Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Transkripsi:

Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU i

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ii ii

KATA PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan III-2014 ini dapat terbit tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademia maupun untuk masyarakat luas. Pada triwulan III-2014, Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 yang sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 7,79% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua tercatat sebesar 7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat masih cukup baik. Untuk sistem pembayaran, transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp7,44 trilliun dengan jumlah warkat 10.887 lembar. Di sisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp11,62 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp1,34 triliun dengan jumlah warkat sebesar 33.757 lembar. iii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu melalui Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya laporan ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik ini akan tetap dapat terpelihara di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami agar laporan pada triwulan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, November 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan, Hasiholan Siahaan iv iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL... IX DAFTAR GRAFIK... XIII RINGKASAN EKSEKUTIF... XIX BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL... 1 1.1 PROVINSI PAPUA... 4 1.1.1 Sisi Permintaan... 4 1.1.1.1 Konsumsi... 4 1.1.1.2 Investasi... 6 1.1.1.3 Ekspor dan Impor... 7 1.1.2. Sisi Penawaran... 9 1.1.2.1 Sektor Pertanian... 9 1.1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian... 11 1.1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran... 12 1.1.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 13 1.1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.... 14 1.2 PROVINSI PAPUA BARAT... 15 1.2.1 Sisi Permintaan... 15 1.2.1.1 Konsumsi... 15 1.2.1.2 Ekspor Impor... 17 1.2.2 Sisi Penawaran... 18 1.2.2.1 Sektor Pertanian... 19 1.2.2.2 Sektor Industri Pengolahan... 20 1.2.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran... 20 1.2.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 21 1.2.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan... 21 1.2.2.6 Sektor Jasa-jasa... 22 1.2.2.7 Sektor Bangunan... 22 v

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA... 25 2.1 PROVINSI PAPUA... 25 2.1.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua... 25 2.1.1.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura... 26 2.1.1.2 Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Jayapura... 27 2.1.2 Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas... 28 2.1.2.1 Kelompok Bahan Makanan... 28 2.1.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 29 2.1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.... 29 2.1.2.4 Kelompok Sandang... 29 2.1.2.5 Kelompok Kesehatan... 29 2.1.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 30 2.1.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan... 30 2.2 PROVINSI PAPUA BARAT... 31 2.2.1 Kondisi Umum Inflasi Papua Barat... 31 2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi... 31 2.2.2.1 Kelompok Bahan Makanan... 32 2.2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 32 2.2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 32 2.2.2.4. Kelompok Sandang... 33 2.2.2.5. Kelompok Kesehatan... 33 2.2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 33 2.2.2.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan... 34 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN... 35 3.1 PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN WILAYAH PAPUA... 35 3.2 PERBANKAN PROVINSI PAPUA... 37 3.2.1. Perkembangan Umum... 37 3.2.2 Aset Perbankan... 38 3.2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 38 3.2.4 Penyaluran Kredit Perbankan... 39 3.2.5 LDR Dan NPL... 41 3.2.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua... 42 vi vi

Triwulan III 2014 3.2.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua... 42 3.2.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua... 43 3.2.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)... 44 3.3 PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT... 44 3.3.1 Perkembangan Umum... 44 3.3.2 Total Aset... 45 3.3.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 46 3.3.4 Penyaluran Kredit Perbankan... 46 3.3.5 LDR dan NPL... 48 3.3.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat... 49 3.3.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat... 49 3.3.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat... 50 3.3.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)... 50 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 53 4.1 KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA... 53 4.1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua... 56 4.1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua... 57 4.1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan... 58 4.2 KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT... 60 4.2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat... 61 4.2.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat... 62 4.2.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan... 63 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 65 5.1 BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS)... 65 5.2 SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKN-BI)... 66 5.3 PERKEMBANGAN UANG KARTAL... 68 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN... 71 6.1 KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA... 71 6.1.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua... 71 6.1.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 72 6.2 KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT... 73 vii Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat... 73 6.2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 74 6.3 KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT... 75 6.3.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua... 76 6.3.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat... 77 BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI... 79 7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH... 79 7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua... 79 7.1.1.1 Sisi Permintaan... 79 7.1.1.2 Sisi Penawaran... 80 7.2 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT... 81 7.3 PROSPEK INFLASI... 83 7.3.1 Inflasi Provinsi Papua... 83 7.3.2 Inflasi Provinsi Papua Barat... 84 viii viii

DAFTAR TABEL TABEL 1.1. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (RP MILIAR)... 2 TABEL 1.2. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA (%)... 2 TABEL 1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY) PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT PENGGUNAAN (%)... 3 TABEL 1.4. LAJU PERTUMBUHAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (%)... 3 TABEL 1.5. PERKEMBANGAN PENJUALAN HASIL TAMBANG... 8 TABEL 1.6. PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PANGAN PAPUA... 10 TABEL 1.7. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN PROVINSI PAPUA... 11 TABEL 1.8. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERTAMBANGAN PAPUA... 12 TABEL 1.9. PERKEMBANGAN ARUS BONGKAR MUAT BARANG DI PELABUHAN PAPUA... 12 TABEL 1.10. PERKEMBANGAN ARUS PENUMPANG KAPAL DI PELABUHAN PAPUA... 13 TABEL 1.11. PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA... 14 TABEL 1.12. PERTUMBUHAN SISI PERMINTAAN PROVINSI PAPUA BARAT... 15 TABEL 1.13. PERTUMBUHAN SEKTORAL PDRB PROVINSI PAPUA BARAT... 19 TABEL 1.14. PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA BARAT... 22 TABEL 2.2. DISAGREGASI INFLASI KOTA JAYAPURA... 27 TABEL 2.3. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI PAPUA... 28 TABEL 3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN WILAYAH PAPUA (MILIAR)... 35 TABEL 3.2. PERKEMBANGAN NPL PERSEKTOR... 36 TABEL 3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR)... 37 TABEL 3.4. PERKEMBANGAN DPK PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR)... 39 TABEL 3.5. PERKEMBANGAN INDIKATOR KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA... 40 TABEL 3.7. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT... 45 TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT... 47 TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN BERDASARKAN SEKTOR EKONOMI... 48 TABEL 3.9. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN PAPUA BARAT... 49 TABEL 4.1. KOMPARASI UKURAN FISKAL PEMDA-PEMDA DI PROVINSI PAPUA... 53 TABEL 4.2. PERKEMBANGAN APBD PEMPROV PAPUA TAHUN ANGGARAN 2013-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH)... 54 ix

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat TABEL 4.3. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH)... 55 TABEL 4.4. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH)... 56 TABEL 4.5. PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH)... 56 TABEL 4.6. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH)... 58 TABEL 4.7. PERKEMBANGAN KESEIMBANGAN FISKAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH)... 58 TABEL 4.8. REALISASI APBD PROVINSI PAPUA TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) 59 TABEL 4.9. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH)... 60 TABEL 4.10. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH)... 61 TABEL 4.11. REALISASI PENDAPATAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH)... 62 TABEL 4.12. REALISASI PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH)... 63 TABEL 4.13. REALISASI PEMBIAYAAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH)... 63 TABEL 5.1. TRANSAKSI RTGS WILAYAH PAPUA... 65 TABEL 5.2. TRANSAKSI KLIRING WILAYAH PAPUA... 67 TABEL 5.3. PERKEMBANGAN PERKASAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT... 69 TABEL 6.1. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA... 72 TABEL 6.2. PENDAPATAN MENURUT LAPANGAN KERJA... 72 TABEL 6.3. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA FEBRUARI 2012 FEBRUARI 2014 PROVINSI PAPUA... 73 TABEL 6.4. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA FEBRUARI 2012 AGUSTUS 2014 PROVINSI PAPUA BARAT... 74 TABEL 6.5. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN KERJA UTAMA... 75 TABEL 6.7. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA... 76 TABEL 6.8. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA BARAT... 77 TABEL 7.1. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA... 79 x x

Triwulan III 2014 TABEL 7.2. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PROVINSI PAPUA... 80 TABEL 7.3. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT... 82 TABEL 7.4. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PROVINSI PAPUA BARAT... 83 TABEL 7.5. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA... 84 TABEL 7.6. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT... 84 xi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

DAFTAR GRAFIK GRAFIK 1.1. SURVEI KONSUMEN... 5 GRAFIK 1.3. KREDIT KONSUMSI BANK UMUM PAPUA... 5 GRAFIK 1.2. KONSUMSI LISTRIK RUMAH TANGGA PAPUA... 5 GRAFIK 1.5. BELANJA PEGAWAI PEMDA PROV. PAPUA... 6 GRAFIK 1.4. JUMLAH KENDARAAN BARU PAPUA... 6 GRAFIK 1.7. JUMLAH PENANAMAN MODAL ASING... 7 GRAFIK 1.6. KREDIT INVESTASI PERBANKAN PAPUA... 7 GRAFIK 1.9. NILAI EKSPOR NON MIGAS PAPUA... 8 GRAFIK 1.8. VOLUME EKSPOR NON MIGAS PAPUA... 8 GRAFIK 1.10. VOLUME IMPOR NONMIGAS PAPUA... 9 GRAFIK 1.11. NILAI IMPOR NON MIGAS PAPUA... 9 GRAFIK 1.13. PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA... 11 GRAFIK 1.12. NILAI TUKAR PETANI PAPUA... 11 GRAFIK 1.15. TINGKAT HUNIAN HOTEL PAPUA... 13 GRAFIK 1.14. PERKEMBANGAN KREDIT PERDAGANGAN... 13 GRAFIK 1.17. KREDIT KONSUMSI PAPUA BARAT... 16 GRAFIK 1.16. GRAFIK SURVEY KONSUMEN 1... 16 GRAFIK 1.18. KONSUMSI LISTRIK PAPUA BARAT... 17 GRAFIK 1.20. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR PAPUA BARAT... 18 GRAFIK 1.19. PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR PAPUA BARAT... 18 GRAFIK 1.21. NILAI TUKAR PETANI PAPUA BARAT... 19 GRAFIK 1.22. PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA BARAT... 19 GRAFIK 1.23. PENGGUNAAN LISTRIK... 20 GRAFIK 2.1. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA DENGAN INFLASI NASIONAL... 26 GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN SURVEI KONSUMEN... 28 GRAFIK 2.4. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA BARAT DENGAN INFLASI NASIONAL... 31 GRAFIK 3.1. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PROVINSI PAPUA... 38 GRAFIK 3.3. PERKEMBANGAN INDIKATOR DANA PIHAK KETIGA PROVINSI PAPUA... 39 GRAFIK 3.4. PERKEMBANGAN KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA... 41 GRAFIK 3.5. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA... 43 GRAFIK 3.6. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA... 43 GRAFIK 3.8. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA... 44 xiii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat GRAFIK 3.9. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA... 44 GRAFIK 3.10. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PAPUA BARAT... 46 GRAFIK 3.12. PERKEMBANGAN DPK PROVINSI PAPUA BARAT... 46 GRAFIK 3.13. PERKEMBANGAN KREDIT PROVINSI PAPUA BARAT... 47 GRAFIK 3.15. PERKEMBANGAN NPL & LDR... 49 GRAFIK 3.16. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT... 49 GRAFIK 3.17. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT... 49 GRAFIK 3.18. PERTUMBUHAN KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT... 50 GRAFIK 3.19. PERKEMBANGAN NPL KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT... 50 GRAFIK 3.20. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT... 51 GRAFIK 3.21. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT... 51 GRAFIK 5.1. NILAI TRANSAKSI RTGS... 66 GRAFIK 5.2. PERKEMBANGAN KLIRING WILAYAH PAPUA... 68 GRAFIK 5.3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL... 69 GRAFIK 6.1. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PROV. PAPUA... 76 GRAFIK 6.2. PERKEMBANGAN UMR PROV. PAPUA... 76 GRAFIK 6.4. PERKEMBANGAN UMR PAPUA BARAT... 78 GRAFIK 6.3. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PAPUA BARAT... 78 xiv xiv

PDRB DAN INFLASI TABEL INDIKATOR PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1114 1106 1060 1145 1151 Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1306 1148 2232 Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170 169 Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17 17 Bangunan 624 651 708 791 669 715 718 807 743 768 790 Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 600 616 Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 609 615 631 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304 277 Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 827 974 850 853 887 TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6501 7305 5618 5619 6770 PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543 546 Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311 290 Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1768 1798 1923 Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279 291 Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275 281 Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225 232 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 55 58 60 61 61 65 66 70 61 63 62 Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371 388 TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3799 3877 4025 Kelompok Komoditas 2014 TW III IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 114,19 0,71-5,60-1,06 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 116,57 1,48 5,06 2,86 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 116,74 0,60 2,84 2,21 Sandang 137,61-0,02 4,07 0,64 4,07 109,38 0,00 3,18 2,36 NA Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 107,63 0,54 1,72 1,23 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,62 0,70 2,17 2,04 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,59 0,02 2,89 1,69 Inflasi Prov. Papua 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 114,05 0,62 0,86 1,24 4,51 2013 Kelompok Komoditas IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 110,08 1,68 9,53 1,46 9,53 121,83 1,10 10,67 10,76 7,32 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 108,05 0,36 6,06 9,32 6,06 113,00 0,61 4,58 1,24 6,94 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 106,24 0,21 5,34-3,85 5,34 111,11 1,07 4,58 2,81 5,60 Sandang 100,52-0,14-2,41-3,99-2,41 101,13 0,02 0,61 0,20 0,86 Kesehatan 105,78 1,24 4,77 2,92 4,77 108,32 0,23 2,41 0,83 4,82 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 105,29 0,30 1,27 2,36 1,27 107,69 1,07 2,28 1,93 2,77 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 111,07 0,71 11,72-2,42 11,72 111,26-1,29 0,17-0,72 2,47 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 108,09 0,91 7,28 1,06 7,28 113,93 0,59 5,40 4,27 5,32 2013 2014 TW III xv

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat PERBANKAN xvi xvi

Triwulan III 2014 SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring RTGS Tabel Transaksi RTGS 2013 2014 I II III IV I II III Growth (YoY) Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 10,106 1.77% Lembar Warkat 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 11,505-2.20% Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 14,246-3.19% Lembar Warkat 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 15,697 3.07% Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 4,140-13.51% Lembar Warkat 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 4,192 20.95% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 2,509-18.00% Lembar Warkat 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 2,076-0.76% Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat Provinsi Papua Barat 2012 2013 2014 Growth I III IV IV I II III IV I II III YOY Kredit Sektoral (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,195 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 23.49% Pertanian 33 32 34 34 34 31 35 108 206 218 220 528.57% Pertambangan 1 18 43 43 49 50 52 51 57 53 63 21.15% Industri pengolahan 54 160 118 118 102 202 305 149 145 134 118-61.31% Listrik,Gas dan Air 2 1 2 2 2 2 3 3 4 8 10 233.33% Konstruksi 340 554 656 656 396 440 417 599 624 829 942 125.90% Perdagangan 1,298 1,600 1,712 1,712 1,771 2,119 2,128 2,151 2,341 2,456 2,462 15.70% Pengangkutan 65 96 111 111 247 275 316 263 280 302 319 1.00% Jasa Dunia Usaha 163 182 178 178 224 260 262 275 295 253 257-1.91% Jasa Sosial Masyarakat 99 140 148 148 240 231 229 314 402 495 499 117.90% Lain-lain 2,122 2,191 2,395 2,395 2,549 2,585 2,763 2,944 2,998 3,067 3,149 13.97% xvii Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat xviii xviii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Per triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan kedua provinsi yang bernilai positif. Ekonomi Papua tumbuh 4,14% (yoy), sementara ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Meski positif, pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan kinerja triwulan II-2014. 2. MAKROEKONOMI Dari lapangan usaha, seluruh sektor ekonomi di Papua dan Papua Barat tumbuh positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel & restoran. Sementara dari sisi permintaan, struktur ekonomi Provinsi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor konsumsi dan investasi. 3. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua pada triwulan III-2014tercatat sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76% dari target anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (76,5%). Sisi pendapatan APBD sebagian besar ditopang oleh tingginya Pendapatan Asli Daerah berupa Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Dari sisi belanja, realisasi Pemda Provinsi Papua sampai dengan triwulan III-2014 mencapai Rp5,72 triliun atau setara 51,1 % total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibanding triwulan III-2013. Meningkatnya realisasi anggaran belanja Pemda Papua terutama didorong dari sisi peningkatan belanja Bagi Hasil Pada Pemda, Bantuan Keuangan bagi Pemda Lain serta Belanja Barang dan Jasa. xix

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 4. INFLASI Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi Provinsi Papua 1 tercatat 4,51% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 0,59% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan harga yang tidak stabil terutama dari komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat sedikit lebih rendah, yang mana inflasi nasional pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 4,53% (yoy). Hal sebaliknya terjadi di Provinsi Papua Barat. Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 tercatat 5,322% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. 5. PERBANKAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan. Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan yang tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 19,37% (yoy). Sementara di sisi aktiva, kredit perbankan juga tumbuh signifikan sebesar 15,96% (yoy). Hal ini mendorong meningkatnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 57,07% (yoy) pada triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh di bawah batas aman tingkat LDR perbankan yang berada di angka 80%. Dari sisi kualitas penyaluran kredit, hampir seluruh sektor usaha di Papua berada pada level yang relatif aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) kecuali sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup dengan NPL masingmasing mencapai 21,92% dan 12,18% Sementara itu, di Provinsi Papua Barat, seluruh sektor masih berada pada level yang cukup aman. dengan 1 Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 2 Perhitungan inflasi Provinsi Papua Barat dilakukan dengan menggunakan pendekatan ratarata tertimbang (weighted average) inflasi Kab. Manokwari dan dan Kota Sorong berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. xx xx

Triwulan III 2014 pencapaian Non Performing Loan (NPL) di bawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL tinggi (8,47%). 6. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI- RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar 1,77% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disebabkan oleh masih besarnya ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Di sisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 14,25 triliun. Angka tersebut menurun sebesar -3,19% (yoy) dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui RTGS terjadi sejalan dengan pengalokasian berbagai dana perimbangan dari pusat. Tren historis menunjukkan bahwa dana masuk tersebut sebagian besar baru dibelanjakan secara maksimal pada semester kedua. Adapun nilai transaksi keuangan antarbank melalui BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun cukup signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Sepanjang 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif di kisaran 4,85%±0,5% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan IV- 2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,80% (yoy). Sementara itu, untuk perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif di rentang 6,16%±0,5% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 2013 (9,29%, yoy). Adapun pada triwulan IV-2014 perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,50% (yoy). Di triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada di rentang 4,45 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua pada triwulan xxi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mendatang diproyeksikan relatif lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Relatif stabilnya tingkat inflasi pada triwulan yang akan datang disebabkan oleh beberapa komoditas pertanian diprediksi akan mengalami panen raya, terjaganya kelancaran distribusi barang dari beberapa daerah pemasok. Selanjutnya, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2014 diperkirakan berada level 5,50 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring tingginya potensi kenaikan harga dari beberapa komoditas bahan makanan di wilayah tersebut. xxii xxii

BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang cukup baik dengan besaran pertumbuhan yang cukup signifikan. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 4,14% (yoy) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39% (yoy). Dari sisi permintaan, struktur ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor jasajasa; sektor pertanian; dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara itu, perekonomian Papua Barat ditopang oleh sektor industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa. Sampai dengan triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Meskipun pada 2014 aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah diterapkan, perekonomian Provinsi Papua masih mampu tumbuh positif. Sektor pertambangan Papua yang pada periode yang lalu diprediksi akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada triwulan laporan justru mencatatkan kinerja yang positif (qtq), meskipun dengan pertumbuhan yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada 2013 pasca diselesaikannya sejumlah isu dan permasalahan pada sektor industri pengolahan. Untuk perekonomian Papua Barat, triwulan ini kembali mengandalkan sektor industri pengolahan pasca disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke salah satu konsumen utama. 1

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 1.1. PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Penggunaan (Rp miliar) PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Konsumsi 5863 6009 6257 6573 6255 6376 6639 7031 6747 6876 7173 Konsumsi RT & Nirlaba 4636 4682 4843 5044 4952 5002 5177 5398 5334 5392 5583 Konsumsi Pemerintah 1227 1327 1415 1529 1302 1375 1463 1633 1412 1485 1590 PMTB 2494 2625 2715 2854 2680 2824 2911 3002 2870 3026 3123 Perubahan Stok -1201-1378 -790-1534 -2198-1539 -1432-3140 -338-883 -1965 Ekspor 1360 1945 1779 2564 2601 1947 2851 4999 1841 1974 4810 Impor 3683 4004 4452 4561 3721 4414 4468 4587 5501 5375 6370 PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6501 7305 5618 5619 6770 PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Konsumsi 1570 1648 1711 1771 1709 1779 1877 1946 1894 1950 2030 Konsumsi RT & Nirlaba 1229 1263 1309 1360 1336 1371 1422 1457 1459 1495 1545 Konsumsi Pemerintah 341 385 402 411 373 408 455 489 435 455 485 PMTB 604 621 658 690 703 734 775 818 830 843 873 Perubahan Stok 184 215 225 234-141 -295-271 -313-270 -42-122 Ekspor 2364 2337 2309 2126 2885 2874 2975 3143 2928 2726 2977 Impor 1314 1347 1416 1406 1424 1498 1572 1643 1583 1599 1733 PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3799 3877 4025 Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat Tabel 1.2. PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha (%) PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1114 1106 1060 1145 1151 Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1306 1148 2232 Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170 169 Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17 17 Bangunan 624 651 708 791 669 715 718 807 743 768 790 Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 600 616 Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 609 615 631 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304 277 Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 827 974 850 853 887 TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6501 7305 5618 5619 6770 PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543 546 Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311 290 Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1768 1798 1923 Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279 291 Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275 281 Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225 232 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 55 58 60 61 61 65 66 70 61 63 62 Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371 388 TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3799 3877 4025 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat 2 2

Triwulan III 2014 Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan (%) Growth PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Konsumsi 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.68% 6.12% 6.10% 6.97% 7.87% 7.84% 8.04% Konsumsi Rumah Tangga 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02% 7.72% 7.79% 7.86% Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 6.18% 3.61% 3.39% 6.83% 8.42% 8.02% 8.71% PMTB 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20% 7.07% 7.18% 7.27% Perubahan Stok 37.37% 5.60% -13.08% 67.80% 82.95% 11.65% 81.19% 104.72% -84.61% -42.63% 37.25% Ekspor -52.57% -33.74% -37.16% 121.17% 91.27% 0.09% 60.24% 94.94% -29.20% 1.42% 68.71% Dikurangi Impor -15.10% -4.98% -7.47% 6.80% 1.05% 10.23% 0.35% 0.57% 47.82% 21.78% 42.58% PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 18.01% 23.90% 0.04% 8.19% 4.14% Growth PDRB Papua 2012 2013 2014 Barat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% 8.15% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% 8.65% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% 6.60% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% 12.66% Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.73% -237.39% -220.61% -233.53% 91.47% -85.62% -54.94% Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -5.14% 0.08% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.77% 10.24% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%) Growth PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 5.51% 5.0% 6.8% 5.3% 10.0% 8.8% 5.7% 3.3% Pertambangan & Penggalian -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.8% -24.6% 43.0% 64.2% -26.0% 2.0% -1.3% Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.8% 0.9% 5.2% 4.9% 13.3% 11.6% 6.7% Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.18% 6.6% 8.1% 9.3% 8.4% 10.4% 7.2% 5.5% Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 16.04% 7.3% 9.8% 1.5% -1.1% 11.1% 7.4% 10.0% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.7% 11.8% 8.7% 7.4% 9.7% 10.6% 9.8% Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.6% 9.1% 7.6% 8.3% 12.8% 11.2% 10.4% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.4% 12.3% 14.9% 23.1% 17.8% 14.8% 1.7% Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.09% 19.8% 15.1% 16.0% 10.4% 15.7% 14.9% 7.2% TOTAL PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.94% 16.2% -0.1% 18.0% 23.9% 0.0% 8.2% 4.1% Growth PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% 0.55% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% -5.45% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -2.42% 10.23% 8.28% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% 8.68% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% 13.21% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% 8.86% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% 9.27% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 1.32% -3.20% -5.46% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.50% 9.76% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat Diolah Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 3

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 1.1 Provinsi Papua 1.1.1 Sisi Permintaan Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 4,14 % (yoy) atau lebih rendah dari triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 8,19% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan komponen ekspor yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring meningkatnya belanja yang dilakukan oleh sektor Rumah Tangga dan Pemerintah Daerah. Selain itu, kinerja ekspor juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik sejalan dengan peluang dari diterbitkannya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri pertambangan terbesar di Provinsi Papua. Searah dengan hasil survei oleh Bank Indonesia, ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu ke depan diprediksi akan tetap tinggi. Hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif. 1.1.1.1 Konsumsi Pada triwulan III-2014, komponen konsumsi tumbuh mencapai 8,04% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 7,84% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan ekspor di Provinsi Papua. Pertumbuhan konsumsi juga konsisten dengan hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan kecenderungan peningkatan konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indeks pembelian durable good dengan nilai 121,1 di triwulan III-2014. Indeks tersebut sedikit meningkat dibandingkan indeks pada triwulan II-2014 yang sebesar 103,3. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) secara keseluruhan sebesar 127,8 atau lebih tinggi di atas level optimistis dibandingkan triwulan II-2014 yang sebesar 114,1. 4 4

Triwulan III 2014 Grafik 1.1. Survei Konsumen Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Peningkatan komponen konsumsi juga ditunjukkan oleh perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 12,22% (yoy) pada triwulan III-2014. Tingginya aktivitas konsumsi tersebut sejalan dengan tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 6,31% (yoy). Pada triwulan III-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga dicerminkan oleh peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 15,08 % (yoy). Grafik 1.2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 1.3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: KPwBI Provinsi Papua dan Papua Barat Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan III-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,71% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2014 sebesar 8,02% (yoy). Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga merupakan konsekuensi dari tingginya peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp467,39 miliar. Besaran tersebut mengambil porsi yang cukup besar dalam anggaran. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 5

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Secara tahunan, konsumsi nirlaba tumbuh 7,86% (yoy). Komponen konsumsi nirlaba merupakan komponen yang juga memberikan sumbangan dalam pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Kebijakan pengupahan baru pada tahun 2014 (UMR 2014) menjadi suatu faktor pendorong tumbuhnya komponen konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya indeks penghasilan triwulan III-2014 yaitu sebesar 148,3, meningkat dibandingkan triwulan II-2014, 123,2. Grafik 1.4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 1.5. Belanja Pegawai Pemda Prov. Papua Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah 1.1.1.2 Investasi Investasi (PMTB) pada triwulan III-2014 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu 7,27% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,18% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih besarnya peluang bisnis di Papua. Hal itu mendorong peningkatan minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada triwulan III- 2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp2,26 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,64% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi di Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan III-2014 juga didorong oleh meningkatnya jumlah investasi asing yang masuk (foreign direct investment) ke Provinsi Papua. FDI naik sebesar 19,19% (yoy) pada triwulan ini. 6 6

Triwulan III 2014 Grafik 1.6. Kredit Investasi Perbankan Papua Grafik 1.7. Jumlah Penanaman Modal Asing Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua 1.1.1.3 Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan III-2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu 68,71% (yoy). Hal ini diikuti pula oleh peningkatan impor sebesar 42,58% (yoy). Peningkatan ekspor Provinsi Papua pada periode berjalan disebabkan oleh meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah. Di sisi lain kegiatan ekspor ke luar negeri dari Provinsi Papua masih rendah. Meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah terjadi sebagai akibat langsung dari penerapan UU Minerba yang mengakibatkan perusahaan tambang di Provinsi Papua tidak dapat secara langsung mengekpor bahan tambangnya ke luar negeri namun harus melalui kegiatan pengolahan yang berada di luar wilayah Papua. Pada triwulan III-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor nonmigas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$766,15 juta atau mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 10,06% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 301,08 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -19,31% (yoy). Penerapan ketentuan UU Minerba sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan III-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan masingmasing sebesar 8,86% (yoy) dan 81,65% (yoy). Perbaikan kinerja ekspor ini Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 7

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat didukung oleh telah diterbitkannya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri tambang terbesar di Provinsi Papua. Grafik 1.8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 1.9. Nilai Ekspor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Tabel 1.5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang 2012 2013 2014 Jenis Komoditas I II III IV I II III IV I II III Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 134 183 195 204 198 158 237 292 109 117 258.00 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) -51.80-30.94-22.92 308.00 47.76% -13.66% 21.54% 43.14% -44.95% -25.95% 8.86% Penjualan Konsentrat Emas (Ribu Ons) 266 247 178 224 191 151 278 476 162 135 505.00 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) -41.41-25.15-53.65 119.61-28.20% -38.87% 56.18% 112.50% -15.18% -10.60% 81.65% Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Volume dan Nilai impor nonmigas Papua juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan ini masing-masing sebesar 24,47% (yoy) dan 107,71% (yoy). Peningkatan kinerja impor dinilai merupakan suatu hal yang perlu diwaspadai karena menandakan bahwa kebutuhan barang dan jasa tidak dapat dipenuhi oleh sumber dalam negeri. Ke depannya, hal tersebut dikhawatirkan dapat memperbesar defisit neraca perdagangan nasional. 8 8

Triwulan III 2014 Grafik 1.10. Volume Impor Nonmigas Papua Grafik 1.11. Nilai Impor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.1.2. Sisi Penawaran Pada triwulan III-2014, hampir seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua tumbuh positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi, yaitu 10,42% (yoy). Sementara pertumbuhan terendah dialami sektor pertambangan dan penggalian yang turun -1,34% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian 3,3% (yoy); sektor bangunan 10,02% (yoy); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,74% (yoy); sektor industri pengolahan 6,74% (yoy), sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,8% (yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi 12,04% (yoy); sektor listrik dan air bersih 5,52% (yoy), dan sektor jasa 7,2% (yoy). 1.1.2.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh 3,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% (yoy). Hal tersebut disebabkan produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen raya. Akibatnya, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini menjadi lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Perkembangan produktivitas tanaman pangan juga menunjukkan pertumbuhan produksi ubi jalar dan jagung yang melambat jika dibandingkan produksi 2013. Pertumbuhan pada sektor pertanian itu sejalan dengan tren kenaikan ARAM (Angka Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS, yang mana tingkat produksi padi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 9

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang 2014 diprediksi akan meningkat. Peningkatan tahunannya bervariasi antara 2-23%. Tabel 1.6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua Padi Sawah dan Growth (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ladang 2013 2014 Produksi (Ton) 85.699 98.510 102.610 115.437 138.032 169.790 185.726 19,57 23,01 Luas Panen (Ha) 24.461 26.336 26.686 29.262 37.149 41.111 44.515 26,95 10,67 Produktivitas (Ton/Ha) 35 37 3,85 3,94 3,72 4,13 4,17-5,81 11,15 Ubi Jalar 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Growth (%) 2013 2014 Produksi 337.096 343.325 349.135 348.438 345.095 405.520 415.709 17,51 2,51 Luas Panen (Ha) 34.028 35.028 34.670 34.413 33.071 30.980 30.483-6,32-1,60 Produktivitas (Ton/Ha) 99 98 10,07 10,13 10,43 13,09 13,64 25,44 4,18 Jagung 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Growth (%) 2013 2014 Produksi 337.096 343.325 6.834 6.885 6.393 7.034 7.372 10,03 4,81 Luas Panen (Ha) 34.028 35.028 3.903 3.825 3.553 3.005 3.147-15,42 4,73 Produktivitas (Ton/Ha) 99 98 1,75 1,80 1,80 2,34 2,34 30,09 0,08 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah Subsektor perikanan sebaliknya menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, subsektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan tangkap yang tumbuh 3,04% (yoy). Sementara itu, hasil budidaya menunjukkan penurunan sebesar -100%. Turunnya produksi perikanan yang dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari beberapa sentra perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang triwulan III-2014 total volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak 75.330 ton atau tumbuh sebesar 1,01% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Seperti pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru berkorelasi negatif dengan perkembangan nilai NTP Papua yang turun -2,28% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II-2013. Sebelumnya NTP triwulan II-2014 adalah 97,54. Pada triwulan III-2014 NTP-nya turun lagi menjadi 97,08. Angka NTP di bawah 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami pertumbuhan, namun secara ironis kesejahteraan petani justru menurun. 10 10

Triwulan III 2014 No 1 URAIAN Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 LAUT Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440 69016 69342 73,352 Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67-6.30 0.68 3.86-5.70 3.20 3.04 PERAIRAN UMUM (axis kanan) 2012 2013 2014 2 3 Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993 1920.3 1977.2 1977.2 Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11-27.80-15.51-18.69-17.47 1.69-0.16 0.72 BUDIDAYA (axis kanan) Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223 0 0 0 Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15-11.39 38.54-100.00-100.00-100.00 TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 70,936 71,319 75,330 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28-6.29 1.12 3.92-7.65 0.65 1.01 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Grafik 1.12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 1.13. PDRB Sektor Pertanian Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua 1.1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2014 mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -1,34% (yoy) atau berbalik arah dari triwulan II-2014 yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 2% (yoy). Penurunan ini lebih disebabkan penyesuaian setelah diterapkannya pelonggaran ekspor mineral sebagai mandat dari UU Minerba sehingga menyebabkan kondisi kebijakan yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Perbaikan produksi terjadi setelah diterapkannya penangguhan UU minerba, dapat dilihat dari angka produksi hasil pertambangan Papua pada triwulan III-2014 sebenarnya dapat dilihat bahwa jumlah produksi tembaga dan emas mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 11

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 1.8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua 2012 2013 2014 Jenis Komoditas I II III IV I II III IV I II III Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 123 173 199 200 219 139 253 304 140 122 203 Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) -56.69% -33.72% -14.59% 194.12% 78.05% -19.65% 27.14% 52.00% -36.07% -12.23% -19.76% Konsentrat Emas (Ribu Ons) 229 230 182 221 212 131 297 502 208 142 426 Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) -48.07% -29.23% -49.02% 49.32% -7.42% -43.04% 63.19% 127.15% -1.89% 8.40% 43.43% Masih dicapainya kinerja yang positif pada sektor pertambangan disinyalir juga terjadi seiring adanya peningkatan produksi komoditas emas serta adanya basis perhitungan angka pertumbuhan yang lebih rendah (low base effect) akibat adanya penurunan produksi hasil tambang yang cukup signifikan pada triwulan II-2014, menyebabkan angka produksi tambang pada triwulan III-2014 cukup besar. 1.1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III- 2014 tumbuh 9,8% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tumbuh sebesar 10,6%(yoy). Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga sejalan dengan peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai 78% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 77%. Banyaknya acara dan perhelatan yang dilakukan oleh Pemda sebelum triwulan akhir menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan III-2014 juga konsisten dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan oleh perbankan di Provinsi Papua yang meningkat sebesar 9% (yoy). Dari sisi arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua, sepanjang periode triwulan III-2014 mengalami peningkatan sebesar 6,83% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 1.9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Sumber: PT Pelindo Papua 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III Volume Bongkar Muat 284,266 302,668 259,997 205,380 255,672 295,761 265,424 216,786 258,649 279,931 283,547 Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13.64% 1.65% 2.06% -27.27% -10.06% -2.28% 2.09% 5.55% 1.16% -5.35% 6.83% 12 12

Triwulan III 2014 Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.15. Tingkat Hunian Hotel Papua Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik 1.1.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2014 tumbuh 10,42% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang mencapai 11,2% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta subsektor angkutan jalan raya yang tumbuh lebih tinggi pada periode triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tabel 1.10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059 68576 Pertumbuhan Tahunan (%) -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57% 20.81% -14.41% 1.53% Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Kinerja sektor ini mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari jumlah penumpang Kapal Laut yang pada kuartal ini meningkat sebesar 1,53% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi diperkirakan dalam beberapa waktu ke depan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan investasi berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 13

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 1.1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2014 tumbuh 1,74% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang mencapai 14,81% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank pada triwulan III- 2014 yang turun sebesar -0,91% (yoy) atau merosot dibandingkan dengan triwulan II-2014 yang mencapai 19,14% (yoy). Kinerja sektor keuangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014. Tabel 1.11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN 2012 2013 2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561 144,134 219,326 2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628 381,078 231,981 3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704 333 524 814 4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 14,692 14,899 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428 467,020 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608 603,988 551,858 2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238 (1,146) (808) 3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 61,993 64,611 4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 11,564 6,698 GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920 601,690 676,399 622,359 5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571 132,867 135,971 155,339 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428 467,020 Pertumbuhan (%) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% 19.14% -0.91% Sumber: Bank Indonesia 14 14

Triwulan III 2014 1.2 Provinsi Papua Barat 1.2.1 Sisi Permintaan Pada triwulan III-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,87% (yoy). Dari sisi penggunaan, kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya realisasi belanja Pemda paruh awal semester kedua 2014. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya dana perimbangan yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di daerah. Pasca dicapainya kesepakatan atas renegosiasi harga jual gas kepada salah satu konsumennya di Fujian (China) meningkatkan kinerja sektor industri pengolahan Papua Barat secara cukup signifikan. Adanya kemungkinan renegosiasi di masa mendatang juga menjadi salah satu faktor mendorong meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, maraknya kegiatan investasi di sektor ini di Provinsi Papua Barat juga turut mendorong kinerja sektor industri pengolahan pada periode berjalan. Tabel 1.12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua 2012 2013 2014 Barat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% 8.15% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% 8.65% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% 6.60% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% 12.66% Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.73% -237.39% -220.61% -233.53% 91.47% -85.62% -54.94% Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -5.14% 0.08% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.77% 10.24% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 1.2.1.1 Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 8,15% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 8,15% (yoy). Masih positifnya pertumbuhan Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 15

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat kinerja konsumsi pada triwulan laporan secara tidak langsung mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang masih menunjukkan optimisme. Seluruh indikator survei masih berada diatas angka 100 (Grafik 16). Pada triwulan III-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 133,7 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat sebesar 125, indikator tersebut searah dengan pencapaian PDRB komponen konsumsi dimana pada triwulan III-2014 mengalami sedikit perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan dan konsumsi pada triwulan laporan. Komponen konsumsi masyarakat menyumbangkan 3,25% (yoy) dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan III- 2014. Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan komponen lainnya. Pertumbuhan komponen konsumsi ini sejalan dengan peningkatan kredit konsumtif seperti: pembelian kendaraan, rumah maupun barang lainnya. Pada triwulan III- 2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 3,1 trilliun atau tumbuh sebesar 12,63% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang secara tahunan naik sebesar 16,29% (yoy) atau mencapai 504,21 juta Kwh. Grafik 1.16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 1.17. Kredit Konsumsi Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat 16 16

Triwulan III 2014 Meningkatnya lapangan kerja yang merupakan implikasi terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun juga mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan akan terus meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan yang menjadi tujuan dari proses pemekaran wilayah tersebut. Grafik 1.18. Konsumsi Listrik Papua Barat Sumber: PLN Wilyah Papua 1.2.1.2 Ekspor Impor Ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2014 relatif tidak berubah dari triwulan yang sama di 2013 lalu. Kuartal ini ekspor Papua Barat hanya tumbuh 0,06% (yoy). Stagnasi tersebut merupakan imbas dari sempat menurunnya kontribusi ekspor gas salah satu perusahaan di bidang industri pengolahan migas yang mana pada awal triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat belum selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di China. Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, sejak akhir Juni 2014 perusahaan sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal seiring telah selesainya proses negosiasi dimaksud. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 17

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 1.19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 10,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,77% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasinya ditengarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor Papua Barat. Ke depan, kegiatan impor Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin maraknya kegiatan investasi di sektor industri pengolahan di sana. 1.2.2 Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (0,55%); sektor pertambangan dan penggalian (-5,45%): sektor industri pengolahan (8,28%); sektor listrik, gas dan air bersih (8,68%); sektor bangunan (13,21%); sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,86%); sektor angkutan dan komunikasi (9,27%); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (- 5,46%); dan sektor jasa-jasa (9,79%). Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 13. 18 18

Triwulan III 2014 Tabel 1.13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% 0.55% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% -5.45% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -2.42% 10.23% 8.28% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% 8.68% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% 13.21% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% 8.86% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% 9.27% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 1.32% -3.20% -5.46% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.50% 9.76% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 1.2.2.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh sebesar 0,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 sebesar 1,36% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Papua, adanya peningkatan kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti oleh adanya perbaikan kesejahteraan petani meskipun besaran perbaikan tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan III-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,72 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 99,31. Indeks NTP yang berada di atas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian. Grafik 1.21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 1.22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 19

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 1.2.2.2 Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan sebesar 8,28% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% (yoy). Secara umum, sektor ini memegang kontribusi terbesar (47,8%) dari total PDRB Papua Barat. Pada triwulan laporan dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat, sebesar 3,89% bersumber dari sektor industri pengolahan. Artinya, pertumbuhan yang bersumber sektor-sektor lain hanya 2,50%. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2014 terjadi sebagai akibat dari peningkatan produksi gas seiring adanya keyakinan bahwa hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi harga baru dengan salah satu konsumennya akan dapat segera diselesaikan. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga tercermin dari peningkatan penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang mencapai sebesar 9,29 % atau menjadi sebesar 12,40 juta kwh. Grafik 1.23. Penggunaan Listrik Sumber: PLN Wilayah Papua 1.2.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III- 2014 tumbuh sebesar 8,86% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,11% (yoy). Pertumbuhan persisten sektor PHR merupakan implikasi dari perkembangan ekonomi secara keseluruhan di Papua Barat. Pertumbuhan sektor PHR juga konsisten dengan penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 15,70% (yoy) atau mencapai Rp2,46 triliun. 20 20

Triwulan III 2014 Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja Pemerintah Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat yang konsisten juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor perdagangan. Selain itu, besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan. 1.2.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan III-2014, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,27% (yoy), hampir sama dibandingkan pencapaian triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,29% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya subsektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang diprediksi masih tumbuh di kisaran 5-10% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, berpotensi terus mendorong pertumbuhan sektor ini. 1.2.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan turun sebesar 5,46% (yoy), lebih menurun lagi dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga -3,20% (yoy). Subsektor Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Oleh karena itu, tumbuhnya pertumbuhan sektor Keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun 2013. Program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama di daerah Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 21

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, ikut mendorong kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat. Tabel 1.14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat KOMPONEN 2012 2013 2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854 35,944 46,961 2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927 140,836 162,265 147,165 3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183 83 233 334 4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 3,292 4,113 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734 198,573 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068 184,370 209,767 210,719 2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633 (871) (321) 3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201 20,508 22,683 4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 4,830 2,052 GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575 209,340 234,234 235,133 5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 32,500 36,560 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734 198,573 Pertumbuhan (%) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% 18.15% 16.13% Sumber: Bank Indonesia 1.2.2.6 Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 9,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,50% (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 117,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya Raja Ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa. Pelaksanaan Sail Raja Ampat yang dilakukan pada Agustus lalu, juga mendorong kinerja sektor ini pada periode berjalan. 1.2.2.7 Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 13,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,45% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar 48,920 sak atau bertumbuh sebesar 24,68% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. 22 22

Triwulan III 2014 Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan akibat dari persiapan pelaksanaan Sail Raja Ampat serta adanya pembangunan di beberapa daerah yang merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat. Pemekaran tersebut tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota, infrastruktur serta fasilitas umum lainnya. Hal ini pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 23

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA Triwulan III-2013 Triwulan III-2014 Inflasi mtm ytd yoy mtm ytd yoy Papua -1.15 5,61 0,59 0,62 2,70 4,51 Papua Barat -3,60 6,98 7,89 0,59 5,40 5,32 Nasional -0,35 7,57 8,40 0,27 3,71 4,53 2.1 Provinsi Papua 2.1.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua Inflasi tahunan (yoy) Papua cenderung menurun sejak triwulan I-2014. Per triwulan III-2014, inflasi Papua 3 tercatat sebesar4,51% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Inflasi nasional dan Papua juga cenderung bergerak konvergen. Sementara itu, inflasi bulanan pada triwulan ini cenderung naik mengikuti tren musimannya. Per September 2014, inflasi bulanan Papua tercatat 0,62% (mtm). Jika pada triwulan sebelumnya sejak 2014 inflasi bulanan Papua lebih rendah dari inflasi bulanan nasional, maka sekarang inflasi bulanan Papua sudah lebih tinggi (Papua 0,62% dan Nasional 0,27%, mtm). Peningkatan inflasi bulanan terutama didorong oleh Jayapura dan kenaikan harga kompo 3 Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 25

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 Inflasi Papua mtm Inflasi Nasional mtm Inflasi Papua yoy Inflasi Nasional yoy Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 2.1.1.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Sampai dengan triwulan III 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat 4,23% (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di 2013 (8,27%, yoy), inflasi saat ini jauh lebih rendah. Tahun lalu, inflasi yang tinggi disebabkan oleh kebijakan pemerintah mengurangi subsidi harga bahan bakar minyak, yang berimbas juga ke harga komoditas-komoditas lain. Saat ini, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut sudah semakin mengecil. Sementara itu, jika memperhatikan akumulasi inflasi tahun berjalan, dapat dilihat bahwa inflasi di Kota Jayapura masih relatif terkendali (1,58%, ytd). Secara tahunan, kenaikan (5,35%, yoy). Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura 2014 2013 Kelompok Komoditas TW III IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 112,08 0,44-3,10-1,87 4,13 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 117,59 1,48 5,99 2,81 9,74 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 115,40 0,51 4,25 2,00 5,35 Sandang 137,61-0,02 4,07 0,64 4,07 108,16-0,19 2,42 1,69 2,94 Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 105,75 0,47 1,26 0,79 2,10 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,43 0,19 0,78 0,67 0,79 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,99 0,04 1,36 0,68 1,37 Inflasi Jayapura 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 113,08 0,46 1,58 0,72 4,23 26 26

Triwulan III 2014 2.1.1.2 Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Jayapura Jika dilakukan disagregasi atas inflasi Kota Jayapura dapat dilihat bahwa komponen administered price mengalami kenaikan tertinggi, disusul oleh core inflation dan volatile foods. Secara tahunan, administered price tercatat naik 5,30% (yoy), core inflation naik 4,15% (yoy), sedangkan volatile foods naik 3,15% (yoy). Sumber: BPS diolah Tabel 2.2. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III Inflasi Core (mtm) -0.25 1.15-0.54 2.34-1.61 0.24-0.52 2.94 0.15 0.22 0.50 Inflasi Core (qtq) 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 3.08 1.05 0.20 1.37 Inflasi Core (yoy) 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 9.53 5.15 4.75 4.15 Inflasi Volatile (mtm) -4.18 1.00 1.94 4.95-7.16-0.56-3.70 2.40 1.90-3.53 0.07 Inflasi Volatile (qtq) -2.86 2.13 3.75 4.41-0.06-1.75 6.01 3.09 6.20-6.84-2.50 Inflasi Volatile (yoy) 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 11.10 14.37 9.32 3.55 Inflasi Adm Price (mtm) 0.13 0.15 0.42 0.00 0.18 3.40 0.01 1.00 0.94 1.18 0.78 Inflasi Adm Price (qtq) 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80 0.70 1.15 2.46 Inflasi Adm Price (yoy) 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.30 16.86 11.56 5.30 Komponen Disagregasi Core Volatile Foods Adm Price Kenaikan di administered price terutama disebabkan oleh kebijakan PLN yang menaikkan Tarif Tenaga Listrik secara gradual sejak Mei 2014. Dampak kebijakan tersebut di September adalah kenaikan indeks harga untuk kelompok komodit sebesar 2,21% (mtm) dan akumulasi kalender berjalan sebesar 4,82% (ytd). Sementara itu, kenaikan core inflation pada triwulan III ini merupakan pola normal. Data historis menunjukkan bahwa secara bulanan dan kuartalan, core inflation pada triwulan III di Jayapura akan lebih tinggi daripada triwulan I dan II. Tekanan pada core inflation akan memuncak pada triwulan IV, sebelum akhirnya mereda di triwulan I dan II tahun berikutnya. Untuk komponen volatile foods kenaikan harga disebabkan oleh kenaikan (1,13%, mtm) dan Ikan Segar (1,72%). -padian, Umbi- Secara umum, pola pergerakan harga agregat di Jayapura tersebut sesuai dengan ekspektasi inflasi masyarakat seperti yang digambarkan dalam Survei Konsumen. Kesesuaian ekspektasi inflasi masyarakat dan inflasi aktual di perekonomian juga tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen yang relatif stabil pergerakannya. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 27

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 2.2. Perkembangan Survei Konsumen Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 2.1.2 Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Komoditas Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 114,19 0,71-5,60-1,06 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 116,57 1,48 5,06 2,86 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 116,74 0,60 2,84 2,21 Sandang 137,61-0,02 4,07 0,64 4,07 109,38 0,00 3,18 2,36 NA Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 107,63 0,54 1,72 1,23 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,62 0,70 2,17 2,04 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,59 0,02 2,89 1,69 Inflasi Prov. Papua 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 114,05 0,62 0,86 1,24 4,51 Sumber: BPS Provinsi Papua 2.1.2.1 Kelompok Bahan Makanan Harga kelompok Bahan Makanan per September 2014 di Papua lebih rendah 1,06% (qtq) dibandingkan triwulan lalu, jika dibandingkan dengan awal tahun, harga kompositnya lebih rendah -0,81% (ytd). Di Jayapura, penurunan di yang turun - a turun -5,56% (qtq). Untuk Merauke, penurunan di kelompok itu diakibatkan oleh turunnya harga pada - - - (-1,70%, qtq). Lancarnya pasokan beberaapa komoditas bahan makanan dan ikan segar ke pasar menyebabkan terjaganya ketersediaan barang bagi masyarakat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya tangkapan ikan dari nelayan seiring bertambahnya jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di wilayah Jayapura. 2013-2014 TW III 28 28

Triwulan III 2014 2.1.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, harga komposit untuk kelompok ini naik 2,86% (qtq). Secara akumulasi kenaikan harga per kalender berjalan, kenaikannya telah mencapai (5,06%, ytd). Kelompok ini mengalami kenaikan harga kuartalan tertinggi pada triwulan-iii 2014. Penyebab kenaikan harga di kelompok tersebut di Jayapura adalah kenaikan harga untuk komoditas n yang Tidak 2.1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. di Papua pada triwulan ini juga relatif tinggi. Secara kuartalan kenaikan harganya hanya 2,21 %(qtq). Sementara itu, dalam akumulasi kalender berjalan, kenaikan harga yang terjadi adalah sebesar 2,84% (ytd) jika dibandingkan dengan awal tahun. Kenaikan harga tertinggi di kelompok ini dialami oleh (qtq) di Merauke dan 6,14% (qtq) di Jayapura. Hal tersebut seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara gradual sejak Mei 2014. 2.1.2.4 Kelompok Sandang Sama seperti kelompok Perumahan, Air dan Listrik, harga komoditas di kelompok Sandang juga naik cukup tinggi. Per September 2013, tingkat harga Sandang naik 2,36 (qtq) dan 3,18% (ytd). Faktor pendorongnya adalah kenaikan - harga di Jayapura relatif stabil. 2.1.2.5 Kelompok Kesehatan Tingkat harga untuk komoditas di kelompok Kesehatan masih relatif stabil pada kuartal ini. Secara kuartalan, tingkat harga mengalami kenaikan 1,23% (qtq), dan untuk kalender berjalan, kenaikannya sudah mencapai 1,72% (ytd). Subkelompok yang mengalami kenaik Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 29

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 2.1.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga juga mengalami kenaikan yang signifikan pada kuartal ini. Pada triwulan III 2014, kelompok ini tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 2,04%(qtq) dan 2,17%(ytd). Penyebab utama kenaikan harga kelompok tersebut adalah peningkatan biaya 2.1.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan III 2014, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami kenaikan harga kuartalan sebesar 1,69% (qtq). Untuk kalender berjalan, kenaikan harga di kelompok ini sudah mencapai 2,89%. Faktor penyebab kenaikan harga di kelompok ini adalah kenaikan harga di permintaan atas penerbangan untuk rute dari dan keluar Provinsi Papua. 30 30

Triwulan III 2014 2.2 Provinsi Papua Barat 2.2.1 Kondisi Umum Inflasi Papua Barat Mirip dengan Provinsi Papua, inflasi tahunan Papua Barat cenderung menurun sementara inflasi bulanan cenderung stabil. Inflasi tahunan Papua Barat per September 2014 tercatat 5,32% (yoy), dan inflasi bulanannya 0,59% (mtm). Jika pada triwulan sebelumnya sejak triwulan II-2013, inflasi tahunan Papua Barat selalu lebih rendah dari inflasi nasional, triwulan III ini inflasinya sudah lebih tinggi. Inflasi tahunan nasional per triwulan III 2014 adalah 4,53% (yoy. Sementara itu, inflasi bulanan nasional per September 2014 adalah 0,27% (mtm). 10 Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi Papua Barat dengan Inflasi Nasional 8 6 4 2 0-2 -4-6 I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 Inflasi Papua Barat mtm Inflasi Nasional mtm Sumber: BPS Provinsi Papua Barat 2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Jika diuraikan berdasarkan kelompok komoditas penyusunnya, inflasi di Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan yang relatif tinggi untuk beberapa kelompok. Kelompok komoditas yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi adalah Bahan Makanan (7,32%, yoy); Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (6,94%, yoy); serta Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (5,60% yoy). Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 31

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Kelompok Komoditas Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 110,08 1,68 9,53 1,46 9,53 121,83 1,10 10,67 10,76 7,32 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 108,05 0,36 6,06 9,32 6,06 113,00 0,61 4,58 1,24 6,94 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 106,24 0,21 5,34-3,85 5,34 111,11 1,07 4,58 2,81 5,60 Sandang 100,52-0,14-2,41-3,99-2,41 101,13 0,02 0,61 0,20 0,86 Kesehatan 105,78 1,24 4,77 2,92 4,77 108,32 0,23 2,41 0,83 4,82 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 105,29 0,30 1,27 2,36 1,27 107,69 1,07 2,28 1,93 2,77 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 111,07 0,71 11,72-2,42 11,72 111,26-1,29 0,17-0,72 2,47 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 108,09 0,91 7,28 1,06 7,28 113,93 0,59 5,40 4,27 5,32 2013 2014 TW III 2.2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan merupakan yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini. Per September 2014, akumulasi kenaikannya untuk kalender berjalan mencapai 10,67% (ytd). Jika dibandingkan dengan indeks tahun lalu, kenaikannya adalah sebesar 7,32% (yoy). Sementara itu jika dibandingkan dengan kuartal lalu, kenaikannya mencapai dua digit, 10,76%(qtq). Kenaikan harga di kelompok komoditas ini terutama didorong oleh ganya meningkat sampai 36,19% (qtq) di Sorong dan 31,33% (qtq) di Manokwari. Berbanding terbalika dengan yang terjadi di Papua, harga ikan di Papua Barat justru mengalami kenaikan. Tingginya permintaan dalam beberapa waktu terkahir; terbatasnya jumlah nelayan yang beroperasi serta tingginya ketergantungan terhadap pasokan dari daerah lain, menjadi salah satu faktor penyebab tingginya inflasi yang berasal dari subkelompok ikan segar. 2.2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Meskipun secara kuartalan maupun bulanan kenaikan harga untuk kelompok ini relatif stabil, yaitu 0,61% (mtm) dan 1,24% (qtq), namun secara tahunan kenaikannya cukup tinggi (6,94% yoy). Faktor yang mendorong q) di di Sorong. 2.2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -rata meningkat 2,81% (qtq). Kenaikan tahunannya mencapai 5,60% (yoy), sementara itu jika dilihat secara akumulasi tahun 2014 kenaikannya adalah 32 32

Triwulan III 2014 4,58% (ytd). Sama seperti di Provinsi Papua, kenaikan harga kelompok ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan TTL sejak Mei 2014 seca di Manokwari dan 5,20% (qtq) dan di Sorong. 2.2.2.4. Kelompok Sandang Harga komoditas-komoditas di kelompok Sandang relatif stabil pada kuartal ini. Secara kuartalan, harganya naik 0,20% (qtq). Kenaikan tersebut lebih - 1,33% (qtq). Sementara itu untuk subkelompok lainnya, baik di Manokwari maupun Sorong, harganya relatif stabil. 2.2.2.5. Kelompok Kesehatan 0,83% (qtq) pada triwulan ini. Jika dilihat secara tahunan, perubahannya relatif tinggi 4,82% (yoy). Di Manokwari, faktor yang mendorong kenaikan harga Sementara itu di Sorong, kenaikannya didorong oleh harga- - yang naik 2,20% (qtq). - 2.2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga kompositnya cukup tinggi pada triwulan ini, yaitu 1,91%. Namun demikian pola tersebut relatif umum mengingat perubahan tahunannya hanya 2,77% (yoy) lebih tinggi dibanding indeks tahun lalu. Akumulasi inflasi per tahun kalendernya juga belum terlalu tinggi, yaitu 2,28% (ytd). Faktor-faktor yang mendorong tingginya perubahan harga-harga pada triwulan ini adalah subkelompok ong. - Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 33

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 2.2.2.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Berbeda dengan kelompok-kelompok komoditas lainnya, kelompok triwulan ini, yaitu -0,72% (qtq). Kendati demikian secara tahunan, tingkat harganya masih lebih tinggi 2,47% (yoy) dibandingkan tahun lalu. Penurunan -5,11% (qtq) di Manokwari dan -19,61% (qtq) di Sorong. Penurunan itu merupakan imbas dari usaha beberapa maskapai untuk memperluas pangsa pasarnya di Papua Barat dengan menawarkan harga promo. 34 34

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 19,37% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sebesar 15,96% (yoy). Akan tetapi pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2014 lebih kecil dibanding pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2013 yaitu sebesar 28,54% (yoy). Hal ini juga mendorong menurunnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 57,07% (yoy) pada triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dibawah batas atas yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kesehatan perbankan. Tabel 3.1. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Wilayah Papua 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II III YOY Total Asset (Rp miliar) 40,915 44,398 47,808 43,380 43,376 48,484 52,316 49,691 47,333 56,320 63,750 21.85% DPK (Rp miliar) 31,557 34,254 36,358 35,432 35,432 38,589 40,884 40,714 39,564 44,589 48,805 19.37% Giro (Rp miliar) 12,375 14,577 16,166 10,390 12,687 15,260 17,697 12,960 13,471 17,710 19,486 10.11% Deposito (Rp miliar) 5,930 5,968 6,179 6,519 6,996 7,956 7,405 7,571 8,878 10,053 12,040 62.59% Tabungan (Rp miliar) 13,252 13,709 14,013 18,523 15,350 15,373 15,782 20,184 17,216 16,827 17,279 9.48% Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,598 17,429 18,687 19,940 20,555 22,851 24,020 25,224 25,518 26,919 27,853 15.96% Modal Kerja 6,802 7,471 7,932 8,345 8,287 8,884 9,170 9,482 10,065 11,079 11,875 29.50% Investasi 1,905 2,548 2,719 2,905 2,901 3,517 3,575 3,984 3,807 3,965 3,817 6.77% Konsumsi 6,891 7,410 8,036 8,690 9,367 10,449 11,275 11,758 11,646 11,875 12,161 7.86% Kredit MKM (Rp miliar) 6,602 7,342 7,522 7,793 7,314 8,346 8,669 10,421 10,503 11,487 11,752 35.57% Modal Kerja 5,496 5,707 5,857 6,072 5,930 6,285 6,534 7,693 7,860 8,604 8,944 36.89% Investasi 1,106 1,635 1,665 1,721 1,384 2,061 2,130 2,722 2,637 2,882 2,808 31.83% Kredit Mikro (Rp miliar) 1,042 1,199 1,097 1,185 1,149 1,299 1,382 1,512 1,549 1,902 1,752 26.74% Modal Kerja 891 1,026 933 1,009 971 952 1,022 1,098 1,104 1,319 1,274 24.66% Investasi 151 173 164 176 178 343 360 408 440 582 482 33.89% Kredit Kecil (Rp Miliar) 3,470 3,830 3,934 4,041 3,275 3,658 3,766 3,996 3,930 4,218 4,404 16.93% Modal Kerja 2,937 2,840 2,942 3,041 2,696 2,691 2,777 2,833 2,807 3,031 3,173 14.24% Investasi 533 990 992 1,000 579 967 989 1,162 1,122 1,187 1,231 24.47% Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,090 2,313 2,491 2,567 2,890 3,389 3,520 4,913 5,024 5,373 5,592 58.86% Modal Kerja 1,668 1,841 1,982 2,022 2,263 2,643 2,739 3,762 3,949 4,260 4,497 64.18% Investasi 422 472 509 545 627 758 782 1,151 1,075 1,113 1,095 40.03% NPL 204 242 278 255 325 405 481 450 511 764 812 68.95% NPL Ratio 1.31% 1.39% 1.49% 1.28% 1.58% 1.77% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% 2.91% 0.91% LDR 49.43% 50.88% 51.40% 56.28% 58.01% 59.22% 58.75% 61.95% 64.50% 60.37% 57.07% -1.68% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 35

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 21.85% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 15,96% (yoy). Sesuai dengan historisnya, kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +86% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 7,86% (yoy) dan 29,50% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif kecil, namun jenis kredit ini selalu mengalami pertumbuhan yang konsisten setiap waktunya. Pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan III-2014 yang cukup signifikan menjadi sebesar 2,91%, meskipun pencapaian tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan. Namun adanya tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai. Tabel 3.2. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT 2012 2013 2014 (%) I II III IV I II III IV I II III Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% 1.82% 2.43% Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% 17.39% 18.40% Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% 6.67% 4.92% Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% 4.13% 3.79% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% 3.15% 3.10% Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% 8.09% 8.31% Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% 2.68% 2.82% Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% 2.33% 3.04% Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% 1.62% 1.67% Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% 2.91% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 62,59% (yoy) dan diikuti oleh giro sebesar 10,11% (yoy) serta tabungan sebesar 9,48% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk deposito. 36 36

Triwulan III 2014 3.2 Perbankan Provinsi Papua 3.2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 22,95% (yoy), DPK sebesar 20,07 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 13,15% (yoy). Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan penyaluran kredit menyebabkan menurunnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 54,48% (yoy) atau mengalami penurunan sebesar 3,33% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 57,80% (yoy). Penurunan LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 3,28% atau meningkat sebesar 1,38% dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tabel 3.3. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Provinsi Papua 2013 2014 Growth I II III IV I II III YOY Total Asset (Rp miliar) 34,490 37,928 40,808 37,429 36,028 43,525 50,172 14.8% DPK (Rp miliar) 26,365 28,862 30,294 29,653 29,275 32,899 36,373 14.0% Giro (Rp miliar) 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 13,964 12.4% Deposito (Rp miliar) 5,556 6,217 5,595 5,607 6,748 7,927 9,543 27.5% Tabungan (Rp miliar) 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 12,866 8.2% Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,454 16,656 17,511 18,367 18,166 19,104 19,814 14.7% Modal Kerja 5,858 6,186 6,392 6,598 6,778 7,384 8,038 19.4% Investasi 2,195 2,601 2,605 2,897 2,649 2,787 2,726 7.2% Konsumsi 7,401 7,869 8,513 8,872 8,739 8,933 9,050 13.5% Kredit MKM (Rp miliar) 5,094 5,803 6,080 7,418 7,161 7,839 8,048 35.1% Modal Kerja 4,131 4,391 4,607 5,480 5,397 5,901 6,179 34.4% Investasi 963 1,408 1,468 1,933 1,759 1,938 1,869 37.6% Kredit Mikro (Rp miliar) 837 939 996 1,107 1,090 1,365 1,224 45.4% Modal Kerja 693 669 713 780 780 951 896 42.2% Investasi 140 270 283 322 306 414 332 53.3% Kredit Kecil (Rp Miliar) 2,239 2,521 2,594 2,828 2,695 2,907 3,052 15.3% Modal Kerja 1,815 1,844 1,909 1,974 1,916 2,093 2,192 13.5% Investasi 424 677 685 854 779 814 860 20.2% Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,022 2,343 2,489 3,482 3,375 3,567 3,768 52.2% Modal Kerja 1,623 1,883 1,989 2,726 2,701 2,857 3,091 51.7% Investasi 399 460 500 756 674 710 677 54.3% NPL 237 298 332 318 371 604 649 102.8% NPL Ratio 1.5% 1.8% 1.9% 1.7% 2.0% 3.2% 3.28% 1.4% LDR 58.6% 57.7% 57.8% 61.9% 62.1% 58.1% 54.48% 0.4% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 37

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 3.2.2 Aset Perbankan Pada triwulan III-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 50,17 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 81,03% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 18,33% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 0,64%. Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mencapai angka Rp 49,48 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 693 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 13,15% (yoy). Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 3.2. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 3.2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 36,37 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 13,96 triliun, tabungan sebesar Rp 12,87 triliun dan deposito sebesar Rp 9,54 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 70,56% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 8,80% (yoy) dan pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,44% (yoy). Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 81,03% diikuti kelompok bank swasta 18,33% dan kelompok BPR 0,64%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah 38 38

Triwulan III 2014 Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah lainnya. Tabel 3.4. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II III (yoy) Bank Pemerintah 18,288 20,246 21,741 20,278 20,207 22,805 24,083 22,640 22,544 26,185 29,471 10.49% Giro 7,698 9,219 11,182 6,227 7,535 9,963 11,343 6,665 7,709 10,479 12,056-2.12% Deposito 2,956 3,005 3,073 2,971 3,435 3,566 3,254 3,772 4,741 5,832 7,191 16.22% Tabungan 7,634 8,022 7,486 11,080 9,237 9,277 9,486 12,203 10,094 9,874 10,224 21.00% Bank Swasta 5,303 5,364 4,496 6,098 5,955 5,842 5,981 6,784 6,502 6,486 6,669 12.28% Giro 1,822 1,949 1,541 1,738 1,663 1,127 1,492 2,413 2,033 1,990 1,908-8.77% Deposito 1,523 1,501 1,277 2,083 1,972 2,493 2,170 1,669 1,841 1,930 2,185 29.48% Tabungan 1,958 1,914 1,678 2,277 2,320 2,222 2,319 2,702 2,628 2,566 2,576 18.50% BPR 237 207 217 203 203 216 230 229 229 229 232-14.54% Deposito 191 154 162 149 149 159 171 166 166 166 167-21.86% Tabungan 46 53 55 53 53 56 59 63 63 63 65 16.07% Total DPK Provinsi Papua 23,828 25,817 26,454 26,579 26,364 28,862 30,294 29,653 29,172 32,900 36,372 10.64% Giro 9,521 11,169 12,723 7,965 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 13,964-3.39% Deposito 4,670 4,660 4,511 5,203 5,557 6,218 5,595 5,504 6,645 7,928 9,543 18.99% Tabungan 9,638 9,989 9,220 13,410 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 12,865 20.47% Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Grafik 3.3. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.2.4 Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan September 2014, tingkat suku bunga perbankan masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 39

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 13,15% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 25,76% (yoy), kredit konsumsi sebesar 6,31% (yoy) dan kredit investasi sebesar 4,64% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya konsumsi masyarakat dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat juga tampak dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk Selain itu, kebutuhan kredit untuk pembangunan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi. Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share sebesar 45,67%, modal kerja 40,57% dan investasi 13,76%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal (barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. Tabel 3.5. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Provinsi Papua 2013 2014 Growth I II III IV I II III YOY Kredit Sektoral (Rp miliar) 15,454 16,656 17,511 18,367 18,166 19,104 19,814 14.7% Pertanian 234 270 306 797 710 769 602 184.8% Pertambangan 79 75 77 62 46 54 77-28.0% Industri pengolahan 373 487 544 510 371 349 333-28.3% Listrik,Gas dan Air 22 28 30 32 33 37 51 32.1% Konstruksi 1,101 1,205 1,295 1,259 1,217 1,398 1,804 16.0% Perdagangan 4,144 4,816 4,869 4,929 4,953 5,233 5,403 8.7% Pengangkutan 300 373 399 437 462 551 583 47.6% Jasa Dunia Usaha 567 562 519 547 545 532 453-5.3% Jasa Sosial Masyarakat 903 953 958 1,090 1,217 1,222 1,308 28.2% Lain-lain 7,730 7,887 8,513 8,704 8,612 8,959 9,201 13.6% Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 40 40

Triwulan III 2014 Grafik 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 3.5. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 3.2.5 LDR Dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di Provinsi Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan yang hanya mencapai 54,48%, dimana angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Tingginya alokasi dana perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah DPK yang cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang sama kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Kantor pusat Bank Umum (BPD) yang masih terpusat pada daerah tertentu ditengarai juga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya kemampuan UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan (bankable) juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua. Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 3,28% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 21,92% dan 12,18%. Adapun untuk Sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 41

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL yang relatif rendah (di bawah 10%) Tabel 3.6. Perkembangan Indikator Perbankan Papua NPL PAPUA (%) 2013 2014 I II III IV I II III Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% 1.82% 2.66% Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% 20.92% 21.92% Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% 8.11% 5.88% Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% 5.94% 5.16% Perdagangan, Hotel dan Restora 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% 3.17% 3.17% Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% 11.98% 12.18% Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% 2.63% 3.31% Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% 2.70% 3.59% Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% 1.70% 1.73% Total 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% 3.16% 3.27% Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 3.4. Perkembangan NPL & LDR 3.2.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua 3.2.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan September 2014, penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi Papua mencapai Rp 10,61 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 17,95% (yoy). Sektor usaha pertanian dan kontruksi mencatatkan nilai dan pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 528,57% (yoy) dan 125,90% (yoy). Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral, sektor industri pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi memiliki pencapaian NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena pangsa kredit dari sektor-sektor tersebut tidak terlalu besar, menyebabkan pencapaian NPL secara keseluruhan masih berada pada level yang relatif aman. 42 42

Triwulan III 2014 Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 3.6. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 3.2.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 12,26% (yoy) dan 19,76% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,45 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 39,50%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,68% dan 0.75%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 3.7. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 43

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 3.2.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 32,38% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki pangsa sebesar 40,62% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 8,05 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 76,78%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 23,22%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 3.9. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 3.3 Perbankan Provinsi Papua Barat 3.3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan III-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan III-2014 mencapai Rp 13,58 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 17,98% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 12,43 triliun atau meningkat 17,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 44 44

Triwulan III 2014 Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,49% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 64,66%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup rendah sebesar 2,03%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%. Tabel 3.7. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat 2012 2013 2014 Growth I III IV IV I II III IV I II III YOY Total Asset (Rp miliar) 7,865 9,002 9,136 9,136 9,554 10,556 11,508 12,262 11,305 12,795 13,577 17.98% DPK (Rp miliar) 7,225 8,376 8,284 8,284 9,381 9,727 10,591 11,061 10,289 11,690 12,433 17.39% Giro (Rp miliar) 2,474 3,517 2,085 2,085 3,489 4,171 4,862 3,882 3,729 5,241 5,522 13.57% Deposito (Rp miliar) 1,388 1,455 1,424 1,424 3,863 1,738 1,810 1,963 2,129 2,125 2,497 37.94% Tabungan (Rp miliar) 3,363 3,404 4,775 4,775 1,630 3,818 3,918 5,216 4,431 4,324 4,413 12.63% Kredit Penggunaan (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,194 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 23.50% Modal Kerja 1,915 2,351 2,574 2,574 2,508 2,699 2,778 2,884 3,287 3,695 3,837 38.12% Investasi 411 610 651 651 710 915 970 1,086 1,157 1,177 1,091 12.52% Konsumsi 1,851 2,013 2,172 2,172 2,371 2,580 2,762 2,887 2,908 2,943 3,111 12.63% Kredit MKM (Rp miliar) 1,840 2,226 2,357 2,357 2,220 2,543 2,589 3,003 3,342 3,654 3,704 43.07% Modal Kerja 1,573 1,843 1,938 1,938 1,799 1,894 1,927 2,213 2,463 2,709 2,765 43.49% Investasi 267 383 419 419 421 649 662 789 878 944 939 41.84% Kredit Mikro (Rp miliar) 265 343 377 377 312 360 386 404 458 536 528 36.79% Modal Kerja 244 311 341 341 278 287 309 318 324 368 378 22.33% Investasi 21 32 36 36 38 73 77 86 134 168 150 94.81% Kredit Kecil (Rp Miliar) 948 1,135 1,171 1,171 1,036 1,137 1,172 1,168 1,235 1,311 1,352 15.36% Modal Kerja 837 944 972 972 881 847 868 859 891 938 981 13.02% Investasi 111 191 199 199 155 290 304 308 343 373 371 22.04% Kredit Menengah (Rp Miliar) 627 749 809 809 868 1,046 1,031 1,431 1,649 1,806 1,824 76.92% Modal Kerja 492 588 625 625 640 760 750 1,036 1,248 1,403 1,406 87.47% Investasi 135 161 184 184 228 286 282 395 401 403 418 48.23% NPL 53 90 76 76 93 119 148 132 140 160 163 9.75% NPL Ratio 1.27% 1.81% 1.41% 1.41% 1.67% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.03% -0.25% LDR 57.81% 59.38% 65.15% 65.15% 59.84% 63.68% 61.46% 62.15% 71.45% 66.85% 64.66% 3.20% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company). 3.3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 13,58 triliun atau tumbuh 17,98% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi di Provinsi Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa 91,13% sedangkan bank swasta hanya 7,55% dan BPR 1,32%. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 45

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 3.10. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 3.11. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.3.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 12,43 triliun yang terdiri dari giro Rp 5,52 triliun, tabungan Rp 4,41 triliun dan deposito Rp 2,50 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, deposito mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 37,94% sedangkan giro dan tabungan masing-masing tumbuh terbatas sebesar 13,57% (yoy) dan 12,63% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 91,13% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 7,55% dan BPR sebesar 1,32% terhadap total keseluruhan DPK di Provinsi Papua Barat. Grafik 3.12. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 3.3.4 Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan III-2014 mencapai sebesar Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,50% (yoy) dibanding periode yang sama 46 46

Triwulan III 2014 tahun 2013. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 47,73%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 38,70%, dan diikuti oleh kredit investasi 13,57%. Tabel 3.8. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III Modal Kerja 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287 3695 3837 Pertumbuhan 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07% 36.91% 38.12% Investasi 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004 1157.1 1177.1 1091 Pertumbuhan 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% 28.59% 12.52% Kredit Konsumsi 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843 2907.6 2942.6 3111 Pertumbuhan 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% 14.05% 12.63% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 3.14. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar didominasi oleh kredit kredit perdagangan,hotel dan restoran (PHR) yang mencapai sebesar 30,63% dari total kredit secara keseluruhan. Selanjutnya, diikuti oleh sektor kontruksi yang mencapai sebesar 11,72% dari kredit secara keseluruhan. Tingginya pangsa kredit untuk sektor kontruksi terjadi seiring tingginya aktivitas pembangunan di Papua Barat yang merupakan salah satu daerah yang mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 47

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 3.8. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat 2012 2013 2014 Growth I III IV IV I II III IV I II III YOY Kredit Sektoral (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,195 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 23.49% Pertanian 33 32 34 34 34 31 35 108 206 218 220 528.57% Pertambangan 1 18 43 43 49 50 52 51 57 53 63 21.15% Industri pengolahan 54 160 118 118 102 202 305 149 145 134 118-61.31% Listrik,Gas dan Air 2 1 2 2 2 2 3 3 4 8 10 233.33% Konstruksi 340 554 656 656 396 440 417 599 624 829 942 125.90% Perdagangan 1,298 1,600 1,712 1,712 1,771 2,119 2,128 2,151 2,341 2,456 2,462 15.70% Pengangkutan 65 96 111 111 247 275 316 263 280 302 319 1.00% Jasa Dunia Usaha 163 182 178 178 224 260 262 275 295 253 257-1.91% Jasa Sosial Masyarakat 99 140 148 148 240 231 229 314 402 495 499 117.90% Lain-lain 2,122 2,191 2,395 2,395 2,549 2,585 2,763 2,944 2,998 3,067 3,149 13.97% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.3.5 LDR dan NPL Pada triwulan III-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit Ratio (LDR) menjadi sebesar 64,66% atau meningkat sebesar 3,20% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang masih terbatas menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum menunjukkan fungsi yang optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Ditengah masih belum tercapainya target LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada triwulan laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih berada dalam rentang yang cukup aman. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya penurunan NPL menjadi sebesar 2,03% pada triwulan III-2014 dari 2,28% pada triwulan III-2013. Kedepannya perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit, hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan dihadapi oleh masing-masing bank. 48 48

Triwulan III 2014 Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Perbankan Grafik 3.15. Perkembangan NPL & LDR NPL PAPUA BARAT (%) 2013 2014 I II III IV I II III Pertanian 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% 1.83% 1.82% Pertambangan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% 8.21% 8.47% Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Konstruksi 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% 1.09% 1.17% Perdagangan, Hotel dan Restora 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% 3.09% 2.97% Angkutan dan Komunikasi 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% 0.99% 1.25% Jasa Dunia Usaha 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% 2.77% 1.95% Jasa Sosial 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24% 1.41% 1.60% Lain-lain 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33% 1.40% 1.49% Total 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.01% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.3.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat 3.3.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan III-2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Hingga bulan September 2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,89 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 30,63%. Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 11,72%, sektor jasa sosial masyarakat dengan pangsa sebesar 6,21%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,97%. Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada dibawah 5%, tercatat hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih dari 5% (yaitu sebesar 8,47%). Grafik 3.16. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 3.17. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 49

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 3.3.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 31,99% (yoy) dan 25,38% (yoy). Dari total kredit rumah tangga yang disalurkan sebesar Rp 2,94 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 41,71%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 18,96% dan 1,23%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun untuk peruntukkan konsumsi lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 3.18. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 3.19. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 3.3.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 43,07% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 46,08% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,70 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 74,65% lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 25,35%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup 50 50

Triwulan III 2014 baik seiring dengan terus bertumbuhnya jumlah UMKM dan semakin baiknya prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan. Grafik 3.20. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat Grafik 3.21. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 51

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 52 52

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 Keuangan Daerah Provinsi Papua Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan digunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Papua sebagai representasi perkembangan keuangan pemerintahan daerah (pemda) di Papua. Secara umum porsi APBD Pemprov tidak mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah (size of government) dalam hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan pemda-pemda lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 4.1). Alasan lainnya adalah bahwa kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk asesmen perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD pemprov sebagai proksi aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan. Pemerintah Daerah Tabel 4.1. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Prov. Papua 10,489.10 30.9% 11,205.10 31.7% Kab. Asmat 1,090.20 3.2% 1,130.20 3.2% Kab. Biak Numfor 763.13 2.3% 812.24 2.3% Kab. Boven Digoel 1,065.77 3.1% 1,072.64 3.0% Kab. Deiyai 594.42 1.8% 592.92 1.7% Kab. Dogiyai 655.16 1.9% 757.94 2.1% Kab. Intan Jaya 913.51 2.7% 911.01 2.6% Kab. Jayapura 868.21 2.6% 889.84 2.5% Kab. Jayawijaya 880.21 2.6% 810.41 2.3% Kab. Kepulauan Yapen 745.79 2.2% 721.79 2.0% Kab. Lanny Jaya 864.62 2.6% 864.62 2.4% Kab. Mamberamo Raya 998.52 2.9% 997.02 2.8% Kab. Mamberamo Tengah 865.34 2.6% 885.44 2.5% Kab. Merauke 1,674.39 4.9% 1,846.70 5.2% Kab. Nabire 916.35 2.7% 889.35 2.5% Kab. Nduga 731.60 2.2% 732.10 2.1% Kab. Paniai 748.96 2.2% 747.96 2.1% 53

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pemerintah Daerah dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Kab. Pegunungan Bintang 1,085.42 3.2% 1,092.15 3.1% Kab. Puncak 1,075.29 3.2% 1,340.52 3.8% Kab. Puncak Jaya 1,004.67 3.0% 997.67 2.8% Kab. Sarmi 880.17 2.6% 906.01 2.6% Kab. Supiori 686.32 2.0% 717.82 2.0% Kab. Tolikara 928.97 2.7% 923.97 2.6% Kab. Waropen 661.78 2.0% 691.30 2.0% Kab. Yahukimo 863.66 2.5% 900.92 2.6% Kab. Yalimo 820.71 2.4% 817.21 2.3% Kota Jayapura 1,027.70 3.0% 1,057.95 3.0% TOTAL PAPUA 33,899.98 100.0% 35,312.79 100.0% Sumber: Data APBD 2014 diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Secara umum postur keuangan daerah di Papua mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.2). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4 persen. Tabel 4.2. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran 2013-2014 (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8,184.74 10,489.11 28.2% PENDAPATAN ASLI DAERAH 407.69 762.15 86.9% PENDAPATAN TRANSFER 7,205.61 7,381.92 2.4% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571.43 2,345.04 310.4% BELANJA 8,982.51 11,205.08 24.7% BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 5,115.09 5,903.04 15.4% BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2,919.64 4,253.91 45.7% BELANJA PEGAWAI 947.78 1,048.13 10.6% SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.3% PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25.00 825.97 3203.9% PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175.00 110.00-37.1% PEMBIAYAAN NETTO (150.00) 715.97-577.3% Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Indonesia Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua tercatat sebesar Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen 54 54

Triwulan III 2014 dibandingkan dengan 2013. Saat ini, sumber pendapatan terbesar pemprov adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat. Namun demikian, pos tersebut pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara keseluruhan. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 4.2). Jika kondisi ini terus berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah pusat dapat semakin berkurang. Tabel 4.3. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8,184.74 10,489.11 28.15% PENDAPATAN ASLI DAERAH 407.69 762.15 86.94% Pajak Daerah 326.31 597.34 83.06% Retribusi Daerah 11.90 50.37 323.24% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 19.89 27.93 40.44% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49.59 86.51 74.44% PENDAPATAN TRANSFER 7,205.61 7,381.92 2.45% Dana Perimbangan 2,502.57 2,604.85 4.09% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479.40 493.14 2.87% Dana Alokasi Umum 1,889.27 1,991.20 5.40% Dana Alokasi Khusus 133.90 120.51-10.00% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 4,703.04 4,777.07 1.57% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571.43 2,345.04 310.38% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21 triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta Belanja Barang dan Jasa (27%). Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 55

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 4.4. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan BELANJA 8,982.51 11,205.08 24.7% BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 5,115.09 5,903.04 15.4% Belanja Hibah 851.24 841.47-1.1% Belanja Bantuan Sosial 265.00 202.23-23.7% Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 132.28 267.34 102.1% Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota 3,052.73 4,541.90 48.8% Pemerintah Desa dan Partai Politik 43.22 - -100.0% Belanja Tidak Terduga 2,919.64 50.10-98.3% BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2,919.64 4,253.91 45.7% Belanja Barang dan Jasa 1,558.12 1,978.66 27.0% Belanja Modal 1,184.37 2,275.25 92.1% BELANJA PEGAWAI 947.78 1,048.13 10.6% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 4.1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Per triwulan III-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76 persen dari target anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (76,5%). Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya masih di bawah 75 persen per tengah tahun anggaran adalah Pajak Daerah (63,0%); Retribusi Daerah (59,2%) serta Dana Alokasi Khusus (30%). Dana Alokasi Khusus dan Penyesuaian sendiri, meskipun realisasi hingga pertengahan tahun anggaran masih di bawah 50 persen, pencapaiannya sama seperti yang terjadi padatahun 2013 (30%). Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 6,343.87 77.5% 8,013.84 76.4% PENDAPATAN ASLI DAERAH 404.76 99.3% 586.16 76.9% Pajak Daerah 332.14 101.8% 376.28 63.0% Retribusi Daerah 19.79 166.3% 29.83 59.2% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 0.20 1.0% 32.69 117.0% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 52.62 106.1% 147.37 170.3% PENDAPATAN TRANSFER 5,187.12 72.0% 5,584.12 75.6% Dana Perimbangan 1,920.15 76.7% 2,001.32 76.8% Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 305.59 63.7% 471.77 95.7% Dana Alokasi Umum 1,574.39 83.3% 1,493.40 75.0% Dana Alokasi Khusus 40.17 30.0% 36.15 30.0% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 3,266.96 69.5% 3,582.80 75.0% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 751.99 131.6% 1,843.56 78.6% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 56 56

Triwulan III 2014 4.1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda secara umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan III-2014, realisasi belanja pemprov Papua tercatat sebesar Rp5,72 triliun atau setara 51,1 persen total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan III-2013, namun jika dilihat secara relatif terhadap total belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan. Penurunan kinerja relatif ini, apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan kualitas kapasitas institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan relatif yang terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total alokasi belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan kemampuan menyerap anggaran yang telah dialokasikan. Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda untuk menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan III-2014 menunjukkan tingkat penyerapan terendah (13,1%) dibandingkan pos-pos lain. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi yang rendah tersebut pada dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan administrasi pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan IV tahun anggaran pada kesempatannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi tersebut juga akan berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang dihasilkan. Artinya, peningkatan alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta berdampak positif terhadap perekonomian secara umum, jika realisasinya tidak dilakukan secara efisien. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 57

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD BELANJA 4,049.59 45.1% 5,721.70 51.1% BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2,546.42 49.8% 3,994.68 67.7% Belanja Hibah 583.74 68.6% 560.26 66.6% Belanja Bantuan Sosial 116.65 44.0% 44.32 21.9% Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 71.84 54.3% 88.94 33.3% Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1,761.62 57.7% 3,291.06 72.5% Pemerintah Desa dan Partai Politik Belanja Tidak Terduga 12.56 0.4% 10.10 20.2% BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1,001.25 34.3% 1,198.63 28.2% Belanja Barang dan Jasa 697.05 44.7% 899.84 45.5% Belanja Modal 304.20 25.7% 298.79 13.1% BELANJA PEGAWAI 501.92 53.0% 528.39 50.4% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 4.1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit. Kendati demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch antara anggaran dan realisasi yang dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi dana di tahun sebelumnya harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks demikian, defisit fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan atau keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Secara real, pemprov Papua sebenarnya menjalankan kebijakan balance budgeting. Tabel 4.7. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN ANGGARAN SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.31% PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25.00 825.97 3203.88% Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825.97 100.00% PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175.00 110.00-37.14% Pembentukan Dana Cadangan 100.00 - -100.00% Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75.00 110.00 46.67% Pembayaran Pokok Utang - - 0.00% PEMBIAYAAN NETTO (150.00) 715.97-577.31% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa sejauh ini pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,29 58 58

Triwulan III 2014 triliun. Berdasarkan tren historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan untuk menopang kebutuhan anggaran dalam beberapa waktu kedepan. Tabel 4.8. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) ANGGARAN Realisasi s.d URAIAN 2014 Triwulan III-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (715.97) 2,292.15 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825.97 - Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825.97 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110.00 90.00 Pembentukan Dana Cadangan - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110.00 90.00 Pembayaran Pokok Utang - PEMBIAYAAN NETTO 715.97 (90.00) Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 59

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 4.2 Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat Selanjutnya, asesmen mengenai keuangan daerah akan membahas mengenai Provinsi Papua Barat. Sama seperti Provinsi Papua, asesmen akan dilakukan pada level pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di Papua Barat juga mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.9). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun kontribusinya dalam total pendapatan masih relatif sangat kecil. Tabel 4.9. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 4,253.30 5,270.32 23.9% PENDAPATAN ASLI DAERAH 142.25 203.78 43.3% Pajak Daerah 117.03 165.99 41.8% Retribusi Daerah 0.95 0.77-19.3% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4.96 13.00 162.0% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 19.30 24.03 24.5% PENDAPATAN TRANSFER 4,111.06 5,066.53 23.2% Dana Perimbangan 1,700.89 2,393.67 40.7% Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 571.08 1,210.19 111.9% Dana Alokasi Umum 1,064.87 1,122.26 5.4% Dana Alokasi Khusus 64.93 61.22-5.7% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 2,410.17 2,672.86 10.9% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - 0.0% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan Pendapatan sebesar Rp5,87 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen, jika dibandingkan dengan 2013. Dari seluruh sumber pendapatan pemda, pos dana transfer oleh pemerintah pusat mendominasi total pendapatan. Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup tinggi (33,1%), terutama didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang sebelumnya nilainya hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang sama dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer 60 60

Triwulan III 2014 (lihat Tabel 4.9). Artinya, dalam horizon waktu ke depan, kebijakan fiskal daerah di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh kebijakan fiskal pemerintah pusat. Tabel 4.10. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan BELANJA 4,253.30 5,870.18 38.0% BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1,949.87 2,893.90 48.4% Belanja Hibah 390.79 437.13 11.9% Belanja Bantuan Sosial 35.67 32.04-10.2% Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 373.21 917.96 146.0% Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1,130.20 1,486.77 31.5% Pemerintah Desa dan Partai Politik - - 0.0% Belanja Tidak Terduga 20.00 20.00 0.0% BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1,873.80 2,494.55 33.1% Belanja Barang dan Jasa 1,020.40 1,114.91 9.3% Belanja Modal 853.40 1,379.64 61.7% BELANJA PEGAWAI 429.63 481.74 12.1% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87 triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua Barat terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (61,7%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja Bagi Hasil kepada pemerintah lainnya (31,5%). 4.2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp3,82 triliun atau setara 73 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan periode yang sama di 2013, realisasi pendapatan total menunjukkan penurunan. Triwulan III-2013 mencatatkan nilai realisasi Rp4,14 triliun (97,4%). Namun demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya bukan merupakan kecenderungan yang lazim bagi perilaku fiskal di wilayah Papua. Di 2013, terlihat realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) mencapai 237,3 persen, sementara Dana Alokasi Umum (DAU) sudah mendekati angka 100 persen dari target anggaran. Persentase realisasi yang tinggi itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat di tengah tahun anggaran berjalan. Sementara itu, Pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 61

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat di bawah 75 persen per triwulan III tahun anggaran hanyalah DBH (52,0%). Untuk PAD, secara keseluruhan telah melampaui 75 persen dari yang ditargetkan. Tabel 4.11. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) Uraian Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 4,140.67 97.4% 3,823.55 72.5% PENDAPATAN ASLI DAERAH 71.70 50.4% 209.79 102.9% Pajak Daerah 36.30 31.0% 146.97 88.5% Retribusi Daerah 1.10 115.6% 0.90 117.4% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 13.02 262.5% 14.36 110.5% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 21.28 110.3% 47.56 197.9% PENDAPATAN TRANSFER 4,068.97 99.0% 3,613.76 71.3% Dana Perimbangan 2,262.27 133.0% 1,610.19 67.3% Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 1,355.39 237.3% 629.05 52.0% Dana Alokasi Umum 887.39 83.3% 935.22 83.3% Dana Alokasi Khusus 19.48 30.0% 45.91 75.0% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 1,806.71 75.0% 2,003.57 75.0% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - - - Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat 4.2.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Per triwulan III-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan Rp2,81 triliun anggaran belanjanya atau setara 47,9 persen total tahun berjalan. Realisasi tersebut jauh meningkat, baik secara nominal maupun proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan III 2013, yang operasional administrasi pemerintahan di tahun itu sempat terganggu. Pos yang realisasi tengah tahunnya telah melampaui 75 persen adalah pos Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Hibah. Selain itu, rata-rata realisasinya masih jauh di bawah 75 persen. 62 62

Triwulan III 2014 Tabel 4.12. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD BELANJA 287.24 6.8% 2,808.99 47.9% BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 0.25 0.0% 1,735.60 60.0% Belanja Hibah 0.25 0.1% 334.21 76.5% Belanja Bantuan Sosial - 0.0% 24.80 77.4% Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah - 0.0% 305.71 33.3% Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, - 0.0% 1,070.89 72.0% Pemerintah Desa dan Partai Politik - 0.0% - 0.0% Belanja Tidak Terduga - 0.0% - 0.0% BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 219.76 11.7% 889.48 35.7% Belanja Barang dan Jasa 191.40 18.8% 478.24 42.9% Belanja Modal 28.36 3.3% 411.23 29.8% BELANJA PEGAWAI 67.23 15.6% 183.91 38.2% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat 4.2.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan Sama seperti di Provinsi Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat menjalankan kebijakan fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang dilakukan merupakan kebijakan balance budgeting. Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov Papua Barat mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang umum terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos belanja diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV. Tabel 4.13. Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) Realisasi s.d Triwulan URAIAN ANGGARAN 2014 III-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (599,864,011,525) 647,874,956,140 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 649,880,133,538 1,000,000 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 649,880,133,538 1,000,000 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 50,000,000,000 - Pembentukan Dana Cadangan - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 50,000,000,000 - Pembayaran Pokok Utang - - PEMBIAYAAN NETTO 599,880,133,538 1,000,000 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 63

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) RTGS Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar 1,77% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain diyakini terjadi karena masih besarnya ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 14,25 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 3,19% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS terjadi seiring adanya pengalokasian berbagai dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat, dimana alokasi dana tersebut mayoritas baru terealisasi secara maksimal mulai pertengahan tahun 2014. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun cukup signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. Tabel 5.1. Transaksi RTGS Wilayah Papua 2013 2014 I II III IV I II III Growth (YoY) Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 10,106 1.77% Lembar Warkat 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 11,505-2.20% Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 14,246-3.19% Lembar Warkat 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 15,697 3.07% Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 4,140-13.51% Lembar Warkat 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 4,192 20.95% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 2,509-18.00% Lembar Warkat 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 2,076-0.76% Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret 65

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 5.1. Nilai Transaksi RTGS Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret Dengan demikian, pada triwulan III-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat sebesar Rp 4,14 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -13,51% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya nilai transaksi masuk bersih ke wilayah Papua terjadi seiring tingginya jumlah transaksi keluar wilayah Papua akibat adanya pembayaran kepada beberapa kontraktor pembangunan infrastruktur yang mayoritas berasal dari luar daerah Papua. Namun demikian, masih dicapainya nilai transaksi masuk bersih (net inflow) yang positif pada triwulan III-2014, menandakan bahwa jumlah dana perimbangan yang masuk wilayah Papua yang berasal dari pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) yang ada di wilayah Papua memiliki porsi yang cukup tinggi. Adapun terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, seiring adanya tren yang menunjukan bahwa nilai transaksi bersih dalam beberapa waktu terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain semakin meningkat, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang dan jasa.. 5.2 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga memfasilitasi terjadinya kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah Jayapura, Biak dan Sorong. Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang penyelesaiannya dilakukan oleh sebuah sistem (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai 66 66

Triwulan III 2014 nominal yang relatif rendah dan memiliki tingkat urgensi yang rendah. Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang penyelesaiannya dilakukan seketika (real time). Tabel 5.2. Transaksi Kliring Wilayah Papua Kliring 2013 2014 Growth I II III IV I II III (YOY) Total Volume (lembar) 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757 40,455-8.77% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 1,557-3.72% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 849 832 703 517 526 562 663-5.75% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) 23.59 21.70 25.67 19.29 21.95 22.39 25.49-0.70% Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (%) 2.19 1.18 1.92 2.03 1.01 1.69 1.60-0.32% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan (%) 2.50 1.45 2.12 2.81 1.76 4.02 1.85-0.27% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja KPw BI Prov. Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,56 triliun, angka tersebut menurun sebesar -3,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak 40.455 lembar, menurun sebesar - 8,77% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pertumbuhan volume dan nilai kliring pada triwulan III-2014. Masih relatif rendahnya tingkat kesadaran masyarakat serta terbatasnya jumlah daerah (kota dan kabupaten) yang menyediakan fasilitas kliring di wilayah Papua, menjadi salah satu faktor yang menunjukan relatif rendahnya nilai transaksi keuangan melalui fasilitas kliring. Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan III-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring menjadi sebesar Rp 25,49 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar - 0,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ratarata harian warkat yang digunakan tercatat sebanyak 663 lembar/hari, atau turun sebesar -5,75% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mewaspadai terkait rasio rata-rata penolakan warkat, yang mana pada triwulan III-2014 secara nominal mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,85% dari pencapaian triwulan sebelumnya sebesar 4,02%. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 67

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 5.2. Perkembangan Kliring Wilayah Papua Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 5.3 Perkembangan Uang Kartal 4 Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/denominasi maupun tingkat kelayakan edar. Pada triwulan III-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau menurun sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan III-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar, yang artinya selama periode triwulan III-2014 jumlah uang yang keluar/diedarkan lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat. Namun begitu, jumlah netoutflow tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 995,77 Milyar. Penurunan netoutflow tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah semakin banyaknya uang kartal yang masuk ke wilayah Papua dari daerah lain, semakin meningkatnya transaksi non tunai serta dapat juga disinyalir sebagai indikator 4 Oleh karena kendala teknis, analisis mengenai Perkembangan Uang Kartal masih menggunakan data Triwulan II 2014 68 68

Triwulan III 2014 awal dalam perlambatan ekonomi sebagaimana yang diprediksi pada sepanjang tahun 2014 ini untuk di wilayah Papua. Tabel 5.3. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat Uang Kartal 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 1,224.47-2.84% Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 1,870.83-17.07% Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 (646.37) -35.09% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 2,878.30 79.17% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 2,178.28 74.49% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 700.02 95.46% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 200.57-38.69% Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 5.3. Perkembangan Uang Kartal Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Juni 2014 dilaporkan mencapai Rp 700.02 miliar, atau meningkat 95,46% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 69