BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB III RESUME KEPERAWATAN

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

BAB III RESUME KASUS

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Dan Evaluasi Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul. No.

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

BAB III ANALISA KASUS

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

Temanggung. Persetujuan Studi Pendahuluan RSUD Kabupaten

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada dasarnya penulis akan membicarakan tentang pelaksanaan asuhan

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CATATAN PERKEMBANGAN. vital. posisi semi fowler. tenang.

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :TB PARU DI RUANG CEMPAKA III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

NoviaDwiAstuti Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

nonfarmakologi misalnya, teknik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan. Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA Ny S DENGAN ASMA (LAPORAN KASUS DI RUANG CEMPAKA RSUD JOMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

CATATANPERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) WIB (skala nyeri : 8)

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

ASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

Profil pasien MRS : 24/02/20014 Nama : Ny. Dartik Umur : 40 tahun Keluhan utama : Sesak nafas Riwayat penyakit sekarang : - batuk sejak 1 bulan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan kondisi nyata yang dihadapi dan dialami oleh pasien, khususnya pada Tn. N yang dirawat mulai tanggal 5-8 April 2014 di ruang Yudistira RSUD Kota Semarang. Fokus dari pembahasan ini sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yaitu pernafasan. Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan. Langkah ini berisi tentang penerapakan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang pasien, sehingga diperoleh gambaran kebutuhan pasien yang nantinya digunakan untuk membuat diagnosis keperawatan dan menetapkan prioritas yang akurat (Hidayat, 2006). Adapun data-data yang dikumpulkan dalam pengkajian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengkajian pada Tn. N dilakukan pada tanggal 5 April 2014 pukul 08.25 WIB, dengan melakukan wawancara kepada perawat ruangan, pasien dan keluarganya; observasi dilakukan dengan mengamati kondisi pasien selama dirawat di rumah sakit; dan melihat catatan rekam medis pasien. Hasil dari pengkajian sebagai berikut: Data subjektif Tn. N memperlihatkan bahwa pasien mengatakan sesak nafas berulang; batuk ngekel dan dahak sulit keluar, serta nyeri dada sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk jarum. Pasien juga menyatakan mual dan penurunan nafsu makan. Sementara data objektif memperlihatkan bahwa RR 28x/menit, batuk terus, rokhi dan wheezing, hiperaktivitas bronkus, sputum dahak kental, dan terpasang O 2 nasal kanul 3 L/menit. Pasien

juga memperlihatkan mukosa mulut agak kering, konjuktiva anemia (Hb 10,6 g%mg/dl; leukosit 17.600; LED 100, hematokrit 31,1), BB 49 kg TB 165 cm, IMT 18,4 kg/m 2. Data pengkajian kemudian diklasifikasikan menjadi data mayor dan data minor. Data mayor adalah data yang harus ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan (minimal 1 datum), sedangkan data minor adalah data yang boleh ada dan boleh tidak ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Data mayor pada kasus Tn. N bersumber dari data subjektif dan data objektif. Data mayor meliputi batuk terus, sesak nafas berulang; batuk ngekel dan dahak sulit keluar, nyeri dada sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk jarum, rokhi dan wheezing, hiperaktivitas bronkus, dan terpasang O 2 nasal kanul 3 L/menit. Data minor meliputi mual dan penurunan nafsu makan, mukosa mulut agak kering, konjuktiva anemia (Hb 10,6 g%mg/dl; leukosit 17.600; LED 100, hematokrit 31,1), BB 49 kg TB 165 cm, IMT 18,4 kg/m 2 Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan (Hidayat, 2006). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tn. N di ruang Yudistira RSUD Kota Semarang maka disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tinjauan teori yang ada adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Diagnosa keperawatan yang diprioritaskan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Hal ini didasarkan bahwa masalah ini dapat menimbulkan risiko gagal nafas pada pasien Tn. N dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Menurut PDPI (2003), batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk. Pasien PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa pasien PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut (PDPI, 2003). Pada kasus penelitian ini, Tn. N dibawa oleh keluarganya ke RSUD Kota Semarang karena mengalami sesak nafas berat. Rencana keperawatan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien atau tindakan keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan. Harapannya adalah perilaku akan dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga dalam cara yang dapat diprediksi yang berhubungan dengan masalah diidentifikasikan dan tujuan yan telah dipilih (Hidayat, 2006). Pada penelitian ini diagnosa keperawatan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, sehingga perecanaan keperawatan ditujukan sebagai upaya agar bersihan jalan nafas efektif dengan berkurangnya/hilangnya penumpukan sekret. Terapi bersihan jalan nafas tidak efektif dilakukan dengan batuk efektif. Batuk efektif merupakan aktifitas keperawatan untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas.

Batuk efektif merupakan suatu teknik batuk yang menekankan inspirasi dengan tujuan merangsang terbukanya sistem kolateral; meningkatkan distribusi ventilasi; meningkatkan volume paru; dan memfasilitasi pembersihan saluran nafas. Dengan demikian batuk efektif dapat meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Penerapan batuk efektif ini membantu pasien untuk batuk dengan benar sehingga pasien dapat menghemat energi serta tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Muttaqim, 2012). Batuk efektif antara lain dapat dilakukan dalam bentuk posisi semi flower, latihan nafas dalam, dan latihan batuk efektif. Menurut Muttaqim (2012), posisi semi flower (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi daripada posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi flower kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30 o -45 o. Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami masalahan pernafasan dan pasien dengan gangguan jantung. Latihan nafas dalam ditujukan untuk klien yang mempunyai masalah dengan kapasitas dan ventilasi paru. Tujuan utama pemberian latian nafas dalam adalah agar masalahan keperawatan klien terutama ketidakefektifan pola nafas dan bersihan jalan nafas dapat secepatnya diatasi oleh perawat Latihan batuk efektif merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan efektif dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan masalah risiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah

yang berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun (Muttaqim, 2012). Pada kasus Tn. N, rencana keperawatan untuk bersihan jalan nafas melalui batuk efektif meliputi mengajarkan teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, mengajarkan batuk dengan posisi semi flower, dan membersihkan sekret dari mulut dan trakea penghisapan. Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Hidayat, 2006). Pada penelitian ini, implementasi keperawatan direncakanan dengan tujuan mengatasi masalah bersihan jalan nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penumpukan sekret. Untuk mencapai tujuan ini maka Tn. N diajari posisi semi flower, latihan nafas dalam dan teknik batuk efektif, dan menganjurkan banyak minum air putih. Posisi semi flower adalah sikap dalam posisi duduk 15-60 derajat. Prosedur dari posisi ini adalah mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat (45-90 derajat) dengan meletakkan bantal di bawah pasien sesuai keinginan pasien dan menaikkan lutut dari tempat tidur yang rendah untuk menghindari adanya tekanan di bawah jarak poplital (di bawah lutut). Dengan teknik ini pasien akan mendapatkan perasaan lega (nyaman) saat mengalami sesak nafas (Muttaqim, 2012). Tn. N juga diajari latihan nafas dalam. Latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan ini bertujuan untuk mencapai

ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap, serta mengurangi kerja bernafas (Muttaqim, 2012). Tn. N diajari pula batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, sehingga pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah saat mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk merupakan gerakan yang dilakukan oleh tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru-paru. Gerakan inilah yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernafasan akibat sejumlah penyakit. Batuk efektif ini mampu mempertahankan kepatenan jalan nafas sehingga memungkinkan pasien mengeluarkan sekret dari jalan nafas bagian atas dan bawah (Muttaqim, 2012). Batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terancana atau dilatih terlebih dahulu. Pada pasien Tn. N karena terjadi penumpukan sputum dan produksinya besar maka didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan setiap 2-3 jam saat tidur. Prosedur batuk efektif yang diajarkan kepada Tn. N adalah (a) ambil nafas secara perlahan dan akhiri dengan mengeluarkan nafas secara perlahan selama 3-4 detik; (b) tarik nafas secara diafragma secara perlahan dan nyaman, serta jangan sampai overventilasi paru-paru; (c) setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3 detik, dilakukan untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif; (d) angkat dagu agak ke atas dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak tiga kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka,

keluarkan dengan bunyi ha, ha, ha atau huff, huff, huff; (e) kontrol nafas kemudian ambil nafas pelan dua kali; (f) ulangi teknik batuk di atas sampai mukus sampai belakang tenggorokan; dan (g) setelah itu batukan dan keluarkan mukus (Muttaqim, 2012). Untuk membantu mengurangi sekret dari jalan nafas, Tn. N dianjurkan banyak mengkonsumsi minum air putih. Minum ini dilakukan setelah makan supaya tidak menyebabkan cepat kenyang. Evaluasi keperawatan memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya (Hidayat, 2006). Hasil evaluasi untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpukan sekret memperlihatkan bahwa pasien sudah tidak merasakan sesak nafas lagi dan sekret dapat dikeluarkan. Pasien sudah dapat melakukan batuk efektif, tidak lagi terdengar rokhi dan wheezing. Kondisi vital pasien membaik, yaitu TD 140/80 mmhg; N 80x/menit; dan RR 21x/menit. Hasil ini memperlihatkan bahwa masalah teratasi. Meski demikian intervensi tetap dilanjutkan dengan tujuan mempertahankan kondisi yang sudah baik, bahkan kualitas kesehatan semakin lebih baik.

Nugroho & Kristiani (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Batuk Efektif dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri mengungkapkan bahwa penerapan batuk efektif berpengaruh terhadap pengeluaran dahak pada pasien yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Jumlah pasien yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dahak sesudah mendapatkan latihan batuk efektif lebih sedikit dibandingkan sebelum mendapatkan latihan. B. Simpulan Setelah dilakukan tindakan keperawatan tentang penerapan batuk efektif pada Tn. N yang sedang mendapatkan perawatan di ruang Yudistira RSUD Kota Semarang mulai tanggal 5 April 2014, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 April 2014 menunjukkan bahwa Tn. N mengalami sesak nafas berulang, wheezing, rokhi, batuk kronis berdahak, hiperaktivitas bronkus, nyeri dada sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk jarum, serta produksi sputum tinggi dan sulit dikeluarkan. Tn. N juga mengalami penurunan berat badan (72 kg menjadi 68 kg; tinggi badan 165 cm), kurus, BMI rendah (25 kg/m 2 ), mual, muntah, dan anemia (Hb 10,6 g%mg/dl; leukosit 17.600; LED 100, hematokrit 31,1). 2. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan penumpukan sekret. 3. Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn. N adalah mengajari posisi semi flower, teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, membersihkan sekret dari mulut dan trakea penghisapan.

4. Tindakan dilakukan selama tiga hari, yaitu mengajari posisi semi flower, teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, membersihkan sekret dari mulut dan trakea penghisapan. Hasil evaluasi selama tiga hari setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah bersihan jalan nafas efektif yang diindikasikan dengan Tn. N tidak mengalami sesak nafas, sekret bisa keluar, dapat melakukan batuk efektif, serta tidak ada rokhi dan wheezing. Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis mengajukan saran bahwa untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penumpukan sekret pada pasien PPOK dapat diatasi dengan mengajari posisi semi flower, teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, membersihkan sekret dari mulut dan trakea penghisapan.