HUBUNGAN DURASI MENGEMUDI DAN FAKTOR ERGONOMI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR BUS TRAYEK MANADO - LANGOWAN DI TERMINAL KAROMBASAN DRIVING DURATION RELATION AND ERGONOMIC FACTORS WITH LOW BACK PAIN COMPLAINTS ON BUS DRIVER ROUTE MANADO - LANGOWAN IN TERMINAL KAROMBASAN Miriam Dalope ¹, Paul A. T Kawatu², Woodford B. S. Joseph³ Bidang Minat Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi E-mail: Miriam.iy_dalope@ymail.com Ringkasan Nyeri pinggang merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi nyeri pinggang pada pemandu seperti supir, pengendara sepeda motor, atau penarik becak lebih tinggi berbanding pekerjaan-pekerjaan lain, yang menunjukkan masalah nyeri pinggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Berdasarkan survei yang sudah dilakukan di pada sopir bus trayek Manado-Langowan di Terminal Karombasan, ada banyak tempat duduk sopir yang sudah tidak layak digunakan oleh sopir-sopir dan kendaraan yang mereka gunakan sudah tergolong tua. Hal ini dapat memicu terjadinya gangguan muskuloskeletal seperti nyeri pinggang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara durasi mengemudi dan faktor ergonomic dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek manado- Langowan di terminal karombasan.penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sopir bus trayek Manado-Langowan yang ada di terminal angkutan umum Karombasan yang berjumlah 68 orang dan diambil 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan yaitu sebesar 62,5% dan berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan α = (0,05) menunjukkan adanya hubungan antara keluhan nyeri pinggang dengan durasi mengemudi (p value = 0,003), faktor ergonomi (p value = 0,000). Disarankan agar parasopirmemperhatikan posisi duduk dalam mengemudi,dan kendaraan-kendaraan yang sudah tua dan tidak layak pakai tidak perlu digunakan lagi. Perlu memperhatikan waktu kerja dan waktu istirahat misalnya berhenti sejenak dari aktivitas mengemudi untuk istirahat. Kata Kunci: Durasi Mengemudi, Faktor Ergonomi, Nyeri Pingang Abstrak Low back pain is a common complaint encountered in everyday life. The prevalence of low back pain in guides such as drivers, motorcyclists, or rickshaw pullers is higher than the other workers, which shows low back pain problems that arise due to sit down long been a phenomenon that often occurs at this time. Based on a survey that has been conducted in the bus driver on the route Manado-Langowan at Karombasan Terminal, there is plenty seat of driver who has been improperly used by the drivers and the vehicles they use are quite old. This can lead to musculoskeletal disorders such as low back pain. The purpose of this study was to know the driving duration and ergonomic factors with low back pain on bus driver on the route Manado-Langowan in Karombasan terminal. This study uses cross-sectional design with observational analytic method. The population in this study is all driver route Manado - Langowan existing in public transport terminal Karombasan total 68 people and takes 40 samples. The results showed that the prevalence of low back pain on the bus driver route Manado-Langowan in Karombasan terminal is 62.5% and based on the results of the statistical test using the chi square test with α = (0.05) show a relation between low back pain with a duration driving (p value = 0.003), ergonomic factors (p value = 0.000). It is recommended that the driver noticed sitting position when driving, and the old vehicles and not suitable to be used do not need to use again. Need to pay attention the working time and rest time such as stop for a moment from driving activity to tak a rest. Keywords: Duration Driving, Factors Ergonomics, Back Pain
PENDAULUAN Di era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja, baik di sektor formal maupun informal. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Suma mur, 2009). Prevalensi nyeri pinggang pada pemandu seperti supir, pengendara sepeda motor, atau penarik becak lebih tinggi berbanding pekerjaan-pekerjaan lain, yang menunjukkan masalah nyeri pinggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari aktivitas mulai dari berjalan, duduk, tidur, makan dan lain sebagainya. Semua aktivitas tersebut tentunya berhubungan langsung dengan berbagai alat atau produk yang menunjang. Begitu pula dengan para sopir. Sopir bus angkutan kota dalam provinsi yang ada di terminal Karombasan rentan terhadap gangguan kesehatan, misalnya seperti nyeri pinggang (low back pain) karena saat mengemudi, pekerjaan tersebut dilakukan dalam posisi duduk. Lamanya duduk dalam kondisi statik akan menyebabkan kelelahan dan timbulnya rasa pegal pada area pinggang. Perancangan alat yang tidak ergonomis dan postur yang salah ataupun tempat duduk yang digunakan sopir tidak sesuai dengan postur tubuh maka dapat memicu terjadinya nyeri pinggang. Ketika mengemudi dengan posisi duduk yang salah akan menyebabkan kelelahan yang terlalu cepat karena otot- otot pinggang menjadi tegang, dan dalam periode yang berulang- ulang akan menimbulkan rasa nyeri pada area punggung bawah. Tempat duduk sopir pada kendaraan yang digunakan oleh sopir-sopir bus trayek Manado- Langowan, kebanyakan tidak ergonomis dan sudah tergolong tua. Hal ini dapat memicu terjadinya gangguan muskuloskeletal seperti nyeri pinggang. METODE Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan disain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Terminal angkutan umum Karombasan. Pengambilan data dan pengukuran dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2013. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sopir bus trayek Manado-Langowan yang ada di terminal angkutan umum Karombasan yang berjumlah 68 orang dan diambil 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data yang dipakai yaitu data primer yang dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung. Data yang di maksud berupa durasi mengemudi, data tentang keluhan-keluhan bagian tubuh sebagai implikasi pekerjaan dengan menggunakan kuesioner. Data variabel bebas (durasi mengemudi dan faktor ergonomi) dan variabel terikat (keluhan nyeri pinggang), disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara durasi mengemudi dan faktor ergonomi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan, dengan menggunkan Chi-Square test pada CI 95% dan α=0,05 dengan bantuan program SPSS (statistical program for social science) versi 20. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian yang dilakukan di terminal Karombasan diperoleh sampel sebanyak 40 responden. semua responden yang menjadi sampel merupakan sopir-sopir bus yang mengangkut penumpang dari Manado ke Langowan atau sebaliknya. Dari 40 responden yang bersedia menjadi subjek penelitian ini, umur responden berkisar antara 20-60 tahun. Umur responden dikelompokkan menjadi tujuh kelompok umur. Kelompok umur >50 tahun memiliki persentase terbanyak yaitu 22,5%. Hal ini menunjuka bahwa sopir bus trayek Manado-Langowan sudah tidak produktif lagi dalam bekerja. Chaffin (1979) dan Guo dkk (1959) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Pada saat umur mencapai 60 tahun rerata kekuatan otot menurun sampai 20%. (Tarwaka, 2004) Faktor dalam diri pekerja tidak hanya usia, ada faktor tingkat pendidikan yang dapat berpengaruh. Pendidikan dapat bertindak sebagai suatu penunjang dalam membangun industri serta pengembangan mental untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Hasil penelitian menyatakan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dari sopir bus trayek Manado-Langowan dalam hampir seluruhnya adalah lulusan Sekolah Menengah Atas/sederajat yaitu 67,5%, dan kebenyakan dari mereka adalah lulusan STM atau pernah mendapat pengalaman kerja di bidang otomotif. Sedangkan sopir bus tamatan Sekolah Menrgah Pertama ada 10 responden atau sebesar
25%, dan untuk tamatan Sekolah dasar memiliki presentase yang paling rendah yaitu 7,5% atau sebanyak 3 responden. Dari hasil penelitian karakteristik berdasarkan masa kerja di bagi dalam 5 kategori. Presentase terbanyak adalah masa kerja antara 1-10 tahun yaitu 14 responden atau 35%. Masa kerja antara 11-20 ada sebanyak 12 responden atau sebesar 30%, responden dengan masa kerja anatar 21-30 sebanyak 6 responden atau sebesar 15%, responden dengan masa kerja anatar 31-40 sebanyak 7 responden atau sebesar 17,5%, sedangkan responden dengan masa kerja >40 tahun hanya 1 responden atau sebesar 2,5 %. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Mengemudi Durasi Mengemudi Jumlah % 4 jam 20 50 < 4 jam 20 50 Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel di atas, Berdasarkan tabel diatas, presentasi durasi megemudi adalah sama antara 4 jam dan < 4 jam dalam sehari yaitu sebanyak 20 responden atau sebesar 50%. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Ergonomi Faktor Ergonomi Jumlah % Ergonomi 25 62,5 Tidak Ergonomi 15 37,5 Jumlah 40 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang faktor ergonomi tergolong ergonomis sebanyak 25 responden atau sebesar 62,5%. Sedangkan responden yang faktor ergonomi yang tidak ergonomis sebanyak 15 orang atau sebesar 37,5%. Tabel 3. Tabel Silang Keluhan Nyeri Pinggang dengan Karakteristik Subjek Penelitian. Karakteristik Umur Keluhan Nyeri Pinggang Ada Tidak Ada N % N % 20-25 2 5 1 2,5 26-30 3 7,5 1 2,5 31-35 4 10 0 0 36-40 4 10 3 7,5 41-45 3 7,5 2 5 46-50 4 10 4 10 >50 5 12,5 4 10 Pendidikan Terakhir SD 1 2,5 2 5 SMP 5 12,5 5 12,5 SMA / Sederajat 14 35 13 32,5 Masa Kerja 1 10 11 27,5 3 7,5 11 20 7 17,5 5 12,5 21 30 4 10 2 5 31 40 2 5 5 12,5 > 40 1 2,5 0 0 Berdasarkan Tabel di atas, ada 42,5% (17 Responden) yang durasi mengemudi antara 3,5 jam/hari yang mengalami nyeri pinggang dan 7,5% (3 responden) yang tidak mengalami nyeri pinggang. Menurut faktor ergonomi, 52,5% (21 responden) dengan faktor ergonomi tergolong ergonomis yang mengalami nyeri pinggang dan 10% (4 responden) yang tidak mengalami nyeri pinggang. 10% (4 responden) dengan faktor ergonomi tergolong tidak ergonomis yang mengalami nyeri pinggang dan 27,5% (11 responden) yang tidak mengalami nyeri pinggang. Hasil penelitian hubungan antara durasi mengemudi dengan keluhan nyeri pinggang menunjukkan bahwa presentasi responden yang mengalami keluhan nyeri pinggang pada sopir dengan durasi mengemudi 4 jam/hari yaitu 42,5% dan tidak mengalami keluhan nyeri pinggang yaitu 7,5%, yang mengalami nyeri pinggang dengan
durasi mengemudi < 4 jam/ hari yaitu 20% sedangkan yang tidak mengalami nyeri pinggang yaitu 30%. Berdasakan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,03 (p<0,05) yang menunjukan ada hubungan antara durasi mengemudi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan. Nilai OR (8,500) menunjukan bahwa responden dengan durasi mengemudi yang lama memiliki peluang terjadinya keluhan nyeri pinggang 8,500 kali lebih besar, daripada responden dengan durasi mengemudi yang singkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andrusaitis, dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang Study of the prevalence and risk factors for low back pain in truck drivers in the state of São Paulo, Brazil Tahun 2006, dengan jenis penelitian survei analitik. Faktor-faktor lain yang diteliti yaitu faktor individu seperti usia, kegiatan fisik dan olahraga dan Indeks massa tubuh. Untuk durasi mengemudi diperoleh nilai p = 0,026 yang berarti ada hubungan antara durasi mengemudi dengan keluhan nyeri pinggang. Hasil penelitian hubungan antara faktor ergonomi dengan keluhan nyeri pinggang menunjukkan bahwa presentasi responden yang mengalami keluhan nyeri pinggang pada sopir bus dengan posisi duduk yang tidak ergonomis yaitu sebanyak 4 responden atau sebesar 10% dan yang tidak mengalami keluhan nyeri pinggang yaitu ada 11 responden atau sebesar 27,5%. Sedangkan pada sopir bus dengan degan sikap duduk yang ergonomis dan yang mengalami nyeri pinggang yaitu 21 responden atau sebesar 52,5% sedangkan yang tidak mengalami nyeri pinggang yaitu sebanyak 4 responden atau sebesar 10%. Berdasakan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05) yang menunjukan ada hubungan antara faktor ergonomi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan. Nilai OR (14, 438) menunjukan bahwa responden dengan faktor ergonomi yang tidak ergonomis memiliki peluang terjadinya keluhan nyeri pinggang 14,438 kali lebih besar, daripada responden dengan faktor ergonomi yang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kusiyono (2004) penelitian tentang Beberapa Faktor Ergonomi Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pengemudi Angkutan Kota Jurusan Gunungsari-Celancang (PP) Cirebon. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 103 responden. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah dalam penelitian ini adalah usia, kebiasaan olahraga, lama kerja, lama istirahat, sikap duduk, kemiringan sandaran. Dari penelitian tersebut diperoleh nilai p = 0,04 yang berarti ada hubungan antara faktor ergonomi dengan keluhan nyeri pinggang. Suatu desain disebut ergonomis apabila secara antropometris, faal, biomekanik, dan psikologis kompatibel dengan manusia pemakainya. Didalam mendesain suatu produk maka harus berorientasi pada production friendly, distribution friendly, operation friendly dan maintenance friendly. Disamping hal-hal tersebut diatas dalam mendesain suatu produk yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suatu desain yang berpusat pada manusia pemakainya atau human centered design (Sutulaksana, 1999). Hal tersebut dimaksudkan agar setiap desain produk baik secara fungsi, teknis-teknologis, ekonomis, estetis maupun secara ergonomis sesuai dengan kebutuhan pemakainya. (Tarwaka, 2004) KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian Hubungan Durasi Mengemudi dan Faktor Ergonomi dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Sopir Bus Trayek Manado-Langowan di Terminal Karombasan maka didapat kesimpulkan bahwa: Ada hubungan antara durasi mengemudi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan; Ada hubungan antara faktor ergonomi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan. SARAN 1. Sopir-sopir bus Trayek Manado-Langowan perlu memperhatikan posisi duduk dalam mengemudi, kursi yang digunakan perlu disesuaikan dengan penggunanya, dan kendaraan-kendaraan yang sudah tua dan tidak layak pakai tidak perlu digunakan lagi. 2. Perlu memperhatikan waktu kerja dan waktu istirahat. Karena jarak yang di tempuh dari Manado-Langowan atau sebaliknya cukup jauh, maka sopir-sopir bus perlu berhenti sejenak dari aktivitas mengemudi untuk istirahat sejenak. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui korelasi antara keluhan nyeri pinggang dengan variabel-variabel yang berbeda sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri pinggang.
DAFTAR PUSTAKA Anies. 2008. Penyakit Akibat Kerja. Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penanggulangannya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Budiono AMS, dkk. Hiperkes & KK. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Sulawesi Utara, 2011. Data Operasional Perhubungan Darat. Manado: sulutprov.go.id. Diakses pada laman: http://www.sulutprov.go.id/dishubkominfo/d arat.html Harnoto, H. 2009. Hubungan posisi duduk dengan timbulnya nyeri Punggung bawah pada pengemudi mobil. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Harrianto, R. 2008. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Helmi, ZN. 2012. Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika Irianto, K. 2008. Struktur dan fungsi tubuh manusia untuk paramedis. Bandung: Cv. Yrama Widya Kantana, T. 2010. Faktor-faktoe yang memperngaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT Enseval Putera Megatrading Jakarta tahun 2010. Jakarta: Universitas islam negeri Syarif Hidayatullah Mauritz, L. 2010. Selintas tentang kelelahan kerja, Yogyakarta: Amara Books Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya Perdani, P. 2010. Pengaruh postur dan posisi tubuh terhadap timbulnya nyeri punggung bawah. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Santjaka, A. 2011. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan 1. Yogyakarta: Nuha Medika Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Peneitian. Bandung: ALFABETA. Suma mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Dasar Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat tugas. Surakarta: Harapan Press. Tarwaka, Bakri SH, dan Sudiajeng L, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. Undang-undang RI no. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Wulandari, R. 2013. Perbedaan tingkat nyeri punggung bawah pada pekerja pembuat teralis sebelum dan sesudah pemberian edukasi peregangan di kecamatan cilacap tengah kabupaten cilacap. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Vol. 2, No 1