IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PENCAPAIAN LABA DENGAN METODE COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS PADA PD. ALAM LESTARI (MAUREEN) DI TASIKMALAYA

III. METODE PENELITIAN

PENERAPAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS SEBAGAI PERENCANAAN PENCAPAIAN LABA DAN PENJUALAN PADA PAPAPIA BETYANA BR SEMBIRING

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ANALISA BIAYA PRODUKSI

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

Nisaa Aqmarina EB10

Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA INDUSTRI KUE KHAS TORAJA JAYA PUTRA DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biaya

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan

PELUANG BISNIS MAKANAN TENTANG KRIPIK TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT.

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

ANALISA BREAK EVENT POINT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

BISNIS KERIPIK PISANG PELUANGNYA KIAN CEMERLANG

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

Diusulkan Oleh: GRIZKI AMELIA I /Angkatan 2012 CHESSY NADIA MARPAUNG I /Angkatan 2014 ANISA RIZKI NABILA I /Angkatan 2014

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan yaitu, wajan, kompor, pisau, pengaduk, gilingan daging dan siler.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK TEMPE


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

COST VOLUME - PROFIT ANALYSIS (CVP ANALYSIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB IV METODE FULL COSTING DALAM PENETAPAN HARGA JUAL PADA USAHA KERUPUK RAMBAK DWIJOYO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kali proses produksi. Periode satu kali produksi yang dibahas dalam penelitian ini

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

Resep Kastengel Bawang Merah

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Snabol Reborn (Snack Bolyn baru dengan Sayuran,Buah dan Menambah Rasa Baru Coklat dan Susu Keju)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. malam). Contohnya kue kaktus.jadi, makanan ringan adalah aneka makanan atau

USAHA KECIL MENENGAH KERIPIK UBI HUMOR DI KABUPATEN SUMEDANG. Diajukan untuk Memenuhi Matakuliah Marketing Prodi Desain Komunikasi Visual

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS,

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis Cost-Volume-Profit, laba. Universitas Kristen Maranatha

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SANGKUSTI SEBAGAI PELUANG USAHA MAKANAN TRADISIONAL ALTERNATIF KHAS KOTA SEMARANG BIDANG KEGIATAN :

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan

BAB 5 MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

A. JUDUL Pemanfaatan Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nugget B. LATAR BELAKANG MASALAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM TOKOL (PENTOL BROKOLI) SEBAGAI JAJANAN KAYA GIZI BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya senantiasa melakukan riset dan pengembangan agar selalu dapat. perusahaan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Bisnis Untung Besar Membuat Sirup Di Musim Lebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan dalam dunia industri di negara kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan bisnis kue belakangan ini sudah semakin pesat dan persaingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM MASKER TIMNAS (MASAKAN KERING TIM NANAS) BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN.

I. PENDAHULUAN. ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Hal ini tentu saja

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BISNIS CAMILAN JAGUNG, RENYAH DAN BANJIR UNTUNG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAHAN PRODUK PAK FAIZIN

METODE PENELITIAN Kerangka Penelitian

Transkripsi:

21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PD. Alam Lestari 4.1.1 Sejarah Perkembangan PD. Alam Lestari PD. Alam Lestari adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) produsen susu bubuk kedelai yang diproduksi secara manual, namun dikemas secara modern. PD. Alam Lestari didirikan pada Tanggal 16 Oktober 2000 di Tasikmalaya oleh Elisabeth Apoliana Maureen. Pada awal berdirinya perusahaan menjual susu kedelainya denga merek dagang Mentari. Beberapa tahun kemudian, baru diketahui ternyata merek dagang Mentari tersebut sudah ada yang menggunakan. Akhirnya PD. Alam Lestari memutuskan untuk mengganti merek susu kedelai bubuknya dengan merek dagang Maureen. Susu kedelai merek Maureen ini baru dipasarkan pada tahun 2006. Merek Maureen sendiri diturunkan dari nama pemilik perusahaan, sedangkan untuk nama perusahaan diberi nama Alam Lestari karena produk yang dipasarkan berasal dari alam dan diproses secara tradisional. Oleh karena itu, produk ini tidak ditambah dengan bahan pengawet dan rasa tambahan lainnya agar tetap alami, sehingga diharapkan lestari baik bagi perusahaannya maupun masyarakat yang mengkonsumsi susu kedelai ini. Pada awal berdirinya, perusahaan memasarkan produk susu kedelainya di wilayah tasikmalaya saja, namun seiring perkembangan usaha kegiatan pemasaran PD. Alam Lestari diperbanyak ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Bandung, Ciamis, Purwokerto, Palembang, Jakarta, dan Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk memperluas usaha dan skala bisnis. Penjualan produk andalan PD. Alam Lestari ternyata tidak selamanya mengalami keuntungan, ketika menginjak tahun 2008 produk susu bubuk kedelai mengalami penurunan dan terus mengalami penurunan permintaan dari tahun ke tahun sampai tahun 2011, sehingga pemilik perusahaan memutuskan untuk memproduksi produk lain selain kedelai, untuk mengantisipasi penurunan pendapatan secara drastis. Akhirnya PD. Alam Lestari semenjak bulan Mei 2011 menambah produknya yaitu serbuk kunyit instan dan bawang goreng Sumenep hingga sekarang. 21

22 Saat ini PD. Alam Lestari telah bekerja sama dan aktif dalam organisasi Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) yang didirikan pada tahun 2005 sebagai suatu organisasi formal dibawah bimbingan Departemen Perindustrian Jawa Barat. Adapun jenis perizinan usaha yang dimiliki diantaranya adalah P.IRT dengan nomor 315327801162, Halal, SIUP, TDP, IUI, HKI, dan IG. Tergabungnya PD. Alam Lestari dalam organisasi semacam ini berfungsi sebagai wahana sosialisasi, mempermudah perolehan informasi dan sekaligus sebagai mekanisme control dari penipuan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. PD Alam Lestari termasuk kedalam kategori Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan klasifikasi perusahaan kecil, karena pada Tahun 2010 perusahaan dapat menghasilkan penjualannya sebesar Rp 855.000.000. 4.1.2 Struktur Organisasi PD. Alam Lestari merupakan jenis perusahaan kecil yang belum memiliki struktur organisasi yang jelas. Secara keseluruhan perusahaan dipegang oleh pemilik. Perusahaan ini hanya terdiri dari pemilik dan tenaga kerja langsungnya, sehingga struktur organisasinya pun sangat sederhana. Pemilik PD. Alam Lestari Produk Susu Bubuk Kedelai Produk Serbuk Kunyit Instan Produk Bawang Merah Goreng Tenaga Kerja Langsung Tenaga Kerja Langsung Tenaga Kerja Langsung Gambar 2. Struktur Organisasi PD. Alam Lestari Pemilik mengerahkan tenaga kerja langsung dalam memproduksi setiap jenis produk yang dimiliki. Masing-masing jenis produk membutuhkan empat orang pegawai. Pemilik selalu memantau setiap melakukan kegiatan produksi. 4.1.3 Deskripsi Produk PD. Alam Lestari mengeluarkan merek Maureen yang memiliki satu jenis produk, yaitu susu bubuk kedelai. Pada tahun 2011 tepatnya bulan Mei hingga 22

23 sekarang PD. Alam Lestari menambah dua produk baru yang ditawarkan, yaitu Serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng, sehingga ada tiga produk yang dipasarkan oleh PD. Alam Lestari. Berikut ini adalah paparan lebih jauh mengenai produk PD. Alam Lestari: 1. Susu Bubuk Kedelai Maureen Susu bubuk kedelai merupakan minuman kesehatan instan dan praktis yang dibuat secara sederhana dengan konsep modern. Produk ini terbuat dari biji kedelai pilihan tanpa dicampur dengan bahan-bahan lainnya, sehingga kandungan protein dari susu bubuk kedelai sangat tinggi dan alami. Sebelum tahun 2011, susu bubuk kedelai dikemas 300 gram/kotak, namun setelah memasuki tahun 2011 kemasan yang dijual tidak hanya dalam ukuran 300 gram/kotak, tetapi adapula kemasan 200 gram/kotak. 2. Serbuk Kunyit Instan Maureen Serbuk kunyit instan merupakan produk olahan dari kunyit dan gula aren. Sama halnya dengan serbuk kedelai, serbuk kunyit ini memiliki khasiat untuk kesehatan. Produk ini di proses secara sederhana, namun tetap higienis dan alami. Serbuk kunyit instan dijual dalam kemasan 200 gram/kotak. 3. Bawang Merah Goreng Maureen Seperti bawang merah goreng lainnya, bawang merah goreng merek Maureen diolah secara sederhana, hanya dikemas secara modern, yaitu dikemas di dalam kotak ukuran 3 ons/kotak. Selain itu yang membedakan dengan bawang merah goreng lainnya, bawang merah ini tidak dicampur dengan tepung dan menggunakan bawang merah asli dari Sumenep yang berkualitas dengan rasa tidak pahit. 4.1.4 Proses Produksi PD. Alam Lestari membuat produk-produknya dilakukan dengan proses yang sederhana, namun dikemas secara modern. Susu bubuk kedelai, Serbuk kunyit instan, dan bawang merah goreng diproses seluruhnya secara alami dan higienis dengan proses produksi setiap produk berbeda-beda. Dalam memproduksi setiap produknya memerlukan bahan baku, mesin sebagai alat produksi, dan pengemasan. Proses produksi tiap produk adalah sebagai berikut. 23

24 1. Susu Bubuk Kedelai Cara pembuatan susu bubuk kedelai sangat mudah dan sederhana, tetapi karena produk yang akan dihasilkan sangat banyak maka proses pengolahannya sangat lama. Proses produksi dalam setiap bulannya dilakukan hanya satu kali produksi yang dapat menghabiskan waktu selama 2 hari. Proses pembuatan dimulai dari pukul 07.00 18.00 yang diawali dengan proses pemilihan biji kedelai sampai yang terakhir adalah pengemasan. Produksi tidak dilakukan setiap hari dan akan mulai beroperasi saat menginjak bulan berikutnya. Proses pertama yang harus dilakukan adalah pemilihan kedelai yang dilakukan dengan cara ditampi, kedelai yang bagus adalah kedelai yang tidak pecah, kedelai yang pecah tidak digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian biji kedelai secara manual, agar kedelai yang diolah bersih, setelah itu dilanjutkan dengan penyaringan kedelai yang sudah dicuci dan ditiriskan dengan menggunakan baskom besar. Setelah ditiriskan, kedelai di sangan di dalam wajan besar tanpa menggunakan minyak goreng. Kedelai yang sudah disangan di tampi ulang dan membuang kulit-kulit kedelai yang terkelupas. Kedelai yang sudah melalui tahap tersebut langsung digiling denagn menggunakan mesin penggilingan, dengan hasil akhir kedelai yang tadinya berupa biji-bijian berubah menjadi bubuk kedelai. Kemudian bubuk kedelai di kemas sesuai ukuran, yaitu 300 gr/kotak dan 200 gr/kotak. Agar tahan lama, susu bubuk kedelai dibungkus dengan alumunium foil dan direkatkan oleh mesin perekat atau mesin sealer. Tahap akhir proses produksi susu bubuk kedelai adalah packaging, alumunium foil yang sudah diisi susu bubuk kedelai dimasukkan ke dalam dus-dus sesuai ukuran dan diberi label atau labeling. Pengemasan dilakukan setelah proses penggilingan yang dilakukan hingga sore hari dan dilanjutkan pada hari selanjutnya. Dalam satu kali produksi setiap bulannya menghasilkan 500 kotak ukuran 300 gram/kotak dan 250 kotak dalam ukuran 200 gram/kotak. 2. Serbuk Kunyit Instan Pembuatan serbuk kunyit instan memerlukan bahan baku kunyit dan gula aren. Pembuatan serbuk kunyit instan yang dilakukan oleh PD. Alam Lestari dilakukan secara sederhana dan mudah pengerjaannya. Proses produksi serbuk kunyit instan dalam satu hari dimulai dari pukul 08.00-17.00. Produksi dapat 24

25 menghabiskan waktu selama 3 hari, hari kedua dan ketiga digunakan untuk proses pengemasan. Proses yang pertama adalah kunyit digiling dan dihancurkan dengan menggunakan mesin penggiling. Kemudian kunyit yang sudah hancur langsung dimasak dan dicampur langsung oleh gula aren, diaduk terus-menerus hingga kunyit yang sudah tercampur dengan gula aren mengering tanpa ada air yang menyisa. Setelah mengering, serbuk kunyit tersebut dimasukkan ke dalam alumunium foil dengan berat 200 gram dan dikemas ke dalam kotak yang sudah disediakan. Dalam satu bulan, PD. Alam Lestari dapat memproduksi serbuk kunyit instan sebanyak 650 kotak untuk kemasan 200 gram/kotak. Pembuatan serbuk kunyit instan ini dapat menghabiskan 52 kg kunyit pilihan dan 78 kg gula aren. 3. Bawang Merah Goreng Seperti pembuatan bawang goreng lainnya, PD. Alam Lestari membuat bawang merah goreng dengan cara digoreng hingga kering. Dalam satu bulan dapat menghasilkan 1.000 kotak dalam kemasan 300 gr/kotak. PD. Alam Lestari dapat menghabiskan 3 kuintal bawang merah goreng asli Sumenep. Sebelum digoreng, bawang merah dikupas terlebih dahulu dan dicuci hingga bersih, kemudian diiris tipis-tipis. Setelah diiris bawang merah digoreng dengan hingga kering kecoklatan. Dalam menggoreng 3 kwintal dapat menghabiskan 19 liter minyak goreng untuk untuk menggoreng bawang merah. Setelah digoreng, bawang merah ditiriskan hingga tidak ada lagi minyak yang tersisa, hal ini dilakukan agar bawang merah goreng tidak langu. Setelah kering, baru dicampur dengan garam, tetapi garam yang digunakan hanya sedikit saja. Setelah selesai semuanya bawang merah goreng langsung dikemas. Proses pembuatan bawang merah goreng ini dikerjakan dari pukul 08.00-16.00 dan sampai proses akhir pengemasan dapat menghabiskan waktu selama 3 hari, dengan hari kedua dan ketiga digunakan untuk proses pengemasan. 4.2 Biaya Operasional Bulan Mei-September 2011 Semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan biaya operasional, yang terdiri dari biaya variabel, biaya semivariabel. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya sebanding dengan aktivitas produksi, sedangkan biaya semivariabel merupakan biaya yang mengandung unsur biaya variabel dan biaya 25

26 tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak terpengaruh oleh aktivitas produksi, biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi. Biaya yang termasuk ke dalam kategori biaya variabel di perusahaan PD. Alam Lestari adalah biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, gas, bensin mesin penggiling dan packaging. Sedangkan untuk biaya tetap berupa, biaya listrik, telepon, fotocopy, iklan, penyusutan mesin pabrik, pemeliharaan mesin, dan biaya iklan. 4.2.1 Biaya Variabel Bulan Mei-September 2011 Semenjak diproduksinya produk baru menjadi tiga jenis produk, maka diketahui biaya variabel periode bulan Mei-september 2011. Biaya variabel periode bulan Mei-september 2011 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Variabel Bulan Mei-September 2011 Jenis Biaya Bulan (Rp) Mei Juni Juli Agustus September Bahan Baku Langsung 7.677.150 7.638.150 7.693.150 7.774.650 7.774.650 Tenaga Kerja Langung 2.039.500 2.039.500 2.039.500 2,039,500 2,115,000 Bensin Mesin Penggiling 85.500 85.500 85.500 85.500 85.500 Gas 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 Kemasan dan Label 2.640.200 2.640.200 2.640.200 2.640.200 2.640.200 Total 13.072.350 13.032.650 13.088.350 13.169.850 13.245.350 Sumber: Data Perusahaan Biaya variabel yang terjadi selama lima bulan terakhir semenjak diproduksinya produk baru berada dalam kisaran Rp 13.000.000. Perubahan yang terjadi pada biaya variabel pada masing-masing jenis biaya memang tidak berubah secara signifikan, hal ini dikarenakan karena jangka waktu produksi yang sangat berdekatan dan konsistensi kegiatan produksinya. Biaya variabel yang mengalami perubahan meskipun hanya mengalami sedikit perubahan, adalah biaya untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Total biaya bahan baku langsung setiap bulannya berubah-berubah, dikarenakan adanya perubahan harga beli bahan baku dari para pemasok. Biaya bahan baku langsung untuk masing-masing jenis produk dapat dilihat pada Tabel 5. 26

27 Tabel 5. Bahan Baku Langsung Produk Bulan Mei-September 2011 No. Jenis Produk Bahan Baku Biaya (Rp) Mei Juni Juli Agustus September 1. SBK 300 gram Kedelai 1.750.000 1.750.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 SBK 200 gram Kedelai 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 2. Serbuk Kunyit Kunyit Gula aren 745.000 741.000 741.000 741.000 741.000 3. Bawang Goreng Bawang merah Garam Minyak goreng 4.182.150 4.147.150 4.152.150 4.233.650 4.233.650 Total 7.677.150 7.638.150 7.693.150 7.774.650 7.774.650 Sumber: Data Perusahaan Seperti yang tertera pada Tabel 5, bahwa bahan baku langsung untuk Susu Bubuk Kedelai (SBK 300 gram dan SBK 200 gram) mengalami peningkatan dari bulan Juli hingga bulan September biaya bahan baku kedelai berada pada posisi Rp 2.800.000 dengan asumsi untuk biaya bahan baku SBK 200 gram (susu bubuk kedelai 200 gram) disamakan tiap tahunnya. Kedelai sebagai bahan baku susu bubuk kedelai mengalami kenaikan dikarenakan adanya kelangkaan kedelai, sehingga harga beli kedelai naik. Biaya bahan baku kedelai setiap bulannya digunakan untuk 1 kali proses produksi dalam 1 bulan. Setiap bulannya PD. Alam Lestari dapat menghabiskan 2 kwintal kedelai untuk 1 kali proses produksi. Berbeda dengan kedelai, bahan baku untuk Serbuk Kunyit Instan mengalami penurunan setelah menginjak bulan Juni. Harga kunyit awalnya sebesar Rp 160.000 dari pemasok, tetapi untuk gula aren tidak mengalami perubahan harga setiap bulannya yaitu sebesar Rp 585.000. Bahan baku untuk serbuk kunyit instan digunakan hanya 1 kali proses produksi dalam 1 bulan. Setiap bulannya PD. Alam Lestari memerlukan 130 kg bahan baku, yang terdiri dari 52 kg kunyit dan 78 kg gula aren untuk membuat serbuk kunyit instan dalam kemasan 200 gr/kotak. Bawang merah yang digunakan sebagai bahan baku mengalami perubahan setiap bulannya, terkadang mengalami kenaikan ataupun penurunan, hal ini dikarenakan harga yang diberikan oleh pemasok menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada. Sama seperti bahan baku lainnya, bawang merah dipakai untuk satu kali proses produksi dalam 1 bulan. Setiap bulannya PD. Alam Lestari membutuhkan 300 kg bawang goreng, 5 kg garam dan 15,2 kg minyak goreng untuk memproduksi 1.000 kotak bawang merah goreng. 27

28 Biaya variabel lainnya selain bahan baku langsung adalah tenaga kerja langsung. Setiap tenaga kerja yang bekerja di PD. Alam Lestari dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tenaga kerja langsung Susu Bubuk Kedelai, Serbuk Kunyit Instan, dan Bawang Merah Goreng. Secara keseluruhan PD. Alam Lestari memiliki 12 orang tenaga kerja langsung. Tentunya akan ada biaya yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja langsung. Biaya yang dikeluarkan oleh PD. Alam Lestari untuk tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 6. Biaya tenaga kerja langsung setiap produknya berbeda-beda, tergantung jam kerja. Tabel 6. Tenaga Kerja Langsung Bulan Mei-September 2011 Jenis Produk Jumlah Tenaga Kerja (org) 28 Biaya/produksi (Rp) Mei Juni Juli Agustus September SBK 4 382.000 382.000 382.000 382.000 412.500 SKI 4 697.500 697.500 697.500 697.500 712.500 BMG 4 960.000 960.000 960.000 960.000 990.000 Total 12 2.039.500 2.039.500 2.039.500 2,039,500 2,115,000 Sumber: Data Perusahaan Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja langsung setiap bulannya tidak mengalami perubahan, kecuali setelah menginjak bulan September 2011 biaya tenaga kerja dinaikkan, hal ini dikarenakan adanya sedikit penambahan jam kerja untuk pengemasan. Pada Tabel 4 biaya untuk bensin penggerak mesin selama bulan Mei hingga bulan September 2011 tidak mengalami perubahan sama sekali. Bensin yang diperlukan untuk mesin sudah dikelola dengan baik, sehingga tidak akan terjadi pemborosan biaya untuk proses penggilingan. Begitu pula mengenai biaya untuk gas seperti pada Tabel 7, selama bulan Mei hingga bulan September 2011 tidak mengalami kenaikan atau penurunan, dikarenakan setiap bulannya kegiatan produksi tetap sama dan tidak ada penambahan jumlah produk yang diproduksi yang menyebabkan ikut berubahnya jumlah gas yang diperlukan. Tabel 7. Biaya Gas Bulan Mei-September 2011 Jenis Produk Jumlah Gas Total Biaya (Rp) (Unit) @ 70.000 Keterangan Susu Bubuk Kedelai 3 210.000 Biaya yang Serbuk Kunyit Instan 3 210.000 dikeluarkan Bawang Merah Goreng 3 210.000 setiap bulannya Total 6 630.000 sama Sumber : Data Perusahaan

29 Sama halnya yang terjadi pada biaya kemasan, setiap bulannya PD. Alam Lestari tidak menambah ataupun mengurangi jumlah produksi sehingga kemasan yang diperlukan pun tidak mengalami perubahan. Biaya kemasan dan label untuk masing-masing jenis produk dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya Kemasan dan Label Bulan Mei-September 2011 Produk Ukuran Kemasan dan Ket Kemasan Label (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gram/kotak 673.200 Biaya yang dikeluarkan setiap 200 gram/kotak 345.000 bulannya sama Serbuk Kunyit Instan 300 gram/kotak 792.600 Bawang Merah Goreng 300 gram/kotak 829.400 Total 2.640.200 Sumber: Data Perusahaan 4.2.1 Biaya Tetap Bulan Mei-September 2011 Biaya tetap yang terjadi pada PD. Alam Lestari terdiri dari 7 komponen, biaya tetap berupa, biaya listrik, telepon, fotocopy, iklan, penyusutan mesin pabrik, pemeliharaan dan perbaikan mesin, dan biaya iklan. Rincian biaya tetap untuk bulan Mei hingga bulan September 2011 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Tetap Bulan Mei-September 2011 Jenis Biaya Bulan (Rp) Mei Juni Juli Agustus September Telepon 477.200 469.727 470.112 470.112 478.434 Listrik 142.492 141.522 142.500 142.449 142.599 Perbaikan dan 100.000 100.000 100.000 100.000 500.000 Pemeliharaan Mesin Penyusutan Mesin 275.000 275.000 275.000 275.000 275.000 Fotocopy 100.500 100.500 104.000 104.000 104.000 Iklan - - - - 333.333 Sewa pabrik 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 Total 3.095.192 3.086.749 3.091.612 3.091.561 3.508.366 Sumber: Data Perusahaan Biaya tetap setiap bulannya mengalami perubahan, meskipun tidak terlalu jauh perubahannya. Perubahan biaya tetap setiap bulannya disebabkan oleh adanya perbedaan biaya telepon, biaya listrik, dan adanya iklan yang baru dilakukan pada bulan September saja, sehingga total biaya setiap bulannya mengalami perubahan, baik itu menurun maupun meningkat. Biaya tetap yang paling tinggi terjadi pada bulan September, hal ini dikarenakan adanya biaya 29

30 untuk perbaikan mesin yang mengalami kerusakan dan adanya biaya iklan yang dikeluarkan yang berlaku hingga enam bulan kedepan. Biaya listrik yang menjadi komponen biaya tetap yang memang harus dibayar setiap bulannya tidak terlalu mengalami perubahan setiap bulannya. Biaya listrik ini dimasukkan ke dalam komponen biaya tetap karena listrik merupakan suatu kewajiban yang harus dibayar setiap bulannya walaupun perusahaan tidak melakukan produksi sama sekali. Komponen biaya tetap lainnya adalah biaya telepon, Pemilik sering menggunakan telepon untuk berkomunikasi dengan para pelanggan ataupun menawarkan produk ke toko dan swalayan calon pelanggan, sehingga biaya telepon setiap bulannya selalu ada, sehingga biaya yang dikeluarkan pun untuk telepon tidak sedikit. Pada Tabel 9 perawatan mesin dikeluarkan setiap bulannya sebesar Rp 100.000. Perusahaan selalu menyediakan biaya untuk pemeliharaan setiap bulannya, agar mesin yang digunakan tidak cepat rusak. Pada bulan September biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan cukup besar, dikarenakan mesin penggiling mengalami kerusakan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan perbaikan untuk bulan September lebih besar dibandingkan bulan Mei hingga Agustus 2011. Sesuai seperti yang disajikan pada Tabel 9, menunjukkan bahwa setiap bulannya perusahaan mengeluarkan biaya untuk penyusutan mesin setiap bulannya sebesar Rp 275.000 dengan menggunakan rumus metode garis lurus. Mesin yang digunakan adalah 1 mesin penggilingan kedelai, 2 mesin penggilingan kunyit, dan 3 mesin sealer. Untuk biaya penyusutan mesin menggunakan metode garis lurus. Perhitungan penyusutan mesin dapat dilihat pada Lampiran 5. Setiap periode mesin akan mengalami penyusutan hingga akhirnya mesin yang digunakan akan tidak terpakai lagi pada periode tertentu. Biaya fotocopy dikeluarkan untuk keperluan fotocopy selebaran-selebaran untuk disebar ke berbagai lokasi seperti swalayan dan toko. Biaya fotocopy merupakan biaya tetap karena besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi dan biaya ini selalu dikeluarkan setiap bulannya oleh PD. Alam Lestari. Biaya iklan baru dikeluarkan pada bulan September 2011 saja untuk periode enam bulan kedepan setelah bulan September 2011. Total keseluruhan biaya iklan 30

31 adalah Rp 2.000.000, sehingga iklan yang dikeluarkan tiap bulannya sebesar Rp 333.333. Seperti yang disajikan pada tabel bahwa pada bulan Mei sampai Agustus 2011 perusahaan belum melakukan kegiatan promosi berupa iklan. PD. Alam Lestari mengeluarkan biaya iklan untuk mempromosikan produknya di media cetak, radio, dan siaran televisi lokal. Biaya sewa PD. Alam Lestari dibebankan sebesar Rp 2.000.000 tiap bulannya, karena sewa untuk pabrik selama 1 tahun sebesar Rp 24.000.000. Biaya sewa cukup besar dikarenakan gedung untuk pabrik cukup besar dan luas. 4.3 Data Penjualan 4.3.1 Analisis Trend Penjualan 2006-2010 Data penjualan pada saat perusahaan PD. Alam Lestari masih menjual satu jenis produk yaitu susu bubuk kedelai dari Tahun 2006 sampai Tahun 2010 dapat dilihat dengan menggunakan Analisis Trend. Dengan menggunakan analisis trend dapat melihat keadaan perusahaan selama beberapa periode tertentu dan dapat memprediksi kondisi perusahaan di masa depan. Berikut pada Tabel 10 data penjualan susu bubuk kedelai Tahun 2006-2010 dengan analisis trendnya. Tabel 10. Nilai Trend Penjualan Susu Bubuk Kedelai Tahun 2006-2010 Tahun (unit) Komponen 2006 2007 2008 2009 2010 Penjualan 110.000 116.500 101.500 63.000 57.000 Nilai Trend (%) 100 105,91 92,27 57,27 51,82 Pada Tabel 10 terlihat jelas bahwa penjualan susu bubuk kedelai mulai menurun dari Tahun 2007 dan terus merosot penjualannya hingga Tahun 2010. Nilai trend itu sendiri menunjukkan dari nilai indeks 100% yang telah ditentukan terus menurun hingga nilai 51,82%. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat penurunan penjualan pada grafik analisis trend dengan model Quadratic Trend. 31

32 Trend Analysis Plot for penjualan Quadratic Trend Model Yt = 102.914 + 4.38814*t - 3.14786*t**2 110 100 90 Variable Actual Fits Forecasts penjualan 80 70 60 50 Accuracy Measures MAPE 9.7615 MAD 6.7941 MSD 56.1301 40 30 20 2006 2007 2008 2009 tahun 2010 Gambar 3. Analisis Trend Penjualan Susu Bubuk Kedelai Tahun 2006-2010 Alasan menggunakan Quadratic Model Trend karena keakuratannya dalam ketepatan pengukurannya yang dilihat dari nilai MAPE, MAD, dan MSD. Semakin kecil nilai MAPE, MAD, MSD maka semakin akurat pengukurannya dan juga dalam peramalan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang. Berikut daftar nilai MAPE, MAD, dan MSD untuk semua Model analisis trend yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Daftar Nilai MAPE, MAD, dan MSD Linier Quadratic Growth S-Curve MAPE 9,94 9,7615 11,1270 56,49 MAD 8,3 6,7941 9,7210 58,52 MSD 83,87 56,1301 119,9040 9086,51 Pada daftar nilai MAPE, MAD, dan MSD ke empat model analisis trend menunjukkan nilai yang berbeda-beda, tetapi dipilih model yang memiliki nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil dengan demikian dipilihlah Quadratic Trend Model yang memberikan keakuratan paling tinggi dan dipilih untuk meramal kondisi perusahaan di tahun berikutnya yaitu kondisi penjualan pada Tahun 2011. 32

33 Pada Tahun 2007 PD. Alam Lestari mengalami peningkatan penjualan, hal ini dikarenakan permintaan susu bubuk kedelai sedang tinggi dan tren konsumsi terhadap kedelai sedang meningkat, namun ketika menginjak Tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan karena mulai menurunnya tren konsumsi kedelai di masyarakat hingga akhirnya terus menurun penjualannya. Memang permintaan kedelai sulit diprediksi terkadang permintaan pesat namun terkadang permintaan pun menurun. Dengan analisis trend Quadratic Trend Model dapat diprediksi kondisi penjualan Tahun 2011 dan ternyata setelah dihitung dengan persamaan garis yang telah ada dari Quadratic Trend Model kondisi penjualan perusahaan diramalkan akan mengalami penurunan yaitu sebesar 15,91%. Semakin menurunnya penjualan yang telah diprediksi perusahaan akhirnya memutuskan untuk memproduksi dua jenis produk yang berbeda agar tidak terpaku terhadap penjualan sebelumnya dan menghindari kerugian akibat semakin menurunnya penjualan susu bubuk kedelai. 4.3.2 Data Penjualan dan Analisis Trend Bulan Mei-September 2011 Ketika PD. Alam Lestari mengalami penurunan penjualan susu bubuk kedelainya, perusahaan ini akhirnya memutuskan untuk menambah dua jenis produk lainnya yang berbeda yang dimulai sejak bulan Mei 2011. Pada Tabel 12 disajikan data penjualan setelah penambahan dua jenis produk yang berbeda pada bulan Mei sampai bulan September 2011. Tabel 12. Data Penjualan Bulan Mei-September 2011 Susu Bubuk Kedelai Serbuk Bawang Bulan SBK 300 gram SBK 200 gram Kunyit Instan Merah Goreng Total Kotak Kotak Kotak kotak Kotak Mei 500 250 400 700 1850 Juni 500 250 600 900 2250 Juli 500 250 700 1100 2550 Agustus 500 250 650 1000 2400 September 500 250 600 900 2250 Sumber: Data Perusahaan Selama bulan Mei hingga bulan September total penjualan secara keseluruhan tidak jauh berbeda, tetapi penjualan mengalami penurunan pada Agustus dan September untuk jenis produk serbuk kunyit instan dan bawang 33

34 merah goreng. Beda jumlah produk yang terjual setiap bulannya maka berbeda pula total penjualannya. Perbedaan penjualan akan mengakibatkan perbedaan laba yang diperoleh setiap bulannya. Berikut data penjualan setiap bulannya. 1. Data Penjualan Bulan Mei 2011 Seperti yang sudah disajikan pada Tabel, total penjualan pada bulan Mei 2011 sebanyak 1.850 unit total dari penjualan semua jenis produk. Total penjualan pada bulan Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Data Penjualan Bulan Mei 2011 Jenis Produk Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) Total Penjualan (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000 Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000 Serbuk Kunyit Instan 400 12.000 4.800.000 Bawang Merah Goreng 700 24.000 16.800.000 Total 1.850 32.225.000 Sumber: Data Perusahaan Total penjualan pertama yang diperoleh PD. Alam Lestari setelah menambah dua jenis produk adalah sebesar Rp 32.225.000 dari penjualannya sebanyak 1.850 unit. Produk yang paling banyak terjual adalah bawang merah goreng sebanyak 700 unit, sedangkan produk yang paling kecil penjualannya adalah susu bubuk kedelai sebanyak 250 unit. Susu bubuk kedelai 200 gram memang paling sedikit penjualannya, tetapi hal ini terjadi bukan karena produk ini sedikit peminatnya namun produk ini hanya memproduksi 250 unit. Laba bulan Mei 2011 dapat diperoleh setelah diketahui penjualan selama 1 bulan dan biaya operasionalnya. Berikut perhitungan laba untuk bulan Mei 2011. = Rp 15.917.558 PD. Alam Lestari pada bulan Mei 2011 memperoleh laba sebesar Rp 15.917.558 hasil penjualannya sebesar Rp 32.225.000. Laba bulan Mei 2011 dapat dijadikan patokan bagi perusahaan untuk penjualan bulan selanjutnya. 2. Data Penjualan Bulan Juni 2011 34

35 Penjualan pada bulan Juni 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan penjualan sebelumnya. Pada bulan Mei penjualan PD. Alam Lestari sebanyak 1.850 unit, namun mengalami peningkatan sebanyak 2.250 unit pada bulan Juni. Total penjualan pada bulan Juni 2011 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Data Penjualan Bulan Juni 2011 Jenis Produk Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) Total Penjualan (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000 Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000 Serbuk Kunyit Instan 600 12.000 7.200.000 Bawang Merah Goreng 900 24.000 21.600.000 Total 2.250 39.425.000 Sumber: Data Perusahaan Pada penjualan bulan Juni 2011 produk serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng mengalami peningkatan, sehingga menambah total penjualan yang lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya. Susu bubuk kedelai tetap pada posisi sama dalam arti produk ini habis terjual, baik pada bulan Mei maupun bulan Juni 2011. Penjualan yang diperoleh oleh PD. Alam Lestari pada bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp 39.425.000, sehingga dapat diketahui perolehan labanya. = Rp 22.983.751 Laba yang diperoleh perusahaan untuk bulan Juni 2011 sebesar Rp 22.983.000, artinya pada bulan ini laba mengalami peningkatan yang sebelumnya laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 15.917.558 pada bulan Mei 2011. Peningkatan laba disebabkan karena volume penjualan bawang merah goreng dan serbuk kunyit instan mengalami peningkatan. 3. Data Penjualan Bulan Juli 2011 Penjualan pada bulan Juli 2011 mengalami peningkatan dibandingkan bulan Mei dan juli. Sebanyak 2.550 unit berhasil terjual oleh PD. Alam Lestari pada bulan ini. Total penjualan pada bulan ini ikut meningkat sesuai penjualan yang diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 15. 35

36 Tabel 15. Data Penjualan Bulan Juli 2011 Jenis Produk Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) Total Penjualan (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000 Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000 Serbuk Kunyit Instan 700 12.000 8.400.000 Bawang Merah Goreng 1100 24.000 26.400.000 Total 2.550 45.425.000 Sumber: Data Perusahaan Seperti pada bulan sebelumnya, susu bubuk kedelai 300 gram dan 200 gram selalu habis terjual. Bawang merah goreng paling banyak terjual pada bulan ini yaitu 1100 unit dan serbuk kunyit instan juga mengalami peningkatan penjualan dari bulan sebelumnya sebanyak 700 unit. Pada bulan Juli 2011 penjualan mengalami peningkatan, sehingga labanya pun akan mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, perhitungan laba untuk bulan Juli 2011 adalah sebagai berikut. = Rp 29.160.138 Laba perusahaan hingga bulan Juli 2011 terus mengalami peningkatan dan yang paling besar memberikan penjualan tertinggi adalah bawang merah goreng. 4. Data Penjualan Bulan Agustus 2011 Sebaliknya, pada bulan agustus 2011 penjualan mulai mengalami penurunan. Penjualan yang tadinya sebanyak 2.550 unit, mengalami penurunan menjadi 2.400 uni, sehingga total penjualannya pun ikut menurun menjadi Rp 42.425.000. Data penjualan bulan Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Data Penjualan Bulan Agustus 2011 Jenis Produk Penjualan Harga Jual Total Penjualan (Rp) (unit) (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000 Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000 Serbuk Kunyit Instan 650 12.000 7.800.000 Bawang Merah Goreng 1000 24.000 24.000.000 Total 2.400 42.425.000 Sumber: Data Perusahaan 36

37 Pada Tabel 16 ditunjukkan bahwa produk yang mengalami penurunan pada bulan Agustus 2011 adalah serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng. Penurunan ini terjadi karena konsumen masih memiliki persediaan, sehingga tidak membeli dahulu sebelum persediaan akan habis, sedangkan untuk bawang merah goreng mengalami penurunan dikarenakan keterbatasan dalam memproduksi produk. Laba untuk bulan Agustus 2011 mengalami penurunan karena penjualan yang diperoleh pada bulan ini menurun dari bulan sebelumnya. Laba untuk bulan Agustus 2011 adalah sebagai berikut. = Rp 26.181.689 Ternyata laba yang diperoleh oleh PD. Alam Lestari mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 26.181.000. Perusahaan harus mulai berhati-hati terhadap situasi seperti ini, karena bisa saja penjualan akan terus mengalami penurunan apabila tidak ditangani dengan baik. 5. Data Penjualan Bulan September 2011 Penjualan terus mengalami penurunan kembali pada bulan September 2011 yaitu sebanyak 2.250 unit dari penjualannya pada bulan Agustus 2011 sebanyak 2.400 unit. Data penjualan bulan Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Data Penjualan Bulan September 2011 Jenis Produk Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) Total Penjualan (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gram 500 16.000 8.000.000 Susu Bubuk Kedelai 200 gram 250 10.500 2.625.000 Serbuk Kunyit Instan 600 12.000 7.200.000 Bawang Merah Goreng 900 24.000 21.600.000 Total 2.250 39.425.000 Sumber: Data Perusahaan Penjualan pada bulan ini serupa dengan penjualan yang terjadi pada bulan juni 2011. Penjualan terus mengalami penurunan semenjak bulan Juli 2011 hingga bulan September. Terjadinya penurunan yang terus menerus mendorong PD. Alam Lestari mulai melakukan promosi dengan iklan. Produk yang tetap bertahan 37

38 dalam penjualannya selama kurun waktu 5 bulan adalah susu bubuk kedelai kemasan 300 gram dan susu bubuk kedelai kemasan 200 gram. Pada bulan September 2011 perolehan laba terus menurun menjadi Rp 22.512.000, berikut perhitungan labanya. = Rp 22.512.134 Data penjualan selama bulan Mei hingga September 2011 mengalami naik turun begitu pula laba yang didapatkan, perusahaan mengalami peningkatan tetapi setelah menginjak bulan Agustus laba terus mengalami penurunan. Analisis trend dapat melihat kecenderungan, perkembangan perusahaan selama periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang. Pada Gambar 4 merupakan analisis trend penjualan periode bulan Mei 2011 hingga bulan September 2011, dimana perusahaan baru memulai produksi dua jenis produk barunya sejak bulan mei 2011. 38

39 Trend Analysis Plot for Penjualan Quadratic Trend Model Yt = 61,645 + 44,4994*t - 6,51664*t**2 Penjualan 140 130 120 110 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 1,82212 MAD 2,38331 MSD 8,04339 100 90 Mei Jun Jul Agust Bulan Sep Gambar 4. analisis Trend Penjualan Bulan Mei-September 2011 Pada Gambar 4 terlihat jelas bahwa penjualan tertinggi terjadi pada bulan Juli 2011 dan mengalami penurunan saat bulan Agustus dan terus menurun pada bulan September 2011. Dengan menggunakan analisis trend dapat diketahui prediksi penjualan untuk bulan selanjutnya yaitu bulan Oktober 2011 dan prediksi yang keluar adalah penjualan akan mengalami kembali penurunan. Dengan menggunakan quadratic trend model dapat diprediksikan penjualan akan mengalami penurunan sebesar 94 %. Kemudian pada Gambar 5 dapat dilihat perkembangan perolehan laba selama enam bulan. 39

40 Trend Analysis Plot for Laba Quadratic Trend Model Yt = 19,6121 + 92,7547*t - 13,7433*t**2 Laba 180 160 140 120 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 3,0466 MAD 4,8044 MSD 31,5890 100 80 Mei Jun Jul Agust Bulan Sep Gambar 5. Analisis Trend Laba Bulan mei-september 2011 Perubahan penjualan otomatis terjadi pula perubahan terhadap laba perusahaan. Pada Gambar 5 menunjukkan laba tertinggi diperoleh pada bulan Juli dan mengalami penurunan saat menginjak bulan Agustus dan September 2011. Sama halnya dengan kondisi penjualan selama lima bulan, perolehan laba diprediksikan akan mengalami penurunan, apabila dibiarkan seperti ini maka perusahaan cepat atau lambat akan menghadapi kerugian. 4.4 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Margin kontribusi menunjukkan mengaba laba operasi berubah ketika jumlah unit yang terjual berubah. Margin kontribusi dapat melihat kemampuan tiap jenis produk dalam memberikan kontribusi untuk menghasilkan laba. Breakeven Point atau titik impas adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total, yaitu jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi Rp 0 (nol). PD. Alam Lestari setidaknya harus mengetahui analisis titik impas untuk menghindari kerugian. PD. Alam Lestari yang memiliki tiga jenis produk yang dijual, dapat dikonversikan menjadi satu produk tunggal dalam menyelesaikan analisis cost-volume-profit. 40

41 4.4.1 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan Mei 2011 Bulan Mei 2011 merupakan awal diproduksinya dua jenis produk baru, yaitu serbuk kunyit instan dan bawang merah goreng. Semakin bertambahnya jenis produk yang dimiliki, maka perusahaan perlu mengetahui jenis produk mana yang memberikan keuntungan terbesar dan produk yang memberikan keuntungan terkecil. Analisis margin kontribusi dapat membantu PD. Alam Lestari untuk menentukan produk mana yang memberikan keuntungan terbesar pada bulan Mei 2011.Margin kontribusi bulan Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Margin Kontribusi Bulan Mei 2011 Jenis Produk Keterangan Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram 300 gr/kotak /kotak Penjualan 8.000.000 2.625.000 4.800.000 16.800.000 Biaya Variabel Bahan Baku Langsung 1.750.000 1.000.000 745.000 4.182.150 Tenaga Kerja Langung 191.000 191.000 697.500 960.000 Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 - Gas 105.000 105.000 210.000 210.000 Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400 Total Biaya Variabel 2.750.700 1.672.500 2.467.600 6.181.550 Margin Kontribusi 5.249.300 952.500 2.332.400 10.618.450 Berdasarkan Tabel 18 menjelaskan bahwa produk yang memberikan margin kontribusi terbesar untuk bulan Mei 2011 adalah bawang merah goreng sebesar Rp 10.618.550 dan produk yang memberikan margin kontribusi terkecil adalah susu bubuk kedelai kemasan 200 gram sebesar Rp 952.500. Breakeven Point (BEP) atau titik impas adalah jumlah penjualan output yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total, yaitu jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi Rp 0 (nol). PD. Alam Lestari setidaknya harus mengetahui analisis titik impas untuk menghindari kerugian. Jika analisis impas meliputi lebih dari lini produk, maka diasumsikan bahwa ada bauran penjualan yang tidak berubah. Bauran penjualan (sales mix) menunjukkan kombinasi atau perbandingan jumlah produk yang dijual perusahaan. Setelah diketahui sales mix masing-masing produk, maka dapat diketahui margin kontribusi rata-rata tertimbang (Weight Average Unit 41

42 Contribution Margin/ WACM). Pada Tabel 19 dapat dilihat WACM masingmasing produk dan totalnya. Tabel 19. Weight Average Unit Contribution Margin/ WACM Mei 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) MC/unit (Rp) WACM (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 27 10.498 2.834 Susu Bubuk Kedelai 200 gr 13,51 3.810 514 Serbuk Kunyit Instan 21,62 5.806 1.255 Bawang Merah Goreng 37,8 15.169 5.733 Total 100 10.336 Nilai margin kontribusi rata-rata tertimbang dicari untuk menghitung volume titik impas, yang melibatkan biaya tetap untuk membagi WACM. Maka BEP untuk bulan Mei 2011 adalah sebagai berikut. = 299,46 unit PD. Alam Lestari mengalami volume titik impas sebesar 299,46 unit selama bulan Mei 2011. PD. Alam Lestari tidak akan mengalami kerugian dan tidak untung apabila unit penjualan sebanyak 299 unit. Hasil penjualan pada bulan Mei 2011 nilainya lebih dari nilai titik impas yang telah dihitung, sehingga menunjukkan PD. Alam Lestari mengalami keuntungan. Volume titik impas merupakan kombinasi penjualan tiga produk yang satu produknya memiliki dua jenis kemasan. Kombinasi penjualan untuk bulan Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 20. Kombinasi penjualan akan menunjukkan titik impas penjualan masingmasing jenis produk dan titik impas nilai penjualannya. Tabel 20. Kombinasi Penjualan Impas Mei 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) BEP Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) BEP (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 27 80,85 16.000 1.293.600 Susu Bubuk Kedelai 200gr 13,51 40,45 10.500 474.725 Serbuk Kunyit 21,62 64,74 12.000 776,880 Bawang Merah Goreng 37,8 113,19 24.000 2.716.560 Total 100 299,46 5.261.765 Tabel 20 kombinasi penjualan impas bulan Mei 2011 menunjukkan bahwa setiap penjualan produk untuk mengalami kerugian sangat jauh sekali, justru terlihat 42

43 jelas bahwa PD. Alam Lestari mengalami keuntungan dengan titik impas nilai penjualan secara keseluruhan sebesar Rp 5.261.765. 4.4.2 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan Juni 2011 Tabel 21 berikut menyajikan margin kontribusi untuk bulan Juni 2011. Seperti perhitungan bulan sebelumnya, margin kontribusi dihitung dari penjualan dikurangi biaya variabel. Tabel 21. Margin Kontribusi Bulan Mei 2011 Jenis Produk Keterangan Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram 300 gr/kotak /kotak Penjualan 8.000.000 2.625.000 7.200.000 21.600.000 Biaya Variabel Bahan Baku Langsung 1.750.000 1.000.000 741.000 4.147.150 Tenaga Kerja Langung 191.000 191.000 697.500 960.000 Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 - Gas 105.000 105.000 210.000 210.000 Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400 Total Biaya Variabel 2.750.700 1.672.500 2.463.600 6.146.550 Margin Kontribusi 5.249.300 952.500 4.736.400 15.453.450 Sama halnya seperti bulan Mei 2011, pada bulan Juni 2011 produk yang memberikan margin kontribusi terbesar adalah bawang merah goreng sebesar Rp 15.453.450 dan produk yang memberikan margin kontribusi terkecil adalah produk susu bubuk kedelai kemasan 200 gram sebesar Rp 952.500. Bawang merah goreng memang selain paling banyak diproduksi dari produk lainnya, bawang merah goreng merupakan produk yang paling banyak diminati. Meskipun produk ini baru masuk dikalangan masyarakat Tasikmalaya, tetapi banyak konsumen yang menyukainya karena rasanya yang enak dan tidak langu. Berikut akan disajikan perhitungan nilai BEP dalam unit untuk bulan Juni 2011. Kemudian akan dihitung kombinasi penjualan untuk mengetahui titik impas masing-masing produk baik titik impas unit maupun titik impas penjualannya. Tetapi sebelumnya terlebih dahulu dihitung nilai WACM sebelum ke dalam perhitungan BEP (unit). WACM untuk bulan Juni 2011 dapat dilihat pada Tabel 22. 43

44 Tabel 22. Weight Average Unit Contribution Margin/ WACM Juni 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) MC/unit (Rp) WACM (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 22,22 10.498 2.333 Susu Bubuk Kedelai 200 gr 11,11 3.810 423 Serbuk Kunyit Instan 26,67 7.894 2.105 Bawang Merah Goreng 40 17.170 6.868 Total 100 11.729 Setelah diketahui WACM untuk bulan Juni 2011 sebesar Rp 11.729, maka dapat langsung dihitung nilai BEP (unit) sebagai berikut. = 263,17 unit Hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik impas unit untuk bulan Juni 2011 adalah sebesar 263,17 unit. Angka tersebut menjelaskan bahwa perusahaan berada di posisi untung dari penjualannya sebesar 2.250 unit. Pada Tabel 23 dapat dilihat titik impas unit untuk masing-masing produk beserta titik impas penjualannya selama bulan Juni 2011. Tabel 23. Kombinasi Penjualan Impas Juni 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) BEP Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) BEP (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 22,22 58,47 16.000 935.520 Susu Bubuk Kedelai 200gr 11,11 29,24 10.500 307.020 Serbuk Kunyit 26,67 70,18 12.000 842.160 Bawang Merah Goreng 40 105,27 24.000 2.526.480 Total 100 263,17 4.611.180 Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan bahwa BEP (Rp) sebesar Rp 4.611.180, dengan demikian perusahaan harus berada pada posisi impas tersebut agar tidak mengalami kerugian. Dari total penjualan pada bulan Juni sebesar Rp 39.425.000 dengan posisi impas multiple product sebesar Rp 4.611.180, maka perusahaan masih dalam kondisi untung. 44

45 4.4.3 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan Juli 2011 Margin kontribusi untuk bulan Juli 2011 dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Margin Kontribusi Bulan Juli 2011 Jenis Produk Keterangan Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram 300 gr/kotak /kotak Penjualan 8.000.000 2.625.000 8.400.000 26.400.000 Biaya Variabel Bahan Baku Langsung 1.800.000 1.000.000 741.000 4.152.150 Tenaga Kerja Langung 191.000 191.000 697.500 960.000 Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 - Gas 105.000 105.000 210.000 210.000 Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400 Total Biaya Variabel 2.800.700 1.672.500 2.463.600 6.151.550 Margin Kontribusi 5.249.300 952.500 5.936.400 20.248.450 Pada bulan Juli 2011 produk yang memberikan margin kontribusi terbesar adalah bawang merah goreng dengan memberikan margin kontribusi sebesar Rp 20.248.450. Susu bubuk kedelai kemasan 200 gram menjadi produk yang memberikan margin kontribusi terkecil dengan memberikan margin kontribusi sebesar Rp 952.500. Nilai WACM untuk menghitung BEP (unit) setiap bulannya berbeda tergantung nilai margin kontribusi per unitnya dan sales mix yang nantinya akan dihitung dan menghasilkan WACM secara total. Nilai WACM untuk semua produk yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Weight Average Unit Contribution Margin/ WACM Juli 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) MC/unit (Rp) WACM (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 19,61 10.398 2.039 Susu Bubuk Kedelai 200 gr 9,80 3.810 373 Serbuk Kunyit Instan 27,45 8.480 2.327 Bawang Merah Goreng 43,13 18.407 7.938 Total 100 12.677 Setelah diketahui nilai WACM, maka dapat diketahui nilai BEP (unit) untuk bulan Juli 2011. Perhitungan BEP (unit) untuk bulan Juli 2011 adalah sebagai berikut. = 243,87 unit 45

46 Pada bulan Juli 2011 titik impas unitnya sebanyak 243,87 unit. Perusahaan masih dalam kondisi aman, karena penjualan pada saat bulan ini lebih dari nilai titik impasnya. Titik impas penjualan masing-masing produk bulan Juli dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Kombinasi Penjualan Impas Juli 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) BEP Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) BEP (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 19,61 47,82 16.000 765.120 Susu Bubuk Kedelai 200gr 9,80 23,89 10.500 250.845 Serbuk Kunyit 27,45 66,94 12.000 803.280 Bawang Merah Goreng 43,13 105,18 24.000 2.524.320 Total 100 243,87 4.343.565 Kombinasi penjualan impas pada bulan Juli 2011 sebesar Rp 4.343.565, sehingga menunjukkan perusahaan tidak mengalami kerugian, karena BEP (Rp) lebih kecil dari total penjualan perusahaan sebesar Rp 45.425.000. 4.4.4 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan Agustus 2011 Analisis margin kontribusi dihitung dari penjualan dikurangi biaya variabel. Margin kontribusi untuk bulan agustus 2011 disajikan pada Tabel 27 untuk melihat produk yang memberikan margin kontribusi terbesar dan terkecil untuk pada bulan Agustus 2011. Tabel 27. Margin Kontribusi Bulan Agustus 2011 Jenis Produk Keterangan Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram 300 gr/kotak /kotak Penjualan 8.000.000 2.625.000 7.800.000 24.000.000 Biaya Variabel Bahan Baku Langsung 1.800.000 1.000.000 741.000 4.233.650 Tenaga Kerja Langung 191.000 191.000 697.500 960.000 Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 - Gas 105.000 105.000 210.000 210.000 Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400 Total Biaya Variabel 2.800.700 1.672.500 2.463.600 6.233.050 Margin Kontribusi 5.199.300 952.500 5.336.400 17.766.950 Produk bawang merah goreng pada bulan Agustus 2011 memberikan margin kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp 17.766.950 dan susu bubuk kedelai kemasan 200 gram sebesar Rp 957.500 memberikan margin kontribusi terkecil. 46

47 Analisis margin kontribusi dapat membantu dalam perhitungan WACM dan selanjutnya dapat dihitung titik impas unitnya. Berikut WACM untuk bulan Agustus 2011 pada Tabel 28. Tabel 28. Weight Average Unit Contribution Margin/ WACM Agustus 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) MC/unit (Rp) WACM (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 20,83 10.398 2.165 Susu Bubuk Kedelai 200 gr 10,42 3.810 397 Serbuk Kunyit Instan 27,08 8.209 2.223 Bawang Merah Goreng 41,67 17.766 7.403 Total 100 12.188 Perhitungan BEP (unit) dapat langsung dihitung dengan menggunakan WACM sebesar Rp 12.188. Berikut perhitungan BEP (unit) untuk bulan agustus 2011. = 253,65 unit PD. Alam Lestari mengalami volume titik impas sebesar 253,65 unit selama bulan Agustus 2011. PD. Alam Lestari tidak akan mengalami kerugian dan tidak untung apabila unit penjualan sebanyak 254 unit. Hasil penjualan pada bulan Agustus 2011 nilainya lebih dari nilai titik impas yang telah dihitung, sehingga menunjukkan PD. Alam Lestari mengalami keuntungan.pada Tabel 29 merupakan kombinasi penjualan impas untuk bulan Agustus 2011. Tabel 29. Kombinasi Penjualan Impas Agustus 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) BEP Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) BEP (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 20,83 52,83 16.000 843.280 Susu Bubuk Kedelai 200gr 10,42 26,43 10.500 277.515 Serbuk Kunyit 27,08 68,68 12.000 824.160 Bawang Merah Goreng 41,67 105,69 24.000 2.536.560 Total 100 253,65 4.481.515 BEP (Rp) pada bulan Agustus sebesar Rp 4.481.515, sehingga pada bulan Agustus 2011 PD. Alam Lestari tidak mengalami kerugian. 47

48 4.4.5 Analisis Margin Kontribusi dan BEP Bulan September 2011 Analisis margin kontribusi untuk bulan September 2011 dapat dilihat pada Tabel 30 yang melibatkan penjualan dan biaya variabel untuk mengetahui nilai margin kontribusi untuk masing-masing produk. Tabel 30. Margin Kontribusi Bulan September 2011 Jenis Produk Keterangan Susu Bubuk Kedelai Serbuk Kunyit Instan Bawang Merah Goreng 300 gr/kotak 200 gr/kotak 300 gram 300 gr/kotak /kotak Penjualan 8.000.000 2.625.000 7.200.000 21.600.000 Biaya Variabel Bahan Baku Langsung 1.800.000 1.000.000 741.000 4.233.650 Tenaga Kerja Langung 206.250 206.250 712.500 990.000 Bensin Mesin 31.500 31.500 22.500 - Gas 105.000 105.000 210.000 210.000 Kemasan dan Label 673.200 345.000 792.600 829.400 Total Biaya Variabel 2.815.950 1.687.750 2.478.600 6.233.050 Margin Kontribusi 5.184.050 937.250 4.721.400 15.336.950 Sama seperti bulan sebelumnya, bawang merah goreng tetap memberikan margin kontribusi terbesar dibandingkan produk yang lainnya sebesar Rp 15.336.950. Selanjutnya adalah perhitungan BEP (unit) untuk bulan September 2011, tetapi sebelumya September 2011 pada Tabel 31. harus diketahui terlebih dahulu nilai WACM untuk bulan Tabel 31. Weight Average Unit Contribution Margin/ WACM September 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) MC/unit (Rp) WACM (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 22,22 10.368 2.304 Susu Bubuk Kedelai 200 gr 11,11 3.749 416,5 Serbuk Kunyit Instan 26,67 7.869 2.098 Bawang Merah Goreng 40 17.041 6.816 Total 100 11.634 Nilai margin kontribusi rata-rata per unit untuk bulan September 2011 adalah Rp 11.634. Sehingga BEP (unit) bulan September adalah sebagai berikut. = 301,56 unit Hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik impas unit untuk bulan September 2011 adalah sebesar 301,56 unit. Selama bulan September perusahaan mengalami 48

49 keuntungan karena dapat melampaui titik impas yang sudah dihitung. Pada Tabel 32 dapat dilihat titik impas unit untuk masing-masing produk beserta titik impas penjualannya selama bulan September 2011. Tabel 32. Kombinasi Penjualan Impas September 2011 Jenis Produk Sales Mix (%) BEP Penjualan (unit) Harga Jual (Rp) BEP (Rp) Susu Bubuk Kedelai 300 gr 22,22 67,00 16.000 1.072.000 Susu Bubuk Kedelai 200gr 11,11 33,50 10.500 351,750 Serbuk Kunyit 26,67 80,42 12.000 965.040 Bawang Merah Goreng 40 120,62 24.000 2.894.880 Total 100 301,56 5.283.670 Titik impas penjualan dari kombinasi penjualan impas bulan September 2011 sebesar Rp 5.283.670. Seperti bulan-bulan sebelumnya perusahaan mengalami keuntungan karena penjualannya selalu diatas nilai titik impas. 4.4.6 Analisis Trend Breakeven Point Perkembangan BEP (unit) selama lima bulan yaitu dari bulan Mei 2011 hingga bulan September 2011 dapat dilihat dengan menggunakan analisis trend, sehingga dapat juga melihat prediksi berapa besar BEP (unit) yang terjadi untuk bulan Oktober 2011. Pada Gambar 6 dapat dilihat perkembangan BEP (unit) yang nantinya dapat dijadikan sebagai analisis CVP untuk bulan selanjutnya. Semakin tinggi nilai BEP (unit) yang diperoleh perusahaan, maka semakin tinggi pula resiko yang harus didapatkan oleh perusahaan untuk terjadinya kerugian, karena apabila nilai BEP tinggi otomatis penjualan perusahaan harus lebih tinggi dan kondisi ini terkadang menjadi hal yang dikhawatirkan. 49