OPTIMISASI PENDISTRIBUSIAN BANTUAN LOGISTIK BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN METODE VOGEL S APPROXIMATION (VAM) DAN MODIFIED DISTRIBUTION (MODI)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN MASALAH TRANSSHIPMENT DENGAN METODE VOGEL S APPROXIMATION (VAM) DAN METODE POTENSIAL SKRIPSI ARIZ KURNIA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB III MODEL TRANSPORTASI. memperkecil total biaya distribusi (Hillier dan Lieberman, 2001, hlm. 354).

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SKRIPSI HALIMATUSSA DIYAH BB DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metode Transportasi. Rudi Susanto

TRANSPORTASI APROKSIMASI VOGEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN SKRIPSI

TRANSPORTASI NORTH WEST CORNER (NWC)

TRANSPORTATION PROBLEM

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. XYZ

Optimasi Pendistribusian Barang Menggunakan Metode Stepping Stone dan Metode Modified Distribution (MODI)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII METODE TRANSPORTASI

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

TEKNIK RISET OPERASI UNDA

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Model Transportasi /ZA 1

Pokok Bahasan VI Metode Transportasi METODE TRANSPORTASI. Metode Kuantitatif. 70

Hermansyah, Helmi, Eka Wulan Ramadhani INTISARI

UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA

PENERAPAN METODE POTENSIAL DALAM MENENTUKAN BIAYA DISTRIBUSI MINIMUM (STUDI KASUS : PT. MITRA PERKASA DHIAN ABADI) SKRIPSI JELLY LUIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Model Transportasi 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MASALAH TRANSPORTASI

METODE TRANSPORTASI Permintaan Masalah diatas diilustrasikan sebagai suatu model jaringan pada gambar sebagai berikut:

TRANSPORTASI LEAST COST

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS SEJAHTERA PADA PERUM BULOG SUB-DIVRE SIDOARJO

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah.

IMPLEMENTASI METODE NWC DAN MODI DALAM PENGOPTIMALAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN PUPUK (STUDI KASUS : PT. PERKEBUNAN RIMBA AYU)

METODE TRANSPORTASI. Gudang A Gudang B Gudang C Kapasitas pabrik Pabrik W. Rp 20 Rp 5 Rp Rp 15 Rp 20 Rp Rp 25 Rp 10 Rp 19 50

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pertemuan 3 Transportasi Tanpa Dummy

OPTIMASI DISTRIBUSI GULA MERAH PADA UD SARI BUMI RAYA MENGGUNAKAN MODEL TRANSPORTASI DAN METODE LEAST COST

Universitas Sam Ratulangi Manado

PENYELESAIAN PERMASALAHAN TRANSSHIPMENT DENGAN METODE NORTH WEST CORNER DAN METODE STEPPING STONE SKRIPSI MEGAYANTI NADAPDAP

METODE TRANSPORTASI. GUDANG A GUDANG B GUDANG C KAPASITAS PABRIK PABRIK W. RP 20 RP 5 RP RP 15 RP 20 RP RP 25 RP 10 RP 19 50

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan

biaya distribusi. Misalkan ada m buah sumber dan n buah tujuan:

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 5 MODEL TRANSPORTASI. 5.1 Pengertian Model Transportasi

TRANSPORTATION PROBLEM. D0104 Riset Operasi I Kuliah XXIII - XXV

PEMROGRAMAN LINIER: MODEL TRANSPORTASI. Oleh: Ni Ketut Tari Tastrawati, S.Si, M.Si

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi

ANALISA PERBANDINGAN METODE VAM DAN MODI DALAM PENGIRIMAN BARANG PADA PT. MITRA MAYA INDONESIA

Metode Kuantitatif Manajemen, Kelompok 5, MB IPB E49, 2014 OPERATION RESEARCH - TRANSPORTATION MODELS. Presented by Group 5 E49

Operations Management

KAJIAN MASALAH TRANSSHIPMENT TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN METODE LEAST COST - STEPPING STONE DAN METODE LEAST COST - MODI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 2 LANDASAN TEORI

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin

METODE IMPROVED EXPONENTIAL APPROACH DALAM MENENTUKAN SOLUSI OPTIMUM PADA MASALAH TRANSPORTASI

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut James A.F. Stoner (2006, p7), manajemen adalah suatu

PENDISTRIBUSIAN BBA DENGAN METODE PROGRAMA LINIER (PERSOALAN TRANSPORTASI) Oleh : Ratna Imanira Sofiani, S.Si Dosen Universitas Komputer Indonesia

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Riwayat Hidup. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

Analisis Penggunaan Model Transportasi dalam Memaksimumkan Penjualan Tiket pada Perusahaan Shuttle Xtrans Cabang Bandung

MENGOPTIMALKAN BIAYA DISTRIBUSI PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI (Studi Kasus di PT. X Krian)

Manajemen Sains. Model Transportasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN

Pertemuan 4 Transportasi Dengan Dummy

METODE TRANSPORTASI PENGERTIAN METODE STEPPING STONE METODE MODI METODE VOGELS APPROXIMATION (VAM)

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-11

VISUALISASI TEORI OPTIMALISASI BIAYA TRANSPORTASI UNTUK PEMBELAJARAN RISET OPERASI

PENENTUAN BIAYA OPTIMUM PADA PERMASALAHAN TRANSPORTASI SEIMBANG DENGAN VAM DAN MODI

Optimization of Transportation Cost Using Genetic Algorithm

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

Pertemuan ke-1 PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penentuan Solusi Optimal MUHLIS TAHIR

STUDI MENGENAI PENYELESAIAN PERMASALAHAN RUTE TERPENDEK YANG DIPANDANG SEBAGAI MODEL TRANSSHIPMENT (PERSINGGAHAN) SKRIPSI YUPITER SITANGGANG

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Penggunaan Metode Transportasi Dalam...( Ni Ketut Kertiasih)

PERSOALAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM

TRANSPORTASI & PENUGASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan pendistribusian barang dari sumber (misalnya, pabrik) ke

OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI WILAYAH SULAWESI TENGAH MELALUI MODEL TRANSSHIPMENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE VOGEL APPROXIMATION

Transkripsi:

OPTIMISASI PENDISTRIBUSIAN BANTUAN LOGISTIK BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN METODE VOGEL S APPROXIMATION (VAM) DAN MODIFIED DISTRIBUTION (MODI) SKRIPSI CIK ADZILLA ASRI 140803024 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN 2018

OPTIMISASI PENDISTRIBUSIAN BANTUAN LOGISTIK BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DENGAN METODE VOGEL S APPROXIMATION (VAM) DAN MODIFIED DISTRIBUTION (MODI) SKRIPSI CIK ADZILLA ASRI 140803024 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN 2018

PERNYATAAN Optimisasi Pendistribusian Bantuan Logistik Beras Sejahtera (Rastra) dengan Metode Vogel s Approximation (VAM) dan Modified Distribution (MODI) SKRIPSI Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, April 2018 Cik Adzilla Asri 140803024 i

PENGESAHAN SKRIPSI Judul : Optimisasi Pendistribusian Bantuan Logistik Beras Sejahtera (Rastra) dengan Metode Vogel s Approximation (VAM) dan Modified Distribution (MODI) Kategori : Skripsi Nama : Cik Adzilla Asri Nomor Induk Mahasiswa : 140803024 Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen Fakultas : Matematika : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara Disetujui di Medan, April 2018 Ketua Program Studi S1 Matematika FMIPA USU Pembimbing, Dr. Suyanto, M.Kom Asima Manurung,S.Si, M.Si NIP.19590813 198601 1 002 NIP. 19730315 199903 2 001 ii

Optimisasi Pendistribusian Bantuan Logistik Beras Sejahtera (Rastra) dengan Metode Vogel s Approximation (VAM) dan Modified Distribution (MODI) ABSTRAK Metode transportasi adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan pengalokasian barang yang paling efektif dari suatu sumber ke suatu tujuan tertentu dengan biaya yang seminimal mungkin. Penelitian ini dilakukan pada Perum BULOG Sub Divre Medan. Perusahaan ini merupakan perusahaan milik negara sebagai pelaksana program beras sejahtera (Rastra). Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan biaya distribusi Rastra. Metode yang digunakan adalah metode Vogel s Approximation(VAM) sebagai solusi awal dan metode Modified Distribution (MODI) sebagai solusi akhir atau optimal. Dari perhitungan dengan menggunakan metode transportasi diperoleh biaya optimum yang lebih rendah dari perhitungan perusahaan, biaya yang diperoleh dengan metode transportasi sebesar Rp 3.153.593.881,00 sedangkan dengan perhitungan perusahaan total biaya distribusi diperoleh sebanyak Rp 3.223.563.685,00. Dengan demikian penggunaan metode trasportasi yaitu metode VAM dan MODI dapat menghemat biaya distribusi sebesar Rp 69.969.804,00. Kata kunci: Metode Transportasi, Metode Vogel s Approximation(VAM), Metode Modified Distribution (MODI). iii

Optimization of Rice Logistics Distribution Assistance (Rastra) with Vogel's Approximation Method (VAM) and Modified Distribution (MODI) ABSTRACT The method of transportation is a method that can be used to determine the most effective allocation of goods from a source to a particular destination for a minimal cost. This research was conducted on Perum BULOG Sub Divre Medan. This company is a state-owned company as the implementer of rice program prosperous (Rastra). This research aims to optimize Rastra distribution cost. The method used is the Vogel's Approximation (VAM) method as the initial solution and the Modified Distribution (MODI) method as the final or optimal solution. From the calculation by using the transportation method obtained optimum cost lower than the calculation of the company, the cost obtained by transportation method of Rp 3.153.593.881,00 while with the calculation of the company total distribution costs obtained as much as Rp 3.223.563.685,00. Thus the use of transportation methods of VAM and MODI methods can save distribution costs of Rp 69.969.804,00. Keywords: Transportation Problem, Vogel s Approximation Method (VAM), Modified Distribution Method (MODI) iv

PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi dengan judul Optimisasi Pendistribusian Bantuan Logistik Beras Sejahtera (Rastra) dengan Metode Vogel s Approximation (VAM) dan Modified Distribution (MODI). Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan contoh teladan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA serta seluruh Staf pegawai di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU 2. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Matematika serta seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU 3. Ibu Asima Manurung, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa membantu dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini 4. Bapak Dr. Pasukat Sembiring, M.Si dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku dosen pembanding yang memberikan kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan skripsi penulis 5. Bapak Ir. Bahrensah Ananda H. MH selaku kepala Perum BULOG Sub Divre Medan dan Bapak Gabariel Marbun, SH. selaku Kasi Operasional dan Pelayanan Publik yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk mengambil data di Perum BULOG Sub Divre Medan dalam menyelesaikan skripsi penulis v

6. Tak terlupakan seluruh rekan-rekan kuliah Matematika stambuk 2014, abang dan kakak stambuk 2013, adik-adik stambuk 2015, 2016, 2017 dan Organisasi yaitu IM 3 (Ikatan Mahasiswa Matematika Muslim) FMIPA USU, terkhusus kepada teman-teman penulis yaitu Caul, Chindy, Yela, Halimah, Dieka, Faisal, Gilang, dan Fitan yang telah berjuang bersamasama dan memberikan dukungan dan semangat kepada penulis 7. Teristimewa dan yang paling utama penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta yaitu ayahanda Asrianto dan Ibunda Cik Usmaniah, A.Md serta adik-adik penulis yang sangat penulis sayangi dan banggakan yaitu Cik Dara Asri, Cik Putri Asri dan Muhammad Aulia Asri yang selalu memberikan dukungan berupa do a dan motivasi kepada penulis dan untuk semua yang telah memotivasi dan mendoakan penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang tak terhingga. Amin. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi. Medan, April 2018 Cik Adzilla Asri 140803024 vi

DAFTAR ISI PERNYATAAN PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAK ABSTRACT PENGHARGAAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman i ii iii iv v vii ix x xi BAB 1 BAB 2 BAB 3 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5 Manfaat Penelitian 4 1.6 Metodologi Penelitian 4 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi 5 2.2 Program Linier 6 2.2.1 Pengertian Program Linier 6 2.2.2 Model Program Linier 6 2.3 Kajian Transportasi 9 2.3.1 Masalah Transportasi 9 2.3.2 Pengertian dan Model Transportasi 10 2.3.3 Keseimbangan Transportasi 13 2.3.4 Metode Penyelesaian Masalah 14 Transportasi 2.3.5 Degenerasi dan Redunansi 21 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 23 vii

3.2 Rancangan Penelitian 23 3.3 Sumber Data 23 3.4 Analisis Data 24 BAB 4 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data 25 4.1.1 Data Persediaan Rastra 25 4.1.2 Data Permintaan Rastra 25 4.1.3 Data Biaya Transportasi dari 26 Gudang ke Kabupaten/kota 4.2 Pengolahan Data 28 4.3 Perhitungan Solusi Optimal 30 4.3.1 Metode Vogel s Approximation 30 4.3.2 Metode Modified Distribution 50 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 57 5.2 Saran 58 DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN 60 viii

DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 2.1 Gambaran Umum Masalah Transportasi 12 4.1 Kapasitas Persediaan Rastra Tahun 2017 25 4.2 Penyaluran Beras Sejahtera (Rastra) Tahun 2017 26 4.3 Biaya Transportasi dari Gudang ke Kabupaten/kota tahun 27 2017 4.4 Data Kapasitas Persediaan, Permintaan, dan Biaya 28 Transportasi dalam Bentuk Tabel Transportasi 4.5 Data Kapasitas Persediaan, Permintaan, dan Biaya 31 Transportasi Rastra dari Gudang ke Kabupaten/kota Tahun 2017 4.6 Biaya Penalti VAM 32 4.7 Alokasi VAM Awal 33 4.8 Biaya Penalti VAM Kedua 34 4.9 Alokasi VAM Kedua 35 4.10 Biaya Penalti VAM Ketiga 36 4.11 Alokasi VAM Ketiga 37 4.12 Biaya Penalti VAM Keempat 38 4.13 Alokasi VAM Keempat 39 4.14 Biaya Penalti Kelima 40 4.15 Alokasi VAM Kelima 41 4.16 Biaya Penalti VAM Keenam 42 4.17 Alokasi VAM Keenam 43 4.18 Biaya Penalti VAM Ketujuh 44 4.19 Alokasi VAM Ketujuh 45 4.20 Biaya Penalti VAM Kedelapan 46 4.21 Alokasi VAM Kedelapan 47 4.22 Biaya Penalti VAM Kesembilan 48 4.23 Alokasi VAM Kesembilan 49 4.24 Solusi Awal Metode VAM 50 4.25 Tabel Nilai U i dan V j 51 4.26 Menghitung Indeks Perbaikan 52 4.27 Perubahan Alokasi Untuk Memperoleh Alokasi Optimal 53 4.28 Nilai U i dan V j setelah Perubahan Alokasi 54 4.29 Nilai Indeks Perbaikan Setelah Perubahan Alokasi 54 4.30 Rincian Penyaluran Rastra agar Biaya Angkut Minimum 56 ix

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Deskripsi jaringan transportasi 11 x

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul 1 Persediaan Beras Sejahtera (Rastra) Tahun 2017 2 Penyaluran Beras Sejahtera (Rastra) tahun 2017 dari Gudang ke Kabupaten/Kota 3 Biaya Transportasi Beras Sejahtera (Rastra) dari Gudang ke Kabupaten/Kota Tahun 2017 4 Daftar Biaya Distribusi Perusahaan Tahun 2017 5 Surat Mohon Izin Pengambilan Data Riset dari Pihak Perusahaan 6 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Riset xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan). Program Raskin pada dasarnya merupakan kelanjutan dari program Operasi Pasar Khusus (OPK) yang diluncurkan pada Juli 1998 dibawah program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Namun pada tahun 2002 pemerintah mengganti nama OPK menjadi Program Raskin dengan tujuan agar lebih tepat sasaran. Program Raskin kini berganti nama menjadi Rastra (beras sejahtera), Rastra merupakan program yang sama dengan Raskin hanya yang membedakannya sebutan untuk program tersebut dan pembagian beras yang sebelumnya 12 kali dalam setahun menjadi 14 kali pembagian dalam setahun. Menurut DPR-RI (2015) menjelaskan bahwa istilah sebelumnya kata beras miskin (Raskin) dianggap kurang sopan untuk didengar, maka diubah menjadi beras sejahtera (Rastra), tetapi pengubahan istilah tersebut tetap memiliki tujuan yang sama. Menurut DPR-RI (2015), Edhy Prabowo selaku Ketua Komisi IV dalam rapat Dengar Pendapat Komisi IV dengan Perum Bulog menjelaskan bahwa Beras sejahtera ini diartikan untuk tidak mendeskriditkan orang, agar bahasa penyebutannya lebih sopan didengar, namun yang paling penting bukan namanya tetapi adalah kualitasnya yang sampai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) tidak berkutu, berbau dan pecah-pecah sehingga kualitasnya harus terjamin. Perusahaan Umum Bulog Sub Divisi Regional Medan (Perum Bulog Sub Divre Medan) adalah sebuah perusahaan milik negara sebagai pelaksana program Rastra untuk beberapa wilayah seperti Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Langkat, Kota Binjai, dan Kota Tebing Tinggi mengeluarkan dana yang cukup besar untuk kegiatan pendistribusian. Untuk meminimumkan biaya distribusi maka diperlukan perencanaan untuk pendistribusian Rastra sehingga biaya distribusi yang dikeluarkan adalah

2 seoptimal mungkin. Proses pendistribusian yang tepat sangat penting, maka peneliti tertarik melakukan evaluasi terhadap saluran distribusi pada Perum Bulog Sub Divre Medan untuk mencari solusi agar biaya distribusi menjadi minimum. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan biaya distribusi adalah dengan metode transportasi. Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam pendistribusian barang dari sumber-sumber yang menyediakan barang yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Metode transportasi bermanfaat untuk memperlancar pendistribusian barang, memaksimalkan pengalokasian dari sumber ke tujuan dan berguna dalam usaha menekan total biaya transportasi. Dalam penerapan metode transportasi, biaya, waktu dan tenaga dapat dioptimalkan serta meningkatkan efisiensi perusahaan. Ada beberapa metode untuk menyelesaikan masalah transportasi, dalam tugas akhir ini penulis akan memaparkan tentang bagaimana menyelesaikan masalah transportasi dengan metode Vogel s Approximation (VAM) sebagai penyelesaian awal dan metode Modified Distribution (MODI) untuk penyelesaian optimalnya. Penulis menggunakan metode VAM karena metode tersebut memiliki kelebihan yaitu lebih mudah untuk mengatur alokasi dari beberapa sumber ke daerah tujuan dan hasil analisa pada metode VAM lebih mendekati hasil optimal dibandingkan dengan metode lainnya. Sedangkan untuk penyelesaian optimalnya penulis menggunakan metode MODI karena metode tersebut dapat menentukan sel kosong yang bisa menghemat biaya yang dapat dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat serta indeks perbaikan dapat dihitung tanpa harus menari jalur-jalur terpendek. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis memberi tulisan ini dengan judul, Optimisasi Pendistribusian Bantuan Logistik Beras Sejahtera (Rastra) Dengan Metode Vogel s Approximation (VAM) Dan Modified Distribution (MODI).

3 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana menentukan optimalisasi masalah transportasi pada sistem distribusi Rastra dari gudang ke titik-titik distribusi pada Perum Bulog Sub Divre Medan dengan menggunakan metode VAM dan metode MODI. 1.3. Batasan Masalah Dalam tulisan ini penulis membatasi permasalahan pada: 1. Metode transportasi yang digunakan adalah metode VAM dan MODI 2. Data yang digunakan pada bulan Januari-Desember 2017 3. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang menyangkut distribusi beras sejahtera (Rastra) saja 4. Lalu lintas yang dilalui lancar 5. Pendistribusian beras menggunakan alat transportasi darat yaitu truk dan alat pengangkutan tersebut tersedia setiap saat 6. Tidak dipertimbangkan adanya faktor acak seperti bencana alam, perang dan lain sebagainya 7. Diasumsikan harga BBM konstan 8. Jarak tidak dipertimbangkan 9. Kondisi jalan dianggap sama. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimalkan biaya distribusi beras sejahtera (Rastra) dengan menggunakan metode VAM dan metode MODI di Perum Bulog Sub Divre Medan.

4 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau pertimbangan bagi Perum Bulog Sub Divre Medan dalam mengoptimal kan biaya distribusi beras sejahtera (Rastra). b. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan untuk mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian ini. 1.6. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan data sekunder, adapun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mencari referensi Pada tahap ini, penulis mengumpulkan referensi dari buku dan jurnal mengenai metode dan permasalahan yang akan dibahas yang diperoleh dari buku dan jurnal yang berasal dari perpustakaan maupun internet serta melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Mengidentifikasi teori 3. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data persediaan (supply) beras pada masingmasing gudang, data permintaan (demand) kebutuhan konsumen, dan data biaya pengiriman atau transportasi 4. Melakukan analisa dengan metode transportasi yaitu Metode Vogel s Approximation (VAM) untuk analisa solusi awal dan Metode Modified Distribution (MODI) untuk solusi optimum 5. Membuat kesimpulan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan) (Tjiptono, 1997). Dengan kata lain, proses pendistribusian merupakan aktivitas pemasaran yang mampu: 1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang merealisasikn kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. 2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan,arus penanggunan resiko, dan arus pemesanan. Pengaruh distribusi sangat besar terhadap kelancaran penjualan maka masalah distribusi harus benar-benar dipertimbangkan dan sama sekali tidak boleh diabaikan. Menurut David A Revzan salah satu pakar ekonomi menjelaskan bahwa distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Aspek terpenting dari distribusi suatu produk adalah biaya pengangkutan sedangkan biaya pengangkutan sangat dipengaruhi oleh tarif angkut. Dengan demikian, tingginya biaya pengangkutan akan mempersempit wilayah pemasaran suatu produk.

6 2.2 Program Linier 2.2.1 Pengertian Program Linier Konsep Linier programming ditemukan dan diperkenalkan pertama kali oleh George Dantzig yang berupa mencari solusi masalah linier programming dengan banyak variabel keputusan. Penelitiannya didukung juga oleh J. Von Neumann, L. Hurwics dan TC. Koopmans yang bekerja pada bidang yang sama yaitu pada bidang penelitian teknis matematis untuk memecahkan masalah logistic militer angkatan udara Amerika Serikat selama perang dunia II. Adapaun teknik yang asli adalah program saling ketergantungan kegiatan-kegiatan dalam suatu struktur linier dan kemudian diserderhanakan menjadi linier programming. Linear Programming (LP) merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas (Subagyo, 1990). Program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linier digunakan untuk menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linier dalam arti hubungan langsung dan persis proporsional. Program menyatakan penggunaan teknik matematika tertentu. Sehingga pengertian program linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model matematis dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan. (Aminudin, 2005) 2.2.2 Model Program Linier Model matematis perumusan masalah umum pengalokasian sumber daya untuk berbagai kegiatan disebut sebagai model program linier. Model program linier merupakan bentuk dan susunan dari dalam menyajikan masalah-masalah yang akan dipecahkan dengan teknik program linier. Dalam model program linier dikenal dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi batasan. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan

7 program linier yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. Sedangkan fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan (Subagyo, 1990). Bentuk umum model program linier: Optimumkan dengan batasan: Keterangan: = fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimum, minimum) = kenaikan nilai apabila ada pertambahan tingkat kegiatan dengan satu satuan (unit) atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan terhadap nilai = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia = macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia = tingkat kegiatan ke = banyaknya sumber yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan ( dan = banyaknya sumber yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan = nomor setiap macam sumber yang tersedia = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber yang tersedia

8 Terminologi umum untuk model program linier dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Fungsi yang akan dicari nilai optimalnya (Z) disebut sebagai fungsi tujuan (objective function) 2. Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu, fungsi batasan fungsional dan fungsi batasan non-negatif (non-negative constrains). Fungsi batasan fungsional adalah fungsi-fungsi batasan sebanyak m, sedangkan fungsi batasan non-negatif adalah variabel 3. Variabel-variabel disebut sebagai variabel keputusan (decision variables) 4. Parameter model yaitu masukan konstan,, dan Agar penggunaan model program linier dapat digunakan dengan baik tanpa terbentur pada berbagai hal maka diperlukan asumsi-asumsi dasar program linier sebagai berikut: 1. Proportionality, asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Misalkan: a. Setiap pertambahan 1 unit akan menaikkan Z sebesar. Setiap pertambahan 1 unit akan menaikkan Z sebesar, dan seterusnya b. Setiap pertambahan 1 unit akan menaikkan penggunaan sumber daya atau fasilitas ke 1 sebesar. Dengan kata lain, setiap ada kenaikan kapasitas riil tidak perlu ada biaya persiapan (set-up cost). 2. Additivity, nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam program linier dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain. 3. Divisibility, yaitu keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan 4. Deterministic (certainty), yaitu bahwa semua parameter (,, ) yang terdapat pada program linier dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun dalam kenyataannya tidak sama persis.

9 2.3 Kajian Transportasi 2.3.1 Masalah Transportasi Pada umumnya, masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari berbagai sumber, dengan enawaran terbatas, menuju beberapa tujuan dengan permintaan tertentu pada biaya transport minimum. Karena hanya ada satu macam barang, suatu tempat tujuan dapat memenuhi permintaannya dari sumber satu kesumber lainnya. Sesuai dengan namanya, masalah transportasi atau persoalan transportasi pertama kali diformulasikan sebagai suatu prosedur khusus untuk mendapatkan program biaya minimum dalam mendistribusikan unit yang homogen dari suatu produk atas sejumlah titik penawaran (sumber) ke sejumlah titik permintaan (tujuan). Semua ditempatkan pada sumber dan tujuan yang berbeda secara geografis (Aminudin, 2005). Dalam mendistribusikan produk ke berbagai daerah, tentunya membutuhkan biaya transportasi yang tidak sedikit jumlahnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang agar biaya transportasi yang dikeluarkan seefisien mungkin dan tidak menjadi persoalan yang dapat menguras biaya besar. Proses pendistribusian yang tepat sangatlah penting. Ciri-ciri khusus persoalan transportasi adalah (Bu ulolo, 2016) : 1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu. 2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu. 3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya sesuai dengan permintaan atau kapasitas sumber. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya tertentu. Masalah transportasi merupakan masalah yang sering dihadapi dalam pendistribusian barang. Misalkan ada m buah sumber yag masing-masing memiliki buah barang yang sama. Barang-barang tersebut hendak dikirimkan ke n buah tujuan yang masing-masing membutuhkan buah barang. Diasumsikan Biasanya karena letak jarak yag berbeda, maka biaya pengiriman dari suatu sumber ke suatu tujuan tidaklah sama. Misalkan, adalah biaya pengiriman sebuah barang dari

10 sumber ke tujuan. Masalahnya adalah bagaimana menentukan pendistribusian barang dari sumber sehingga semua kebutuhan tujuan terpenuhi tetapi dengan biaya yang seminimum mungkin (Jong Jek Siang, 2014). Jong Jek Siang juga memberikan algoritma penyelesaian masalah transportasi sebagai berikut: 1. Tentukan penyelesaian feasibel awal. Penyelesaian feasibel awal digunakan untuk menentukan penyelesaian awal dalam masalah transportasi 2. Uji, apakah penyelesaian yang didapatkan pada langkah (1) sudah optimal 3. Jika belum optimal, tingkatkan keoptimalan penyelesaian 4. Ulangi langkah (1) - (3) hingga didapatkan penyelesaian optimal. 2.3.2 Pengertian dan Model Transportasi Model Transportasi (Transportation) berawal dari tahun 1941 ketika F.L. Hitchcock mengetengahkan suatu studi yang berjudul The Distribution of a Product from Several Sources to Numerous Locaities. Presentasi ini dipertimbangkan sebagai sumbangan penting terhadap penyelesaian kasus-kasus transportasi yang pertama kali. Kemudian, pada tahun 1947 T.C. Koopmans mengetengahkan suatu studi yang tidak berkaitan dengan studi Hitchcock dan diberi judul Optimum Utilization of the Transportation System. Selanjutnya kedua sumbangan ini sangat membantu di dalam pengembangan model transportasi. Dalam perkembangannya, model transportasi terlah diterapkan pada berbagai macam organisasi usaha seperti rancang bangunan dan pengendalian operasi pabrik, penentuan daerah penjualan, dan pengalokasian pusat-pusat distribusi dan gudang. Penyelesaian kasus-kasus tersebut dengan model transportasi telah mengakibatkan penghematan biaya yang luar biasa. Bahkan Edward H. Bowman dari M.I.T. Pada tahun 1956 telah mengembangkan model itu menjadi sebuat model transportasi dinamik yang melibatkan unsur waktu untuk menyelesaikan masalah penjadwalan produksi. Model ini juga menjadi inspirasi pengembangan model-model Operations Research yang lain seperti Transhipment, Assignment, dan lain-lain.

11 Model transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi suatu produk (barang-barang) dari sumber-sumber yang menyediakan produk (misalnya pabrik) ke tempat-tempat tujuan (misalnya gudang) secara optimal. Tujuan dari model ini adalah menentukan jumlah yang harus dikirim dari setiap sumber ke setiap tujuan sedemikian rupa dengan total biaya transportasi minimum (Tamin, 2000). Asumsi dasar dari model transportasi adalah besarnya ongkos transportasi pada rute adalah proposional dengan jumlah barang yang di distribusikan. Deskripsi model transportasi dalam bentuk jaringan dari tempat asal ke tempat tujuan yang digambarkan dengan node seperti pada Gambar 2.1. Dari tempat asal ke tempat tujuan dihubungkan dengan rute yang membawa komoditi, dimana besarnya supply di sumber adalah dan kebutuhan (demand) di tempat tujuan adalah, banyaknya komoditi yang didistribisi dari tempatasal ke tempat tujan adalah dan biaya transportasi dari tempat asal ke tempat tujuan adalah. Gambar 2.1 Deskripsi jaringan transportasi Dari deskripsi di atas dapat disusun dalam table transportasi, seperti pada Tabel 2.1 berikut :

12 Sumber Tabel 2.1 Gambaran Umum Masalah Transportasi Tujuan T 1 T 2 T 3 a i c 11 c c 12 1n A 1 x x 1 n x 11 12 a 1 c 21 c 22 c 2n A 2... x 21 x 22 x 2n... c m1 m2 A m x m1 m2...... c x... x mn c mn a 2... a m b j b 1 b 2 b n Keterangan : A i : Sumber ke i, T j : Tujuan ke j, a i : Persediaan ke i, b j : Permintaan ke j, i 1,2,3,..., j 1,2,3,..., i 1,2,3,..., m n j 1,2,3,..., m n c : Biaya transportasi barang dari sumber i ke tujuan j, i 1,2,3,..., m ij j 1,2,3,...,n x : Banyak barang yang diangkut dari sumber i ke tujuan j, i 1,2,3,..., m ij j 1,2,3,...,n

13 Berdasarkan tabel 2.1 dapat disusun model matematika sebagai berikut : minimasi dimana : 2.3.3 Keseimbangan Transportasi Masalah Transportasi tarbagi atas 2 jenis, yaitu masalah transportasi seimbang (balanced) dan masalah transportasi tidak seimbang (unbalanced). Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total persediaan (supply) sama dengan total permintaan (demand). Dengan kata lain : Dalam persoalan sebenarnya, batasan ini tidak terlalu terpenuhi, atau dengan kata lain, jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi, maka model persoalannya disebut sebagai model yang tidak seimbang (unbalanced). Batasan di atas dikemukakan hanya karena ia menjadi dasar dalam pengembangan teknik transportasi. Namun, setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara memasukkan variabel artifisial (semu). Jika jumlah demand melebihi jumlah persediaan (supply), maka dibuat suatu sumber dummy yang akan men-supply kekurangan tersebut, yaitu sebanyak Sebaliknya, jika jumlah persediaan (supply) melebihi jumlah permintaan (demand), maka dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak

14 Ongkos transportasi per unit ( C ij ) dari sumber dummy ke seluruh tujuan adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per unit ( C ij ) dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol. 2.3.4 Metode Penyelesaian Masalah Transportasi Terdapat beberapa metode untuk menyelesaikan masalah transportasi seperti, Metode VAM, Metode Northwest Corner, Metode Least Cost (biaya terkecil), Metode MODI, Metode Potensial dan Metode Stepping Stone. Metode Northwest Corner, Metode Biaya Terkecil, dan Metode VAM digunakan untuk mencari penyelesaian awal sedangkan Metode MODI, Metode Potensial dan Metode Stepping Stone digunakan untuk mengoptimalkan penyelesaian awal yang telah diperoleh sebelumnya dengan menggunakan ketiga metode di atas. A. Metode Vogel s Approximation Metode VAM merupakan metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk dapat mengatur alokasi dari beberapa sumber ke beberapa daerah pemasaran. Metode ini merupakan sebuah metode heuristik dan biasanya memberikan pemecahan awal yang lebih baik daripada metode sebelumnya, yaitu metode North West Corner dan Least Cost. Pada kenyataannya metode VAM umumnya menghasilkan pemecahan awal yang mendekati hasil optimum. Pada beberapa kasus, di mana ketepatan tidak terlalu penting, solusi awal yang didapat dengan metode ini dapat dipakai sebagai pendekatan solusi optimal. Cara dari metode ini memerlukan pengertian beda kolom dan beda baris. Dengan beda kolom diartikan beda antara dua biaya termurah dalam kolom tersebut. Beda ini dianggap Penalty atau hukuman karena tidak mengambil rute dengan biaya termurah. Untuk setiap baris / kolom ditentukan Penalty masing-masing. Penalty tertinggi disebut Penalty Rating yang menunjukkan baris atau kolom di mana harus

15 dimulai penetapan sel yang akan diisi. Secara ringkas langkah-langkah penyelesaian masalah transportasi dengan metode VAM menurut Bernard W. & Taylor III adalah sebagai berikut: 1. Tentukan biaya penalti untuk tiap baris dan kolom dengan cara mengurangkan biaya sel terendah pada baris atau kolom terhadap biaya sel terendah berikutnya pada baris atau kolom yang sama 2. Pilih baris atau kolom dengan biaya penalti tertinggi 3. Alokasi sebanyak mungkin ke sel fisibel dengan biaya transportasi terendah pada baris atau kolom dengan biaya penalti tertinggi 4. Ulangi langkah 1, 2, dan 3 sampai semua kebutuhan terpenuhi. Kelebihan metode VAM: 1. Metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk mengatur alokasi dari beberapa sumber ke daerah tujuan. 2. Hasil analisa dari metode VAM mendekati hasil optimal dibanding metodemetode yang lain. Kekurangan metode VAM: 1. Proses iterasi lebih rumit. 2. Pada metode VAM setelah semua produk dialokasikan, harus menguji sel bukan basis apakah sudah memiliki nilai sama dengan nol. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa total biaya benar-benar minimum. B. Metode North West Corner Solusi awal menggunakan metode North West Corner ditentukan dengan mengisi sel kosong yang masih dapat diisi dan terletak paling kiri atas (sudut barat laut). Jumlah yang dialokasikan pada sel kosong tersebut tidak boleh melebihi jumlah suplai pada sumber dan jumlah permintaan pada tujuan. Langkah-langkah Metode North West Corner adalah sebagai berikut : 1. Alokasikan nilai sebesar mungkin pada sel dengan memperhatikan persediaan dan permintaan. Yaitu,.

16 2. Alokasikan nilai sebesar mungkin pada sel yang bersebelahan dengan sel. Jika, maka dan jika, maka. 3. Ulangi langkah 2 sampai semua permintaan terpenuhi Dimana : = jumlah alokasi yang dikirimkan dari sumber ke-1 ke tujuan ke-1 = persediaan pada sumber ke-1 = permintaan pada tujuan ke-1 Metode North West Corner memiliki kelebihan dan kekurangan untuk menyelesaikan solusi awal pada masalah transportasi. Kelebihan metode North west corner adalah metode paling mudah, tapi tidak mempertimbangkan biaya. Kekurangan metode North west corner adalah metode ini tidak mengalokasikan produk sebanyak mungkin pada kotak sel yang memiliki biaya transportasi terkecil. Dengan kata lain, setiap alokasi produk tidak memperhatikan besarnya biaya perunit. Metode ini kurang efisien dan metode terpanjang dalam mencari tabel optimal. C. Metode Least Cost Solusi awal yang didapat dengan metode Least Cost lebih baik dari Northwest Corner, sebab penyelesaian pada metode ini sudah melibatkan faktor biaya, sedangkan pada Pojok Barat laut solusi layak awal ditentukan tanpa pengaruh biaya (solusi layak awal jauh dari optimum). Langkah-langkah penyelesaian masalah transportasi dengan metode ini adalah sebagai berikut: 1. Pilih variabel (kotak) dengan biaya transport terkecil dengan alokasikan sebanyak mungkin. Untuk terkecil,. Ini akan menghabiskan baris atau kolom. 2. Dari kotak-kotak sisanya yang layak (yaitu yang tidak terisi atau tidak dihilangkan) pilih nilai terkecil dan alokasikan sebanyak mungkin. 3. Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan permintaan terpenuhi. Kelebihan metode Least cost:

17 1. Mencari dan memenuhi biaya terkecil. Lebih efisien dibanding metode North west corner. 2. Lebih mudah dipahami sehingga lebih disukai oleh orang awam. Kekurangan metode Least cost: 1. Pada kasus tertentu, ada kemungkinan diperolehnya solusi dengan biaya yang mahal. 2. Pada metode Least cost terletak pada penentuan alokasi produk ke dalam sel atau kotak yang memiliki biaya terendah, dimana biaya tersebut mempunyai lebih dari satu sel D. Metode Modified Distribution Metode MODI merupakan perkembangan dari metode Stepping Stone, karena penentuan segi empat kosong yang bisa menghemat biaya dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat serta metode ini dapat mencapai hasil optimal lebih cepat. Cara untuk memilihnya digunakan persamaan : adalah nilai baris, adalah nilai kolom, dan adalah biaya pengangkutan 1 satuan barang dari sumber ke ke tujuan (Subagyo, dkk. 1990) Adapun langkah-langkah menghitung pengoptimalan menurut Subagyo adalah sebagai berikut : 1. Isi tabel pertama (tabel penyelesaian awal) dari sudut kiri atas ke kanan bawah. 2. Menentukan nilai baris dan kolom. Nilai baris dan kolom ditentukan berdasarkan persamaan di atas ( ). Baris pertama selalu diberi nilai 0, dan nilai baris-baris yang lain dan nilai kolom ditentukan berdasarkan hasil-hasil hitungan yang telah diperoleh. Bila nilai suatu baris sudah diperoleh, maka nilai kolom yang dihubungkan dengan segi empat batu dapat dicari dengan rumus. 3. Menghitung indeks perbaikan. Indeks perbaikan adalah nilai dari segi empat air (segi empat yang kosong). Mencarinya dengan rumus: indeks perbaikan.

18 4. Memilih titik tolak perubahan. Segi empat yang mempunyai indeks perbaikan negatif berarti bila diberi aloksi (diisi) akan dapat mengurangi jumlah biaya pengangkutan. Bila nilainya positif berarti pengisian akan menyebabkan kenaikan biaya pengangkutan. Segi empat yang merupakan titik tolak perubahan adalah segi empat yang indeksnya bertanda negatif, dan angkanya terbesar. 5. Memperbaiki alokasi. Berila tanda positif pada segi empat yang terpilih. Pilihlah 1 (satu) segi empat terdekat yang berisi dan sebaris dengan yang terpilih tersebut, 1 (satu) segi empat yang berisi terdekat dan sekolom. Berilah tanda negatif pada 2 (dua) segi empat ini. Kemudian pilihlah 1 (satu) segi empat yang sebaris atau sekolom dengan 2 (dua) segi empat yang bertanda negatif tadi, dan berilah segi empat ini tanda positif. Selanjutnya pindahkanlah alokasi dari segi empat yang bertanda negatif ke yang bertanda positif sebanyak isi terkecil dari segi empat yang bertanda negatif. 6. Ulangi langkah-langkah tersebut di atas, mulai langkah ke-2 sampai diperoleh biaya terendah. Bila masih ada indeks perbaikan yang bernilai negatif berarti alokasi tersebut masih dapat diubah untuk mengurangi biaya pengangkutan. Bila sudah tidak ada indeks yang bernilai negatif berarti sudah optimal. Kelebihan metode MODI: 1. Penentuan sel kosong yang bisa menghemat biaya dapat dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat. 2. Metode MODI indeks perbaikan dapat dihitung tanpa harus mencari jalurjalur terpendek Kekurangan metode MODI : Proses pengerjaannya lebih banyak untuk menghasilkan biaya optimal. E. Metode Stepping Stone Metode Stepping stone atau metode batu loncatan merupakan langkah lanjutan dari salah satu metode dasar yang telah dijelaskan sebelumnya untuk

19 mendapatkan solusi optimal yaitu total biaya minimum. Metode Stepping stone merubah alokasi produk untuk mendapatkan alokasi produksi yang optimal menggunakan cara trial and error atau coba coba. Walaupun merubah alokasi dengan cara coba-coba, namun ada syarat yang harus diperhatikan yaitu dengan melihat pengurangan biaya per unit yang lebih besar dari pada penambahan biaya per unitnya. Langkah-langkah pengujian metode Stepping stone adalah sebagai berikut (Jay Heizer dan Barry Reinder, 2005): 1. Isi tabel awal dengan metode VAM. 2. Harus dipastikan bahwa jumlah sel yang terisi harus ada, dimana m adalah banyak sumber dan n adalah banyak tujuan. 3. Pilihlah kotak manapun yang tidak terpakai untuk dievaluasi. 4. Dimulai dari kotak yang tidak terpakai, telusurilah sebuah jalur tertutup yang kembali ke kotak awal melalui kotak-kotak yang sekarang ini yang sedang digunakan (yang diizinkan hanyalah gerakan vertikal dan horizontal). Walaupun demikian, boleh melangkahi kotak manapun baik kosong ataupun berisi. 5. Mulai dengan tanda plus (+) pada kotak yang tidak terpakai, tempatkan secara bergantian tanda plus (+) dan tanda minus (-) pada setiap kotak pada jalur yang tertutup yang baru saja dilalui. 6. Hitunglah indeks perbaikan dengan cara menambahkan biaya unit yang ditemukan pada setiap kotak yang berisi tanda plus (+), dilanjutkan dengan mengurangi biaya unit pada setiap kotak berisi tanda minus (-). 7. Ulangi langkah 1 hingga 4 sampai semua indeks perbaikan untuk semua kotak yang tidak terpakai sudah dihitung. Jika semua indeks yang dihitung lebih besar atau sama dengan nol, maka solusi optimal sudah tercapai. Jika belum, maka solusi sekarang dapat terus ditingkatkan untuk mengurangi biaya pengiriman total. Kelebihan metode Stepping stone: Pengerjaannya sederhana karena mengevaluasi sel kosong untuk indeks perbaikan.

20 Kekurangan metode Stepping stone: 1. Cara pengerjaannya membutuhkan ketelitian terutama dalam menentukan hasil dari perhitungan biaya-biaya sel kosong. 2. Untuk menghitung indeks perbaikan bagi pemecahan tertentu, dalam metode Stepping stone harus mencari jalur terpendek untuk tiap sel kosong. F. Metode Potensial Dalam memecahkan masalah transportasi dengan metode potensial merupakan metode yang cukup efisien dalam mencari solusi optimum. Solusi dengan menggunakan metode potensial adalah suatu variasi dari metode stepping stone yang didasarkan pada rumusan dual. Metode potensial berbeda dari metode stepping stone dalam hal bahwa dengan metode potensial tidak perlu menentukan semua jalur tertutup pada variabel non basis. Perbedaan utama dari metode potensial dengan metode Stepping-Stone ialah cara mengevaluasi setiap sel dalam matriks. Dalam Stepping-Stone, lingkaran evaluasi harus dicari untuk semua sel, yaitu sebanyak mn-m-n+1 sel, yang tidak terletak dalam basis. Dalam metode potensial, lingkaran evaluasi hanya dicari untuk sel yang mempunyai harga paling negatif pada matriks evaluasi. Dalam proses mencari harga-harga sel evaluasi matriks, metode potensial terlebih dahulu harus menyusun satu matriks perantara. Matriks asli dari transportasi dinyatakan dengan, matriks antara yang akan dijelaskan dinyatakan dengan, sedangkan matriks evaluasi dinyatakan dengan. Berdasarkan alokasi basis, maka sel dari basis dinyatakan dengan. Selsel ini mempunyai jumlah sebanyak. Selanjutnya dicari harga-harga untuk setiap baris dan harga-harga untuk setiap kolom, dengan perantara persamaan : Telah diketahui bahwa jumlah sel yang mendapat alokasi awal atau jumlah sel yang menjadi basis ialah sebanyak, sehingga dengan demikian terdapat persamaan. Supaya persamaan ini dapat dipecahkan,

21 sebenarnya diperlukan satu persamaan lagi, dan untuk itu diperoleh dengan memilih salah satu harga dari atau dengan konstanta tertentu (biasanya dipilih salah satu dari harga berikut atau ). Setelah harga-harga dan diketahui, maka dicari harga-harga sel lain yang tidak menjadi basis, yaitu dengan menggunakan persamaan:. Matriks yang diperoleh adalah matriks perantara yang disimbolkan dengan matriks. Adapun langkah-langkah metode potensial adalah sebagai berikut : 1. Isi tabel awal dengan metode penyelesaian awal. 2. Menentukan nilai setiap baris ( ) dan nilai setiap kolom ( dengan menggunakan hubungan, untuk setiap variabel basis dan baris pertama diberi nilai 0 ( ). 3. Menghitung matriks perubahan biaya untuk setiap variabel non basis dengan menggunakan rumus, dimana merupakan matriks biaya awal dan merupakan matriks perantara yang diperoleh dari langkah ke-2. 4. Apabila hasil perhitungan terdapat nilai negatif, maka solusi belum optimal. Selanjutnya pilih dengan niali negatif terbesar sebagai entering variabel. 5. Ulangi langkah-langkah tersebut di atas, mulai langkah ke-2 sampai diperoleh biaya terendah. Bila masih terdapat yang bernilai negatif maka alokasi masih dapat di ubah untuk mengurangi biaya pengangkutan. Bila sudah tidak ada yang bernilai negatif maka sudah optimal. 2.3.5 Degenerasi dan Redundansi Untuk mengevaluasi kotak kosong dalam menentukan entering variable, banyaknya kotak terisi (variabel basis) harus sama dengan. Jika suatu tabel transportasi memiliki kurang dari kotak terisi maka ini disebut degenerasi. Hal ini dapat terjadi pada solusi awal atau selama iterasi berikutnya. Pengujian menggunakan solusi optimal baik menggunakan metode Stepping stone maupun MODI harus memenuhi persyaratan (m+n-1). Oleh karena

22 itu, apabila dari solusi awal belum memenuhi persyaratan tersebut maka eksekusi tidak dapat dilakukan. Untuk kasus degenerasi, dimana jumlah sel yang terisi kurang dari persyaratan (m+n-1), maka pada salah satu sel yang kosong harus ditambahkan nilai epsilon. merupakan bilangan positif yang nilainya sangat kecil. Penambahan dapat dilakukan pada sel kosong dengan memperhatikan proses eksekusi solusi optimal. Nilai tidak ditempatkan pada sel kosong dimana disekelilingnya terdapat tiga sel yang terisi. Untuk kasus redundansi, dimana jumlah sel yang terisi melebihi dari persyaratan (m+n-1), maka terjadi penggabungan dua sel atau lebih menjadi satu sel. Penggabungan tersebut dilakukan pada sel-sel baris dengan memperhatikan besarnya permintaan dan persediaan yang ada

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Objek penelitian dilakukan pada Perum Bulog Sub Divre Medan yang berlokasi di Jl. Sisimangaraja Km. 10,2 Medan. 3.2 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah menggunakan teknik pengumpulan data dengan riset kepustakaan. Jenis penelitian terdiri dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. 3.3 Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung. Data yang diperoleh oleh penulis berupa data yang melalui kepustakaan dokumen-dokumen atau laporan tertulis serta informasinya lainnya

24 yang berhubungan dengan pendistribusian Rastra pada Perum Bulog Sub Divre Medan. 3.4 Analisis Data Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Data yang diperoleh dari Perum Bulog Sub Divre Medan dilakukan analisis dan perhitungan terhadap data tersebut. Langkahlangkah untuk menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menentukan solusi awal dengan menggunakan metode VAM 2. Setelah memperoleh tabel solusi awal dengan metode VAM, selanjutnya periksa apakah sel basis dari tabel solusi awal sudah terpenuhi buah sel basis, jika solusi awal kurang dari maka harus ditambahkan variabel dummy agar proses pengecekan keoptimalan dan iterasi dapat dilakukan 3. Mencari solusi optimal dengan menggunakan metode MODI.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Persediaan Rastra Dalam kegiatan pendistribusian rastra pada Perum Bulog Sub Divre Medan mempunyai gudang penyimpanan beras untuk memenuhi permintaan konsumen. Data lokasi gudang dan kapasitas persediaan beras di masing-masing gudang pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.1 No. Gudang Lokasi Tabel 4.1 Kapasitas Persediaan Rastra Tahun 2017 Sumber: Perum Bulog Sub Divre Medan Total Persediaan (kg) 1. Mabar Medan 8.454.889 2. Pulo Brayan D I Medan 9.482.843 3. Pulo Brayan D II Medan 5.726.248 4. Labuhan Deli Medan 4.025.330 5. Paya Pasir Tebing Tinggi 4.763.250 Jumlah 32.452.560 4.1.2 Data Permintaan Rastra Data permintaan yang di maksud pada penelitian ini adalah data beras yang didistribusikan oleh Perum Bulog Sub Divre Medan. Adapun data permintaan yang di ambil adalah data permintaan rastra pada tahun 2017. Data permintaan rastra dari masing-masing gudang ke masing-masing Kabupaten/kota terlihat pada tabel 4.2.

26 Tabel 4.2 Penyaluran Beras Sejahtera (Rastra) Tahun 2017 No. Gudang Kabupaten/kota Permintaan (Kg) Kota Binjai 748.950 1. Mabar Kab. Langkat 4.198.230,36 Kab. Deli Serdang 3.192.012,42 Kab. Serdang Bedagai 707.970 2. Pulo Brayan D I Kab. Langkat 5.745.802,65 Kab. Deli Serdang 2.099.734,32 Kota Binjai 1.048.530 3. Pulo Brayan D II Kab. Langkat 2.708.099,36 Kab. Deli Serdang 2.052.983,26 Kab. Serdang Bedagai 599.870 Kab. Langkat 640.327,33 4. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang 2.987.555 Kab. Serdang Bedagai 916.085 Kota Tebing Tinggi 1.472.220 5. Paya Pasir Kab. Deli Serdang 407.595 Kab. Serdang Bedagai 2.926.595 Jumlah 32.452.560 Sumber: Perum Bulog Sub Divre Medan 4.1.3 Data Biaya Transportasi dari Gudang ke Kabupaten/Kota Data biaya transportasi dari gudang ke Kabupaten/Kota merupakan biaya yang berhubungan dengan pengangkutan produk rastra. Dalam pendistribusian beras perusahaan menggunakan jasa angkutan darat yaitu truk. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pengiriman tiap satu kilogram rastra dari beberapa gudang ke beberapa Kabupaten/Kota. Data biaya transportasi dari gudang ke beberapa Kabupaten/Kota tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

27 Tabel 4.3 Biaya Transportasi dari Gudang ke Kabupaten/kota Tahun 2017 No. Gudang Kabupaten/kota Biaya Transportasi (Rp/Kg) Kota Binjai 93,5 Kota Tebing Tinggi 86,5 1. Mabar Kab. Langkat 106,5 Kab. Deli Serdang 102 Kab. Serdang Bedagai 102 Kota Binjai 89,5 Kota Tebing Tinggi 90,5 2. Pulo Brayan D I Kab. Langkat 109,5 Kab. Deli Serdang 98 Kab. Serdang Bedagai 99 Kota Binjai 87,5 Kota Tebing Tinggi 93,5 3. Pulo Brayan D II Kab. Langkat 108 Kab. Deli Serdang 98 Kab. Serdang Bedagai 95 Kota Binjai 107,5 Kota Tebing Tinggi 92 4. Labuhan Deli Kab. Langkat 120,5 Kab. Deli Serdang 97 Kab. Serdang Bedagai 114 Kota Binjai 127 Kota Tebing Tinggi 60,5 5. Paya Pasir Kab. Langkat 148 Kab. Deli Serdang 108 Kab. Serdang Bedagai 77,5 Sumber: Perum Bulog Sub Divre Medan

28 4.2 Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Data- data yan telah diperoleh dari Perum Bulog Sub Divre Medan dituliskan dalam bentuk tabel transportasi, tujuannya adalah untuk meringkas dan menyajikan dengan jelas data-data yang telah diperoleh. Tabel 4.4 merupakan tabel transportasi pengolahan data kapasitas persediaan, data permintaan, dan data biaya transportasi rastra dari masing-masing gudang ke masing-masing Kabupaten/Kota tahun 2017 yang dikeluarkan perusahaan. Tabel 4.4 Data Kapasitas Persediaan, Permintaan, dan Biaya Transportasi dalam Bentuk Tabel Transportasi Biaya Angkut (Rp/kg) Gudang Tujuan Binjai Tebing Tinggi Langkat Deli Serdang Serdang Bedagai Supply Mabar 93,5 86,5 106,5 102 102 8.454.889 Pulo Brayan D I 89,5 90,5 109,5 98 99 9.482.843 Pulo Brayan D II 87,5 93,5 108 98 95 5.726.248 Labuhan Deli 107,5 92 120,5 97 114 4.025.330 Paya Pasir 127 60,5 148 108 77,5 4.763.250 Demand 1.797.480 1.472.220 13.292.460 10.739.880 5.150.520 32.452.560 Sumber : Perum Bulog Sub Divre Medan Sehingga dapat diformulasikan kedalam model program linier sebagai berikut : Minimumkan: