PERKAWINAN BEDA AGAMA PERSPEKTIF MAHMÛD SHALTÛT (Studi Analisis Kitab al-fatâwâ) SKRIPSI Oleh: MUHAMMAD MAKSUM NIM. 241 042 022 Pembimbing I LUTHFI HADI AMINUDDIN, M. Ag. Pembimbing II UDIN SAFALA, M.H.I Program Studi Ahwal Syakhsiyah JURUSAN SYARI'AH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2009 i
NOTA PEMBIMBING Hal Kepada : Persetujuan Munaqasah Skripsi : Yth. Bapak Ketua Jurusan Syari ah STAIN Ponorogo Ponorogo, Juni 2009 Assalamu alaikum Wr. Wb. Setelah secara cermat kami baca/teliti kembali, telah diadakan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk dan arahan kami, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara: N a m a : MUHAMMAD MAKSUM N I M : 241 042 022 Jurusan : Syariah Ahwal Syakhsiyah Judul : PERKAWINAN BEDA AGAMA PERSPEKTIF MAHMÛD SHALTÛT (Studi Analisis Kitab al-fatâwâ) Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang ujian munaqasah Skripsi Jurusan Syari ah STAIN Ponorogo, untuk itu kami mengharap agar segera di munaqasahkan. Atas perhatian bapak, kami sampaikan terima kasih. Wassalamu alaikum Wr. Wb. PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2 LUTHFI HADI AMINUDDIN, M. Ag. NIP: 150 300 071 UDIN SAFALA, M.H.I NIP: 150 327 285 ii ii
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang Munaqasah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo pada : Hari : Sabtu Tanggal : 27 Juni 2009 Dan telah diterima sebagai bagian dari tugas dan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana dalam ilmu Syari ah pada: Hari : Senin Tanggal : 13 Juli 2009 Ponorogo, 13 Juli 2009 Mengesahkan Ketua Tim Penguji: Drs.H. A. Rodli Makmun, M.Ag. NIP. 150 237 630 1. Ketua Sidang : Drs. H. Muhsin ( ) 2. Sekretaris : Udin Safala, M.H.I ( ) 3. Penguji I : Agus Purnomo, M.Ag ( ) 4. Penguji II : Luthfi Hadi Aminuddin, M. Ag. ( ) iii iii
MOTTO و لا ت ن ك ح واال م ش ر آ ات ح ت ى ي و م ن و لا م ة مو م ن ة خ ي ر م ن م ش ر آ ة ول و ا ع ج ب ت ك م و لا ت ن ك ح واال م ش ر آ ي ن ح ت ى ي و م ن و ا و لا ع ب د مو م ن خ ي ر م ن مش ر ك و ل و ا ع ج ب ك م ا ول ي ك ي د ع و ن ا ل ى ال نار و االله ي د ع و ا ا ل ى ال ج ن ة و ال م غ ف ر ة ب ا ذ ن ه و ي ب ي ن ايت ه ل ل ن ا س ل ع له م ي ت ذ آر و ن. (البقراة: ٢٢١) Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-nya (perintah-perintah-nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. al-baqarah: 221). 53-54.. Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya (Bandung: Gema Risalah Press, 1993), iv iv
ABSTRAKSI Maksum, Muhammad. NIM. 241 042 022, 2009, Perkawinan Beda Agama Perspektif Mahmûd Shaltût) (Studi Analisis Kitab Al-Fatâwâ). Skripsi, Jurusan Syari ah, Program Studi Ahwal Syakhsiyah, STAIN Ponorogo, 2009 Di antara persyaratan keabsahan perkawinan adalah kesamaan keyakinan antara laki-laki dan perempuan yang menikah. Tetapi dalam perjalanannya, perkawinan mengalami dinamika antara lain adanya praktek perkawinan beda agama yang terjadi sejak zaman Rasulullah SAW. Ulama mengklasifikasikan perkawinan beda agama menjadi 3 (tiga), yakni perkawinan muslim dengan mushrikah, perkawinan muslimah dengan non muslim dan perkawinan muslim dengan kitâbîyah. Para ulama telah sepakat mengenai hukum perkawinan muslim dengan mushrikah dan perkawinan muslimah dengan non muslim. Akan tetapi, mengenai perkawinan muslim dengan kitâbîyah, para ulama terjadi khilafiyah. Khilafiyah tersebut dilatarbelakangi perbedaan pendapat dan metode dalam memahami nass yang sama. Oleh karena itu, sangatlah urgen untuk membahas salah satu tokoh yang berpendapat tentang perkawinan beda agama sebagai bahan pertimbangan bagi umat Islam dalam melaksanakan perkawinan. Adapun tokoh yang kami bahas dalam penelitian ini adalah Mahmûd Shaltût. Kontroversi di atas menarik perhatian penulis untuk membawanya ke dalam sebuah penelitian yang berbentuk library research (penelitian kepustakaan). Pengambilan data dalam penelitian ini difokuskan dalam kitab al-fatâwâ karangan Mahmûd Shaltût. Adapun rumusan masalahnya adalah Bagaimana pendapat dan argumentasi Mahmûd Shaltût tentang perkawinan beda agama dalam kitab al- Fatâwâ? Bagaimana relevansi pemikiran Mahmûd Shaltût dengan hukum Islam di Indonesia berkaitan dengan perkawinan beda agama? Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, Mahmûd Shaltût berpendapat bahwa perkawinan beda agama dalam segala bentuknya tidak diperbolehkan. Akan tetapi ketidak bolehan perkawinan muslim dengan kitâbiyah menurutnya hanya bersifat kondisional dan kasuistis. Adapun dasar dan metode istimbat hukum Mahmûd Shaltût dalam menetapkan larangan perkawinan muslim dengan mushrikah dan perkawinan muslimah dengan non muslim adalah zâhirnya nass, yaitu surat al-baqarah (2): 221 dan surat al-mumtahanah (60): 10. Sedangkan mengenai perkawinan muslim dengan kitâbiyah, walaupun dalam surat al-mâ'idah (5): 5 diperbolehkan, akan tetapi menurutnya perkawinan tersebut mengandung mafsadah sehingga dilarang. Adapun metode ijtihad yang digunakan dalam menetapkan hukum ini adalah sadd al-dharî'ah. Pendapat dan argumentasi Mahmûd Shaltût dalam fatwanya mengenai perkawinan beda agama sangat relevan pada zaman sekarang, khususnya di Indonesia. x i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN NOTA PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN MOTTO...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v TRANSLITERASI...vi KATA PENGANTAR...viii ABSTRAKSI...x DAFTAR ISI...xi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Penegasan Istilah...10 C. Rumusan Masalah...11 D. Tujuan Penilitian...11 E. Kegunaan Penelitian...12 F. Telaah Pustaka...12 G. Metode Penelitian...14 H. Sistematika Pembahasan...17 xi ii
BAB II : PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT FIQH DAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA A. Perkawinan Beda Agama Menurut Fiqh...19 B. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam di Indonesia...40 BAB III : PENDAPAT MAHMÛD SHALTÛT TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Biografi Mahmûd Shaltût...48 B. Biografi Kitab al-fatâwâ...57 C. Pendapat dan Argumentasi Mahmûd Shaltût Tentang Perkawinan Beda Agama...60 BAB IV : ANALISA TERHADAP PEMIKIRAN MAHMÛD SHALTÛT TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Analisa Terhadap Pendapat dan Argumentasi Mahmûd Shaltût tentang Perkawinan Beda Agama...69 B. Analisa Terhadap Relevansi Pendapat dan Argumentasi Mahmûd Shaltût tentang Perkawinan Beda Agama dengan Hukum Islam di Indonesia...79 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...87 B. Saran-Saran...88 DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS xiii