LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA BUSINESS MODEL. business model canvas untuk melihat kondisi instansi saat ini :
|
|
- Budi Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA BUSINESS MODEL Berikut adalah pertanyaan yang diajukan penulis dalam melengkapi business model canvas untuk melihat kondisi instansi saat ini : 1. Siapa saja yang menjadi customer segments untuk melakukan investasi dan perizinan pada sektor pertanian baik dari eksternal maupun dari internal? 2. Apa yang menjadi value proposition dalam model bisnis ini, sehingga dapat menarik perhatian dari customer segments? 3. Apa saja channels yang dimiliki dalam model bisnis ini, yang digunakan untuk menyampaikan value proposition kepada customer? 4. Bagaimana instansi membina hubungan dengan customer baru maupun customer lama atau yang disebut sebagai customer relationship? 5. Dari mana instansi memperoleh keuntungan untuk proses bisnis yang berjalan yaitu selama customer terus melakukan investasi pada sektor pertanian atau yang disebut sebagai revenue streams? 6. Apa saja yang menjadi sumber atau aset penting yang dimiliki instansi, sehingga mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan operasional model bisnis ini atau yang disebut sebagai key resources? 7. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam model bisnis ini sehingga dapat menciptakan value proposition atau yang disebut sebagai key activities? 8. Siapa saja yang menjadi key partners yang merupakan mitra kerja yang ikut terlibat dalam model bisnis ini? 9. Biaya apa saja yang dikeluarkan instansi dalam model bisnis investasi dan 145
2 146 perizinan, sehingga dapat menciptakan value proposition melalui model bisnis ini? Daftar Pertanyaan CSF 1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi investasi pada sektor pertanian? 2. Apa saja yang menjadi indikator kesuksesan pada setiap faktor-faktor yang diuraikan sebelumnya? 3. Pada setiap faktor yang ada, siapa saja yang terlibat dalam menentukan indikator kesusksesan pada investasi pertanian? 4. Bagaimana kinerja dari Divisi IT jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan? Daftar Pertanyaan SWOT 1. Berdasarkan hasil dari identifikasi sembilan komponen yang ada pada BMC, apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman berdasarkan sembilan komponen yang sudah di identifikasi sebelunya? 2. Dari hasil analisis SWOT pada sembilan komponen yang ada di BMC, manakah yang paling mendominasi untuk faktor internal antara kekuatan atau kelemahan pada Ditjen PPHP dalam pelayanan perizinan dan investasi pertanian? 3. Dari hasil analisis SWOT pada sembilan komponen yang ada di BMC, manakah yang paling mendominasi untuk faktor eksternal antara peluang atau ancaman pada Ditjen PPHP dalam pelayanan perizinan dan investasi pertanian?
3 LAMPIRAN 2 KUESIONER DAN PERHITUNGAN SWOT Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Harisno, MM Judul Tesis : PERENCANAAN PEMBANGUNAN PORTAL INVESTASI DAN PERIZINAN SEKTOR PERTANIAN DI KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA S3 S5 S6 S7 Keterangan : Pengisian berdasarkan peringkat 1-4. Peringkat 1 = Faktor yang paling tidak penting Peringkat 2 = Faktor yang kurang penting Peringkat 3 = Faktor yang penting Peringkat 4 = Faktor yang paling penting. Kekuatan Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. SDM dan operasional TI yang efektif dapat mempengaruhi kelangsungan operasional dalam instansi. Aktivitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. Peringkat *untuk kelemahan diisi dengan peringkat terbalik Kelemahan Peringkat W1 Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan 1 permohonan investasi. W2 Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu 2 cukup lama, dan biaya yang mahal. W4 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. 1 W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi 1 seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. W9 Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian
4 148 O1 O2 O4 O6 O7 Peluang PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Meningkatkan pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. Memanfaatkan perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. Peringkat *untuk ancaman diisi dengan peringkat terbalik Ancaman Peringkat T3 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. 2 T5 Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena 3 kurangnya sosialisasi. T8 Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan 2 kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. T9 Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. 2 Perhitungan Skala Internal dan Eksternal Keterangan : (Pilihan 1 diatas dan Pilihan 2 dibawah) Skala 1 = Jika pilihan 1 sama pentingnya dari pilihan 2 Skala 3 = Jika pilihan 1 secara signifikan lebih penting dari pilihan 2. Skala 5 = Jika pilihan 1 jauh lebih penting dari pilihan 2. Skala 7 = Jika pilihan 1 secara absolute lebih penting dari pilihan 2. Skala 2,4,6, dan 8 = Nilai tengah diantara 2 nilai keputusan yang berdekatan.
5 149 Faktor Internal No 1 S3 S5 Pilihan Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. Paling Berpengaruh Peringkat S5 3 2 S3 S6 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. 3 S3 S7 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. 4 S3 W1 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi W1 3 5 S3 W2 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. W2 3 6 S3 W4 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. W4 5 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. 7 S3 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk W8 3
6 150 hasil pertanian kepada customer segments. W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. 8 S3 W9 Channels yang ada merupakan kekuatan instansi untuk mengkomunikasikan produk hasil pertanian kepada customer segments. Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. S3 3 9 S5 S6 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. S S5 S7 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. S S5 W1 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi 12 S5 W2 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. S S5 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. W4 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas.
7 151 S5 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. 14 W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. 15 S5 W9 Peningkatan investasi yang dapat berpengaruh pada kegiatan produksi pertanian. Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. S S6 S7 SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. 17 S6 W1 SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi W S6 W2 SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. W S6 W4 SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. W4 5 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. 20 S6 W8 SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, W8 3
8 152 diskriminasi pasar, dll. 21 S6 W9 SDM dan operasional TI sangat berpengaruh pada kelangsungan operasional dalam instansi. Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. S S7 W1 Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi W S7 W2 Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. W S7 Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. W4 5 W4 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. S7 Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. 25 W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. W S7 W9 Aktifitas yang menjadi prioritas Ditjen PPHP dapat meningkatkan minat investasi pada sektor pertanian. Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. S W1 Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi W1 3
9 153 W2 Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. 28 W1 Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi W4 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. W1 Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi 29 W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. 30 W1 W9 Informasi terbatas akan pedoman dan prosedur untuk melakukan permohonan investasi Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. W W2 W4 Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. W4 3 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. W2 Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. 32 W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. W W2 W9 Proses pengajuan ijin investasi yang berbelit-belit, memerlukan waktu cukup lama, dan biaya yang mahal. Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. W W4 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas.
10 154 W8 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. 35 W4 W9 Layanan informasi untuk potensi dan peluang investasi masih terbatas. Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian. W W8 W9 Kebijakan dari key partners yang dapat mengurangi minat investasi seperti : suku bunga yang tinggi, banyak pungutan pajak, diskriminasi pasar, dll. W8 5 Biaya yang dikeluarkan instansi tidak memberikan dampak yang signifikan pada investasi usaha pertanian.
11 155 Faktor Eksternal No 1 O1 O2 Pilihan PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Paling Berpengaruh Peringkat O1 3 2 O1 O4 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. O1 3 3 O1 O6 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. O1 5 4 O1 O7 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. O1 3 5 O1 T3 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi O1 3 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian T5 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. O1 5
12 156 7 O1 T8 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. O1 5 8 O1 T9 PMDN maupun PMA dalam mengajukan permohonan investasi Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. 9 O2 O4 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. 10 O2 O6 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. 11 O2 O7 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. 12 O2 T3 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. O2 3 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. 13 O2 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. O2 5
13 157 T5 Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. 14 O2 T8 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. O O2 T9 proses pengajuan ijin investasi menjadi lebih efektif dan efisien. Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. 16 O4 O6 Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. 17 O4 O7 Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. 18 O4 T3 Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomuni-kasikan potensi dan peluang investasi pada customer. T3 3 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. 19 O4 T5 Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. O4 3
14 O4 T8 Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. O O4 T9 Pemanfaatan teknologi untuk dapat lebih mudah mengkomunikasikan potensi dan peluang investasi pada customer. Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. T O6 O7 Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. 23 O6 T3 Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. T3 3 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. 24 O6 T5 Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. O O6 T8 Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam instansi. Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. 26 O6 Perkembangan TI yang dapat mendukung dan meningkatkan operasional TI dalam T9 5
15 159 instansi. 27 T9 O7 T3 Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. T3 3 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. 28 O7 T5 Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. O O7 T8 Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. O O7 T9 Pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung setiap aktifitas Ditjen PPHP untuk mencapai hasil yang optimal. Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. T T3 T5 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. T T3 T8 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat T3 3
16 160 investasi berkurang. 33 T3 T9 Kurangnya peminat dalam melakukan investasi pada sektor pertanian. Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. 34 T5 T8 Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. T T5 T9 Lahan pertanian yang tidak diperhatikan oleh para pekerja, karena kurangnya sosialisasi. Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI. T T8 T9 Kebijakan dari setiap key partners yang tidak konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang menyebabkan minat investasi berkurang. T9 3 Dana yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam melakukan investasi TI.
17 161
18 162
19 163
20 164
21 LAMPIRAN 3 KUESIONER IT BSC Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Harisno, MM Judul Tesis : PERENCANAAN PEMBANGUNAN PORTAL INVESTASI DAN PERIZINAN SEKTOR PERTANIAN DI KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Pilih Salah Satu Jawaban Yang Menurut Anda Paling Tepat 1. Apakah kontribusi dari fungsi teknologi informasi sudah memenuhi atau mendukung layanan untuk investasi dan perizinan pada sektor pertanian yang ada di Ditjen PPHP? a. Tidak Terpenuhi b. Kurang Terpenuhi (masih banyak kebutuhan/pekerjaan yang masih harus dilakukan manual) c. Cukup Terpenuhi (sebagian besar kebutuhan/pekerjaan dilakukan menggunakan sistem yang ada) d. Sangat Terpenuhi (semua kebutuhan/pekerjaan dilakukan menggunakan fungsi yang ada pada sistem). 2. Bagaimana tingkat kepuasan anda pada saat menggunakan sistem yang ada untuk mengoperasikan layanan investasi dan perizinan? Apakah sistem yang ada sudah dapat diandalkan untuk layanan tersebut? a. Tidak dapat diandalkan (sistem tidak dapat menghasilkan data dan informasi yang berkualitas) b. Kurang dapat diandalkan (sistem dalam mengakses data dan informasi lama dan masih banyak gangguan dalam menyajikan data dan informasi) c. Puas (sistem dapat menyajikan data dan informasi yang berkualitas dan jarang mengalami gangguan) 165
22 166 d. Sangat Puas (sistem sangat mendukung perolehan data dan informasi tanpa ada gangguan sama sekali) 3. Bagaimana tingkat kapabilitas pengguna pada saat menggunakan sistem yang ada, dalam menyajikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh para investor berhubungan dengan layanan investasi, syarat-syarat perizinan, dan peluang atau potensi yang ada? a. Tidak Puas (data dan informasi tidak mendukung kerjasama untuk memberikan rekomendasi pengguna kepada para investor) b. Kurang Puas (data dan informasi hanya mendukung beberapa bagian dari proses layanan investasi untuk rekomendasi kepada para investor) c. Puas (data dan informasi sudah cukup baik dalam mendukung kerjasama untuk rekomendasi pengguna kepada para investor) d. Sangat Puas (data dan informasi sangat mendukung kerjasama untuk rekomendasi peluang dan potensi investasi kepada para investor) 4. Bagaimana tingkat kepuasan pengguna terhadap data dan informasi yang ada, apakah dapat meningkatkan kerjasama yang baik sehingga lebih mudah dalam memberikan rekomendasi untuk melakukan investasi kepada calon investor? a. Tidak Puas (data dan informasi tidak mendukung kerjasama untuk memberikan rekomendasi pengguna kepada para investor) b. Kurang Puas (data dan informasi hanya mendukung beberapa bagian dari proses layanan investasi untuk rekomendasi kepada para investor) c. Puas (data dan informasi sudah cukup baik dalam mendukung kerjasama untuk rekomendasi pengguna kepada para investor) d. Sangat Puas (data dan informasi sangat mendukung kerjasama untuk rekomendasi peluang dan potensi investasi kepada para investor)
23 Bagaimana tingkat produktivitas yang dirasakan oleh para pengguna dari operasional dalam instansi terhadap sistem yang digunakan sekarang ini? a. Tidak meningkatkan produktivitas (< 25%). b. Belum cukup meningkatkan produktivitas (25%-50%) c. Sudah cukup meningkatkan produktivitas (50%-75%) d. Sangat meningkatkan produktivitas (75%-100%) 6. Seberapa efektifkah fungsi-fungsi yang ada pada sistem yang digunakan mampu mengerjakan setiap pekerjaan dengan tepat waktu dan mencapai hasil yang diinginkan? a. Tidak Efektif (Sistem yang ada tidak efektif dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada dengan tepat waktu dan tidak mencapai hasil yang diinginkan) b. Kurang Efektif (Sistem yang ada masih kurang efektif dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan mencapai hasil yang diinginkan) c. Efektif (Sistem yang ada sudah efektif dalam menyelesaikan pekerjaan dan sudah mencapai hasil yang diinginkan, hanya terjadi beberapa kesalahan saja) d. Sangat Mudah (Sistem yang ada sudah sangat efektif dalam menyelesaikan pekerjaan dan sudah mencapai hasil yang diinginkan) 7. Seberapa besar pengaruh dari tingkat pengolahan masalah dan proses pengambilan keputusan yang dapat dihasilkan oleh sistem yang digunakan dalam instansi? a. Tidak Berpengaruh (0% - 25%) b. Kurang Berpengaruh (26% - 50%) c. Cukup Berpengaruh (51% - 75%) d. Sangat Berpengaruh (76% - 100%)
24 Menurut anda, apakah hardware yang ada sekarang telah memenuhi kebutuhan anda dalam mengoperasikan proses investasi dan layanan perizinan? a. Tidak Memenuhi ( 25% kebutuhan hardware sudah tersedia/masih sangat banyak kebutuhan yang tidak terpenuhi) b. Kurang Memenuhi (26% - 74% kebutuhan hardware sudah tersedia/beberapa kebutuhan kecil dalam proses tersebut telah terpenuhi ) c. Memenuhi ( 75% - 89% kebutuhan hardware sudah tersedia/ sebagian besar kebutuhan utama sudah terpenuhi tetapi ada sebagian yang belum terpenuhi) d. Sangat Memenuhi ( kebutuhan hardware sudah terpenuhi/ semua kebutuhan sudah terpenuhi) 9. Menurut anda, apakah software yang ada sekarang telah memenuhi kebutuhan anda dalam mengoperasikan proses investasi dan layanan perizinan? a. Tidak Memenuhi ( 25% kebutuhan software sudah tersedia/masih sangat banyak kebutuhan yang tidak terpenuhi) b. Kurang Memenuhi (26% - 74% kebutuhan software sudah tersedia/beberapa kebutuhan kecil dalam proses tersebut telah terpenuhi ) c. Memenuhi ( 75% - 89% kebutuhan software sudah tersedia/ sebagian besar kebutuhan utama sudah terpenuhi tetapi ada sebagian yang belum terpenuhi) d. Sangat Memenuhi ( kebutuhan software sudah terpenuhi/ semua kebutuhan sudah terpenuhi) 10. Berapa tingkat persentase proses layanan investasi dan pengajuan izin investasi yang anda selesaikan tepat waktu dengan menggunakan sistem yang ada? a. 25% b. 26% - 74%
25 169 c. 75% - 89% d. 90% 11. Berapa banyak kesalahan yang anda lakukan pada saat menjalankan sistem tersebut dalam waktu sebulan? a. Tidak Pernah b. Jarang (1-2 Kali) c. Kadang-kadang (3-4 Kali) d. Sering ( 5 Kali) 12. Apakah laporan yang dihasilkan sistem dapat menunjukan potensi dan peluang yang ada, sehingga dapat mendukung proses/kegiatan untuk investasi? a. Tidak Mendukung ( 25% atau tidak adanya laporan yang menunjukan potensi dan peluang) b. Kurang Mendukung ( 26% - 50% atau ada laporan yang menunjukan potensi dan peluang, tetapi tidak signifikan) c. Mendukung ( 51% - 89% atau ada laporan yang menunjukan potensi dan peluang sehingga mempengaruhi investasi) d. Sangat Mendukung ( 90% atau laporan untuk potensi dan peluang sangat akurat dan sangat mempengaruhi investasi) 13. Apakah data dan informasi yang dihasilkan dari sistem berhubungan dengan layanan investasi serta syarat-syarat perizinan sudah akurat dan up to date? a. Tidak Akurat ( 25% atau data dan informasi yang dihasilkan tidak dapat diandalkan) b. Kurang Akurat ( 26% - 74% atau sebagian data dan informasi yang dihasilkan dapat diandalkan, tetapi ada beberapa yang belum) c. Akurat (75% - 89% atau data dan informasi yang dihasilkan dapat diandalkan untuk layanan kepada PMA maupun PMDN)
26 170 d. Sangat Akurat ( 90% atau data dan informasi yang dihasilkan sangat dapat diandalkan untuk layanan kepada PMA maupun PMDN) 14. Berapa rata-rata waktu yang dibutuhkan divisi IT dalam memberikan rekomendasi atau solusi terhadap masalah yang dihadapi berhubungan dengan layanan investasi dan perizinan pada sektor pertanian? a. Sangat Lama ( 1 hari) b. Lama (> 3 jam 8 jam) c. Cepat (> 1 jam 3 jam) d. Sangat Cepat ( 1 jam) 15. Menurut anda, seberapa sering sistem yang anda gunakan dapat memberikan solusi serta memfasilitasi pengajuan syarat-syarat perizinan serta permohonan untuk IUT (izin usaha tetap)? a. Tidak Pernah ( 25%) b. Jarang ( 25% - 50% atau memeberikan solusi dan memfasilitasi proses pengajuan izin hanya beberapa kali) c. Kadang-kadang (51% - 89% atau memberikan solusi dan memfasilitasi setiap proses pengajuan izin yang diajukan oleh setiap investor baik PMA dan PMDN) d. Sering ( 90% atau memberikan solusi dan memfasilitasi setiap proses pengajuan izin yang diajukan setiap investor tanpa ada masalah) Note (Saran dan Komentar dalam pembangunan Portal)
DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xiii INTISARI xv ABSTRACT xvi BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Value Chain Value chain menurut Porter adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi cara menciptakan customer value lebih bagi pelanggan. Dijelaskan bahwa setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian di Indonesia. UKM memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
Lebih terperinciWahyu Hermawan STEI INFORMATIKA ITB
PROPOSAL PROYEK AKHIR OTOMATISASI PROSES BISNIS PADA SISTEM INFORMASI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR Studi kasus Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Bontang Wahyu Hermawan STEI INFORMATIKA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Analisis Inovasi Model Bisnis Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (Studi Pada Bebek Garang tahun 2014)
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata ala atas segala limpahan berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penelitian ini
Lebih terperinciTuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BUSINESS MODEL CANVAS Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas Apa itu business model canvas [BMC]??? BMC adalah model bisnis yang memaparkan 9 elemen bisnis secara singkat
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1
a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 SKS : 3 SKS Review BMC Pertemuan - 1 a home base to excellence Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat
Lebih terperinciPENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )
Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi
Lebih terperinciMenyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2)
Menyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2) Oleh Sapri Pamulu, Ph.D. Manager SMO PT Wiratman Menurut Kaplan & Norton (2012) dalam dunia bisnis sekarang yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh sumber
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi
Lebih terperinciDAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. Bab II Landasan Teori...
DAFTAR ISI Halaman Judul.. i Halaman Pengesahan ii Halaman Pernyataan. iii Kata Pengantar.. iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel.. ix Daftar Gambar.. xi Daftar Lampiran... xiii Intisari.. xiv Abstract xv Bab
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat dan Bahan Penelitian Alat bantu yang digunakan untuk penilitian ini adalah beberapa jenis alat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat bantu yang digunakan untuk penilitian ini adalah beberapa jenis alat analisis yang dapat menghasilkan data dan informasi mengenai proses bisnis
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang dianggap penting, karena setiap aktifitas manusia membutuhkan sarana transportasi khususnya daerah ibu kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era teknologi dan informasi yang berkembang pesat saat ini tak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era teknologi dan informasi yang berkembang pesat saat ini tak dapat dihindari lagi bahwa teknologi dan informasi menjadi suatu kebutuhan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan salah satu faktor yang menjadi penggerak perekonomian nasional. Industri kreatif Indonesia semakin berkembang dan diminati pasar global. Di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun
47 BAB III METODOLOGI 3.1 Pendahuluan Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun perencanaan Strategic Planning tahap demi tahap. Metodologi yang digunakan pada tesis ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republika.co.id, Jakarta)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bisnis serupa didirikan yang menawarkan produk barang dan/
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh
Lebih terperinciPENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom
PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA Komang Anom Budi Utama, SKom komang_anom@staff.gunadarma.ac.id Business Model Canvas Alexander Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation menciptakan sebuah framework
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Investasi Pertanian Indonesia Salah satu indikator keberhasilan dapat dilihat dari perkembangan realisasi penanaman modal, baik dari dalam negeri (PMDN) maupun luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Indeks Beberapa Konsumsi Kelompok Barang/Jasa Triwulan III-2015 (BPS Jawa Barat, 2015)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, pengaruh dari globalisasi berdampak pada sudut pandang masyarakat terhadap gaya berbusana. Masyarakat modern tidak lagi melihat
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PERLINDUNGAN INVESTASI DI KABUPATEN BARRU
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PERLINDUNGAN INVESTASI DI KABUPATEN BARRU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016
DATA DAN INFORMASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN (BPMP) KABUPATEN SUBANG TAHUN 2016 A. INFORMASI TENTANG PROFIL PEJABAT STRUKTURAL DI BPMP KAB. SUBANG Terlampir B. INFORMASI TERKAIT TRANSPARANSI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Dalam studi kasus perencanaan strategis sistem informasi di Direktorat Perijinan
BAB III METODOLOGI Dalam studi kasus perencanaan strategis sistem informasi di Direktorat Perijinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (FRZR), BAPETEN ini digunakan teori-teori analisis perencanaan strategis
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha yang semakin ketat. Para pelaku usaha dituntut untuk dapat menjalankan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Unit Usaha di Indonesia Tahun (unit) (unit) 99,99 2. Usaha Besar (unit) (orang) (orang)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian yang memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk
BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan
Lebih terperinciBAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI
BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI 4.1 Kelayakan Teknis Selama menggunakan web, belum menemukan suatu kendala teknis yang berarti. Semua masalah teknis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang cukup besar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI GORONTALO
PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Instansi 3.1.1 Gambaran Umum BKPM BKPM adalah sebuah badan layanan penanaman modal Pemerintah Indonesia yang dibentuk dengan maksud untuk menerapkan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Kuesioner KUESIONER PT. MERPATI NUSANTARA AIRLINES PERSPEKTIF ORIENTASI PENGGUNA
L - 1 LAMPIRAN 1 Kuesioner KUESIONER PT. MERPATI NUSANTARA AIRLINES PERSPEKTIF ORIENTASI PENGGUNA Dengan hormat, Dengan ini kami mohon bantuan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan di bawah ini guna membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kinerja Bank BUMN PT. XYZ pada tahun 2016 mencatat laba bersih sebesar Rp. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. 9,07
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun 2015, tahun 2016 ini diproyeksikan bisa bertumbuh sekitar 6-7%. Menurut Eddy (2016), perwakilan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii. Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v
DAFTAR ISI Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xiii Intisari... xiv Abstract...
Lebih terperinciPEMBUATAN PORTOFOLIO APLIKASI DINAS XYZ
PEMBUATAN PORTOFOLIO APLIKASI DINAS XYZ Khakim Ghozali, Achmad Holil Noor Ali Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember khakim@its-sby.edu, holil@its-sby.edu ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi telah menunjukkan jati dirinya dalam peradaban manusia dewasa ini. Sudah tentu tidak dapat dipungkiri dan dipandang sebelah mata, peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang pembuatan tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika penulisan tesis ini dilakukan.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI KAJIAN
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BISNIS BABAL AKI DENGAN SISTEM INFORMASI DAN PERLUASAN JARINGAN TUGAS AKHIR DESYANA
PENGEMBANGAN BISNIS BABAL AKI DENGAN SISTEM INFORMASI DAN PERLUASAN JARINGAN TUGAS AKHIR DESYANA 1121001047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA 2016 HALAMAN
Lebih terperinciMODEL BISNIS PADA CV FANG YANG WOOD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS
MODEL BISNIS PADA CV FANG YANG WOOD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS 26 Verlin Febrin Nyoto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi menjalankan usahanya tanpa adanya teknologi di masa sekarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan salah satu komponen penting di dalam segala aspek, apalagi dalam sebuah perusahaan. Hampir mustahil perusahaan atau organisasi menjalankan
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. TRI-M.G. INTRA ASIA AIRLINES Mario
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspedisi, Itu dibuktikan dengan dibukanya 2 cabang lagi selain kantor pusat yang
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Cahaya Berkah Abadi adalah sebuah perusahaan jasa ekspedisi yang sedang berkembang, memiliki beberapa rekanan seperti PT Wijaya karya hingga PT Meratus Steel membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan, dan sumber daya manusia adalah aset utama dari suatu organisasi atau perusahaan,
Lebih terperinciDINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 102
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 102 Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Penanaman Modal mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No.
BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Instansi 3.1.1 Sejarah Berdiri Kementerian Pertanian terdiri dari beberapa unit Eselon I dengan tujuan struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS KANTOR PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU TAHUN
RENCANA STRATEGIS KANTOR PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL KANTOR PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU TAHUN 2016 i DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS EKONOMI
Program Studi : Pendidikan Administrasi Perkantoran Nama Mata Kuliah : Kewiraan Kode Mata Kuliah : 0002212008 Semester : Genap SKS : 2 sks Prasyarat : - Nama Dosen Pengampu : Jaka Nugraha, M.AB., MBA Capaian
Lebih terperinciMENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP
MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP PEPEN AANDRIAN SYAH pepenaan@gmail.com Abstrak Business Model Canvas atau yang biasa disingkat dengan BMC mulai mendapatkan ketenaran di Indonesia.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PEMAKAI SISTEM E.D.I DI PELABUHAN LAUT TANJUNG PRIOK
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PEMAKAI SISTEM E.D.I DI PELABUHAN LAUT TANJUNG PRIOK Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian tesis dalam rangka untuk memenuhi persyaratan
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis organisasi menyebabkan perkembangan sistem informasi yang begitu pesat. Begitu pula dengan perkembangan di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Ditjen PPHP merupakan salah satu unit kerja Eselon I dibawah
83 BAB III METODOLOGI 3.1. Gambaran Umum Pada sub bab ini, akan dijabarkan mengenai latar belakang, visi dan misi, tujuan dan sasaran, struktur organisasi, dan tugas dan fungsi dari masing-masing instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi convenience store, serta banyaknya kompetitor membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan convenience store di Indonesia khususnya di Jakarta semakin meningkat. Berawal dari minimarket biasa kemudian berkembang menjadi convenience
Lebih terperinciBAB VI. Kesimpulan dan Saran. yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa:
BAB VI Kesimpulan dan Saran 6.1Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis data dalam penelitian maka kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa: 1. Evaluasi efektifitas pemanfaatan
Lebih terperinciBAB III DESAIN AKHIR
62 BAB III DESAIN AKHIR 3.1. Kanvas Model Bisnis Gambar 3.1.1 Business Model Clip On 62 63 3.2. Nine Building Blocks 3.2.1. Customer Segments Sumber: McKinsey Consumer and Shopper Insights Indonesia Study,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah banyak dilakukan penerapan teknologi informasi di berbagai bidang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja sistem
Lebih terperinciRefining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016):
Refining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016): Learning Outcomes week 12 dan 12a Team mampu mengembangkan desain blok key partnership dan key resources BMC dengan menggunakan feedback and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konteks riset sistem akuntansi, teknologi diartikan sebagai system computer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi sistem informasi dalam organisasi bisnis dewasa ini menjadi penting artinya berkaitan dengan ketepatan waktu dan kebenaran penyediaan informasi yang
Lebih terperinciUniversitas Bakrie LAMPIRAN
LAMPIRAN Lampiran 1 : Susunan Hirarki AHP pada Balanced Scorecard 106 Lampiran 2 : Susunan Hirarki dan Bobot dari setiap perspektif, sasaran strategis, dan KPI Balanced Scorecard pada software expert choice
Lebih terperinciUniversitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Terakreditasi A SK BAN PT NO: 468/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2014 Model Bisnis Cafe The Hungry Belly
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA PERUBAHAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA PERUBAHAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR DINAS PENANAMAN MODAL DAN Jl Ngurah Rai No. 5 7 Telp. (0361) 941542, 944123 psw. 302,309 G I A N Y A R B A
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 oleh ahli Amerika Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini semakin meningkat serta dampak era globalisasi telah mengubah perilaku konsumen dan pelaku usaha. Perusahaan tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan mereka. Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padatnya aktivitas pada masyarakat saat ini terutama di kota besar seperti Jakarta menuntut masyarakat untuk memberikan perhatian lebih dalam menjaga kesehatan mereka.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN PELALAWAN (REVISI) TAHUN
BAB VI INDIKATOR KINERJA BPMP2T YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari unsur masukan, proses, keluaran,
Lebih terperinciKuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa. Peneliti : Heryati Setyaningsih
Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk analisis kelayakan usaha budi daya rumput laut di Karimunjawa Dimohon agar kuesioner ini dapat diisi secara obyektif dan benar, karena data ini akan digunakan untuk kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis di dunia teknologi informasi yang sangat ketat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis di dunia teknologi informasi yang sangat ketat banyak cara yang dilakukan perusahaan agar tetap mampu bertahan. Salah satu cara perusahaan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PRASETIA DWIDHARMA SKRIPSI. Oleh
PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PRASETIA DWIDHARMA SKRIPSI Oleh Adithia Putra 1201001555 Arindra Puri Rakhmanio 1201001542 Misfani Anggi Safitri 1201000445 UNIVERSITAS BINA
Lebih terperinciRenstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah
Lebih terperinciIT Scorecard Jurusan Sistem Informasi. Pembimbing: Ir. A. Holil Noor Ali, M.Kom
IT Scorecard Jurusan Sistem Informasi Anif Bahwal 5205 100 039 Pembimbing: Ir. A. Holil Noor Ali, M.Kom Latar Belakang Jurusan Sistem Informasi memiliki Balanced Scorecard (BSc) Jurusan Sistem Informasi
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil kegiatan studi kelayakan yang dimulai dari pengumpulan, analisa dan pengolahan data dengan menggunakan metode Information Economics pada rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin ketatnya persaingan bisnis terutama dengan pekembangan teknologi yang terus update, permintaan konsumen yang semakin beragam mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian dalam setiap perilaku bisnis. Seiring dengan dinamika zaman, perspektif bisnis pun
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTER ENTREPRENEURSHIP 3 Nama Fasilitator: 1. Xxxxxxxxxxxxxxx 2. xxxxxxxxxxxxxxx [LOGO + NAMA KELOMPOK BISNIS] - colourful Oleh: FAKULTAS ENTREPRENEURSHIP & HUMANIORA UNIVERSITAS CIPUTRA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan menjadi kunci penting dalam kehidupan ini, kesehatan juga merupakan kebutuhan setiap manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan menjadi kunci penting dalam kehidupan ini, kesehatan juga merupakan kebutuhan setiap manusia. Angka harapan hidup seseorang adalah suatu tingkat umur rata-rata
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.
RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.
Lebih terperinciBUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN
BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GRESIK : bahwa
Lebih terperinciKey Ac;vi;es week 11 (4 Mei 2016): Champion s BMC Airplane Factory Simula;on
Key Ac;vi;es week 11 (4 Mei 2016): Champion s BMC Airplane Factory Simula;on Learning Outcomes week 11 Mampu mengembangkan Key Activities yang mendukung terciptanya Value Proposition. Mampu menyusun Business
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT)
LAMPIRAN 119 120 DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) Studi Kasus Pada PT. SURYA RENGO CONTAINERS - DEMAK NAMA RESPONDEN
Lebih terperinciTELKOM UNIVERSITY FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS JURUSAN/PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI BISNIS RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
TELKOM UNIVERSITY FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS JURUSAN/PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI BISNIS RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan PEMODELAN
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016
LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016 1. Jabatan : Sekretaris 2. Tugas : Mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan kegiatan, melaksanakan pelayanan administrasi umum
Lebih terperinciMASALAH DAN STRATEGI MENARIK INVESTASI DI DAERAH
MASALAH DAN STRATEGI MENARIK INVESTASI DI DAERAH Oleh : Marsuki Seminar Investasi PUKTI, 15/06/2006, Hotel Quality, Makassar MASALAH DAN STRATEGI MENARIK INVESTASI DI DAERAH 1 Oleh : Marsuki 2 Setelah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN IKLIM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 BIAYA MELAKUKAN USAHA DI INDONESIA
LAMPIRAN 1 BIAYA MELAKUKAN USAHA DI INDONESIA Turunnya minat investasi baik PMDN maupun PMA sangat terkait dengan tidak menariknya iklim investasi di. Salah satu penyebab tidak menariknya iklim investasi
Lebih terperinciRantai Nilai Manajemen Hubungan Pelanggan
Rantai Nilai Manajemen Hubungan Pelanggan Kajian CRM Strategies Tataran CRM Operasional Analitis CRM Strategies Pandangan top-down tentang CRM sebagai strategi bisnis paling penting yang mengutamakan konsumen
Lebih terperinciKUESIONER PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI
KUESIONER PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI Untuk kepentingan tabulasi (mohon diisi) Nomor Responden : (kosongkan) Unit Kerja :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, menyebabkan setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang barang atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat, menyebabkan setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang barang atau jasa
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 7 halaman Mata Kuliah : Entrepreneurship
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENILITIAN
BB III METODOLOGI PENILITIN Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan untuk memperoleh berbagai data yang akan diproses menjadi informasi yang selanjutnya akan digunakan dalam penelitian. dapun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. efektivitas dan efisiensi bisnis dari berbagai segi terutama waktu dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan yang dihadapi perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini membuat pihak manajemen perusahaan harus melihat efektivitas dan efisiensi bisnis dari
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Keramat Bey Berry
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Gambaran Umum Keramat Bey Berry Keramat Bey Berry merupakan salah satu usaha agrobisnis pemasok strawberry yang telah berdiri selama 13 tahun,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi informasi (TI) saat ini telah mengalami perubahan yang sangat besar, dari hanya sekadar alat bantu menjadi komponen proses bisnis organisasi. Organisasi
Lebih terperinci