BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 28 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Metode Pengelompokan Biaya, Perhitungan Biaya Produk Gabungan dan Pengakuan Pendapatan Sampingan Menurut Perusahaan X 1. Jenis-jenis produk menurut jenis biaya Dari penjelasan jenis-jenis hasil produksi dan penjelasan proses produksi dapat kita ketahui bahwa terdapat dua jenis hasil produksi dalam keseluruhan proses produksi pada Perusahaan X. Pembagian tersebut berdasarkan atas jenis biaya yang mempengaruhinya. Dua jenis produksi tersebut adalah produk gabungan dan produk sampingan. Jenis-jenis produk menurut jenis biaya yang mempengaruhinya antara lain : a. Produk gabungan 1) potong 2) bandung 3) goreng 4) pong b. Produk sampingan 1) Ampas tahu 2. Pengelompokkan biaya menurut Perusahaan X a. Metode pengelompokan biaya menurut Perusahaan X 28

2 29 Perusahaan X mengelompokan jenis-jenis biaya menjadi tiga macam, yaitu: 1) biaya alat produksi, 2) biaya bahan baku, dan 3) biaya pegawai. Penjelasan masing-masing jenis biaya tersebut adalah sebagai berikut : 1) Biaya alat produksi Biaya alat produksi adalah biaya yang dikeluarkan setiap bulannya oleh Perusahaan X yang berkaitan dengan alat produksi tahu. Biaya alat produksi terdiri dari: a) Biaya depresiasi mesin yang terdiri dari mesin penggiling, mesin tungku untuk memasak tahu dengan uap dan kayu pemampat untuk mencetak tahu. b) Biaya bahan bakar tungku yang berasal dari pembakaran kayu bakar, biaya listrik dan air, dan minyak goreng. Perusahaan X tidak memiliki biaya sewa pabrik karena pabrik tersebut sudah dimiliki penuh oleh Perusahaan X.

3 30 Tabel 4.1 Tabel Rincian Biaya Kelompok Alat Produksi Menurut Perusahaan X di Bulan April 2010 No Jenis Biaya Alat Produksi Biaya/Bulan (Rp) 1. Biaya Depresiasi Tungku Biaya Depresiasi Mesin Penggiling Biaya Depresiasi Pencetak Biaya Depresiasi Alat Goreng Biaya Kayu Bakar Biaya Listrik dan Air Jumlah Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen PerusahaanX Rincian biaya alat produksi tersebut adalah sebagai berikut : a) Biaya depresiasi tungku adalah sebesar Rp ,00 per bulan. Tungku tersebut mempunyai nilai buku senilai Rp ,00 dengan masa manfaat 5 tahun. Perusahaan X mendepresiasi nilai buku tersebut dengan menggunakan metode garis lurus. b) Biaya depresiasi mesin penggiling sebesar Rp ,00 per bulan. Mesin penggiling mempunyai nilai buku senilai Rp ,00 dengan masa manfaat 5 tahun. Perusahaan X mendepresiasi nilai buku tersebut dengan menggunakan metode garis lurus. c) Biaya depresiasi pencetak tahu sebesar Rp ,00 per bulan. Pencetak tahu tersebut mempunyai nilai buku senilai Rp ,00 dengan masa manfaat 2 tahun. Perusahaan X mendepresiasikan nilai buku tersebut dengan menggunakan metode garis lurus.

4 31 d) Biaya depresiasi alat goreng sebesar Rp ,00 perbulan. Alat goreng tersebut mempunyai nilai buku senilai Rp ,00 dengan masa manfaat 3 tahun. Perusahaan X mendepresiasikan nilai buku tersebut dengan menggunakan metode garis lurus. e) Biaya pembelian kayu bakar sebesar Rp ,00 per hari, sehingga per bulan dengan 30 hari kerja menghabiskan biaya sebesar Rp ,00. Kayu bakar digunakan Perusahaan X sebagai bahan bakar tungku selepas konversi minyak tanah ke gas pada awal tahun 2000 yang lalu yang mengakibatkan pembengkakan biaya produksi. f) Biaya listrik dan air rata-rata sebesar Rp ,00 per bulan. Perusahaan X tidak menggunakan jasa suplai air dari perusahaan air minum daerah, melainkan menggunakan air tanah yang dipompa dengan mesin dari tenaga listrik. Oleh karena itu biaya air untuk produksi juga termasuk dalam tagihan listrik Perusahaan X. Dari uraian di atas jumlah biaya alat produksi pada Perusahaan X adalah sebesar Rp ,00 per bulan. 2) Biaya bahan baku Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku untuk proses produksi hingga menjadi barang jadi. Perusahaan X mengelompokkan seluruh bahan baku tersebut pada kelompok biaya bahan baku. Bahan baku tersebut antara lain kedelai yang menjadi bahan baku utama tahu, kunyit, minyak goreng dan garam.

5 32 Tabel 4.2 Tabel Rincian Biaya Kelompok Bahan Baku Menurut Perusahaan X di Bulan April 2010 No Jenis Biaya Bahan Baku Biaya/Bulan 1. Biaya Pembelian Kedelai Biaya Pembelian Kunyit Biaya Pembelian Garam Biaya Pembelian Minyak Goreng Jumlah Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X Rincian biaya bahan baku adalah sebagai berikut : a) Biaya pembelian kedelai adalah sebesar 6 kuintal dengan harga perkuintal sebesar Rp ,00 atau sebesar Rp ,00 per hari, atau sebesar Rp ,00 per bulan dengan rata-rata 30 hari kerja setiap bulannya. Perusahaan X tidak menyimpan persediaan bahan baku selama lebih dari satu hari, hal tersebut berarti bahwa setiap pembelian kedelai setiap harinya akan habis diproduksi pada hari itu juga. Sehingga Perusahaan X tidak terdapat pos biaya penyimpanan maupun kerugian akibat penyimpanan. b) Biaya pembelian minyak goreng sebesar Rp ,00 per hari atau sebanyak 126 kg perhari. Sehingga biaya pembelian minyak goreng per bulan dengan 30 hari kerja menghabiskan biaya sebesar Rp ,00. c) Biaya pembelian kunyit sebesar Rp ,00 per hari, atau sebesar Rp ,00 per bulan dengan rata-rata 30 hari kerja setiap bulannya.

6 33 d) Biaya pembelian garam sebesar Rp 9.000,00 per hari atau sebesar Rp ,00 per bulan dengan rata-rata 30 hari kerja setiap bulannya. Dari uraian di atas jumlah biaya bahan baku pada Perusahaan X adalah sebesar Rp ,00 per bulan. 3) Biaya pegawai Biaya pegawai adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai belanja honor pegawai pabrik pada Perusahaan X. Pegawai dimaksud adalah pegawai yang pekerjaannya berkaitan langsung dengan proses produksi tahu. Tabel 4.3 Tabel Rincian Biaya Kelompok Pegawai Menurut Perusahaan X di Bulan April 2010 No Jenis Biaya Pegawai Biaya/Bulan (Rp) 1. Mandor/Pengawas Produksi Pegawai Produksi Jumlah Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X Seperti tertulis dalam penjelasan struktur organisasi, pegawai produksi terbagi menjadi dua, yaitu : a) Mandor/Pengawas Produksi Mandor adalah pegawai yang bertugas untuk mengawasi proses produksi dan memastikan proses produksi menggunakan seluruh bahan baku yang ada dengan efektif dan efisien. Jumlah mandor yang dipekerjakan pada Perusahaan X adalah satu orang. Peran mandor penting

7 34 sekali karena Perusahaan X tidak menerapkan kebijakan untuk menyimpan bahan baku untuk kemudian dilakukan proses produksi pada hari berikutnya karena seluruh bahan baku yang dibeli harus habis pada hari itu juga. Biaya honor mandor perbulannya adalah sebesar Rp ,00. b) Pegawai produksi Pegawai produksi adalah pegawai yang bertugas untuk melakukan proses produksi dari bahan baku kedelai menjadi tahu. Jumlah pegawai yang dipekerjakan pada Perusahaan X adalah 9 orang dengan honor perhari sebesar Rp ,00 dengan jumlah hari kerja perbulan rata-rata adalah 30 hari. Sehingga total biaya honor pegawai produksi tersebut perbulan adalah sebesar Rp ,00. Perusahaan X menetapkan kebijakan bahwa jika jumlah hari produksi pada suatu bulan di bawah dari sepuluh hari, Perusahaan X tetap memberikan honor yang bersifat tetap sebesar Rp ,00 perbulannya. Sehingga apabila pada bulan tersebut jumlah hari produksinya hanya enam hari, pegawai tetap akan mengantungi honor sebesar Rp ,00 bukan Rp ,00 yang setara dengan enam hari kerja dikalikan dengan honor Rp /hari. Dari uraian di atas jumlah biaya pegawai mandor dan produksi pada Perusahaan X adalah sebesar Rp ,00 per bulan. Berdasarkan uraian di atas, jumlah keseluruhan biaya produksi adalah sebesar Rp ,00 seperti terangkum dalam tabel berikut.

8 35 Tabel 4.4 Tabel Rincian Biaya Produksi Pada Perusahaan X di Bulan April 2010 No Jenis Biaya Alat Produksi Biaya/Bulan (Rp) 1. Biaya Depresiasi Tungku Biaya Depresiasi Mesin Penggiling Biaya Depresiasi Pencetak Biaya Depresiasi Alat Goreng Biaya Kayu Bakar Biaya Listrik dan Air Jumlah No Jenis Biaya Bahan Baku 1. Biaya Pembelian Kedelai Biaya Pembelian Kunyit Biaya Pembelian Garam Biaya Pembelian Minyak Goreng Jumlah No Jenis Biaya Pegawai 1. Mandor/Pengawas Produksi Pegawai Produksi Jumlah Jumlah Seluruh Biaya Perbulan Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X b. Rincian pendapatan Perusahaan X 1) Pendapatan utama Perusahaan X menjual beragam produk tahunya per kaleng dengan isi tiap kalengnya adalah tahu-tahu yang telah dipotong hasil dari satu pemampatan tahu oleh sebuah alat pencetak. Jumlah tahu tiap kalengnya

9 36 berbeda tergantung jenis tahu yang diproduksi. Jumlah produksi tahu Perusahaan X pada bulan April 2010 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Tabel Jumlah Produksi Perusahaan X Pada Bulan April 2010 No Jenis Jumlah Produksi dalam Sebulan (Satuan Kaleng) Jumlah Per Kaleng Jumlah Produksi dalam Sehari (Satuan Kaleng) A B C D=B/30 hari 1. Potong Bandung Goreng Pong JUMLAH Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X Dalam satu kali pemampatan dari alat pencetak dapat dihasilkan tahu berjumlah sebagai berikut: a) 56 buah tahu potong, b) 56 buah tahu bandung, c) 56 buah tahu goreng, dan d) 200 buah tahu pong. Setiap harinya, Perusahaan X rata-rata memproduksi 420 hasil pemampatan yang kemudian diolah atau dikemas lebih lanjut. Setiap hasil

10 37 pemampatan tersebut kemudian dipotong hingga menghasilkan potonganpotongan tahu untuk kemudian dikemas dalam satu kaleng. Dari 420 hasil pemampatan dapat dihasilkan tahu kalengan dengan jumlah sebagai berikut: a) 175 kaleng tahu potong dalam sehari, atau sebanyak kaleng dalam sebulan, b) 125 kaleng tahu bandung dalam sehari, atau sebanyak kaleng dalam sebulan, c) 88 kaleng tahu goreng dalam sehari, atau sebanyak kaleng dalam sebulan, d) 32 kaleng tahu pong dalam sehari, atau sebanyak 960 kaleng dalam sebulan. Setiap tahu dijual dengan harga yang berbeda, hal tersebut dikarenakan perbedaan kerumitan proses produksi yang telah dilakukan. polos yang tidak memerlukan proses produksi lanjutan setelah dimampatkan oleh alat pencetak dijual lebih murah daripada tahu bandung yang harus direbus kembali dengan kunyit atau dengan tahu goreng yang harus digoreng terlebih dahulu sebelum bisa dijual. Rincian pendapatan Perusahaan X dapat dilihat pada tabel berikut.

11 38 Tabel 4.6 Tabel Rincian Pendapatan Perusahaan X Pada Bulan April 2010 No Jenis Jumlah Produksi dalam Sebulan (Satuan Kaleng) Harga Jual Tiap Jenis Pendapatan Per Jenis A B C D=BxC 1. Potong Bandung Goreng Pong JUMLAH Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X Harga jual setiap jenis tahu per kalengnya adalah sebagai berikut: a) Potong dijual seharga Rp ,00/kaleng b) Bandung dijual seharga Rp ,00/kaleng c) Goreng dijual seharga Rp ,00/kaleng d) Pong dijual seharga Rp ,00/kaleng Pendapatan setiap jenis tahu tersebut antara lain: a) Potong sebesar Rp ,00, b) Bandung sebesar Rp ,00, c) Goreng sebesar Rp ,00, d) Pong sebesar Rp ,00.

12 39 Sehingga total pendapatan Perusahaan X dalam satu bulan adalah sebesar Rp ,00. 2) Pendapatan produk sampingan Perusahaan X mempunyai produk sampingan ampas tahu. Produk sampingan tersebut dijual berdasarkan harga pasar yang berlaku. Perusahaan X juga tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk pengemasan ataupun biaya produksi lanjutan agar dipasarkan. Ampas tahu tersebut kemudian dijual per satuan karung dengan harga Rp 8.000,00 per karungnya. Sedangkan dalam satu hari dapat dihasilkan ampas tahu sebanyak 11 karung. Sehingga dalam sebulan selama 30 hari kerja dapat dihasilkan pendapatan sebesar Rp , Metode alokasi biaya produk gabungan dan pengakuan produk sampingan menurut Perusahaan X a. Alokasi biaya produk gabungan menurut Perusahaan X 1) Perusahaan X menggunakan satuan kaleng sebagai acuan perhitungan pendapatan dan biaya Perusahaan X menyandingkan biaya dengan pendapatan yang diterima berdasarkan satuan kaleng yang berisi seluruh tahu yang berasal dari satu kali pemampatan yang kemudian dipotong-potong menjadi 56 buah tahu potong, tahu bandung dan tahu goreng dan sebanyak 200 tahu pong. 2) Perusahaan X mengalokasikan seluruh biaya produksinya dengan metode unit kuantitatif

13 40 Perusahaan X mengalokasikan seluruh biaya produksinya dengan metode unit kuantitatif. Metode tersebut adalah metode dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi untuk kemudian dibagi dengan jumlah hasil pemampatan tahu yang dikemas dalam satu kaleng. Oleh karena itu Perusahaan X tidak membedakan biaya produksi berdasarkan jenis tahunya melainkan dihitung berdasarkan hitungan biaya rata-rata perkaleng. Tabel 4.7 Rincian Alokasi Pemampatan No. Jenis Hasil Pemampatan per 600 Kg Kedelai selama Satu Hari Hasil Pemampatan Selama Satu Bulan (420x30 hari) Alokasi Per Jenis (kaleng) 1. Potong Bandung 420 Pemampatan Pemampatan Goreng Pong 960 Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X Perhitungan alokasi biaya produksi gabungan kepada tiap jenis tahu menurut Perusahaan X dapat dilihat pada tabel berikut.

14 41 Tabel 4.8 Metode Alokasi Biaya Produk Gabungan Menurut Perusahaan X Berdasarkan data Bulan April 2010 No Jenis Jumlah Seluruh Biaya per Bulan Total Produksi per Bulan (Satuan Kaleng) Biaya Produksi per Kaleng Jumlah Produksi per Jenis dalam Sebulan (Satuan Kaleng) Biaya Produksi per Jenis dalam Sebulan A B C D=B/C E F=DxE 1. Potong Rp 10, Rp 56,310, Rp Rp 40,221, Bandung Rp Rp Rp 28,316, Goreng 4. Pong Rp Rp 10,296, JUMLAH Rp Sumber : Rangkuman hasil wawancara dengan manajemen Perusahaan X Setiap hasil pemampatan tersebut dikemas dalam kaleng untuk kemudian dipasarkan. Oleh karena itu biaya produksi per satuan kaleng adalah: jumlah seluruh biaya perbulan jumlah hasil pemampatan tahu perbulan, atau Rp , kaleng = Rp ,79

15 42 Setiap bulannya, Perusahaan X rata-rata memproduksi hasil pemampatan yang kemudian diolah dan dikemas. Dari hasil pemampatan tersebut dihasilkan tahu yang berjumlah sebagai berikut: 1) kaleng tahu potong, 2) kaleng tahu bandung, 3) kaleng tahu goreng, 4) 960 kaleng tahu pong. Sehingga biaya produksi setiap jenis tahu jika dikalikan antara jumlah kaleng yang dihasilkan dengan biaya produksi per kaleng antara lain. 1) potong sebesar Rp ,67, 2) bandung sebesar Rp ,19, 3) goreng sebesar Rp ,24, 4) pong sebesar Rp ,90. b. Pengakuan pendapatan produk sampingan menurut Perusahaan X Perusahaan X memperlakukan pendapatan dari produk sampingan berupa ampas tahu sebagai pendapatan lain-lain. Pendapatan tersebut dilaporkan pada laporan keuangan di pos pendapatan lain-lain setelah pendapatan bersih. B. Analisis Pengelompokan Biaya, Metode Perhitungan Alokasi Biaya Produk Gabungan dan Pengakuan Pendapatan Produk Sampingan Menurut Perusahaan X Untuk mempermudah analisis atas metode alokasi biaya gabungan dan biaya sampingan, terlebih dahulu akan dijelaskan kelemahan dalam pengelompokan jenis biaya yang diterapkan dalam Perusahaan X. Hal tersebut

16 43 dilakukan agar dapat lebih memahami sifat dari biaya-biaya yang terdapat pada Perusahaan X. Setelah itu analisis akan dilakukan terhadap metode yang digunakan perusahaan X untuk mengalokasikan biaya produksi terhadap produk gabungan. Analisis juga akan dilakukan untuk mengetahui dampak kelemahan metode alokasi biaya yang digunakan perusahaan X terhadap margin keuntungan penjualan masing-masing produk dan efeknya terhadap laba bersih secara keseluruhan. 1. Analisis terhadap pengelompokan biaya menurut Perusahaan X Dari penjabaran rincian biaya, pendapatan, dan metode alokasi biaya yang diterapkan pada perusahaan X, terdapat beberapa kelemahan yang dapat diidentifikasikan jika diukur dengan teori akuntansi biaya yang ada, terutama teori dan metode dalam pengalokasian jenis biaya. Kelemahan tersebut terjadi pada metode yang digunakan dalam pengalokasian jenis biaya dan pada metode pengalokasian biaya gabungan pada masing-masing jenis tahu. Kelemahan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Perusahaan X menggunakan dasar pengelompokan biaya yang tidak tepat Perusahaan X mengelompokkan komponen-komponen biaya produksinya berdasarkan alat produksi, bahan baku dan pegawai. Hal tersebut diterapkan karena keterkaitan dan kesamaan yang terjalin antara komponen-komponen biaya tersebut. Namun menurut Carter dan Usry (2006,57) agar seorang manajer dapat merencanakan aktivitas-aktivitas perusahaan dengan baik, maka ia harus mengendalikan biaya yang ada dengan efektif dan memahami hubungan antara

17 44 terjadinya biaya dengan aktivitas maupun sebaliknya bagaimana dampak perubahan aktivitas terhadap biaya. Hal seperti itu sulit untuk dilakukan pada Perusahaan X, karena tidak terbagi dengan jelas apa komponen-komponen biaya yang berhubungan langsung dengan kapasitas produksi pabrik, serta sulit untuk mengidentifikasi biaya apa saja yang dapat dikurangi tanpa mempengaruhi kapasitas produksi pabrik. b. Metode pengelompokan biaya oleh Perusahaan X menyulitkan manajemen dalam mengambil keputusan Pada pengelompokan yang dilakukan oleh Perusahaan X, manajer akan kesulitan dalam menentukan dengan cepat biaya-biaya apa saja yang tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan jika harus menurunkan jumlah produksinya. Manajer juga akan kesulitan untuk menentukan margin antara keuntungan dan biaya dalam beberapa tingkat jumlah produksi. Hal tersebut dikarenakan pengelompokan yang dilakukan oleh Perusahaan X tidak merepresentasikan sifatnya dalam kegiatan produksi perusahaan. c. Pengelompokan biaya yang diterapkan Perusahaan X sudah mendekati prinsip teori akuntasi biaya Pada dasarnya pengelompokan biaya yang telah dilakukan oleh perusahaan X sudah mendekati prinsip pengelompokan biaya sesuai dengan elemen produksi. Perusahaan X mengelompokkan biaya berdasarkan bahan baku, alat produksi, dan tenaga kerja. Pada kelompok biaya bahan baku, perusahaan X sudah menetapkan dengan benar komponen-komponen biaya yang termasuk di dalamnya. Namun

18 45 pada kelompok tenaga kerja, tidak semua komponen produksi di dalamnya termasuk dalam tenaga kerja langsung. Pada kelompok biaya tenaga kerja, honor mandor tidak termasuk dalam biaya tenaga kerja langsung. Hal tersebut dikarenakan honor mandor bukan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Karena mandor hanya mempunyai fungsi pengawas, bukan pegawai yang melaksanakan proses produksi. 2. Pengelompokan biaya menurut teori Akuntansi Biaya a. Pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas produksi 1) Pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas produksi dibagi menjadi biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel Dalam kaitannya dengan aktivitas, biaya-biaya yang terjadi terbagi menjadi tiga bagian yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel. Pengelompokan tersebut berguna karena berhubungan langsung dengan aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan tersebut. Sehingga manajer misalnya dapat dengan mudah mengidentifikasi biayabiaya apa saja yang dapat dikurangi jika ingin mengurangi biaya produksi dengan catatan tidak mengurangi kapasitas produksi pabrik. Aktivitas dan biaya adalah isitilah untuk menggambarkan apakah biaya mengalami perubahan seiring dengan berubahnya output produksi. Sehingga terbagilah kelompok biaya menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Seperti yang diutarakan oleh Hansen dan Mowen (2006,84) biaya tetap adalah biaya yang akan tetap dikeluarkan oleh perusahaan, berapapun tingkat aktivitas produksi perusahaan tersebut.

19 46 Contoh yang terdapat dalam Perusahaan X adalah biaya depresiasi dan biaya gaji mandor. Biaya tersebut tidak akan mengalami perubahan walaupun tingkat produksi mengalami kenaikan maupun penurunan yang signifikan. Berbeda dengan biaya tetap yang nilainya bersifat tetap, biaya variabel justru berfluktuasi menyesuaikan dengan perubahan output produksi. Pada perusahaan X, biaya yang bersifat variabel diantaranya adalah, biaya bahan baku kedelai karena berhubungan langsung dengan target produksi tahu pada periode produksi tersebut. Selain itu juga ada biaya kayu bakar yang tiap jam pembakarannya memerlukan beberapa potong kayu bakar seharga Rp ,00. Sehingga apabila Perusahaan X ingin menambah waktu produksi di luar jam produksi normal, hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian kayu bakar setara dengan berapa jam Perusahaan X akan menambah jam kerjanya. Sedangkan biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai dua komponen biaya tetap dan biaya variabel. Contoh yang terdapat pada Perusahaan X adalah biaya listrik yang digunakan untuk penerangan pabrik dan memompa air tanah untuk bahan baku produksi. Biaya listrik mempunyai komponen biaya tetap berupa abodemen yang nilainya tetap walaupun pada bulan tersebut Perusahaan X sama sekali tidak menggunakan jasa listrik untuk operasional pabriknya. Namun biaya

20 47 tersebut akan menjadi bertambah berdasarkan jumlah listrik yang dikonsumsi oleh Perusahaan X. 2) Pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas menurut teori Akuntansi Biaya Pengelompokan jenis biaya pada Perusahaan X berdasarkan aktivitas menurut teori Akuntansi Biaya seharusnya adalah sebagai berikut: a) Biaya tetap (1) Depresiasi tungku, (2) Depresiasi mesin penggiling, (3) Depresiasi pencetak tahu, (4) Depresiasi alat goreng, (5) Honor mandor. b) Biaya variabel (1) Biaya pembelian kayu bakar, (2) Biaya pembelian minyak goreng, (3) Biaya pembelian kedelai, (4) Biaya pembelian kunyit, (5) Biaya pembelian garam. c) Biaya semi variabel (1) Biaya listrik, (2) Honor pegawai produksi.

21 48 b. Pengelompokan biaya berdasarkan hubungannya dengan elemen produksi Pengelompokan biaya berdasarkan elemen produksi bertujuan agar manajemen dapat dengan mudah mengidentifikasi sebuah biaya dengan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Pengelompokan ini dapat dengan mudah mengikhtisarkan komponen-komponen biaya jika manajemen ingin memanipulasi biaya dengan berpatokan pada produk pendukung produksinya. Manajemen akan dapat dengan mudah mengatur biaya apa yang harus dikurangi jika ingin memanipulasi biaya komponen-komponen bahan baku produksi. Atau manajemen juga dapat mengevaluasi apakah biaya tenaga kerja mereka sudah efektif dan efisien. 1) Pengelompokan biaya berdasarkan elemen produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik Menurut Carter dan Usry (2002,40), biaya manufaktur atau biaya pabrik adalah biaya yang terdiri dari tiga elemen biaya. Biaya manufaktur terdiri dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang disebut juga dengan biaya utama. Biaya manufaktur juga terdiri dari biaya overhead pabrik yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke elemen tertentu. Biaya overhead tersebut biasanya terdiri dari bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tidak langsung lainnya. Seluruh biaya tersebut jika kemudian ditambahkan dengan biaya komersial yang terdiri dari beban pemasaran dan administratif akan menjadi total biaya operasi perusahaan. 2) Pengelompokan biaya berdasarkan elemen produksi menurut teori Akuntansi Biaya

22 49 Berdasarkan teori Akuntansi Biaya, pengelompokan biaya berdasarkan elemen produksi pada Perusahaan X terdiri dari: a) Bahan baku langsung yang terdiri dari: (1) Biaya pembelian kedelai, (2) Biaya pembelian kunyit, (3) Biaya pembelian garam. b) Tenaga kerja langsung (1) Honor pegawai produksi Sedangkan biaya overhead pada perusahaan X terdiri dari: a) Bahan baku tidak langsung terdiri dari: (1) Pembelian kayu bakar, (2) Pembelian minyak goreng. b) Tenaga kerja tidak langsung yang terdiri dari: (1) Honor mandor c) Biaya tidak langsung lainnya yang terdiri dari: (1) Depresiasi tungku, (2) Depresiasi mesin penggiling, (3) Depresiasi pencetak tahu, (4) Depresiasi alat goreng, (5) Biaya listrik. 3. Analisis terhadap metode alokasi biaya produk gabungan menurut Perusahaan X.

23 50 Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, perusahaan X mengalokasikan seluruh biaya produksinya dengan metode unit kuantitatif. Metode tersebut adalah metode dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi untuk kemudian dibagi dengan jumlah kaleng hasil pengemasan tahu yang telah diproduksi. Hal itu dikarenakan perusahaan X menjual tahu-tahu yang diproduksinya dengan satuan kaleng yang berisi potongan-potongan tahu dari hasil satu kali pemampatan. Selain itu Perusahaan X tidak menjual hasil produksi tahunya per satuan atau kemasan yang berisi beberapa tahu saja, namun hanya menjualnya dengan satuan kaleng. Perusahaan X merasa bahwa karena penjualan yang mereka lakukan adalah dengan satuan kaleng yang seragam. Metode unit kuantitatif dipandang sebagai metode yang tepat untuk digunakan dalam alokasi biaya produksi. Metode unit kuantitatif sendiri merupakan salah satu metode yang lazim digunakan dalam pengalokasian biaya produk gabungan. Metode unit kuantitatif adalah metode yang menganggap bahwa produk-produk hasil produksi yang simultan mempunyai satuan pengukuran yang sama. Oleh karena hal tersebut, pengalokasian biaya gabungan dilakukan dengan cara membagi total biaya produksi dengan seimbang ke tiap-tiap satuan hasil produksi. a. Alasan penerapan metode unit kuantitatif pada Perusahaan X tidak tepat Metode unit kuantitatif sebenarnya kurang tepat untuk diterapkan pada Perusahaan X. Hal tersebut dikarenakan antara lain: 1) Perusahaan X memproduksi tahu dengan menambahkan proses produksi tambahan tergantung dengan jenis tahu yang diproduksi.

24 51 2) Perusahaan X memproduksi beberapa jenis produk tahu. 3) Perusahaan X menjual jenis-jenis tahu tersebut dengan harga yang berbedabeda. 4) Perusahaan X memproduksi tahu yang dapat dijual pada titik pisah batas dan juga produk yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas. b. Alasan bahwa metode harga pasar adalah metode paling tepat diterapkan pada Perusahaan X Dari keempat metode yang terdapat pada teori akuntansi biaya, Perusahaan X lebih tepat menggunakan metode harga pasar dibanding metode lainnya. Perusahaan X kurang tepat untuk menggunakan metode biaya rata-rata per unit. Karena jenis hasil produksi Perusahaan X masih dapat dibedakan dengan jelas baik bentuk dan bahan baku yang membentuknya. Perusahaan X juga tidak tepat untuk menggunakan metode rata-rata tertimbang, karena walaupun pembobotan atas atribut ukuran, tingkat kesulitan, dan kualitas produksi dapat ditentukan, serta produk-produk individual dapat dibedakan sifat dan bentuknya. Metode ini kurang tepat diterapkan karena biayabiaya gabungan sebelum titik pisah batas masih dapat dengan mudah ditelusuri, begitu pula proses produksi tambahan yang dilakukan untuk jenis tahu tertentu. Sehingga lebih tepat jika ditelusuri menurut biaya yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan X. Berdasarkan penjelasan tersebut, metode yang paling tepat untuk digunakan adalah metode harga pasar. Mengingat harga jual tahu dapat dengan

25 52 mudah diketahui dan harga jual tahu tergolong dalam harga jual yang nilainya stabil di pasar. Metode harga pasar adalah metode yang menggunakan persentase harga pasar suatu produk dengan total harga pasar seluruh produk yang berasal dari produksi bersama. Persentase tersebut kemudian digunakan untuk menentukan berapa biaya yang dialokasikan dari total biaya produksi bersama sebelum titik pisah. Metode tersebut digunakan untuk produk-produk yang dapat dijual setelah titik pisah dan tidak memerlukan biaya produksi lebih lanjut. Untuk produkproduk yang memerlukan biaya pemrosesan lebih lanjut, metode yang digunakan adalah harga pasar masing-masing produk terlebih dahulu dikurangi dengan biaya produksi lanjutan setelah titik pisah batas untuk kemudian dihitung persentasenya antara total biaya produksi gabungan dengan total harga pasar setelah dikurangi biaya produksi lanjutan. Mudah ditelusurinya biaya tersebut itulah yang juga menjadi alasan lainnya mengapa Perusahaan X kurang tepat menggunakan metode rata-rata tertimbang jika dibandingkan dengan metode harga pasar. c. Penerapan metode harga pasar berdasarkan kondisi Perusahaan X Dalam kasus pada proses produksi Perusahaan X, produk-produk yang dihasilkan mempunyai jenis produk yang dapat langsung dijual pada titik pisah, yaitu tahu potong dan juga mempunyai jenis produk yang memerlukan biaya produksi tambahan setelah titik pisah batas yang terdiri dari 1) Bandung, 2) Goreng, dan 3) Pong. Kombinasi tersebut tidak memungkinkan bagi perusahaan X untuk menggunakan metode harga pasar dengan alokasi

26 53 berdasarkan harga pasar ketika titik pisah batas. Metode yang paling tepat adalah metode harga pasar setelah dikurangi dengan biaya produksi tambahan setelah titik pisah batas, meskipun ada satu produk yang tidak memerlukan biaya produksi lebih lanjut. Namun hal tersebut dapat disetarakan dengan cara ketiga harga jual tahu yang memerlukan biaya produksi tambahan dikurangi dahulu dengan biaya produksi tambahan untuk mendapatkan harga jual hipotesis, untuk kemudian disandingkan dengan harga jual tahu potong yang sudah memiliki harga jual setelah titik pisah batas. Oleh karena itu ketiga jenis tahu yang memerlukan biaya produksi tambahan yaitu: 1) Bandung, 2) Goreng, dan 3) Pong dikurangi terlebih dahulu harga jualnya dengan masing-masing biaya produksi tambahan agar setara dengan tahu potong. Setelah itu harga jual keempat tahu tersebut, yaitu 1) Bandung, 2) Goreng, 3) Pong, dan 4) Potong yang sudah diketahui berapa harga pasar hipotesisnya dijumlahkan untuk kemudian dijadikan sebagai pembanding dari total biaya produksi gabungan. Persentase yang dihasilkan kemudian dijadikan ukuran untuk mengalokasikan biaya gabungan kepada masing-masing tahu. Untuk mengetahui berapa alokasi biaya gabungan dengan metode tersebut, terlebih dahulu harus diketahui berapa total biaya produksi gabungan, harga jual per kaleng tahu, dan biaya produksi tambahan untuk tiap-tiap jenis tahu. 4. Perhitungan alokasi biaya produk gabungan menurut teori Akuntansi Biaya Sebelum menghitung berapa total biaya produksi gabungan, terlebih dahulu harus diketahui bagaimana tahapan produksi tahu-tahu tersebut. Selain itu

27 54 juga perlu diketahui berapa total biaya gabungan yang terjadi serta berapa biaya produksi tambahan untuk masing-masing jenis tahu tersebut. a. Biaya produksi gabungan Biaya gabungan adalah biaya yang terdiri dari penjumlahan antara biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik selain dari biaya produksi tambahan untuk tahu tertentu. Rincian dan total biaya produksi gabungan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Tabel Rincian dan Total Biaya Produksi Gabungan Dalam Rupiah Menurut Teori Akuntansi Biaya No. Jenis Biaya Nilai 1 Biaya Depresiasi Tungku Rp Biaya Depresiasi Mesin Penggiling Rp Biaya Depresiasi Pencetak Rp Biaya Depresiasi Alat Goreng Rp Biaya Kayu Bakar Rp Biaya Listrik dan Air Rp Biaya Pembelian Kedelai Rp Mandor/Pengawas Produksi Rp Pegawai Produksi Rp Jumlah Rp Sumber : Data yang telah diolah b. Biaya produksi tambahan Yang harus diperhatikan selanjutnya adalah biaya apa saja yang termasuk biaya produksi tambahan untuk jenis tahu tertentu, karena biaya tersebut tidak termasuk dalam biaya produksi gabungan melainkan termasuk dalam biaya produksi tambahan.

28 55 Dari deskripsi atas jenis-jenis tahu yang diproduksi oleh Perusahaan X, jenis-jenis tahu yang memerlukan produksi lebih lanjut adalah tahu bandung, tahu goreng dan tahu pong. Proses lanjutan itu adalah proses perebusan dengan kunyit dan proses penggorengan. Berdasarkan hal tersebut biaya-biaya yang termasuk dalam biaya produksi tambahan antara lain : 1) Biaya pembelian kunyit sebesar Rp ,00, 2) Biaya pembelian minyak goreng sebesar Rp ,00, 3) Biaya pembelian garam sebesar Rp ,00. a) Perhitungan biaya produksi tambahan tahu bandung Perusahaan X membeli kunyit setiap bulannya seharga Rp ,00. Biaya tersebut dialokasikan kepada biaya produksi tahu bandung yang memerlukan bahan kunyit dalam perebusan. bandung juga memperoleh alokasi biaya tambahan pembelian garam sebesar Rp ,00. Sehingga total biaya produksi tambahan untuk tahu bandung adalah sebesar Rp ,00. b) Perhitungan biaya produksi tambahan tahu goreng dan tahu pong Biaya pembelian minyak goreng sebesar Rp ,00 tiap bulannya dibagi sesuai proporsi untuk dialokasikan kepada biaya produksi tahu goreng dan tahu pong karena kedua jenis tahu tersebut harus melalui proses penggorengan terlebih dahulu. Pengalokasian tersebut dilakukan secara proporsional dengan membandingkan jumlah kaleng hasil produksi masing-masing tahu dengan total kaleng hasil produksi kedua tahu tersebut. Dari rincian hasil produksi, diketahui bahwa Perusahaan X setiap bulannya memproduksi tahu goreng sebanyak kaleng, dan tahu pong sebanyak 960

29 56 kaleng. Sehingga jumlah kedua hasil produksi tersebut adalah kaleng. Persentase tersebut kemudian dikalikan dengan biaya pembelian minyak goreng yang digunakan untuk mengolah tahu goreng dan tahu pong lebih lanjut. Tabel perhitungan alokasi biaya produksi tambahan pada tahu goreng dan tahu pong adalah sebagai berikut. Tabel 4.10 Tabel Alokasi Biaya Produksi Tambahan Pada Goreng dan Pong Menurut Akuntansi Biaya No. Jenis Jumlah Produksi Goreng dan Pong Persentase Alokasi Biaya Pembelian Minyak Goreng Alokasi Biaya 1 A B C D E=CxD Goreng ,33% Rp Rp ,66% Rp Rp Pong JUMLAH % Rp Sumber : Data yang telah diolah Berdasarkan uraian dan perhitungan di atas, total biaya produksi tambahan untuk masing-masing jenis tahu adalah sebagai berikut. (1) Bandung sebesar Rp ,00 yang berasal dari biaya pembelian kunyit sebesar Rp ,00 dan biaya pembelian garam sebesar Rp ,00. (2) Goreng sebesar Rp ,00 yang berasal dari biaya pembelian minyak goreng.

30 57 (3) Pong sebesar Rp ,00 yang berasal dari biaya pembelian minyak goreng. c. Perhitungan alokasi biaya gabungan Perusahaan X memiliki 3 jenis tahu yang memerlukan pemrosesan tambahan lebih lanjut, berbeda dengan tahu potong yang tidak memerlukan produksi tambahan lainnya sebelum dijual. Produk yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas hakikatnya tidak memiliki harga jual karena memerlukan produksi tambahan. Sehingga dalam kasus pada Perusahaan X, dasar alokasinya adalah harga jual tahu potong ketika titik pisah batas dan harga jual hipotesis ketiga jenis tahu lainnya pada titik pisah batas. Hal tersebut dilakukan agar keempat jenis tahu tersebut menjadi setara dan dapat dijadikan dasar alokasi. Harga jual hipotesis ketiga tahu tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

31 58 Tabel 4.11 Tabel Perhitungan Harga Jual Hipotesis Menurut Teori Akuntansi Biaya No. Harga Jual Jumlah Produk Per Unit Produksi (A) (B) (C) 1. Bandung Rp Goreng Rp Pong Rp Potong 4. (tidak memerlukan Rp produksi lanjutan) Jumlah Harga Jual Total (D=BxC) Rp Rp Rp Rp Rp Biaya Harga Jual Produksi Hipotesis Lanjutan (F=D-E) (E) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 0,00 Rp Rp Rp Sumber : Data yang telah diolah Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase alokasi untuk masing-masing tahu berdasarkan perbandingan biaya produksi gabungan sebesar Rp ,00 dengan total harga jual hipotesis sebesar Rp ,00 adalah sebesar 62,64 %. Setelah diketahui persentase antara total biaya produksi gabungan dengan total harga jual hipotesis. Persentase tersebut kemudian dikalikan dengan harga jual hipotesis masing-masing tahu tersebut untuk mendapatkan berapa besar

32 59 alokasi biaya gabungan kepada masing-masing tahu. Perhitungan alokasi biaya gabungan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.12 Tabel Perhitungan Alokasi Biaya Gabungan Kepada Tiap Jenis No Jenis Harga Jual Hipotesis Persentase Biaya Gabungan Alokasi Biaya Gabungan Kepada Tiap Jenis A B C D=BxC 1. Bandung Rp % Rp ,97 2. Goreng Rp % Rp ,44 3. Pong Rp % Rp ,09 4. Potong Rp % Rp ,25 Sumber : Data yang telah diolah Setelah besarnya alokasi biaya produksi gabungan masing-masing tahu diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung total biaya produksi masingmasing tahu tersebut. Berbeda dengan tahu potong yang biaya produksinya tidak perlu ditambahkan biaya produksi lanjutan karena sudah dapat dijual setelah titik pisah batas. Ketiga tahu lainnya kembali harus ditambah dengan biaya produksi lanjutan masing-masing untuk mendapatkan total biaya produksinya.

33 60 Perhitungan biaya produksi masing-masing tahu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.13 Tabel Perhitungan Total Biaya Produksi Individual No. Jenis Biaya Besar Alokasi Total Biaya Produksi Biaya Gabungan Produksi Lanjutan (A) (C=A+B) (B) 1. Bandung Rp ,97 Rp Rp ,97 2. Goreng Rp ,44 Rp Rp ,44 3. Pong Rp ,09 Rp Rp ,09 4. Potong Rp ,50 Rp 0,00 Rp ,50 Jumlah Rp Rp Rp Sumber : Data yang telah diolah Setelah didapat total biaya produksi per jenis tahu, maka untuk mengetahui berapa biaya produksi untuk tiap kalengnya dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah produksi masing-masing jenis tahu seperti diperlihatkan dalam tabel berikut. Tabel 4.14 Tabel Biaya Produksi Per Kaleng Dengan Metode Harga Pasar No. Jenis Total Biaya Produksi Metode Harga Pasar (A) Jumlah Produksi Dalam Satuan Kaleng (B) Biaya Produksi Per Kaleng (C=A/B) 1. Potong Rp , Rp 8.581,96 2. Bandung Rp , Rp 9.468,63 3. Goreng Rp , Rp ,01 4. Pong Rp , Rp ,07 Sumber : Data yang telah diolah

34 61 d. Kesimpulan hasil perhitungan dengan metode harga pasar Dari hasil perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya produksi yang didapat dari metode harga pasar benar-benar merepresentasikan kegiatan produksi yang dilaluinya. Pada tabel dapat diketahui bahwa biaya produksi tahu potong lebih kecil dibanding ketiga tahu yang lainnya. Hal tersebut menandakan kalau memang tahu potong tidak melalui proses produksi lanjutan, sehingga biaya produksinya lebih rendah. Hal yang sama juga terlihat pada biaya produksi tahu bandung yang nilainya lebih besar daripada tahu potong. Hal tersebut dikarenakan tahu bandung melalui kembali proses produksi tambahan dengan direbus dalam kunyit dan garam. Nilai produksi tahu bandung juga lebih rendah dibanding dengan tahu goreng dan tahu pong. Rendahnya biaya produksi tersebut dikarenakan proses produksi tambahan tahu bandung dan tahu pong lebih membutuhkan biaya yang lebih besar dibanding tahu bandung. Biaya tersebut adalah biaya pembelian minyak goreng yang membutuhkan biaya Rp , lebih besar dibandingkan biaya pembelian kunyit dan garam senilai Rp Dari tabel juga dapat diambil kesimpulan bahwa biaya produksi tahu goreng dan tahu pong hampir sama. Hal itu karena pada dasarnya kedua tahu tersebut adalah identik, namun hanya ukuran tahunya saja yang berbeda. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa metode harga pasar lebih dapat menunjukkan aktivitas produksi yang dilalui setiap jenis tahu. Berbeda dengan metode unit kuantitatif yang digunakan Perusahaan X selama ini, biaya produksi per kaleng

35 62 yang dihasilkan nilainya sama dan tidak dapat menunjukkan aktivitas produksi masing-masing tahu.. 5. Analisis atas metode pengakuan pendapatan sampingan menurut Perusahaan X Perusahaan X memperlakukan pendapatan dari produk sampingan berupa ampas tahu sebagai pendapatan lain-lain. Pendapatan tersebut dilaporkan pada laporan keuangan di pos pendapatan lain-lain setelah pendapatan bersih. Metode tersebut termasuk dari salah satu metode dengan pengakuan sebagai pendapatan kotor. Metode ini dianggap sudah tepat karena ampas tahu tersebut tidak memerlukan kegiatan produksi tambahan ataupun kegiatan lainnya. Sehingga tidak ada lagi komponen biaya tambahan yang melekat pada produk tersebut. Dengan pengakuan sebagai pendapatan lain-lain, pembaca informasi dapat dengan mudah mengatahui bahwa memang terdapat produk sampingan yang muncul dari kegiatan produksi utama. C. Dampak Perbedaan Metode Perhitungan Biaya Produk Gabungan Antara Menurut Perusahaan X Dengan Menurut Teori Akuntansi Biaya 1. Mengakibatkan kesalahan perhitungan keuntungan dari tiap jenis tahu Selain mengakibatkan pencatatan biaya produksi yang tidak tepat, penggunaan metode unit kuantitatif ketimbang metode harga pasar juga mengakibatkan kesalahan perhitungan keuntungan dari tiap-tiap jenis tahu jika diasumsikan seluruh tahu tersebut seluruhnya terjual. Perhitungan total biaya

36 63 produksi setiap jenis tahu antara sebelum dan sesudah menggunakan metode harga pasar dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel 4.15 Tabel Perbedaan Nilai Keuntungan Per Jenis Biaya Produksi Biaya Selisih Kelebihan Metode Harga Produksi Jenis Kauntungan/(Kekurangan Pasar Metode Unit Keuntungan) (Perusahaan X) Kuantitatif (C=A-B) (A) (B) Rp Rp ,50 (Rp ,17) Potong ,67 Rp Rp ,97 (Rp ,22) Bandung ,19 Rp Rp ,44 Rp ,2 Goreng ,24 Rp Rp ,09 Rp ,18 Pong ,90 Sumber : Data yang telah diolah Dari tabel dapat dilihat bahwa perbedaan pencatatan keuntungan yang terjadi sangat signifikan. Seperti tahu goreng yang ternyata terdapat kelebihan pencatatan keuntungan yang sebenarnya tidak terjadi sebesar Rp ,2. Tetapi jika pendapatan dan biaya dihitung secara kumulatif dan tidak dihitung berdasarkan jenis tahu, tidak terdapat perbedaan antara total biaya produksi dan pendapatan antara metode unit kuantitatif dan metode harga pasar. Namun perbedaan informasi yang dihasilkan jika dirunut berdasarkan jenis tahu, bisa mengakibatkan informasi yang ditampilkan menjadi tidak tepat dan

37 64 bias. Hal tersebut dapat mengakibatkan manajer mengalami kesalahan dalam memutuskan keputusan bisnis. 2. Mengakibatkan perbedaan margin keuntungan dari setiap jenis tahu per kalengnya Kesalahan informasi dan lemahnya informasi juga dapat terjadi jika kita membandingkan biaya produksi per kaleng antara menggunakan metode unit kuantitatif dengan menggunakan metode harga pasar. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.16 Tabel Perbandingan Biaya Produksi Per Kaleng Biaya Produksi Biaya No. Jenis Per Kaleng Produksi Per Selisih Metode Unit Kaleng Lebih/(Kurang) Kuantitatif Metode (C=B-A) (Perusahaan X) Harga Pasar (A) (B) 1. Potong Rp ,79 Rp 8.581,96 (Rp 2.143,83) 2. Rp ,79 (Rp1.257,16) Rp 9.468,63 Bandung 3. Goreng Rp ,79 Rp ,01 Rp 4.252,22 4. Pong Rp ,79 Rp ,07 Rp 4.941,28 Sumber : Data yang telah diolah Selisih tersebut menunjukkan adanya perbedaan margin keuntungan dari setiap jenis tahu yang diproduksi. Dari tabel dapat kita lihat bahwa margin keuntungan tahu potong ternyata kurang sebesar Rp 2.143,83. Atau margin

38 65 keuntungan tahu goreng yang ternyata kelebihan sebesar Rp 4.252,22. Biaya produksi yang seragam seperti pada metode unit kuantitatif mengakibatkan sulitnya untuk memberikan informasi berapa margin keuntungan yang sebenarnya. Sehingga manajer sulit untuk memutuskan ketika ingin meningkatkan keuntungan, produksi jenis tahu apa saja yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Terdapat pemahaman yang berkembang bahwa biaya (cost) adalah sama pengertiannya dengan beban (expense). Hal ini dikarenakan terdapat pengertian kalau biaya dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Unsur - Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi Sebelum membahas mengenai biaya produksi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari biaya itu sendiri.

Lebih terperinci

ALOKASI BIAYA BERSAMA PADA PRODUK SAMPINGAN DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus UKM Pembuatan Tahu Bapak Bambang)

ALOKASI BIAYA BERSAMA PADA PRODUK SAMPINGAN DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus UKM Pembuatan Tahu Bapak Bambang) NAMA ALOKASI BIAYA BERSAMA PADA PRODUK SAMPINGAN DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus UKM Pembuatan Tahu Bapak Bambang) NPM : 27213456 JURUSAN : RETNO TRI RAHMAWATI : AKUNTANSI PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI BAB I HARGA POKOK PRODUKSI A. Definisi Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Informasi biaya dapat mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi, penentuan harga jual dan perencanaan laba perusahaan. Hal ini dikarenakan apabila perusahaan ingin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian pesatnya, seiring dengan berbagai perubahan di bidang informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya Produksi a. Definisi dan pengelompokan biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Penyusunan laporan akhir ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya 1. Pengertian Biaya Sebelum mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana biaya, berikut pengertian biaya menurut Horngren dan Foster (2000;

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN SCRAP UNTUK MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu AL, Sumedang dan Super di Kota Padang)

ANALISIS PEMANFAATAN SCRAP UNTUK MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu AL, Sumedang dan Super di Kota Padang) ANALISIS PEMANFAATAN SCRAP UNTUK MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu AL, Sumedang dan Super di Kota Padang) Armel Yentifa Ulfi Maryati Sri Yuli Ayu Putri Jurusan Akuntansi Politeknik

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK SAMPINGAN PADA PERUSAHAAN TAHU SUMEDANG. Rina Rismawati

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK SAMPINGAN PADA PERUSAHAAN TAHU SUMEDANG. Rina Rismawati PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK SAMPINGAN PADA PERUSAHAAN TAHU SUMEDANG Rina Rismawati 25210972 Latar Belakang Berkembangannya teknologi yang canggih semakin bermacam pula produk yang di produksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN) PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN) Karakteristik Perusahaan Manufaktur Dalam perusahaan manufaktur ada tiga kegiatan atau fungsi utama yaitu kegiatan produksi,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO)

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO) 1 PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO) FENTIN ADRIANA ROSALY ocalygreen@gmail.com ABSTRAK Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011)

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011) PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011) Radinas Putri Ayuning Firdaus Ach. Husaini M. G. Wi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL KERUPUK PADA PERUSAHAAN DAGANG MASTOGASARI BOGOR DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL KERUPUK PADA PERUSAHAAN DAGANG MASTOGASARI BOGOR DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL KERUPUK PADA PERUSAHAAN DAGANG MASTOGASARI BOGOR DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan guna melengkapi syarat- syarat untuk mencapai gelar setara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-06 Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Produksi Menurut Hansen dan Mowen (2012: 47), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA

ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA Oleh: ROUDLOTUL ZANNAH 13.1.02.02.0527 Dibimbing oleh : 1. Dr.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Akuntansi Biaya. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas FEB Costing By-Products and Joint Products. 1. By-Products ang Joint Products Defined. 2. Method of Costing By-Products. 3. Method of Allocating Joint ProductionCost

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari perusahaan manufaktur skala besar sampai kecil. Sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari perusahaan manufaktur skala besar sampai kecil. Sekarang ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Banyak terdapat perusahaan manufaktur di Indonesia, mulai dari perusahaan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI POKOK PADA PERUSAHAAN TAHU USAHA BAKTI BANJARBARU

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI POKOK PADA PERUSAHAAN TAHU USAHA BAKTI BANJARBARU PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI POKOK PADA PERUSAHAAN TAHU USAHA BAKTI BANJARBARU Andi Ariyanto Perusahaan Tahu Usaha Bakti Jl. Saptamarga Blok E Banjarbaru e-mail: Andiariyanto035@gmail.com Abstract: The purpose

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Untuk itu manajemen

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H. Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM JUST IN TIME PADA PABRIK TAHU. : Muhammad Rahman Prabowo NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Renny., SE.

IMPLEMENTASI SISTEM JUST IN TIME PADA PABRIK TAHU. : Muhammad Rahman Prabowo NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Renny., SE. IMPLEMENTASI SISTEM JUST IN TIME PADA PABRIK TAHU Nama : Muhammad Rahman Prabowo NPM : 26209477 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Renny., SE., MM Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

01FEB. Akuntansi Biaya. Management, The controller, and Cost Accounting, Cost Consepting the cost accounting information system

01FEB. Akuntansi Biaya. Management, The controller, and Cost Accounting, Cost Consepting the cost accounting information system Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas 01FEB Management, The controller, and Cost Accounting, Cost Consepting the cost accounting information system Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 2.1. Prosedur 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi dalam buku yang berjudul "Sistem Akuntansi" menyatakan bahwa : "Prosedur adalah suatu urutan kegiatan krelikal, biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mencari keuntungan,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mencari keuntungan, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mencari keuntungan, untuk itu perusahaan dapat merencanakan dan menetapkan berapa besarnya biayabiaya yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSAKA

BAB II TINJAUAN PUSAKA BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Dalam penyusunan laporan akhir ini, penulis akan menguraikan beberapa teori sebagai landasan bagi penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-06 Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya a. Pengertian Biaya Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat

Lebih terperinci

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14 PENGELOMPOKAN BIAYA Pengelompokan Biaya Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya sesuai dengan kebutuhan pemakai. pengelompokan menurut objek pengeluaran, pengelompokan menurut fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya berikut : Menurut Mulyadi (2000: 6) pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang Sirna No.4 Bandung 40135 dan kerja praktik ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli tahun 2006. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Akuntansi

Lebih terperinci

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI. Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul menjelaskan arus biaya dalam perusahaan manufaktur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya memiliki

Lebih terperinci

TERMINOLOGI, KONSEP & KLASIFIKASI BIAYA

TERMINOLOGI, KONSEP & KLASIFIKASI BIAYA TERMINOLOGI, KONSEP & KLASIFIKASI BIAYA PENGERTIAN BIAYA Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

Siklus Akuntansi Perusahaan Pemanufakturan

Siklus Akuntansi Perusahaan Pemanufakturan Bab 10 Siklus Akuntansi Perusahaan Pemanufakturan Transi 1 Tujuan Pembelajaran Mencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk: Mengidentifikasi karakteristik perusahaan pemanufakturan Menyebutkan basis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi

BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi Departementalisasi Departementalisasi dari overhead pabrik berarti membagi parik ke dalam segmen-segmen yang disebut departemen, kemana biaya overhead tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang analisis perhitungan harga pokok produksi pada UKM telah dilakukan dan menunjukkan bahwa sebagian besar UKM belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2010:7) Akuntansi Biaya ialah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk jasa

Lebih terperinci

Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM :

Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM : ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BUBUR AYAM CIREBON DENGAN METODE FULL COSTING (Studi Kasus Pada Bubur Ayam Cirebon Muhamad Abdul Mustaim, Jakarta Timur) Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM :

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Gabungan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Gabungan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Gabungan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

HARGA POKOK PRODUKSI

HARGA POKOK PRODUKSI HARGA POKOK PRODUKSI Suatu perusahaan perlu menetukan harga pokok bagi produksi yang dihasilkan, karena harga pokok itu merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi penentuan harga jual dasar penentuan

Lebih terperinci

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN BIAYA UNTUK PRODUK GABUNGAN DAN PENGAKUAN ATAS PENDAPATAN PRODUK SAMPINGAN PADA PERUSAHAAN X

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN BIAYA UNTUK PRODUK GABUNGAN DAN PENGAKUAN ATAS PENDAPATAN PRODUK SAMPINGAN PADA PERUSAHAAN X ANALISIS ATAS PERHITUNGAN BIAYA UNTUK PRODUK GABUNGAN DAN PENGAKUAN ATAS PENDAPATAN PRODUK SAMPINGAN PADA PERUSAHAAN X SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS,

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS, ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER, DAN OKTBER 2016 Nama : Ellin Taufanny NPM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk dicapai, salah satu tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan laba yang tinggi dengan meminimalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Jamu Singkir Angin (Studi Kasus Pada PT. Nyonya Meneer Semarang) Oleh

Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Jamu Singkir Angin (Studi Kasus Pada PT. Nyonya Meneer Semarang) Oleh Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Jamu Singkir Angin (Studi Kasus Pada PT. Nyonya Meneer Semarang) Oleh Trissi Ritani Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universits Dian Nuswantoro ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci