Kalbarsi Ton 1), Rusmadi 2), Gatot Setya Budi 2)

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUMPUAN BENTANG 120 METER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto 2 ) M.

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR GAMBAR...

PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA KRUENG SAKUI KECAMATAN SUNGAI MAS KABUPATEN ACEH BARAT

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG JALAN RAPAK MAHANG DI DESA SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

BAB V PERHITUNGAN KONSTRUKSI

TUBAGUS KAMALUDIN DOSEN PEMBIMBING : Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D. Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo, M.S.

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

Data data perencanaan: 1. Bentang jambatan : 2. Lebar jembatan : 3. Lebar trotoar : 4. Jarak gelegar memanjang : 5. Jenis lantai :

OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PERHITUNGAN PILECAP JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

BAB V ANALISA STRUKTUR PRIMER

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

STUDI PENGGUNAAN, PERBAIKAN DAN METODE SAMBUNGAN UNTUK JEMBATAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN LINK SLAB

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

TUGAS AKHIR RC

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Perencanaan Atap

E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERANCANGAN JEMBATAN TAHOTA II KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Bayzoni 1) Eddy Purwanto 1) Yumna Cici Olyvia 2)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

PERHITUNGAN KONSTRUKSI

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

BAB II PERATURAN PERENCANAAN. Jembatan ini menggunakan rangka baja sebagai gelagar induk. Berdasarkan letak

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

Struktur Baja 2. Kolom

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

BAB III METODOLOGI DESAIN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

PERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI

Transkripsi:

PERENCANAAN JEMBATAN PELENGKUNG TYPE THROUGHT ARCH DESA KOREK, KEC. AMBAWANG, KAB. KUBU RAYA (PROVINSI KALIMANTAN BARAT) Kalbarsi Ton 1), Rusmadi 2), Gatot Setya Budi 2) ABSTRAK Jembatan merupakan suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk menyatukan jalan yang terputus oleh rintangan, misalnya sungai, rawa, dll. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini direncanakan jembatan pelengkung type Throught Arch di Desa Korek, Kec. Ambawang, Kab. Kubu Raya (Ka-Bar). Tahap awal perencanaan adalah perhitungan struktur atas yang meliputi pipa sandaran, tiang sandaran, dinding penahan, trotoar, pelat lantai kendaraan, gelegar memanjang, gelegar melintang, hubungan gelegar memanjang terhadap gelegar melintang dan sekaligus perhitungan penghubung geser (shear connector). Memasuki tahap konstruksi utama, dilakukan perhitungan beban-beban yang bekerja kemudian dianalisa dengan menggunakan program komputer. Setelah didapat gaya-gaya dalam yang bekerja dilakukan perhitungan kontrol tegangan dan perhitungan sambungan. Bersamaan dilakukan perhitungan konstruksi pemikul utama juga dilakukan perhitungan konstuksi sekunder yang meliputi ikatan angin bawah, ikatan angin busur atas dan ikatan angin busur bawah. Dari hasil perencanaan didapat profil yang dipakai dalam perencanaan jembatan pelengkung type throught arch di Desa korek, Kec. Ambawang, Kab. Kubu Raya (KALBAR), yaitu: Gelegar Memanjang IWF 400 x 300 x 16 x 10, Gelegar Melintang IWF 700 nx 300 x 28 x 15, Ikatan Angin Bawah, Ikatan Angin Busur Atas dan Ikatan Angin Busur Bawah IWF 150 x 150 x 10 x 7, Busur Atas 30 WF 30 x 15, Busur Bawah 30 WF 30 x 15, Gelegar Induk Bagian Tepi 30 WF 30 x 15, Batang Penggantung IWF 200 x 200 x 12 x 8, Batang Tegak IWF 200 x 200 x 12 x 8, Batang Diagonal IWF 200 x 200 x 12 x 8, Batang Tegak Bagian Tepi 30 WF 30 x 15 dan Batang Diagonal 30 WF 30 x 15. Kata kunci: Jembatan rangka, Pembebanan, Gelegar 1. PENDAHULUAN Dalalam perhitungan jembatan pelengkung type Throught Arch Desa Korek, Kec. Ambawang, Kab. Kubu Raya (Prov. Kalimantan Barat) materialnya menggunakan rangka baja, dikarenakan baja mempunyai nilai specific strength yang besar dibandingkan material lainnya, selain itu baja mempunyai kekuatan yang tinggi dan sama kuat pada bagian tarik dan tekan. Oleh karena itu, baja disebut elemen struktur yang memiliki batasan sempurna yang akan menahan beban jenis tarik aksial, tekan aksial dan lentur. Berat jenis baja yang tinggi mengakibatkan baja tidak terlalu berat tidak terlalu berat dibandingkan dengan kapasitas bebannya (Dien Arriestadi, 2006). Dari fungsinya jembatan merupakan suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang saluran air, lembah atau menyilang jalan lainnya yang tidaksama tinggi permukaannya dan lalu-lintas jalan itu 1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT UNTAN 2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT UNTAN tidak terputus karenanya (Imam Subarkah, 1979). Hal mendasar perlunya perencanaan ulang jembatan di Desa Korek, Kec. Ambawang, Kab. Kubu Raya (Prov. Kalimantan Barat) dikarenakan kondisi jembatan yang ada pada saat ini sudah sangat memperhatinkan. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan terdapat salah satu kabel penggantung putus dan kondisi bajanya sudah mengalami karatan/korosi yang cukup parah hal ini dakarenakan umur jembatan yang cukup tua (dibangun pada tahun 1998). Dilihat dari fungsinya jembatan yang ada pada saat ini hanya bisa dilewati kendaraan roda dua (sepeda, sepada motor) dan pejalan kaki, padahal jembatan yang ada merupakan satusatunya akses untuk menuju Pusat Kabupaten Kubu Raya dan Pusat Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat. Ditambah lagi letak Desa Korek menuju Pusat Kabupaten dan Pusat Ibu Kota Provinsi yang 1

berdekatan (30 km), hal ini tentunya dapat menghambat lajunya pertumbuhan perekonomian, sosial dan budaya masyarakat setempat. Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya. Menurut spesifikasi pembebanan jembatan, beban dan gaya yang digunakan dalam perhitungan tegangan-tegangan dalam konstruksi adalah beban primer, beban skunder dan beban khusus. a. Beban Mati Semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau termasuk segala unsur tambahan yang dianggap merupakan satu kesatuan dengannya. Beban mati terdiri dari dua jenis beban, yaitu: Gambar 1. Kondisi Jembatan 2. METEDOLOGI PERENCANAAN 2.1. Survey Lapangan Tujuan survey: Mengetahui gambaran secara detail tentag lokasi dan keadaan real di lapangan. Memperoleh gambaran tentang jenis dan type jembatan yang akan dipilih dan sesuai dengan keadaan daerah setempat. 2.2. Studi Pustaka Tujuan survey: Dapat memahami, mendefinisikan dan mengidentifikasi jenis-jenis jambatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2.3. Metode Survey Metode survey yang dilakukan yaitu pengamatan/observasi yang dilakukan secara langsung di daerah studi. Hal pokok yang menjadi tujuan survey yaitu mengetahui kondisi real dilapangan, sehingga perencana dapat menentukan atau mendifinisikan jenis atau type jembatan yang akan dipilih dan sesuai dengan keadaan real di lapangan. 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Pembebanan Jembatan Standar yang dipakai pada perencanaan adalah RSNI T-02-2005 Badan Standar Nasional yang mana telah mengacu pada SNI 03-1725-1989 Tata Cara Berat sendiri Berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen structural ditambah dengan elemen nonstruktural yang dianggap tetap. Beban mati tambahan Beban mati tambahan adalah berat seluruh beban yang merupakan elemen non-struktural dan merupakan beban pada jembatan; beban aspal, beban air hujan. b. Beban Hidup Beban hidup dalam hal ini adalah beban lalu lintas. Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari beban lajur D dan beban truck T. Beban lajur D Beban lajur D terdiri dari beban terbagi rata Uniformly Distributed Load (UDL) yang digabung dengan beban garis Knife Edge Load (KEL). Gambar 2. Beban Lajur D 2

Beban Truck T Pembebanan truck terdiri dari kendaraan truck semitrailer yang mempunyai susunan dan berat as seperti gambar 3. Berat dari masingmasing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan. Tabel 2. Kecepatan angin rencana Vw Lokasi Keadaan Sampai 5 batas > 5 km km dari dari pantai pantai Daya layan 30 25 Ultimate 35 30 d. Gaya Rem Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas harus diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Gambar 3. Beban Truck T c. Beban Angin Gaya angin nominal ultimit pada jembatan tergantung pada kecepatan angin rencana: T EW = 0,0006C W. (V W ) 2. Ab Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas; Apabila suatu kendaraan sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan latai dengan persamaan: T EW = 0,0012C W. (V W) 2 Tabel 1. Koefisien seret Cw Tipe jembatan C w Bangunan atas masif : (1),(2) b/d =1 2,1 (3) b/d = 2 1,5 (3) b/d 6 1,25 (3) Bangunan atas rangka 1,2 Gambar 4. Gaya Rem 3.2. Perencanaan Batang Tarik Dalam menentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa terhadap 2 macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu; Leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan. Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan. Menurut RSNI T-03-2005 dinyatakan bahwa semua komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar N U, maka harus memenuhi: Nu Ф Nn a. Kondisi Leleh Bila kondisi lelah yang menentukan, maka tahanan nominal Nn dari batang tarik memenuhi persamaan: Nn = Ag fy 3.3. Perencanaan Batang Tekan Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris 3

akibat beban terfaktor Nu, harus memenuhi persamaan: Nu Ф Nn Nn = [0,66 λ c 2 ]Ag fy untuk c 1,5 Nn = [ 0,88 λ c 2 ]Ag fy untuk c 1,5 λ c = L k r π f y E Lk = Kc L 3.4. Perencanaan Komposit Menurut RSNI T-03-2005, nilai B eff (lebar efektif) diambil nilai yang terkecil dari; 1/5 x panjang bentang gelegar untuk bentang sederhana, Jarak pusat antara badan gelegar 12 x tebal pelat kendaraan Asumsikan sumbu netral plastis jatuh di pelat beton, sehingga; a = As f y 0,85 fc B eff Cc = 0,85 fc B eff t s Cs = (As f y) (0,85 fc B eff t s ) N 2 Tinggi balok tekan pada sayap profil bajadihitung sebagai berikut; C d f = s B eff f y Lokasi titik berat dari bagian tarik profil baja diukur dari serat bawah profil adalah; y d 2 = (A s d 2 ) d f (d d f 2 ) As d f b = d + t s y t s 2... d 2 = d y d f M n = C c d 2 + C s d 2 2... 3.5. Lendutan Besar defleksi atau lendutan ijin pada gelegar untuk jembatan adalah: Δ = L 1000 a. Lendutan sebelum komposit Lendutan sebelum komposit yaitu dengan memperhitungkan beban mati yang terdiri dari berat sendiri profil dan pelat beton: Δ D = 5 q L 4 384 E I s b. Lendutan sesudah komposit Beban mati (aspal + air hujan) Δ d = 5 q L 4 384 E I p Beban hidup terpusat (Beban T ) Δ L = P L 3 48 E I t Lendutal Total Δ = Δ D + Δ d + Δ L < Δ 3.6.Penulangan Pelat Lantai Kendaraan a. Moman nominal (Mn): Mn = M U Ф Ф = 0,80 b. Luas tulangan perlu (As) As = ρ x b x d dimana: ρ = 1 [1 1 2 x m x R n m fy 3.7. Sambungan Baut Suatu baut yang memikul gaya terfaktor Ru, harus memenuhi persamaan berikut; Ru Ф Rn Nilai Rn yaitu diambil nilai yang terkecil diantara persamaan berikut ini: a. Kekuatan tarik desain Ф Rn = Ф (0,75 F u b ) A b b. Kekuatan geser desain Ф Rn = Ф (0,6 F u b )m A b c. Kekuatan desain tumpu baut Ф Rn = Ф (2,4 d t f u ) d. Jumlah baut P n = U Ф R n 3.8.Penghubung Geser (shear connector) Kekuatan penghubung geser jenis paku dihitung berdasarkan persamaan berikut; Qn = 0,5 Asc( fc E c ) rs A sc f u ] 4

20.000 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 14.000 6.000 1.250 1.750 1.750 1.750 1.750 1.250 1.250 7.000 9.500 1.250 Jumlah penghubung geser n = 4. ANALISA DAN PERENCANAAN 4.1. Data Perencanaan Type jembatan: Jembatan pelengkung type throught Arch Lokasi: Desa Korek, Kec. Ambawang, Kab. Kubu Raya (Prov. Kalimantan Barat) Panjang jembatan: 100 m Kelas jalan: Kelas I Lebar jalan: 2 x 3,5 m Lebar trotoar: 2 x 1 m Jarak gelegar memanjang: 1,75 m Jarak antar gelegar melintang: 5 m Tinggi batang tepi: 6 m Tinggi fokus: 17 m Jarak fokus: 3 m Tinggi total: 20 m V n Q n b. Data profil Ø pipa = 7,63 cm, t pipa = 0,28 cm, I pipa = 43,7 cm 3, g pipa = 5,08 kg/m, E pipa = 2,0 x 10 5 Mpa, W pipa = 1600 kg/cm 2 c. Beban yang bekerja: Mampu menahan beban horizontal sebesar 100 kg/m. d. Gaya akibat pembebanan σ=1062,446 kg/cm 2 < 1600 kg/cm 2 e. Lendutan Δ 0,814 cm < 0,833 cm f. Tiang Sandaran Data profil: IWF 100 x 100 x 8 x 6 Sambungan 4 buah baut Ø10 mm dengan kekuatan tahanan 2525,838 kg dengan besar gaya yang dipikul D = 400 kg Htotal b f L 50.00 50.00 Gambar 5. Potongan Memanjang Ikatan Angin Batang Horizontal g. Dinding Sandaran 1. Data perencanaan: Tinggi dinding sandaran = 0,75 m, lebar = 0,25 m, mutu beton = 31,2 Mpa, mutu baja tulangan = 390 Mpa, berat jenis beton bertlang = 250 kg/cm 3 2. Beban yang bekerja Akibat berat sendiri Faktor beban: 1,4 Mu = 7382812,50 Nmm beban tumbukan sebesar 5000 N Mu = 3750000Nmm Mu = 11132812,50 Nmm Pelengkung / Penampang Busur 3. Penulangan dinding sandaran Tulangan utama: D Tulangan = 13 mm, Tulangan pembagi: Ø Tulangan = 10 mm, Penopang Utama Gelegar Tepi Gambar 6. Potongan Melintang h. Trotoar a. Penulangan trotoar - Tulangan utama: D Tulangan = 13 mm, - Tulangan pembagi: Ø Tulangan = 10 mm, 4.2. Analisa Perencanaan 4.2.1. Perencanaan pipa sandaran, tiang sandaran, dinding penahan dan trotoar a. Pipa Sandaran Sandaran = 2 pipa galvanis Ø3, Jarak tiang sandaran = 2,5 m dan tinggi tiang sandaran = 0,5 m i. Perencanaan pelat lantai kendaraan a. Data perencanaan Tebal pelat lantai = 0,20 m Tebal lapisan aspal = 0,05 m Tinggi genangan air = 0,03 m b. Beban yang bekerja M Lx = 113215984.750 Nmm 5

IWF 400 x 300 X 16 x 10 IWF 400 x 300 X 16 x 10 M Ly = 89095149.459 Nmm MTx = -45379663.930 Nmm MTy = -4622222.250 Nmm c. Penulangan pelat lantai kendaraan: - Tulangan lapangan arah X D Tulangan = 19 mm - Tulangan lapangan arah Y D Tulangan = 19 mm, - Tulangan tumpuan arah X Ø Tulangan = 10 mm, - Tulangan tumpuan arah Y Ø Tulangan = 10 mm, 4.2.2. Perencanaan Gelegar Memanjang dan Gelegar Melintang 1. Gelegar Memanjang a. Data perencanaan: Lebar jembatan = 9,50 m, jarak gelegar memanjang = 1,75 m, jarak gelegar melintang = 5,0 m. b. Data profil IWF 400 x 300 x16 x 10: c. Beban yang bekerja: - Kekompakan penampang: Badan: 31,400 82,969 Sayap: 8,375 8,396 penampang kompak - Momen nominal penampang Non Komposit: Ø b Mn > Mu = 78066.01 kgm > 4195.94 kg Profil Aman - Momen nominal penampang Komposit: Ø Mn > Mu = 205629.63 kgm > 42661.94 kgm Profil Aman - Lendutan Lendutan sebelum komposit = 0,001 m, lendutan sesudah komposit = 0,0002 m, akibat beban truck = 0,002 m, akibat beban angin = 0,00004m, akibat gaya rem = 0,00002 m - lendutan = 0,003 m < lendutan ijin = 0,005 m Profil Aman 2. Gelegar Melintang a. Pembebanan: Merupakan beban transper dari semua beban yang bekerja pada gelegar memanjang. b. Data profil IWF 700 x 300 x 28 x 15: c. Akibat beban pembebanan: - Kekompakan penampang: Badan: 39,73 82,97 Sayap: 5,393 8,40 penampang kompak - Momen nominal penampang: Ø Mn > Mu = 271001,72 kgm > 199360,87 kgm Profil Aman - Lendutan: Δ ijin = 9 mm > Δ Total = 3,79 mm profil aman 3. Sambungan gelegar memanjang terhadap melintang:gelegar a. Sambungan baut, dengan: Diameter baut = 22 mm, dengan kekuatan tahanan 1 buah baut = 12224,569 kg. b. Gaya yang bekerja pada gelegar memanjang akibat pembebanan = 32172,978 kg. c. Jumlah baut yang digunakan = 3 buah baut, dengan jarak antar baut = 75 mm dan jarak baut ketepi pelat = 44 mm. 238 mm e Pu e 44 mm 75 mm 75 mm 44 mm Gambar 7. Sambungan Gelegar Memanjang Terhadap Gelegar Melintang 4. Penghubung Geser (shear connector) a. Jenis bahan: Stud (paku) dengan diameter 22 mm dah tinggi 140 mm. b. Kekuatan bahan tereduksi: 1 buah stud (paku) = 5295,204 kg c. gaya geser yang terjadi akibat pembebanan pada gelegar melintang = 265200 kg d. Jumlah stud (paku) yang digunakan = 26 buah untuk 0,5 bentang dan dalam 1 baris terdapat 2 buah stud (paku) sehingga untuk 0,5 bentang nya tiap baris mengunakan 13 stud (paku). Jarak antar stud = 38,333 mm. 6

3.00 17.00 6.00 S97 G. U1 G. U2 B Pg.1 G. U3 B1 G. U4 B2 G. U5 B3 Pg.4 G. U6 B4 Pg.5 B5 Pg.6 S114 B6 Pg.7 S106 S115 G. U7 G. U8 G. U9 B7 Pg.8 S107 S116 G. U10 B8 Pg.9 7.6 cm 15 cm 7.6 cm 15 cm 38.33 cm Pelat Lantai Kendaraan Penghubung Geser ( Ø22-38.333 cm) Deck Baja Gelegar Memanjang (IWF 400 x 300 x 16 x 10) Tanpa Penghubung Geser Gelegar Melintang (IWF 700 x 300 x 28 x 15) Dengan Penghubung Geser 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm 38.33 cm L 2 = 460 cm L / 2 = 475 cm Gambar 8. Pemasangan Penghubung Geser (shear connector) 4.2.3. Perencanaan Ikatan Angin R Hb R Hb T E W R Ha Garis Netral / Titik Tangkap Gaya 8.305 3.00 17.00 Gambar 9. Pengaruh Beban Angin Pada Rangka Busur (Rangka Pemikul Utama) a. Ikatan angin bawah 1. Data profil: IWF 150 x 150 x 10 x 7 2. Total beban yang dipikul tiap buhul ikatan angin bawah = 2484,338 kg 3. Gaya maksimum yang dipikul akibat pembebanan: P Tarik Mak = 12633,39 kg P Tekan Mak = 14037,10 kg 4. Kekuatan bahan: - Terhadap tarik maksimum: δ = 370,274 kg/cm 2 3075 - Terhadap tekan maksimum: δ = 2535,025 kg/cm 2 4100 b. Ikatan busur atas 1. IWF 150 x 150 x 10 x 7 2. Total beban yang dipikul tiap buhul ikatan busur atas = 1318,282 kg 3. Gaya maksimum yang dipikul akibat pembebanan: 4. P Tarik Mak = 9073,40 kg 5. P Tekan Mak = 909,82 kg 6. Kekuatan bahan: - Terhadap tarik maksimum: δ = 165,935 kg/cm 2 3075 - Terhadap tekan maksimum: δ = 3209,905 kg/cm 2 4100 c. Ikatan busur bawah 1. IWF 150 x 150 x 10 x 7 2. Total beban yang dipikul tiap buhul ikatan busur bawah = 1318,282 kg 3. Gaya maksimum yang dipikul akibat pembebanan: P Tarik Mak = 7162,84 kg P Tekan Mak = 7192,33 kg 4. Kekuatan bahan: - Terhadap tarik maksimum: δ = 209,937 kg/cm 2 3075 - Terhadap tekan maksimum: δ = 2687,886 kg/cm 2 4100 4.2.4. Perencanaan Rangka Busur (Rangka Pemikul Utama) A C 1 S127 S98 S117 A1 C1 2 S128 S99 S108 S118 A2 C2 3 S129 S100 S109 S119 A3 C3 4 Pg.2 S101 S130 S110 S120 A4 C4 5 Pg.3 S131 S102 S111 S121 A5 C5 6 50.00 Gambar 10. Rencana Rangka Busur (Rangka Pemikul Utama) S132 S103 S112 A6 C6 7 S133 S104 S113 S123 A7 C7 8 S134 S105 S124 A8 C8 9 S135 S125 A9 C9 10 S136 A10 S126 C10 11 7

a. Pembebanan: - Beban Transper dari gelegar melintang = 68393,320 kg. - Akibat beban angin pada rangka busur (rangka pemkul utama) = 2123,138 kg. - Berat sendiri profil rangka busur (rangka pemikul utama) - Berat ikatan angin rangka busur (rangka pemikul utama) dan ikatan angin bawah. b. Akibat Pembebanan: i. Busur atas Tekan mak = 810958,82 kg Tekan min = 68311,09 kg ii. Busur bawah Tekan mak = 149324,16 kg Tekan min = 699537,88 kg iii. Batang penggantung Tarik mak = 68731,50 kg iv. Gelegar induk Tarik mak = 8877719,31 kg Gambar 13. Sambungan Gelegar Memanjang Terhadap Gelegar Melintang 4.2.4. Gambar Akhir Perencanaan: Gambar 14. Sambungan Gelegar Melintang Terhadap Gelegar Induk Gambar 11. Potongan Memanjang Gambar 15. Hubungan Gelegar Memanjang, Gelegar Melintang, Ikatan Angin Bawah, Gelegar Induk dan Batang Penggantung Gambar 12. Potongan Melintang 8

Gambar 16. Perletakan Jembatan Gambar 17. Perletakan Roll b. Demensi profil gelegar memanjang adalah IWF 400 x 300 x 16 x 10, lendutan yang terjadi sebesar 3,31 mm dan lendutan ijin 5,00 mm. c. Dimensi profil gelegar melintang adalah IWF 700 x 300 x 28 x 15, lendutan yang terjadi sebesar 3,79 mm dan lendutan ijin 9,00 mm. d. Sambungan gelegar memanjang terhadap gelegar melintang menggunakan 3 buah baut Ø22 mm dengan profil pelat penyambung L 120 x 120 x 11. e. Dimensi profil ikatan angin (angin bawah, busur atas dan busur bawah) adalah IWF 150 x 150 x 10 x 7 dan sambungannya menggunakan sambungan baut Ø22 mm, pelat penyambung t = 10 mm. f. Dimensi profil batang tegak bagian tepi, batang diagonal bagian tepi, busur atas, busur bawah dan gelegar induk bagian tepi adalah 30 WF 30 x 15 dan sambungannya menggunakan sambungan baut dan sambungannya menggunakan sambungan baut Ø30 mm, pelat penyambung t = 20 mm. g. Dimensi profil batang penggantung, batang tegak dan batang diagonal adalah IWF 200 x 200 x 12 x 8 dan sambungannya menggunakan sambungan baut Ø22 mm, pelat penyambung sambungan batang penggantung, batang tegak dan batang diagonal ke rangka utama menggunakan pelat t = 20 mm dan data pelat diambil dari profil L 200 x 200 x 20. h. Sambungan ikatan angin busur atas dan busur bawah ke rangka utama menggunakan sambungan las sudut t = 6 mm dengan asumsi sambungannya hanya menggandalkan kekuatan sambungan las (sambungan baut rangka utama yang mengenai tapak sambungan ikatan angin ke rangka utama diabaikan). Gambar 18. Perletakan Sendi 5. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam perencanaan jembatan pelengkung type throught desa Korek, Kec. Ambaang, Kab. Kubu Raya (Prov. Kalimantan Barat), yaitu sebagai berikut: a. Demensi melintang lantai kendaraan dengan trotoar + dinding penahan adalah 9,50 m untuk jalan 2 jalur 2 arah. Lantai kendaraan berupa pelat beton bertulang dengan tebal 200 mm. DAFTAR PUSTAKA. 2005. Pembebanan untuk Jembatan, RSNI T-02-2005. Badan Standardisasi Nasional.. 2005. Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, RSNI T-03-2005. Badan Standardisasi Nasional. 9

Faisal, Razi. 2014. Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter. Pontianak: Universitas Tanjung Pura. Ma arif, Faqih. 2012. Analisa Struktur Jembatan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. M., Doloksaribu, Hiram, dan Tigor Oktaga, Andreas. 2008. Perencanaan Jembatan Rangka Baja Sungai Ampel Kabupaten Pekalongan. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. Subiyanto, Bayu. Penjelasan Struktur Jembatan. Bandung: Politeknik Negeri Bandung. T., Gunawan, dan Margaret, S., 2007. Diktat Teori Soal dan Penyelesaian Konstruksi Baja II Jilid 1. Jakarta: Delta Teknik Group. Wicaksono, Anrew, dan Kurniawan,Arif. 2007. Perencanaan Jembatan Rangka Baja Kaligarang Sisemut Kabupaten Semarang. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. 10