1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

BAB I LATAR BELAKANG

Materi Paparan Menteri ESDM

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Delta Rekadaya Mandiri. PT Delta Rekadaya Mandiri didirikan di Jakarta

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. Republika.co.id, Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2015 adalah 5,6 %. Angka pertumbuhan. % pada tahun Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membuat. beberapa perusahaan gulung tikar. Namun menjelang tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong

1. BAB I PENDAHULUAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini

Financial Support in in Sustainable Renewable Energy Across Indonesia (Case : Electricity)

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. Bab II Landasan Teori...

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

PAPARAN PUBLIK PT Elnusa Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Unit Usaha di Indonesia Tahun (unit) (unit) 99,99 2. Usaha Besar (unit) (orang) (orang)

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global seperti saat ini, dunia perekonomian mengalami

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

DAFTAR ISI. Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii. Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini industri konstruksi di Indonesia berkembang begitu pesat

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. beberapa perusahaan gulung tikar. Namun menjelang tahun 2004, prospek ekonomi mulai memberikan signal yang positif.

Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

PUBLIC EXPOSE. PT SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE Tbk. 31 Mei 2016

MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. terus dilaksanakan. Pembangungan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015.

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini membawa dampak terhadap perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Selain itu ketenagalistrikan akan mempengaruhi laju perekonomian dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Indeks Beberapa Konsumsi Kelompok Barang/Jasa Triwulan III-2015 (BPS Jawa Barat, 2015)

Menyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2)

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional, industri jasa konstruksi mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

RINGKASAN PORTOFOLIO IIF Sampai dengan Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA BUSINESS MODEL. business model canvas untuk melihat kondisi instansi saat ini :

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh pada tingkat konsumsi energi domestik yang tinggi meskipun krisis global melanda dunia beberapa tahun terakhir ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai, dan apabila dipaksakan untuk tumbuh tanpa adanya dukungan infrastruktur penunjang yang memadai, maka akan terjadi gejala overheat dalam perekonomian, yang artinya sisi permintaan dalam perekonomian tumbuh sangat cepat dan lebih tinggi dari kapasitas produksi nasional. Overheat dalam perekonomian adalah keadaan di mana perekonomian suatu negara bertumbuh dalam tingkatan yang tinggi tanpa adanya dukungan faktor-faktor penunjang, yang mengakibatkan turunnya pertumbuhan ekonomi dan melemahnya perekonomian (Susamto 2014). Pembangunan infrastruktur merupakan aspek penting dalam mempercepat proses pembangunan nasional, meningkatkan kemampuan daya saing dalam era globalisasi dan memegang peranan penting sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Gerak laju pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti sarana transportasi, sistem ketenagalistrikan, sistem telekomunikasi, sistem penyediaan air bersih dan irigasi. Hal tersebut dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dan sebaliknya, daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang buruk. Salah satu kelemahan yang signifikan dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia adalah sistem ketenagalistrikan yang belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kelemahan ini dapat dilihat dari masih rendahnya jangkauan dan kapasitas sarana dan prasarana ketenagalistrikan, di mana rasio elektrifikasi nasional 84.4% pada tahun 2014 (PT PLN 2015). Proyeksi prakiraan kebutuhan listrik periode tahun 2015-2024 dapat dilihat pada Tabel 1. Pada periode tahun 2015 2024 kebutuhan listrik diperkirakan akan meningkat dari 219.1 TWh pada tahun 2015 menjadi 464.2 TWh pada tahun 2024, atau tumbuh rata-rata 8.7% per tahun. Untuk wilayah Jawa-Bali pada periode yang sama, kebutuhan listrik akan meningkat dari 165.4 TWh pada tahun 2015 menjadi 324.4 TWh pada tahun 2024 atau tumbuh rata-rata 7.8% per tahun. Wilayah Indonesia Timur tumbuh dari 22.6 TWh menjadi 57.1 TWh atau tumbuh rata-rata 11.1% per tahun. Wilayah Sumatera tumbuh dari 31.2 TWh pada tahun 2015 menjadi 82.8 TWh pada tahun 2024 atau tumbuh rata-rata 11.6% per tahun.

2 Tabel 1 Prakiraan kebutuhan listrik, angka pertumbuhan dan rasio elektrifikasi Uraian Satuan 2015 2016 2018 2020 2022 2024 Kebutuhan Listrik Twh - Indonesia 219.1 238.8 282.9 332.3 392.3 464.2 - Jawa Bali 165.4 178.3 207.1 239.5 278.6 324.4 - Indonesia Timur 22.6 25.8 33.1 40.0 47.8 57.1 - Sumatera 31.2 34.7 42.7 52.8 65.9 82.8 Pertumbuhan % - Indonesia 8.7 9.0 8.9 8.4 8.7 8.8 - Jawa Bali 7.6 7.8 7.6 7.5 7.9 7.8 - Indonesia Timur 12.9 14.5 14.2 9.9 9.2 9.2 - Sumatera 11.7 11.1 11.1 11.2 11.8 12.2 Rasio Elektrifikasi % - Indonesia 87.7 91.3 95.7 98.4 99.1 99.4 - Jawa Bali 90.5 94.6 98.4 99.8 99.9 99.9 - Indonesia Timur 79.2 82.1 87.9 92.9 95.8 97.5 - Sumatera 87.2 89.8 95.0 99.2 99.9 99.9 Sumber: RUPTL 2015 2024 (PT PLN 2015) Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah didorong oleh dua faktor utama, yang pertama yaitu pertumbuhan ekonomi yang dalam pengertian sederhananya adalah proses meningkatkan output barang dan jasa, kemudian faktor kedua adalah program elektrifikasi di mana rasio elektrifikasi menandakan perbandingan jumlah penduduk yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015 2024 yang dikeluarkan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) Persero, untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi 6.7%, pertumbuhan kebutuhan listrik 8.8% dan rasio elektrifikasi 97.4% pada tahun 2019 maka dibutuhkan pembangunan infrastruktur sistem ketenagalistrikan yang meliputi pembangkit, jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Total nilai investasi untuk mengembangkan sistem ketenagalistrikan di Indonesia secara keseluruhan yang diasumsikan dibangun oleh PT PLN (Persero) dan produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) adalah USD 83.429 miliar selama 2015 2019, seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Total investasi listrik di Indonesia PT PLN (Persero) + IPP (juta USD) Item 2015 2016 2017 2018 2019 Total Pembangkit 5 916 10 996 15 240 14 648 12 177 58 977 Jaringan transmisi 3 827 3 972 3 639 3 420 2 238 17 096 Jaringan distribusi 1 478 1 414 1 489 1 497 1 478 7 356 Total 11 221 16 382 20 368 19 565 15 893 83 429 Sumber: RUPTL 2015 2024 (PT PLN 2015) Berdasarkan Tabel 2 di mana potensi bisnis yang luar biasa besar pada proyek pembangunan sistem ketenagalistrikan di Indonesia khususnya pembangkit listrik membuat XYZ Group sebagai perusahaan multinasional yang bergerak di bidang energi, peralatan minyak dan gas (migas), konstruksi besi baja dan telekomunikasi ingin berkontribusi dan berpartisipasi secara aktif dalam proyek sistem ketenagalistrikan tersebut. Manajemen XYZ Group selalu

3 berkomitmen untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan dalam menciptakan organisasi yang efisien, ekonomis serta berdaya saing tinggi sehingga mampu melanjutkan inovasi maupun ekspansi ke sektor-sektor yang menjanjikan peluang usaha dan menguntungkan di masa yang akan datang. XYZ Group melakukan pengembangan bisnis tersebut melalui PT XYZ yang merupakan salah satu dari sembilan unit bisnis strategis yang dimiliki oleh XYZ Group. PT XYZ memiliki bisnis inti di bidang peralatan penunjang migas yang memproduksi berbagai jenis produk seperti pumping unit, gear reducer, mud tank, mud gas separator, mooring system, off shore platform, dan drilling rig equipments sejak tahun 1986 dengan standar kualitas dari American Petroleum Institute (API). PT XYZ juga melayani pengerjaan fabrikasi konstruksi dan pemeliharaan pada industri migas. PT XYZ berhasil memperoleh kontrak pembangunan pembangkit listrik sebesar 83 Mega Watt (MW) beserta fasilitas penunjangnya pada tahun 2014. Total pendapatan yang diperoleh PT XYZ baik dari migas dan non migas (pembangunan pembangkit listrik) pada tahun 2014 mencapai 40% dari total pendapatan XYZ Group. Proyek pembangunan pembangkit listrik adalah proyek turnkey dengan lingkup pekerjaan engineering, procurement, construction, installation, dan comissioning. Proyek pembangunan pembangkit listrik merupakan proyek dengan tingkat kerumitan dan kompleksitas yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan saling ketergantungan antar aktivitas pekerjaan yang ada, besarnya potensi overlap pada masing-masing aktivitas pekerjaan, pemecahan aktivitas pekerjaan menjadi aktivitas-aktivitas pekerjaan yang lebih detail, kompleksitas struktur organisasi, durasi pelaksanaan proyek secara keseluruhan dan tingkat kesulitan dalam penyusunan jadwal pekerjaan dan anggaran biaya selama masa pelaksanaan proyek. Pada Tabel 3 dapat dilihat perbedaan antara proyek migas dan non migas (pembangunan pembangkit listrik) yang ada di PT XYZ. Tabel 3 Perbedaan proyek migas dan non migas pada PT XYZ No Proyek Lingkup pekerjaan Durasi pekerjaan 1 Migas Engineering, procurement, 1 4 production, maintenance bulan 2 Non migas Engineering, procurement, 18 36 (pembangunan construction, installation, bulan pembangkit comissioning listrik) Sumber: PT XYZ (2015) Sistem pembayaran 100% setelah barang terkirim Progres pekerjaan Pendapatan PT XYZ secara keseluruhan bertambah dengan adanya proyek pembangunan pembangkit listrik, akan tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan strategi pengembangan dan model bisnis yang tepat. PT XYZ mengalami permasalahan teknis, komersial dan operasional dalam mengerjakan proyek pembangunan pembangkit listrik yang mengakibatkan peningkatan biaya operasional, waste material yang berlebih, keterlambatan progres pekerjaan konstruksi, penalty dari pelanggan, berkurangnya laba serta mengganggu cash flow dan proses bisnis peralatan penunjang migas yang sudah stabil dan mapan. PT XYZ perlu mengidentifikasi, mengevaluasi, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan sehingga didapat

4 model bisnis yang tepat yang merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari model bisnis saat ini. Pendekatan model bisnis yang saat ini cukup populer digunakan adalah Business Model Canvas (BMC) yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur pada tahun 2010. Model ini merupakan visualisasi dari sembilan elemen, yaitu customer segments, value proposition, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, cost structure. Kesembilan elemen tersebut mencakup empat bidang utama dalam bisnis, yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur dan kelangsungan finansial. Model bisnis bagaikan cetak biru sebuah strategi yang diterapkan melalui struktur organisasi, proses dan sistem (Osterwalder dan Pigneur 2012). Perumusan Masalah Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk merealisasikan penyediaan pembangkit listrik sebesar 35 000 MW dalam jangka waktu lima tahun (2015 2019). Pemerintah bersama PT PLN (Persero) dan swasta akan membangun 109 pembangkit, masing masing terdiri 35 proyek oleh PT PLN (Persero) dengan total kapasitas 10 681 MW dan 74 proyek oleh produsen listrik swasta atau IPP dengan total kapasitas 25 904 MW. Sistem ketenagalistrikan sebesar 35 000 MW tersebut membutuhkan dana USD 83.429 miliar (PT PLN 2015). XYZ Group merupakan perusahaan multinasional yang sudah berpengalaman mengerjakan berbagai proyek infrastruktur baik di dalam maupun luar negeri. XYZ Group melalui PT XYZ melakukan pengembangan bisnisnya yaitu dengan melakukan ekspansi pada proyek pembangunan pembangkit listrik sebagai kontraktor utama; meningkatkan penjualan pada bisnis intinya di bidang peralatan penunjang migas. Pengembangan bisnis lainnya adalah melakukan investasi di sektor ketenagalistrikan sebagai produsen listrik swasta berbasis energi baru terbarukan. Komposisi pendapatan PT XYZ yang relatif sama antara proyek migas sebesar 48% dan proyek non migas (pembangunan pembangkit listrik) sebesar 52% pada tahun 2014 membuat manajemen PT XYZ dituntut untuk lebih fokus dalam mengelola dan mengerjakan semua proyek yang didapat agar lebih efektif, efisien, tepat waktu dan mendapatkan laba maksimal. Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana model bisnis PT XYZ yang diterapkan saat ini dengan pendekatan business model canvas? 2. Bagaimana merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis PT XYZ? 3. Bagaimana menentukan prioritas strategi masing-masing pengembangan bisnis untuk pembuatan model bisnis yang tepat bagi PT XYZ? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi model bisnis PT XYZ yang diterapkan saat ini dengan pendekatan business model canvas.

5 2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis PT XYZ. 3. Menentukan prioritas strategi masing-masing pengembangan bisnis untuk pembuatan model bisnis yang tepat bagi PT XYZ. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Masukan bagi manajemen PT XYZ dalam melakukan perbaikan model bisnis. 2. Sarana bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti kegiatan perkuliahan dan untuk memperluas wawasan berfikir dalam menganalisis suatu model bisnis. 3. Referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang model bisnis. 4. Masukan bagi pemerintah dalam program percepatan pembangunan sistem ketenagalistrikan di Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini disusun berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang fokus pada PT XYZ. Penelitian ini difokuskan pada analisis strategi pengembangan dan model bisnis PT XYZ. Analisis tersebut sangat penting dilakukan setelah PT XYZ melakukan pengembangan bisnisnya pada proyek sistem ketenagalistrikan di Indonesia. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis Strategi dan Manajemen Strategi Strategi adalah rencana tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan semua sumber daya organisasi untuk merealisasikan tujuan dan mempengaruhi perkembangan organisasi dalam jangka panjang (biasanya untuk lima tahun kedepan). Strategi selalu berorientasi pada masa depan, mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya selalu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi oleh organisasi (David 2009). Wheelen dan Hunger (2010) menjelaskan bahwa terdapat tiga level hirarki strategi dalam analisis strategi, yaitu strategi korporasi, strategi bisnis dan stategi fungsional. Dalam perusahaan, ketiga level hirarki strategi tersebut akan terintegrasi dengan baik dan berinteraksi secara berkelanjutan untuk membangun kesuksesan sebuah perusahaan. Berikut penjelasan ketiga level hirarki strategi tersebut: 1. Strategi korporasi. Strategi korporasi berhubungan dengan pengalokasian dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai misi dan tujuannya dengan menyatukan unit-unit bisnis yang berbeda menjadi satu kesatuan strategi perusahaan yang komprehensif. Strategi korporasi menggambarkan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB