BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Semarang berdiri pada 2 Mei 1547 merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia, dan menjadi ibukota Provinsi di Jawa Tengah. Kota dengan julukan Kota Atlas (Aman Tertib Lancar Asri Sehat) dan slogannya Setara (Semarang Kota Sejahtera) ini, terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang memiliki luas pantai sepanjang 36,63 KM, potensi bidang perikanannya meliputi perikanan laut, dan perikanan darat. Posisi Kota Semarang sangat strategis yakni berada di tengah jalur Jakarta Surabaya. Penduduk Kota Semarang berjumlah 1.629.924 jiwa dengan luas wilayah 373,67 km 2. Batas wilayah Kota Semarang sebelah utara Laut Jawa, sebelah Timur Kabupaten Demak (Kecamatan Sayung), sebelah selatan Kabupaten Semarang (Kecamatan Ungaran Barat), sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal. Secara administratif Kota Semarang terbagi dalam 16 Kecamatan dan 177 kelurahan.salah satu dari Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Tugu yang mempunyai 7 Kelurahan diantaranya Kelurahan Jrakah, Tugurejo, Karanganyar, Randugarut, Mangkang Wetan, Mangkang Kulon, dan Mangunharjo. Kecamatan Tugu berada di atas permukaan laut, bahkan salah satu kelurahannya yaitu Mangunharjo berada di wilayah pantai. 57
58 Kelurahan Mangunharjo merupakan lokasi penelitian, dengan jumlah penduduk sebanyak 5702 jiwa. Kelurahan Mangunharjoberada di wilayah pantai dan banyak dari penduduk setempat memanfaatkan laut sebagai mata pencaharian yaitu sebagai nelayan secara turun temurun.khususnya pada Rw.5 yang terdiri dari 3 Rt dengan jumlah penduduk sebanyak 150 mata pencaharian sebagai nelayan.fenomena yang ada bahwa masyarakat yang bermukim di kawasan ini memiliki ketergantungan sumber alam yaitu laut sebagai tempat mancari ikan,sungai dan muara sebagai tempat menambat perahu dan keluar masuknya perahu ke laut. B. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian dalam penelitian ini meliputi umur, alamat, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga yang ditanggung, dan kepemilikan rumah. 1. Umur Deskripsi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur Jumlah Responden Presentase (%) 21 30 8 13,3 31 40 13 21,7 41 50 12 20 51 60 14 23,3 61 70 11 18,3 71 80 2 3,3 Sumber : Data Penelitian, Januari 2016
59 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa 60 responden yang diteliti mempunyai rata-rata umur responden adalah 45,5 tahun, umur termuda 21 tahun dan umur tertua 74 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang menjadi penelitian ini semuanya adalah orang dewasa dan seorang kepala keluarga. 2. Alamat Distribusi responden / masyarakat berdasarkan alamat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Alamat Alamat Jumlah responden Presentase (%) Rt. 1 / Rw. 5 17 28,3 Rt. 2 / Rw. 5 23 38,3 Rt. 3 / Rw. 5 20 33,3 Sumber : Data Penelitian, Januari 2016 Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi alamat diatas, diketahui responden Rt.1 / Rw.5 berjumlah 17 responden dengan presentase 28,3%. Sedangkan Rt. 2 / Rw. 5 responden berjumlah 23 orang dengan presentase sebesar 38,3%. Dan pada Rt. 3 / Rw. 5 jumlah responden sebanyak 20 orang dengan presentase 33,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa responden bertempat tinggal dalam satu wilayah yaitu di Rw.5 kelurahan Mangunharjo Tugu Semarang. 3. Pendidikan Terakhir Distribusi responden / masyarakat berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
60 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Presentase (%) SD 39 65 SMP 19 31,7 SMA 2 3,3 Sumber : Data Penelitian, Januari 2016 Berdasarkan tabel 4.3 distribusi ferkuensi diatas diketahui pendidikan terakhir SD paling banyak dengan jumlah responden 39 presentase 65% dan yang paling sedikit adalah SMA dengan jumlah responden 2 presentase 3,3%. 4. Jumlah Anggota Keluarga yang di Tanggung Distribusi responden / masyarakat berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang di Tanggungdalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga yang di Tanggung Anggota keluarga Jumlah Responden Presentase (%) 2 14 23,3 3 19 31,7 4 19 31,7 5 7 11,7 6 1 1,7 Sumber : Data Penelitian, Januari 2016 Berdasarkan tabel 4.4 distribusi frekuensi diatas diketahui jumlah anggota keluarga yang ditanggung rata rata 3 4 jiwa, yang terdiri dari ayah,ibu,anak 1 maupun anak 2.
61 5. Kepemilikan Rumah Distribusi responden / masyarakat berdasarkan kepemilikan rumah yang di Tanggung dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepemilikan Rumah Kepemilikan rumah Jumlah Responden Presentase (%) Sewa 0 0 Sendiri 47 78,3 Tinggal dengan saudara 13 21,7 Sumber : Data Penelitian, Januari 2016 Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi kepemilikan rumah diatas, paling banyak responden sudah memiliki rumah sendiri, yaitu berjumlah 47 responden dengan presentase 78,3 % dan 13 responden lainnya masih tinggal bersama saudara. 6. Pendapatan Distribusi responden / masyarakat berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan yang dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Rata Rata Per Bulan Responden / Masyarakat Pendapatan Frekuensi Persen 1.700.000 1 1,7 1.800.000 2 3,3 2.100.000 2 3,3 2.800.000 1 1,7 3.000.000 33 55,0 3.100.000 1 1,7
62 Pendapatan Frekuensi Persen (%) 3.500.000 1 1,7 3.600.000 1 1,7 3.800.000 2 3,3 4.300.000 5 8,3 4.600.000 7 11,7 6.000.000 1 1,7 6.200.000 3 5,0,0 Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Berdasarkan tabel 4.6 distribusi frekuensi pendapatan ratarata keluarga per bulan diatas, diketahui bahwa pendapatan minimalnya adalah 1.700.000 dengan presentase sebesar 1,7%, sedangkan pendapatan maksimalnya yaitu 6.200.000 dengan presentase sebesar 5%. Rata rata 55% pendapatan sebagai seorang nelayan per bulannya adalah 3.000.000 rupiah, jika dihitung rata-rata penghasilan sehari adalah 100.000 rupiah. Bila dijumpai pendapatan yang kurang dari 3.000.000 dikarenakan faktor usia yang menyebabkan berkurangnya waktu untuk melaut. Dan jika pendapatan diatas 3.000.000 maka disebabkan adanya anggota keluarga lain yang berkontribusi dalam pendapatan keluarga. 7. Pengeluaran Responden Distribusi responden / masyarakat berdasarkan pengeluaran rata-rata per bulan yang dapat dilihat dari tabel berikut ini.
63 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rata-rata Keluarga Per Bulan Responden Pengeluaran Frekuensi Persen (%) 900.000 1 1,7 1.250.000 2 3,3 1.350.000 1 1,7 1.400.000 1 1,7 1.420.000 1 1,7 1.500.000 1 1,7 1.600.000 1 1,7 1.900.000 1 1,7 2.500.000 1 1,7 2.600.000 5 8,3 2.650.000 6 10,0 2.700.000 6 10,0 2.750.000 6 10,0 2.800.000 5 8,3 2.850.000 10 16,7 2.900.000 2 3,3 2.950.000 3 5,0 3.000.000 2 3,3 3.050.000 3 5,0 3.350.000 1 1,7 3.500.000 1 1,7 Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi pengeluaran keluarga per bulan diatas pengeluaran minimal sebesar 900.000 dengan jumlah presentase 1,7%, jika pengeluaran maksimalnya yaitu 3.500.000 dengan jumlah presentase sebesar 1,7%. Pengeluaran rata-rata per bulan sangat bervariasi dari satu keluarga dengan yang lainnya berbeda namun 16,7% keluarga yang pengeluaran rata-rata per bulannya Rp. 2.850.000. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula pengeluaran keluarga.
64 C. Analisis Univariat 1. Distribusi responden berdasarkan sikap Distribusi frekuensi sikap tentang kesiapan nelayan dalam menghadapi Jaminan Sosial Kesehatan (JKN) diukur dengan 17 pertanyaan dari kuesioner sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden / Masyarakat No Pertanyaan 1 BPJS merupakan program jaminan kesehatan dari pemerintah 2 BPJS dapat meringankan beban biaya kesehatan bagi masyarakat. 3 BPJS merupakan bagian dari Sistem Jaminan So-sial Nasional (SJSN). 4 BPJS dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. 5 Apakah anda setuju dengan adanya program BPJS? 6 Semenjak ada BPJS masyarakat menjadi lebih peduli akan kesehatannya. 7 BPJS dapat menghilangkan kesenjangan sosial dalam pelayanan kesehatan. 8 Proses pembiayaan/pembayaran premi BPJS mudah. 9 Dalam BPJS peserta yang mampu dapat membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. 10 Jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Kurang Tidak Setuju setuju setuju F % F % f % 59 98,3 - - 1 1,7 57 95 - - 3 5 59 98,3 1 1,7 - -
65 No Pertanyaan 11 Dana yang dikumpulkan dari masyarakat akan di manfaatkan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta. 13 Cara pendaftaran BPJS mudah dipahami. 14 Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama (dokter keluarga maupun Puskesmas). Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama 15 BPJS dapat memeratakan dokter/ fasilitas kesehatan di seluruh tanah air. 16 Tarif pelayanan kesehatan di semua wilayah menjadi sama. Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Setuju Dari tabel 4.8 diatas didapatkan hasil. Kurang setuju Tidak setuju f % f % f % 7 11,7 53 88,3 - - 42 70 17 28,3 1 1,7 Berdasarkan distribusi frekuensi sikap menyatakan bahwa 100% responden setuju bahwa BPJS merupakan program jaminan kesehatan dari pemerintah dan BPJS merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), responden pun setuju dengan adanya program BPJS karena dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, BPJS dapat menghilangkan kesenjangan sosial dalam pelayanan kesehatan, BPJS dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
66 memeratakan dokter/ fasilitas kesehatan dan tarif di seluruh tanah air, Semenjak ada BPJS masyarakat menjadi lebih peduli akan kesehatannya, Dana yang dikumpulkan dari masyarakat akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta, dan BPJS kesehatan dianggap penting dalam investasi kesehatan dari sekarang hingga akhir hidup. Terdapat 88,3 % responden menjawab kurang setuju dengan cara pendaftaran BPJS yang mudah dipahami dengan alasan mereka tidak pernah mendapatkan informasi yang jelas mengenai program BPJS tersebut. Sebanyak 18 responden atau 3% dari 60 responden yang menjawab tidak setuju pada pernyataan peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (dokter keluarga). Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pada intinya mereka kurang setuju dengan adanya sistem berjenjang karena dirasa berbelit, dan terlalu lama dalam proses pengobatan. Sebanyak 3 responden atau 5% dari 60 responden menjawab tidak setuju pada pernyataan proses pembiayaan / pembayaran premi mudah. Alasan responden tidak setuju karena jarak antara tempat tinggal dengan ATM tidak dekat. Hasil uji normalitas terhadap variabel sikap pada kolom kolmogorov-smirnov diketahui nilai signifikan variabel sikap terhadap
67 pelayanan 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan variabel sikap berdistribusi tidak normal. Dengan median 17, minimal 16, maksimal 22 dan standar devisiasi= 0,9. Sehingga skoring dapat dikategorikan menjadi: Kategori kurang = x < median 1SD = x < 17 0,9 = x < 16,1 Kategori cukup = median 1SD < median + 1SD = 17 0,9 < 17 + 0,9 = 16,1-17,9 Kategori baik = x > median + 1SD = x > 17 + 0,9 = x > 17,9 Berdasarkan pernyataan responden berdasarkan sikap nelayan terhadap kesiapan JKN didapat data sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap nelayan terhadap JKN No Sikap nelayan terhadap JKN Distribusi Frekuensi Jumlah (%) 1 Kurang 20 33,3 2 Cukup 33 55 3 Baik 7 11,7 Jumlah 60 100 Sumber : Data Primer Diolah,2016 Berdasarkan tabel 4.9 tersebut, diketahui bahwa pada variabel sikap, jawaban responden sebagian besar terdapat pada kategori cukup, ditunjukkan dengan presentase sebesar 55%.
68 2. Distribusi responden berdasarkan niat Distribusi frekuensi niat terhadap kesiapan nelayan dalam menghadapi Jaminan Sosial Kesehatan (JKN) diukur dengan 8 pertanyaan dari kuesioner sebagai berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Niat Responden / Masyarakat No Pertanyaan 1 Sebagai seorang nelayan dengan tingkat resiko terhadap kesehatan tinggi, saya akan bergabung deng BPJS karena BPJS memberikan solusi terbaik dalam menjamin kesehatan saya. 2 Saya mampu membayar iuran / premi BPJS per bulannya sehingga saya akan bergabung dengan BPJS. 3 Saya akan bergabung dengan BPJS karena cara nya mudah. 4 Saya ingin bergabung dengan BPJS untuk investasi kesehatan bagi saya dan keluarga saya. 5 Saya ingin bergabung dengan BPJS karena akses pelayanan BPJS mudah. 6 Saya ingin bergabung dengan BPJS karena claimnya mudah. 7 Saya ingin bergabung dengan BPJS karena BPJS memberikan banyak manfaat bagi saya dan keluarga. 8 Saya ingin bergabung dengan BPJS karena tidak ada perbedaan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan antara yang kaya dan miskin. Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Setuju Kurang setuju Tidak setuju F % f % f % 5 98,3 1 1,7 - - 9 3 1 51,7 29 48,3 - - 7 11,7 53 88,3 - - 6 0 100 - - - - 58 96,7 2 33 - -
69 Dari tabel 4.10 diatas didapatkan hasil 60 responden setuju atau berniat bergabung dengan BPJS karena claimnya mudah, bermanfaat bagi saya dan keluarga, tidak ada perbedaan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan antara yang kaya dan miskin, dan sebagai investasi kesehatan bagi saya dan keluarga. Terdapat 88,3% responden kurang setuju jika bergabung dengan BPJS karena mereka menganggap cara / prosedur pendaftarannya tidak mudah. Terdapat 29 responden atau 48,3% responden kurang berniat bergabung dengan BPJS jika harus membayar premi yang sudah ditetapkan tersebut. karena mereka merasa tidak mampu. Hasil uji normalitas terhadap variabel niat pada kolom kolmogorov smirnov diketahui nilai signifikan variabel niat 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan variabel niat berdistribusi tidak normal. Dengan median 9, nilai minimum 8, maksimal 11, dan standar devisiasi= 0,71. Sehingga sesuai penilaian / skoring dapat dikategorikan menjadi : Kategori kurang = X < median 1SD = X < 9 0,71 = X < 8,29 Kategori cukup = median 1SD < median + 1SD = 9 0,71 < 9 + 0,71 = 8,29 9,71 Kategori baik = X > median + 1SD = X > 9,71 + 0,71 = X > 9,71
70 Berdasarkan pernyataan responden berdasarkan niat nelayan terhadap JKN didapat data sebagai berikut: Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Niat Nelayan terhadap JKN No Niat nelayan terhadap JKN Distribusi Frekuensi Jumlah (%) 1 Kurang 6 10,0 2 Cukup 25 41,7 3 Baik 29 48,3 Jumlah 60 100 Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.11 tersebut, diketahui bahwa pada variabel niat, jawaban responden sebagian besar terdapat pada kategori baik, ditunjukkan dengan presentase sebesar 48,3%. 3. Distribusi responden berdasarkan ATP (Ability To Pay) Berdasarkan ATP atau kemampuan responden untuk menghitung pendapatan rata-rata per bulan sehingga dapat mengukur kesiapan nelayan dalam menghadapi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) didapatkan data sebagai berikut: Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan. Pendapatan Frekuensi Presentase (%) 0 1.900.000 3 5 2.000.000-3.900.000 41 68.3 4.000.000 5.900.000 6.000.000 7.900.000 12 4 20 6,7 Jumlah 60 100 Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa ratarata pendapatan responden sebesar Rp. 3.000.000. Pendapatan minimumnya berkisar antara 0 1.900.000 sebanyak 5% dan
71 pendapatan maksimum berkisar antara 6.000.000 sampai dengan 7.900.000 sebanyak 6,7%. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pengeluaran Total Pengeluaran Frekuensi Presentase (%) 0 1.000.000 1 1,7 1.100.000 2.000.000 8 13,3 2.100.000 3.000.000 3.100.000 4.000.000 46 5 76,7 8,3 Sumber : Data Primer Diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.13diatas dapat diketahui bahwa rata rata pengeluaran responden yaitu sebesar 2.750.000. pendapatan minimum berkisar 0 1.000.000 sebanyak 1,7% dan pendapatan maksimum berkisar antara 3.100.000 4.000.000 yaitu sebanyak 8,3%. Cara menghitung ATP atau kemampuan responden untuk mengukur kesiapan dalam menghadapi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dengan menggunakan rumus 5% x CTP. CTP dapat diperoleh dari perhitungan pengeluaran esensial non pangan (biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya melaut, pakaian, perawatan pribadi, dan rekreasi) ditambah pengeluaran pangan non esensial (makanan/minuman jadi, rokok / tembakau dan sirih). Berikut merupakan hasil perhitungan tersebut: Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Perhitungan ATP (Atability To Pay) Nominal Frekuensi Presentase 0 70.000 5 8,3 71.000 140.000 33 55
72 Nominal Frekuensi Presentase 141.000 210.000 22 36,7 Total 60 100 Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.14 diatas 55% sisa pendapatan keluarga per bulan responden berkisar 71.000 sampai dengan 140.000 dan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden masih memiliki sisa pendapatan diluar dari pengeluaran esensial non pangan yang diantaranya biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya melaut, pakain, perawatan pribadi, rekreasi dan pengeluaran non esensial yang diataranya makanan/minuman jadi, rokok/tembakau, sirih, pesta/ sumbangan. Untuk mengukur kesiapan dalam menghadapi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) Berikut merupakan tabel perhitungan kemampuan responden dalam memilih kelas BPJS. Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Kategori Kemampuan Responden / Masyarakat dalam Memilih Kelas BPJS Kelas Frekuensi Persen (%) 0 8 13,3 1 13 21,6 2 17 28,3 3 22 36,6 Total 60 100 Sumber : Data Primer Diolah, 2015 Dari tabel 4.15 distribusi frekuensi kategori kemampuan responden dalam memilih kelas di BPJS paling banyak sebesar
73 36,6% responden mampu di kelas 3 dengan besaran premi per bulan 25.500 ribu rupiah, sedangkan 13,3% responden tidak mampu membayar premi bulanan BPJS karena ATP per orangnya di bawah 25.500 rupiah. 4. Distribusi responden berdasarkan WTP (Willingness To Pay) a. Kemauan Iuran / Premi Rawat Jalan Per Kunjungan Distribusi frekuensi WTP (Willingness To Pay) atau kemauan nelayan dalam membayar pelayanan kesehatanrawat jalan dan rawat inap sesuai dengan keinginan, harapan, serta persepsi masyarakat. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi banyaknya iuran/premi rawat jalan per kunjungan sesuai dengan kemauan responden. Nominal Frekuensi Persen (%) 0 2 3,3 10.000 1 1,7 15.000 23 38,3 20.000 13 21,7 25.000 10 16,7 30.000 10 16,7 35.000 1 1,7 Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa banyaknya iuran / premi rawat jalan per kunjungan yang responden inginkan rata-rata 15.000 rupiah, maksimal 35.000 yaitu sebanyak 1,7%,, namun sebanyak 3,3% responden menginginkan gratis.
74 b. Kemauan Iuran / Premi Rawat Inap Per Kunjungan Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi banyaknya iuran/premi rawat inap per kunjungan sesuai kemauan responden Nominal Frekuensi Persen (%) 0 2 3,3 10.000 1 1,7 25.000 6 10 30.000 11 18,3 40.000 5 8,3 45.000 1 1,7 50.000 23 38,3 60.000 10 16,7 70.000 1 1,7 Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa banyaknya iuran / premi rawat inap per kunjungan yang responden inginkan sebanyak 38,3% responden mau membayar 50.000, namun masih terdapat 3,3% responden yang inginnya tidak membayar (gratis). c. Kemauan Jenis Pelayanan Rawat Jalan Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi jenis pelayanan rawat jalan yang diminati responden. Pelayanan Frekue Persen (%) Alasan Kesehatan nsi Puskesmas 56 93,3 Jaraknya dekat Mangkang Klinik 24 jam 1 1,7 Cocok obatnya dan nyaman dengan pelayanannya Balai pengobatan 3 5 Cocok obatnya Sumber: Data PenelitianJanuari 2016 Berdasarkan tabel 4.18 diatas, jenis pelayanan kesehatan rawat jalan maupun klinik pratama yang responden minati paling
75 banyak adalah Puskesmas karena secara geografis jarak antara Puskesmas dengan tempat tinggal responden tidak jauh. Terdapat 4 responden lainnya yang menjawab 1 di klinik 24 jam dan 3 responden menjawab dibalai pengobatan, alasan mereka adalah kecocokan dengan obat,dan responden merasa nyaman terhadap pelayanan yang ada di klinik maupun balai pengobatan. d. Kemauan Jenis Pelayanan Rawat Inap Jenis pelayanan kesehatan rawat inap yang responden minati sebnayak 100% memilih Rumah Sakit Tugu, karena jarak rumah sakit Tugu yang paling dekat dengan tempat tinggal responden, sehingga jika ada kegawatan secara mendadak dapat langsung dilarikan ke rumah sakit Tugu, selain itu saudara maupun tetangga yang ingin menjenguk pun juga mudah untuk mendatangi. e. Bangsal Kelas Yang Diminati Responden Bangsal kelas yang responden minati sebanyak 100% memilih kelas 3 karena responden merasa hanya mampu membayar di kelas 3. f. Iuran BPJS Yang Responden Inginkan Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Iuran BPJS Yang Diinginkan Responden per Bulannya. Nominal Frekuensi Persen (%) 0 12 20 5000 15 25 10.000 11 18,3 15.000 19 31,7 20.000 2 3,3 25.000 1 1,7
76 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi iuran BPJS per bulannya diatas, 12 responden (20%) menginginkan gratis, 15 responden (25%) hanya ingin membayar 5.000 per bulannya, 11 responden (18,3%) ingin membayar 10.000, 19 responden (31,7%) ingin membayar 15.000, 2 responden 20.000, dan 1 responden ingin membayar 25.000 rupiah. g. Jumlah Anggota Keluarga yang akan Diikut Sertakan dalam BPJS Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga Responden Yang Akan Di Ikut Sertakan Dalam BPJS. Jumlah anggota keluarga frekuensi Persen (%) 1 1 1,7 2 15 25 3 16 26,7 4 21 35 5 7 11,6 Sumber: Data Penelitian Januari 2016 Berdasarkan tabel diatas, jumlah anggota keluarga yang akan di ikut sertakan dalam BPJS yaitu seluruh anggota keluarga yang ditanggung.sebanyak 35% responden menanggung 4 jiwa dalam satu keluarga.