BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

Oleh Indah Fajrina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatmawati, 2015

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Ilmu Pengetahuan Alam Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI MEDIA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH DAN MEDIA GAMBAR. Didik Yulianto, Sudarmi, Sugeng Widodo

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SAVI PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER II.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

Rinendah Sihwinedar 16

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB V PEMBAHASAN. siswa SDN 02 Kendalbulur, Boyolangu, Tulungagung. pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar. Secara detail dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar sangat memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian manusia. Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Sudjana(1989:5), belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspekaspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Menurut Sudjana (2000:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien. Untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan yang diinginkan, guru harus bisa mengatur strategi mengajar yang kondusif, aktif 5

6 dan bermakna bagi siswa yang akhirnya akan membuat hasil belajar menjadi lebih baik. 2.1.2 Hasil Belajar Sudjana (2008:22) Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Slameto (2010),belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Winkel dalam Lina (2009: 5), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Arif Gunarso dalam Lina (2009: 5), hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Dari uraian di atas didapat kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan belajar dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai hasil belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu: 1. Faktor-faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu sendiri, yang meliputi:

7 a. Faktor Jasmaniah (fisiologis) Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. b. Faktor Psikologis Yang termasuk faktor psikologis antara lain: Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar). Non Intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur). Faktor kondisi fisik. 2. Faktor-faktor Eksternal 1. Faktor di Sekolah (kurikulum, kedisiplinan Siswa, guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa). 2. Faktor keluarga (Menurut Slameto (2003: 60-64), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan). 3. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga membuahkan sebuah prestasi belajar. 2.1.4 Hakikat Pembelajaran Tematik a) Pengertian Pembelajaran Tematik Depdiknas, Trianto, (2012 : 79) Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa matapelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

8 Trianto, (2010:83) Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai. 1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu. 2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi matapelajaran dalam tema yang sama. 3. Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. 6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu matapelajaran dan sekaligus dapat mempelajari matapelajaran yang lain. 7. Guru dapat menghemat waktu sebab matapelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, dan pengayaan materi. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik/terpadu adalah model pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. b) Karakteristik Pembelajaran Tematik Depdiknas, Trianto, (2010: 92), pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran di sekolah dasar yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

9 2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tematema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7. Menggunakan prinsip belajar dan bermain dan menyenangkan.

10 2.1.5 Model Pembelajaran SAVI a) Landasan Teori Menurut Henry (2009), SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran. b) Prinsip Dasar Menurut Henry (2009), dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu: 1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. 2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi. 3) kerjasama membantu proses pembelajaran. 4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. 5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik. 6) emosi positif sangat membantu pembelajaran. 7) otak-citra menyerap informasi secara langung dan otomatis.

11 Jadi pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru. c) Karakteristik Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup. Menurut Henry (2009), sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu: 1) Somatic Somatic berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). 2) Auditori Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai

12 keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. 3) Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku atau program komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat cotoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. 4) Intelektual Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian dari yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua aktivitas siswa dalam kegiatana pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang ia pelajari. Di sini guru juga sangat berperan dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

13 2.2 Media Pembelajaran SAVI a) Pengertian Media Menurut Miarso, (1986:46), kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dalam salah satu artikelnya Yusufhadi Miarso memberikan batasan media pembelajaran tersebut sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitaspembelajaran yang akan dilaksanakan karena media dapat merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa. b) Fungsi Media Menurut Miarso, (1986:49) Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan belajar/mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman berlapis menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya sehingga guru dapat menerapkan dasar konsep pembelajaran yang kongkrit. Menurut Brown (1973), Jenis media belajar, diantaranya adalah: 1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartu, komik. 2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.

14 3. Projecterd still media: slide; over head projector (OHP), in focus dan sejenisnya. 4. Projected motion media: film, televise, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. 2.2.1 Model Penerapan Pembelajaran SAVI Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Auditori (A) Pada tahap awal, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan disampaikan dengan cara mendongeng menggunakan wayang-wayangan gambar hewan dari kertas. 2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V) Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini guru menayangkan film berupa sumber energi yang berkaitan dengan materi pembelajaran, sehingga dapat menciptakan nilai-nilai yang positif bagi siswa. Kemudian siswa diajak untuk mengalami secara langsung dengan mengamati manfaat energi yang dilihatnya. 3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan somatic (S) Pada tahap ini guru memberikan lembar pengamatan untuk dikerjakan bersama teman kelompoknya (@ 5 orang siswa), kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan hasil kerja dikumpulkan. Kemudian melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran tematik.

15 4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) adalah sebagai bentuk belajar Intelektual (I) Pada tahap terakhir, guru memberikan soal evaluasi secara individu dan memberikan pemantapan berupa pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. 2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 1. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Anggoro-292007708 (2010), Penggunaan Metode Drama untuk Meningkatakan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik di Kelas III SD Negeri Wonolelo Wonosobo Semester I Tahun 2009/2010, melakukan penelitian terhadap 28 siswa, hasilnya:setelah melakukan penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan perstasi belajar siswa pada setiap siklus kegiatan belajar mengajar. Peningkatan prestasi belajar tersebut ditunjukkan dengan peningkatan pencapaian rata-rata hasil evaluasi siswa. Hal tersebut diketahui dari awal mula nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 62,5 menjadi 77,96 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,93 pada evaluasi tindak lanjut dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,43. Bukti lain yang menunjukkan peningkatan prestasi belajar adalah dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai KKM. Dari 10,71% siswa yang mencapai KKM pada pra siklus menjadi 100% siswa mencapai KKM pada siklus I maupun siklus II. Peningkatan prestasi belajar ini dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Kegiatan bermain drama yang dilakukan siswa mengharuskan siswa untuk memahami materi pelajaran yang diberikan agar dapat memainkan drama dengan baik. Saat siswa menghafalkan dialog, maka siswa sekaligus menghafalkan materi pelajaran. Keadaan seperti ini mengakibatkan siswa lebih memahami materi pelajaran dan prestasi belajar menjadi meningkat. 2. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Ika Fitrianingsih- A.410050075 (2009), Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan SAVI

16 Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa, melakukan penelitian terhadap 80 siswa yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VIII B sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan pendekatan SAVI sedangkan kelas VIII D sebanyak 40 siswa sebagai kontrol diberikan metode konvensional dengan teknik random sampling hasilnya: a) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau dari perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran dengan diperoleh sig. 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran SAVI lebih baik dalam meningkatkan nilai siswa pada pokok bahasan lingkaran sehingga prestasi belajar yang dicapai lebih tinggi, dengan hasil rata-rata prestasi 8.0500 untuk kelas eksperimen dan 7.4375 untuk kelas kontrol. b) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau dari motivasi belajar siswa dengan diperoleh sig. 0,036 < 0,05 yang berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi, siswa dengan motivasi belajar sedang akan memperoleh prestasi belajar sedang, dan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah akan memperoleh prestasi belajar yang rendah. c) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran dengan diperoleh sig. 0.186>0.05 yang berarti metode pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa secara bersama tidaklah memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika atau dengan kata lain bahwa rata-rata prestasi belajar siswa dari kelompok eksperimen selalu lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol, baik untuk motivasi belajar tinggi, sedang atau rendah Hasil analisis post hoc menunjukan perbedaan antar motivasi siswa(tinggi, sedang, dan rendah) menunjukan nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 yang berarti perbedaan antar tingkat motivasi siswa signifikan. (berbeda secara bermakna).

17 2.4 Kerangka Berpikir Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu pengaruh penerapan pembelajaran tematik, model pembelajaran SAVI dan hasil belajar. Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran SAVI dalam pembelajarannya guru menyatukan keempat unsur SAVI dalam pembelajaran tematik. Pembelajaran dimulai dengan guru memberi tahu materi yang akan disampaikan, tujuannya apa, tanya jawab sebagai bentuk penerapan belajar Auditori (A), guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa, sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V), kemudian guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan bersama teman sebangkunya atau kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan dikumpulkan, sebagai bentuk penerapan somatic (S), yang terakhir adalah guru memberikan soal latihan secara individu sebagai bentuk belajar Intelektual (I). Dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran yang sesuai, maka akan membantu siswa untuk memperoleh nilai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

18 Kerangka berfikir dalam penelitian Kebiasaan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru Hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran rendah Dengan penerapan Model pembelajaran SAVI Siswa dalam pembelajaran lebih aktif, dan hasil belajar siswa meningkat 2.5 Hipotesis Penelitian Apabila guru dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI siswa kelas III SD tidak hanya memperoleh pengetahuan saja. Namun siswa menjadi aktif, karena dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas. Diharapkan dapat mengalami perubahan kearah positif, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektifdan efisien.