaktur adalah menghasilkan produk dengan biaya produksi minimum namun menghasilkan profit yang optimum. Untuk mewujudkan tujuan tersebut performa perusahaan harus dijaga pada kondisi yang stabil. Performa perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara melalui analisa efisiensi produksi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi performa perusahaan mulai dari manajemen, proses produksi, kualitas produk, dan persediaan. Industri manufaktur dalam proses produksi harus continue dan berkembang agar kelangsungan hidup dari suatu perusahaan tetap terjamin. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan suatu langkah yang dapat menjaga kelancaran dalam suatu proses produksi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan operasional dan pemrosesan dengan analisa aktifitas proses produksi, sehingga dapat diketahui aktifitasatau kejadian yang dapat mengganggu proses produksi yang nantinya digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan perbaikan. Proses produksi perusahaan yang kurang efektif dan efisien dapat menyebabkan produksi terhambat dan menyebabkan lamanya waktu penyelesaian produk. Lamanya waktu proses juga menyebabkan keterlambatan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Untuk dapat mencapai proses produksi yang 407

efektif dan efisien yang harus dilakukan melakukan identifikasi waste yang terjadi pada perusahaan, karena waste merupakan sesuatu yang merugikan dan musuh utama pada setiap perusahaan. Divisi Manufacturing departemen Mold di PT. Manufaktur Mold merupakan suatu divisi di yang memproduksi berbagai macam jenis mold. Dalam proses produksi mold di Divisi Manufacturing departemen Mold di PT. Manufaktur Mold sering mengalami masalah yang dapat menimbulkan waste. Masalah yang sering terjadi adalah keterlambatan kedatangan material yang berdampak pada bertambahnya nilai dari unplanned downtime yang merupakan bagian dari waste. Selain itu dalam produksi part-part suatu mold sering dijumpai defect pada beberapa part sehingga mengakibatkan rework pada part tersebut. Untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas dengan proses produksi yang efisien diperlukan suatu metode yang dapat meningkatkan efisiensi. Proses efisiensi yang dilakukan hendaknya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada di perusahaan. Untuk melakukan proses efisiensi tersebut salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan Lean Manufacturing. Teknik teknik lean manufacturing membantu perusahaan untuk menjadi kompetitif, terkhusus dalam hal pengurangan waste (pemborosan) dalam proses produksi mereka. Mayers dan Stewart (2002) menjelaskan bahwa Lean berarti suatu usaha oleh seluruh elemen perusahaan untuk bersama-sama mengeliminasi waste dan merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk mencapai competitive advantage perusahaan seoptimal mungkin. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pendekatan Lean Manufacturing, dalam penelitian metode yang digunakan adalah Overall Equipment Effectiviness (OEE) untuk mengetahui apakah proses produksi sudah efektif atau tidak. Root Causes Analysis (RCA) digunakan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya waste. Metode Failure and Mode Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk mengetahui nilai RPN yang digunakan sebagai dasar alternatif kebijakan perbaikan, serta pendekatan Analitycal Hierarchy Process (AHP) yang digunakan sebagai penentuan kebijakan perbaikan yang paling optimum. 2. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di PT. Manufaktur Mold di Divisi Manufacturing Departemen Mold. Pada penelitian ini menganalisa 7 waste yang terjadi pada departemen tersebut, objek penelitian yang digunakan adalah produk Baby Bear 200 ml. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang ada pada proses produksi produk tersebut, melalui studi lapangan yaitu pengamatan langsung penulis. Pada saat studi lapangan, penulis juga melakukan studi literatur mengenai waste yang sering terjadi. Setelah penulis sudah menentukan tujuan dan ruang lingkup penelitian, penulis melakukan pengumpulan data berupa data kuantitatif dan kualitatif, selain itu penulis menyebar kuisioner pada karyawan divisi tersebut untuk mengetahui waste kritis. Kemudian untuk mengevaluasi dan mengindikasi seberapa efektif suatu proses produksi digunakan Identifikasi nilai OEE pada divisi tersebut. Untuk mengetahui penyebab dari terjadinya waste tersebut digunakan RCA, serta FMEA yang digunakan untuk mengidentifikasi mode kegagalan dari peralatan dan pengaruhnya terhadap sistem pada divisi tersebut, serta menentukan alternatif kebijakan perbaikan untuk mengatasi waste kritis. Untuk menentukan prioritas alternatif perbaikan digunakan sofware Expert Choice 11. 2.1 OEE (Overall Equipment Effectiveness) OEE merupakan efektivitas peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa performance peralatan. OEE juga digunakan sebagai kesempatan untuk memperbaiki produktivitas sebuah perusahaan yang pada akhirnya digunakan sebagai langkah pengambilan keputusan. 3 variabel yang digunakan untuk perhitungan OEE adalah availability, performance, dan quality rate. 2.1.1 Overall Equipment Effectiveness (OEE) OEE = Availability Rate x Performance Rate x Quality Rate (2.1) 2.1.1.1 Availability Rate Rumus untuk mencari nilai Availability Rate adalah sebagai berikut : Availability Rate = (working time+overtime) downtime production time 2.1.1.2 Performance Rate Rumus untuk mencari nilai Performance Rate adalah sebagai berikut : Performance Rate = cycle time product x total product actual cycle time (2.2) (2.3) 408

2.1.1.3 Quality Rate Rumus untuk mencari nilai Quality Rate adalah sebagai berikut : Quality Rate = total product total defect total product processed x 100% (2.4) 2.2 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode). Untuk mengetahui kebijakan perbaikan yang memrlukan corrective action (kontol lanjut) maka dapat diketahui dari nilai RPN(Risk Priority Number). RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effects (Severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effects (Occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada pelanggan (Detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan 2.1. RPN = S * O * D (2.5) Untuk standar benchmark world class yang dianjurkan JIPM, yaitu OEE = 85%, Tabel dibawah ini menunjukkan skor yang perlu dicapai untuk masing-masing faktor OEE. Tabel 1. Standar Benchmark World Class OEE Factor World Class Availability 90.0% Performance 95.0% Quality 99.9% Overall OEE 85.0% Sumber: www.oee.com/world-class-oee.html) 2.3 AHP ( Analytic Hierarchy Process) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. langkah-langkah penyelesaian AHP secara detail sebagai berikut: 1) Mendefinisikan masalah dan menspesifikasikan pemecahan yang diinginkan. 2) Membuat bentuk hierarki dari sudut pandang manajerial secara keseluruhan. 3) Membuat matriks perbandingan berpasangan dari masing-masing elemen terhadapa level di atasnya. 4) Mendapatkan semua penilaian untuk melengkapi matriks di langkah 3. Pertimbangan dari banyak orang dapat disatukan dengan memakai rata-rata geometrisnya. Untuk mencari rata-rata geometris dapat dilihat pada persamaan 2.6. n GM = (X1)(X2)(Xn) (2.6) 5) Mensintesis data dalam matriks perbandingan berpasangan sehingga didapatkan prioritas setiap elemen hierarki. 6)Menguji konsistensi prioritas yang didapat 7) Lakukan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua level dan kelompok dalam hierarki. 8) Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot-bobot kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas tersebut dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hierarki paling bawah. 9) Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengkalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini kemudian dibagi dalam pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan diameter tiapmatriks. Rasio inkonsistensi hierarki itu harus 10% atau kurang. Jika tidak, prosesnya harus diperbaiki atua diulang. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Nilai OEE Pada tabel 2 adalah hasil perhitungan OEE dan setiap faktor nya. Angka didapat dari persamaan (2.1) sampai dengan (2.4). Waktu produksi adalah 9 jam/ hari. Berdasarkan Gambar 3.3 dapat diketahui bahwa besarnya nilai OEE pada proses produksi mold adalah 68.219%. Standar benchmark world class untuk OEE yang dianjurkan JPIM adalah sebesar 85%, yang berarti masih belum memenuhi standart. Dapat dikatakan bahwa keefektifitasan dari proses produksi mold belum sesuai dengan nilai Standar Ideal Overall Equipment Effectiveness (OEE). 409

Tabel 2. Hasil Perhitungan OEE Availability Performance Quality rate OEE Part Rate (%) Rate (%) (%) (%) KKP-Bottom Insert 75 88,89 100 66,667 MB-Strikker Plate 77,08 87,04 33,33 22,361 MB-Bottom Part 75,25 88 100 66,22 Neck Part 79,84 84,95 100 67,82 MB-Backing Plate 92,32 89,51 100 82,63 KD-Kern 85,53 88,89 66,67 50,685 KD-Duse 84,03 89,04 66,67 49,883 KP-Pasak 95,83 95,06 100 91,101 KP-Klem Katrol 61,76 85,62 100 52,884 MB-Body Part 92,31 87,61 100 80,868 KP-Penahan Guide Bushing 96,88 81,48 100 78,935 KP-Guide Rel 94,53 88,43 100 83,59 BP-Blow Pin 89,71 90,85 100 81,498 Repair/Perbaikan 94,83 84,29 100 79,931 Rata-rata OEE 68,219 3.2 Identifikasi Waste yang Paling Berpengaruh Terhadap Efisiensi Dalam melakukan proses identifikasi waste yang terjadi, dalam penelitian ini mengunakan kuisioner sebagai tool untuk mengetahui waste mana yang paling menojol/berpengaruh diantara 7 jenis waste, dalam hal ini waste yang sering terjadi dan berpengaruh besar terhadap terhambatnya proses produksi. Hasil dari kuisioner dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Kuisioner 7 Waste Jenis Waste Ranking 1 2 3 4 5 6 7 Bobot Bobot Ranking Overproduction 0 0 1 8 5 2 7 40 0,08621 Defects 0 1 13 4 5 0 0 79 0,17026 Unnecessary Inventory 0 4 4 10 2 3 0 73 0,15733 Inappropriate Process 0 1 5 10 3 4 0 65 0,14009 Excessive Transportation 0 2 1 7 3 5 5 46 0,09914 Waiting 1 6 9 3 1 1 2 84 0,18103 Unnecessary Motion 0 4 6 9 2 2 0 77 0,16595 Bobot 6 5 4 3 2 1 0 464 1 Pada tabel 3 diperoleh hasil yang paling kritis adalah waste defects, waiting, dan unnecessary motion yang akan dilakukan identifikasi lebih lanjut dan dilakukan kebijakan perbaikan pada ketiga waste tersebut. 3.3 Identifikasi PenyebabTerjadinya Waste Hasil dari identifikasi penyebab terjadinya waste menggunakan FMEA, dapat dilihat pada tabel 4. 410

Tabel 4. Hasil Identifikasi FMEA Failure Mode Failure Effect Cause S O D N/C Tools tidak tertata Mesin mati pada jam Waktu operasi dengan rapi masa operasi karena mesin menjadi karena kurangnya operator masih mencari berkurang sehingga tempat tools untuk proses menambah penyimpanan produksi downtime tools 9 8 1 C Dimensi part yang telah dikerjakan melebihi toleransi yang telah ditentukan Pada part terdapat cacat berupa goresan / part yang dihasilkan kasar Kesalahan Pemotongan dimensi material Mematikan mesin pada jam operasi karena ditinggal operator Menunggu kedatangan material Menunggu part lain yang belum selesai pengerjaan Menunggu maintenance/ perbaikan mesin Rework pada part Rework pada part Material terbuang percuma Waktu operasi mesin berkurang Mesin tidak beroperasi, Keterlambatan penyelesaian pengerjaan produk Proses assemby mold tertunda, keterlambatan penyelesaian mold Menambah downtime Operator kurang konsentrasi karena lingkungan kerja yang kurang nyaman Kurangnya pengetahuan SDM tentang proses permesinan Kurangnya skill SDM Menggunakan waktu operasi untuk persiapan pulang kerja Kurang kontol terhadap persediaan material Tingkat kemampuan operator berbeda - beda Jarangnya maintenance rutin karena jarak waktu maintenance secara berkala terlalu jauh 7 5 3 C 9 5 2 C 4 5 1 N 5 5 2 N 7 7 2 C 5 6 2 N 6 6 3 C Pada hasil identifikasi FMEA diperoleh hasil 5 failure mode yang membutuhkan corrective action. 3.4 Alternatif Kebijakan Perbaikan Alternatif kebijakan perbaikan yang disarankan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Alternatif Kebijakan Perbaikan Alternatif Toolbox lemari penyimpanan mobile Memberikan program pelatihan kepada tenaga kerja tentang proses permesinan maintenance mesin Simbol A1 A2 411

Memberikan lingkungan kerja yang nyaman untuk mengurangi kelalaian pekerja Mengadakan evaluasi berkala terhadap ketrampilan tenaga kerja pengecekan material secara rutin dan pihak perusahaan harus bisa melakukan standarisasi suppliers berdasarkan performasi dan kompetensi A3 A4 A5 Setelah alternatif kebijakan perbaikan telah ditentukan, dilakukan analisa menggunakan software Expert Choice 11 untuk menentukan prioritas alternatif kebijakan perbaikan. Hasil dari analisa menggunakan sofware Expert Choice 11 dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Hasil Analisa Software Expert Choice 11 Berdasarkan gambar 4.22 alternatif A5 mendapat nilai bobot tertinggi sebesar 0.249, sedangkan alaternatif A1 mendapat nilai bobot sebesar 0.240, alternatif A2 mendapat nilai bobot 0.182, alternatif A3 mendapat nilai bobot 0.186, dan alternatif A4 mendapat nilai bobot 0.142. Berdasrkan hasil nilai bobot alternatif yang memliki nilai bobot lebih besar akan lebh diprioritaskan. 4 Kesimpulan 1. Nilai OEE yang dimiliki divisi Manufacturing deparemen Mold PT. Manufaktur Mold sebesar 68,219%, dengan nilai tersebut belum memenuhi standart global yang diharapkan / benchmark world class yang dianjurkan JIPM yaitu sebesar 85%. 2. Waste kritis/yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi mold yang ada pada divisi Manufacturing departemen Mold di PT. Manufaktur Mold adalah waiting, defects, dan unnecessary motion. 3. Penyebab utama waste kritis adalah: a. Untuk waste unnecessary motion penyebab utamanya adalah terjadi keterlambatan material, kurangnya tempat penyimpanan tools, dan kurangnya komunikasi antar SDM b. Untuk waste defects penyebab utamanya adalah kurang nyamannya lingkungan kerja, kurangnya pengetahuan dan skill SDM c. Untuk waste waiting penyebab utamanya adalah kurangnya kontrol terhadap material, kurangnya pengoptimalan fungsi mesin, dan tingkat kemampuan operator yang berbeda-beda 4. Kebijakan perbaikan yang dapat diterapkan pada divisi Manufacturing departemen Mold di PT. Manufaktur Mold adalah: a. Menyediakan tempat penyimpanan tools berupa toolbox lemari penyimpanan mobile (A1) b. Memberikan program pelatihan kepada tenaga kerja tentang proses permesinan dan maintenance mesin (A2) c. Memberikan lingkungan kerja yang nyaman untuk mengurangi kelalaian pekerja (A3) d. Mengadakan evaluasi berkala terhadap ketrampilan tenaga kerja (A4) e. Melakukan pengecekan material secara rutin dan pihak perusahaan harus bisa melakukan standarisasi suppliers berdasarkan performasi dan kompetensi (A5) 5. Daftar Pustaka Aldridge,J, R., Dale, B, G. 2003. The Application of Failure Mode and Effects Analysis at an Automotive Components Manufacturer. International Journal of Quality & Reliabilility Management. Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Mc, Dermott, R. E., Mikulak, R. J., dan Beauregard, M. 2002. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA). FMEA TeamInstruction Guide. Southern California: Kaiser Permanente Meyers, Fred E., & Stewart, James. 2002. Motion and Time Study for Lean Manufacturing 3 rd Edition. Prentice-Hall International: London. Nakajima, S. 1988. Introduction to Total Productive Maintenance. Cambridge, MA, Producticity Press, Inc. 412

Roger D, Leitch. 1995. Reliability Analysis for Engineers : An Introduction. Oxford University Press: Oxford. Rooney, J.J., and Heuvel, V.L.N. 2004. Root Cause Analysis For Beginners. Quality Progress; Jul 2004; 37, 7; ProQuest pg. 45 Saaty, T.L. (1980). The Analytic Hierarchy Process. New York : McGraww-Hill Saaty, T.L. (1999). The seven pillars of the analytic hierarchy process. Proceedings of the fourth international symposium on the analytic hierarchy process. Shingo, Shigeo. 1981. Study of "Toyota" Production System from Industrial Engineering Viewpoint. Productivity Press: Cambridge. Wiley, A John & Sons. 2008. Guidelines for Hazard Evaluation Procedures. American Institute of Chemical Engineers, Inc. 413