NoviaDwiAstuti Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NoviaDwiAstuti Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban"

Transkripsi

1 PENGARUH LATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP KEEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN PPOM DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. R. KOESMA TUBAN (Effect OfDeep BreathingAndCoughingExercisesEffectiveAgainstThe Effectiveness OfAirwayClearanceIn PatientsPPOMInInstallation InpatientHospital Dr.R.KoesmaTuban) NoviaDwiAstuti Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban ABSTRAK Penyakit paru obstruksi menahun sebagai masalah kesehatan yang menyebabkan angka kesakitan dan kecacatan pada paru. Yang ditandai batuk kronis disertai dahak dan sesak. Adapun faktor resiko diantaranya merokok dan pekerjaan yang berhubungan dengan faktor allergen. Angka kejadian penyakit paru di RSUD dr. R. Koesma Tuban 16,3% pasien PPOM. Karenanya penting tindakan pencegahan dengan. Dari survey awal 4 orang mampu mengeluarkan sekret dari jalan nafas dan 2 orang masih terdapat ronchi pada suara nafas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM di dr. R. Koesma Tuban. Desain penelitian ini adalah pra eksperimental dengan populasi 36 orang, sehingga didapatkan besar sampel 33 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan pengumpulan data menggunakan perlakuan dalam check list dan teknik observasi, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Mc nemar. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebelum perlakuan sebanyak 33 responden (100%), sedangkan responden yang bersihan jalan nafasnya efektif sesudah perlakuan sebanyak 25 responden (75,7%) dan yang tidak efektif sebanyak 8 responden (24,3%). Berdasarkan uji Mc nemar terdapat pengaruh terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM didapatkan nilai signifikasi kurang dari 0,05 (0,000). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada pengaruh keefektifan bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif, sehingga diharapkan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien PPOM agar dapat melakukan pencegahan untuk menurunkan tahanan saluran nafas dengan melakukan dan penting juga dukungan keluarga terutama pada pasien usia lanjut. Kata Kunci : Latihan Nafas Dalam, Batuk Efektif, Keefektifan Bersihan Jalan Nafas ABSTRACT Chronicobstructive pulmonary diseaseas ahealth problemthat causessubstantial morbidityanddisability inthe lung. Markedchroniccoughaccompanied byphlegmandshortness. Theriskfactorsincludesmokingand occupationalfactorsassociatedwithallergen. The incidence oflungdiseaseathospital dr.r.koesmatubanppom16.3%of patients. It is therefore importanttoexerciseprecautiondeep breathandcougheffectively. From theinitial survey4peopleable toremove secretionsfromthe airwayandthere are2peopleronchionbreath sounds. Therefore,this studyaimedtodetermine the effect ofdeep breathingandcoughingexerciseseffectiveagainstthe effectiveness ofairwayclearancein patientsppomininstallationinpatienthospital dr.r.koesmatuban. The designof this studyispre-experimental with a population of36people, so we geta largesample of33respondents. Sampling technique usingsimple random samplinganddata collectionusing thetreatmentin thecheck listandobservation techniques, while thestatistical testused ismcnemar. Based onthe results,respondentswhoexperienced apriorineffectiveairwayclearancetreatmentsas much as33respondents(100%), whilerespondentswereineffectiveairwayclearanceafter treatmentby 25respondents(75.7%) andwerenoteffectiveas much as8respondents(24.3 %). Based on themcnemartestcontainedbreathing exercisesinfluenceandeffective coughinthe effectivenessof airwayclearancein patientsppomobtainedsignificance valuelessthan0.05(0.000). The conclusion 288

2 ofthis studyisnoinfluence ofthe effectiveness ofairwayclearancebeforeand afterdeep breathingandcoughingexerciseseffectively, so expectnursesin providing nursing caretopatientsin order totake preventiveppomtodecreaseairwayresistanceby doingdeep breathingandcoughingexerciseseffectiveandimportantalsosupportfamilies, especially in elderly patients. Keywords: Deep BreathingExercises, EffectiveCough, The Effectiveness OfAirwayClearance PENDAHULUAN Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Di Indonesia sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas (Soeparman, 2010). Penyakit paru obstruksi menahun bukan suatu diagnosa, melainkan suatu kumpulan gejala klinik, di mana terdapat unsur obstruksi jalan nafas yang sifatnya menahun (Alsagaff & Amin, 1989) Penyakit paru obstruksi menahun adalah penyakit paru kronik yang di sebabkan oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif. Yang ditandai dengan batuk-batuk kronis disertai dahak dan sesak, nafas berbunyi akibat meningkatnya tahanan jalan nafas. Adapun faktor resiko diantaranya merokok dan pekerjaan yang berhubungan dengan faktor allergen (Mukty & Alsagaff, 1995). Karenanya penting penentuan diagnosa dini agar dapat dilakukan tindakan pencegahan untuk memperbaiki diagnosa dengan cara menurunkan tahanan saluran nafas diantaranya mencegah kontak allergen, menghilangkan bronkospasme, mengurangi sekresi mukus, memberantas infeksi dan melakukan rehabilitasi atau fisioterapi dengan latihan nafas dalam dan batuk efektif (Alsagaff & Amin, 1989). Insiden penyakit paru obstruksi menahun pada penduduk negeri Belanda ialah 10-15% dewasa pria, 5% dewasa wanita,5% pada anak (Mukty & Alsagaff, 1995). Penyakit 289 paru obstruksi menahun (PPOM) kini mulai diperhitungkan sebagai salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan tingginya angka kesakitan, kecacatan pada paru dan meningkatnya biaya pengobatan dari tahun ke tahun. Rerata angka kejadian PPOM di Jawa Timur 6,1%. Penderita PPOM kebanyakan berusia lanjut, terdapat gangguan mekanis dan pertukaran sistem pernafasan dan menurunnya aktivitas fisik pada kehidupan sehari-hari. SKRT Depkes RI 2011 menunjukan angka kematian PPOM menduduki peringkat ke 6 dari ke 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Dari data Medical Record di laporkan angka kejadian penyakit paru di RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada tahun 2012 sebanyak 2626 dengan 429 (16,3%) pasien PPOM. Dari survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Ruang Paru dan ICU RSUD dr. R. Koesma Tuban pada tanggal 30 agustus 2012 di dapatkan pasien PPOM sebanyak 6 orang yang semuanya mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan hanya dilakukan pemberian terapi farmakologi dengan pemberian obatobatan ekspektoransi dan mukolitik, setelah dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif sebanyak 4 orang mampu mengeluarkan sekret dari jalan nafas, frekuensi dan suara nafas normal sedangkan sebanyak 2 orang mampu mengeluarkan sekret dari jalan nafas tetapi masih terdapat ronchi pada suara nafas. Berdasarkan latar belakang di atas maka akan diteliti tentang

3 Pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM di dr. R. Koesma Tuban. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu teknik simple random sampling adalah pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara random atau acak. jika sampling frame kecil, nama bisa ditulis di secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul. Pada penelitian ini pemilihan sampel dengan cara menulis inisial nama atau kode calon responden pada secarik kertas sebanyak 36 responden kemudian dilipat kecil-kecil dan di taruh di kotak, diaduk diambil secara acak sebanyak 33 nama. Nama yang keluar itulah yang menjadi responden. Penelitian ini melakukan observasi menggunakan checklist dengan cara memberi tanda check ( ) pada daftar pernyataan tersebut yang menunjukkan adanya tanda dan gejala keefektifan bersihan jalan nafas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keefektifan bersihan jalan nafas pasien PPOM. HASIL PENELITIAN Karakteristik Demografi Responden Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di No Jenis Kelamin f Prosentase 1 Laki-laki 12 36,4 % 2 Perempuan 21 63,6 % Berdasarkan tabel 1 diketahui sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 21 (63,6%) dan hampir setengahnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 12 (36,4%). Tabel 2 DistribusiResponden Berdasarkan Umur di No Umur f Prosentase 1 <30 Tahun 5 15,1 % Tahun 2 6,1 % Tahun 4 12,1 % 4 >50 Tahun 22 66,7 % Berdasarkan tabel 2 diketahui sebagian besar berumur >50 tahun yaitu 22 (66,7%) dan rata rata umur 54 tahun. Umur termuda adalah 21 tahun dan umur tertua adalah 82 tahun. Tabel3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di No Pendidikan f Prosentase 1 Tidak Sekolah 8 24,2 % 2 SD 8 24,2 % 3 SMP 7 21,3 % 4 SMA 8 24,2 % 290

4 5 PT 2 6,1 % Berdasarkan tabel 3 diketahui sebagian kecil berpendidikan PT yaitu 2 (6,1%). Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di No Pekerjaan f Prosentase 1 Tidak Bekerja 11 33,3 % 2 Tani 14 42,4 % 3 Wiraswasta 6 18,2 % 4 PNS 2 6,1 % Berdasarkan tabel 4 diketahui hampir setengahnya pekerjaannya tani yaitu 14 (42,4%) dan sebagian kecil pekerjaannya PNS yaitu 2 (6,1%). Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Sebelum Dilakukan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Pada Pasien PPOM di No Keefektifan Bersihan f Prosentase Jalan Nafas 1 Efektif 0 0 % 2 Tidak efektif % Berdasarkan tabel 5 diketahui seluruhnya mengalami ketidakefeketifan bersihan jalan nafas sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif. Tabel 6 DistribusiResponden Berdasarkan Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Sesudah Dilakukan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Pada Pasien PPOM di No Keefektifan Bersihan f Prosentase Jalan Nafas 1 Efektif 25 75,7 % 2 Tidak efektif 8 24,3 % Berdasarkan tabel 6 diketahui hampir seluruhnya bersihan jalan nafasnya menjadi efektif sesudah batuk efektif yaitu 25 (75,7%) dan sebagian kecil tidak efektif yaitu 8 (24,3%). Tabel 7 KeefektifanBersihan Jalan Nafas Pada Pasien PPOM Berdasarkan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Pada Pasien PPOM di Latihan Nafas Dalam dan batuk Efektif Sebelum perlakuan (pre test) Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Efekti f 33 0 (0%) (100% ) Jumla h 33 (100% ) 291

5 Sesudah perlakuan (post test) 25 (75,7% ) 8 (24,3 %) Mc nemar dengan nilai significant = 0,000 n = (100% ) Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 33 (100%) responden, seluruhnya mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif. Hampir seluruh responden bersihan jalan nafas menjadi efektif sesudah dilakukan sebesar 25 (75,7%) dan sebagian kecil tidak efektif sebesar 8 (24,3%). Keefektifan bersihan jalan nafas sesudah diberi pelakuan lebih efektif daripada sebelum diberi perlakuan. ANALISIS DATA PENELITIAN Berdasarkan uji statistik diatas didapatkan nilai signifikan 0,000. Karena angka tersebut dibawah 0,05 maka Ho ditolak berarti ada pengaruh terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM. PEMBAHASAN 1. Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Sebelum Dilakukan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif seluruhnya mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas 100%. Menurut Perry & Potter (2005) ketidakefektifan besihan jalan nafas merupakan keaadaan individu tidak mampu mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Menurut Price (1992) orang dewasa normal membentuk mukus sekitar 100 ml dalam saluran nafas setiap hari, mukus ini di angkat menuju faring oleh gerakan pembersihan normal dari silia yang membatasi saluran pernafasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan maka proses normal pembersihan tidak efektif lagi, akhirnya mukus tertimbun, sekret atau eksudat yang tertahan akan menimbulkan obstruksi bronkus instrisik, bila tidak mendapatkan tindakan dan penanganan akan menimbulkan atelektasis absorpsi. Seluruh responden di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebelum batuk efektif, hal ini di karenakan selama ini penanganan pasien PPOM hanya dilakukan pengelolaan umum dengan pemberian terapi farmakologi dan belum pernah dilakukan terapi non farmakologi (rehabilitasi atau fisioterapi) untuk membantu pengeluaran sekret, karena obatobatan hanya berfungsi untuk mengurangi produksi lendir tidak untuk membantu pengeluaran sekret. Karena itu selain dilakukan pengelolaan umum penting juga dilakukan pengelolaan khusus untuk membantu mempercepat menangani ketidakefektifan bersihan jalan nafas. 2. Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Sesudah Dilakukan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM sesudah batuk efektif hampir seluruhnya menjadi efektif 75,7% sedangkan sebagian kecil tidak efektif 24,3%. 292

6 Menurut Kozier (2005) ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau sumbatan dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas. Menurut Carpenito (1999) penatalaksanaan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah menginstruksikan individu untuk melakukan metode batuk efektif, mengkaji adanya program analgesik, membebat insisi abdomen atau dada dengan tangan, bantal atau keduanya, mempertahanan hidrasi yang adekuat jika tidak ada kontraindikasi, mempertahanan kelembapan udara inspirasi adekuat, merencanakan periode istirahat, menghisap sekret dari jalan nafas sesuai kebutuhan, memberikan lingkungan yang lembab. Menurut Jenkins (2006) batuk efektif dan nafas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang di mulai dari ekspirasi, yang bertujuan: merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume paru, memfasilitasi pembersihan saluran nafas. Menurut Perry & Potter (2005) instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan pengeluaran sekret. Klien yang mengalami penyakit pulmonal kronik, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi saluran nafas bawah harus di dorong untuk nafas dalam dan batuk sekurang-kurangnya setiap dua jam terjaga. Klien yang memiliki sputum dalam jumlah besar harus didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan setiap dua jam sampai tiga jam saat tidur sampai fase akut produksi lendir berakhir. 293 Hampir setengah responden di dr. R. Koesma Tuban bersihan jalan nafas menjadi efektif sesudah dilakukan hal ini dikarenakan batuk dan nafas dalam dengan cara yang benar pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal oleh karena itu selain terapi farmakologi penting sekali kita melakukan pengelolaan khusus dengan dalam melaksanakan asuhan keperawatan setiap hari untuk membantu pengeluaran sekret dari jalan nafas. Sebanyak 33 pasien masih didapatkan 8 pasien bersihan jalan nafas tidak efektif hal ini disebabkan faktor usia dimana semakin tua maka akan terjadi penurunan fisik yang menyebabkan fungsi paru juga menurun sehingga dalam pelaksanaan sputum tidak bisa keluar secara maksimal. Rata - rata usia responden yaitu 54 tahun dimana dengan proses aging akan terdapat kelemahan pada otot - otot pernafasan sehingga latihan nafas dalam dan batuk efektif kurang maksimal dilaksanakan. 3 Pengaruh Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Sebelum dan Sesudah dilakukan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Pada Pasien PPOM di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Koesma Tuban Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif seluruhnya mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas 100% Sedangkan sesudah batuk efektif hampir seluruhnya

7 menjadi efektif 75,7% dan sebagian kecil tidak efektif 24,3%. Dari hasil SPSS versi 11,5 for windows dengan menggunakan uji Mc Nemar dengan taraf signifikasi 0,05 didapatkan p = 0,000 menunjukan probabilitas dibawah 0,05 (0,000 < 0,05), dengan demikian Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM Menurut Judith & Nancy ( 2013) ketidakefektifan pembersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih. Menurut Price (1992) orang dewasa normal membentuk mukus sekitar 100 ml dalam saluran nafas setiap hari, mukus ini di angkat menuju faring oleh gerakan pembersihan normal dari silia yang membatasi saluran pernafasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan maka proses normal pembersihan tidak efektif lagi, akhirnya mukus tertimbun, sekret atau eksudat yang tertahan akan menimbulkan obstruksi bronkus instrisik, bila tidak mendapatkan tindakan dan penanganan akan menimbulkan atelektasis absorpsi. Menurut Alsagaff & Amin (1989) dasar-dasar pengelolaan umum pasien PPOM diantaranya mengurangi sekresi mukus dengan cara menghindari faktor allergen, obat anti kolinergik, ekspektoran dan mukolitik. Ekspektoran oral kecuali glyceril guaicolat dalam dosis tinggi hanya mempunyai nilai sedikit saja. Obat ini mengandung histamin mukolitik malahan menyebabkan kekentalan dahak. Sedangkan obat yang paling sering dipakai adalah acetyl cystein dan bromheksin. 294 Acetylcystein yang diberikan oral memberikan efek mukolitik yang cukup banyak efek samping dibandingkan aerosol yang sering menimbulkan bronkospasme (Mukty & Alsagaff, 1989). Menurut Alsagaff & Amin (1989) adapundasar-dasar pengelolaan khususpadapasien PPOM diantaranya : drainage postural, perkusi dada,, Eexercise reconditioning danoxygen supportive excercise. Menurut Brunner & Suddarth (2002) tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi bernafas. Menurut Perry & Potter (2005) batuk merupakan reflek untuk membersihkan, trakea, bronkus dan paru-paru untuk melindungi organorgan tersebut dari iritan dan sekresi. Karina, titik bifukasi pada batang utama bronkus kanan dan kiri, merupakan daerah yang paling peka untuk memproduksi batuk. Menurut Jenkins (2006) batuk efektif dan nafas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang di mulai dari ekspirasi, yang bertujuan: merangsang terbukanya sistem kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, maningkatkan volume paru, memfasilitasi pembersihan saluran nafas. MenurutPerry & Potter (2005) instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk

8 memudahkan pengeluaran sekret. Klien yang mengalami penyakit pulmonal kronik, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi saluran nafas bawah harus di dorong untuk nafas dalam dan batuk sekurang-kurangnya setiap dua jam terjaga. Klien yang memiliki sputum dalam jumlah besar harus didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan setiap dua jam sampai tiga jam saat tidur sampai fase akut produksi lendir berakhir. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban. Hal ini dikarenakan pada pasien PPOM sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif mukus yang berlebihan akan tertimbun pada saluran pernafasan sehingga proses normal pembersihan tidak efektif lagi oleh karena itu selain pemberian terapi farmakologi, penting juga dilakukan dikarenakan dengan latihan nafas dalam dan batuk efektif dapat merangsang terbukanya sistem kolateral dan meningkatkan volume paru sehingga dapat memfasilitasi pengeluaran sekret. Maka dari itu kemauan dan kesadaran tenaga kesehatan sangat di perlukan dalam melakukan asuhan keperawatan. Akan tetapi faktor usia juga berpengaruh terutama pada usia lanjut, hal ini dikarenakan orang yang lebih tua kondisi fisiknya sudah mulai menurun sehingga dalam pelaksanaan latihan nafas dalam dan batuk efektif juga kurang maksimal yang berpengaruh pada pengeluaran sputum. SIMPULAN DAN SARAN 295 SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Seluruhnya pasien PPOM mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebelum batuk efektif di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban. 2. Sebagian besar pasien PPOM bersihan jalan nafas menjadi efektif sesudah dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban. 3. Ada pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban dengan nilai signifikan 0,000. SARAN Saran bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien PPOM dan peneliti mampu menerapkan ilmu yang didapat dalam rangka mengaplikasikan dalam bentuk penelitian nyata. Serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. Saran bagi tenaga kesehatan,diharapkandi ruangan senantiasa memberikan penyuluhan pada pasien PPOM cara melakukan dan hendaknya perawat pelaksana lebih menekankan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien PPOM dengan mendemontrasikan latihan nafas dalam dan batuk efektif dari pada hanya dengan pemberian terapi farmakologi.

9 Saran bagi Institusi Akademik diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan kurikulum dan meningkatkan kualitas para peserta didik. Saran bagi masyarakat diharapkandapatdijadikanreferensipem ilihan alternatif dalammengatasikeefektifanbersihanjal annafaspadapasien PPOM. DAFTAR PUSTAKA 1. Amin & Alsagaff Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. 2. Arief, Mansur Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. 3. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 4. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian, Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta. 5. Brunner &Suddarth Bedah Buku Ajar Medikal Vol 1 ( Edisi 8). Jakarta : EGC. 6. Carpenito, Lynda Juall Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. 7. Jenkins Panduan Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif. ( batukefektif.ac.id), diakses tanggal 25 November Judith & Nancy Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 9. Kozier Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 10. Mukty & Alsagaff Dasar- Dasar Ilmu Penyakit Paru.Surabaya: Airlangga University Press. 11. Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 12. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 13. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 14. Potter & Perry Fundamental Keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. 15. Price, Wilson Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 16. Soeparman Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 17. Sugiono Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: Albeta. 18. Sulaiman, Wahid Statistik Non Parametrik. Jakarta: ANDI. 19. West, John B Pulmonary Pathophysiology. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 296

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

RINGKASAN EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONI DI RUANG ANAK RSUD.

RINGKASAN EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONI DI RUANG ANAK RSUD. RINGKASAN EFEKTIFITAS FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGATASI MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONI DI RUANG ANAK RSUD. DR. MOH. SOEWANDHI SURABAYA Oleh : Gita Marini-Fakultas

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Mahar Ranum Ayuningtyas 1 Abdul Muhith 2 * ) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Effective Cough Technique Counseling Toward to Decrease Sign and Symptoms Pulmonary Tuberculosis Patients) Roihatul

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Latihan batuk efektif merupakan aktifitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan mobilisasi sekresi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DM TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DM DI CLUB DIABETES MELITUS * Dosen Akper William Booth, Aristina Halawa, halawaaristina@yahoo.co.id ** Dosen Akper William

Lebih terperinci

PENGARUH RANGE OF MOTION PASIF TERHADAP PENUMPUKAN SPUTUM PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENVILE DAN TERATAI RSUD Dr.

PENGARUH RANGE OF MOTION PASIF TERHADAP PENUMPUKAN SPUTUM PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENVILE DAN TERATAI RSUD Dr. PENGARUH RANGE OF MOTION PASIF TERHADAP PENUMPUKAN SPUTUM PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENVILE DAN TERATAI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN Ilkafah*, Sriami**.......ABSTRAK....... Pasien yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010

PENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010 PENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010 Suratun 1, Erni Rahayu 2 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru

Lebih terperinci

PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP EKSPEKTORASI SPUTUM DAN PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PENDERITA PPOK DI RSP DUNGUS MADIUN

PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP EKSPEKTORASI SPUTUM DAN PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PENDERITA PPOK DI RSP DUNGUS MADIUN PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP EKSPEKTORASI SPUTUM DAN PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PENDERITA PPOK DI RSP DUNGUS MADIUN (The Effect of Chest Physiotherapy toward Expectorated Sputum and the Increase

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR ARMARETA MALACOPPO Infeksi saluran kemih merupakan 40 % dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai masa keemasan (golden period), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

Suhartono Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban ABSTRAK

Suhartono Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban ABSTRAK ABSTRAK PENGARUH TERAPI CLAPPING DAN POSTURAL DRAINASE TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA PASIEN PPOK (PENYAKIT PERNAPASAN OBSTRUKSI KRONIK) DI RUANG MAWAR RSUD DR. R KOESMA TUBAN (Influence Of Clapping

Lebih terperinci

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan MAKALAH BATUK EFEKTIF 1. Batuk Efektif 1.1 Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT Nasrul Hadi Purwanto Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : nasrulraza@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: TATIK KURNIANINGSIH 201110201133 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG Iis Sriningsih* ), Dhani Afriani** ) *) Dosen Prodi DIV Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperresponsif yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,

Lebih terperinci

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO KARYA ILMIAH AKHIR NERS Disusun

Lebih terperinci

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni INTISARI PENGARUH LATIHAN PASIF EXTREMITAS BAWAH TERHADAP PEMULIHAN KESADARAN PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI GENERAL DI RUANG PULIH SADAR RUMAH SAKIT TENTARA SLAMET RIYADI SURAKARTA Budi Setyono,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN KEPATUHAN KONTROL PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BAPTIS KEDIRI

PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN KEPATUHAN KONTROL PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BAPTIS KEDIRI Jurnal STIKES Vol. 9, No.2, Desember 2016 PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN KEPATUHAN KONTROL PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BAPTIS KEDIRI KNOWLEDGE, MOTIVATION AND CONTROL COMPLIANCE

Lebih terperinci

Roihatul Zahroh*, Rivai Sigit Susanto**

Roihatul Zahroh*, Rivai Sigit Susanto** Volume 08, Nomor 01, Juni 2017 Hal. 37-44 EFEKTIFITAS POSISI SEMI FOWLER DAN POSISI ORTHOPNEA TERHADAP PENURUNAN SESAK NAPAS PASIEN TB PARU Effectiveness of Semi Fowler Position And Orthopnea Position

Lebih terperinci

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Rakhma Nora Ika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman. Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman. Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer (Versitaria dan Kusnoputranto, 2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA Disusun Oleh : Saputra Aji Hasmana J 100 090 064 Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ISPA DI DESA PUCUNG EROMOKO WONOGIRI

PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ISPA DI DESA PUCUNG EROMOKO WONOGIRI PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ISPA DI DESA PUCUNG EROMOKO WONOGIRI Oleh : Dinar Ariasti 1,Sri Aminingsih 2,Endrawati 3 Abstract Background: In the Indonesian

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL 2 Ana Triwijayanti ABSTRAK Terapi oksigen merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42 KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MUCHSON, YETTI OKTAVIANINGTYAS K, AYU WANDIRA INTISARI

Lebih terperinci

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI PENYAKIT Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisioterapi merupakan sebuah profesi yang dinamis dengan dasar teori dan aplikasi klinik yang luas untuk memelihara, mengembangkan, dan memulihkan fungsi fisik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK...

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK... HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN KARIES GIGI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI DUSUN SUMBERPANGGANG DESA LOPANG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Karies gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Penyakit asma menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI Oleh; Sulistyarini 1), Basuki Rohmat 2) 1) Staf Pengajar STIKES An

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Nurhafizah* Erniyati** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Tema : Teknik Batuk Efektif Sasaran : 6 orang pasien dengan gangguan sistem pernafasan dan keluarga jaga. Hari/tanggal : Sabtu/5 Oktober 20013 Waktu : 10.00 10.40 WIB (40

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es GASTER, Vol. 7, No. Agustus (56-573) PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN STIMULASI SARAF ELEKTRIK TENS DAN TERAPI ES TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN SIMPLE FRAKTUR DIRUANG PREMEDIKASI INSTALASI BEDAH

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Dwi Helynarti, S.Si *) Abstrak Kanker serviks uteri merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI HERNIA DI RSUD WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi DIAN APRIANTO NIM : 08.0263.S

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN : TERDAPAT PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Satriyo Agung, Annisa Andriyani, Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit progresif yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang masuk terjadi secara ireversibel, Sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan adanya trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Novita Fitrianingrum, Ati ul Impartina, Diah Eko Martini.......ABSTRAK.......

Lebih terperinci

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

Diah Eko Martini ...ABSTRAK... PERBEDAAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR YANG MENDAPATKAN PERAWATAN MENGGUNAKAN KASSA KERING DAN KOMPRES ALKOHOL DI DESA PLOSOWAHYU KABUPATEN LAMONGAN Diah Eko Martini.......ABSTRAK....... Salah

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM:

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM: STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. A YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO. STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO Ika Suhartanti *) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN Desri Natalia Siahaan*, Mula Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG A. Pelaksanaan Inovasi Keperawatan a. Pengertian Pendidikan kesehatan dan pelatihan mengenai pengetahuan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT( ISPA ) PADA BALITA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT( ISPA ) PADA BALITA GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT( ISPA ) PADA BALITA Sugihartiningsih dan Lis Hartanti Prodi DIII Keperawatan Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta ning71@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT PENELITIAN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT Heni Apriyani* *Dosen Prodi Keperawatan Kotabumi Poltekkes Tanjungkarang Salah satu kegiatan yang penting dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci