BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

STUDI KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA MOTOR DI KECAMATAN LASUSUA KABUPATEN KOLAKA UTARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

FINAL DI KM PASAR GUGUAK KAYU TANAM, KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT SELASA, 1 JULI 2014 KNKT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK KORBAN KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sepeda motor merupakan salah satu sarana. transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

ANALISIS SISTEM INFORMASI FAKTOR RISIKO KECELAKAAN LALU LINTAS DI DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

MODEL PELUANG KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENGENDARA (Studi Kasus: Surabaya, Malang dan Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan pesat teknologi yang terjadi saat ini telah. memberi banyak kenyamanan dan kemudahan bagi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkendara dengan aman sangatlah penting bagi semua pengguna jalan, termasuk bagi pengendara sepeda motor, karena dalam kecelakaan lalu lintas, kerentanan pengendara sepeda motor lebih besar daripada pengendara kendaraan lainnya. Pengendara sepeda motor pemula memiliki peluang 3 kali lebih besar dalam terlibat kecelakaan lalu lintas daripada pengendara yang telah mahir, sehingga dibutuhkan keterampilan tersendiri dalam berkendara yang memerlukan latihan dan praktik berkendara yang aman (Departemen Perhubungan Republik Indonesia, 2009). Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya yang menyebabkan aktivitas sehari-hari terganggu (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Definisi lain disampaikan oleh Gorin (2006), bahwa cedera sebagai akibat kontribusi dan interaksi antara agen (agent), manusia (host) dan lingkungan (environment). Agen (agent) merupakan substansi tertentu yang menimbulkan atau mempengaruhi terjadinya cedera seperti kendaraan berhenti tiba-tiba, kelayakan kendaraan. Manusia (host) adalah orang yang mendapatkan cedera dan semua faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat menimbulkan atau mempengaruhi terjadinya cedera seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuan, perilaku, pengalaman mengemudi, kepemilikan SIM, penggunaan alat pelindung diri, penggunaan alkohol dan narkoba, kelelahan. Lingkungan (environment) berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti permukaan jalan, rambu-rambu dan kondisi lalu lintas, cuaca atau faktor alam. Lingkungan biologis berupa hewan dan tumbuhan dan lingkungan sosial meliputi dukungan sosial, kebiasaan, sikap dan kepercayaan. 1

2 Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2014 mengatakan bahwa cedera merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Lebih dari 5 juta orang meninggal setiap tahun akibat cedera. Dengan kata lain, setiap 6 detik seseorang meninggal akibat cedera. Ini berarti bahwa 9% dari jumlah kematian di dunia disebabkan karena cedera atau hampir 1,7 kali jumlah kematian yang diakibatkan oleh HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Gorin (2006) menambahkan bahwa cedera merupakan penyebab kematian ketiga pada anak-anak dan dewasa muda di Amerika Serikat. Setiap tahun sekitar 149.000 kematian disebabkan karena cedera. Ini berarti bahwa 3,7 juta jiwa setiap tahun sebelum usia 65 tahun meninggal akibat cedera. Cedera bisa terjadi pada semua kelompok umur, memiliki dampak jangka panjang seperti beban psikologis karena cacat, yang bisa berdampak pada kualitas hidup (WHO, 2014). Hasil survei yang dilakukan oleh Holder (2001), menunjukkan cedera merupakan penyebab utama kematian bagi semua kelompok umur. Penyebab utama terbanyak adalah di antara kelompok umur 15-44 tahun adalah karena kecelakaan lalu lintas, perilaku kekerasan, bunuh diri, perang, tenggelam dan karena paparan api. Laidler (2015) juga mengatakan bahwa di Australia, Belanda, Selandia Baru, Swedia dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa orang meninggal karena cedera 30 kali lebih banyak dibandingkan orang yang dirawat di rumah sakit, 300 kali lebih banyak orang yang rawat jalan dan yang lainnya dirawat di fasilitas kesehatan seperti dokter keluarga dan klinik. Sementara itu, cedera yang terjadi pada orang Oregian disebabkan karena bunuh diri, jatuh, keracunan, overdosis dan kecelakaan saat berkendara. Kecelakaan saat berkendara menyumbang 79% dari total kematian akibat cedera, lebih dari 20.380 jiwa yang rawat inap di rumah sakit diakibatkan cedera dan 14.000 (70%) karena jatuh, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas dan keracunan.

3 Konferensi Organisasi Kesehatan Dunia pada bulan Oktober 2015 di Brazil dalam programnya untuk mengatasi krisis global keselamatan jalan, berhasil mencetuskan Deklarasi Keselamatan Jalan sebagai salah satu ujud nyata pelaksanaan Dekade Organisasi Kesehatan Dunia dalam Aksi Keselamatan Jalan 2011 2020, yaitu untuk mengurangi separuh dari jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2030. Dalam konferensi tersebut juga disebutkan bahwa 1,25 juta orang meninggal setiap tahun di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab cedera terbesar. Dua dari 3 penyebab utama kematian adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas, yang diperkirakan akan terus meningkat dibandingkan dengan penyebab kematian lain. Pada tahun 2012, cedera menempati urutan ke-9 setelah kasus diabetes mellitus dan diperkirakan pada tahun 2030 akan naik pada urutan ke-7 setelah kasus trachea, bronchus, lung cancer, bahkan sebelum kasus HIV/AIDS (WHO, 2009). Frieden (2012) menambahkan bahwa jumlah kematian akibat kecelakaan sepeda motor meningkat sebanyak 55% sejak tahun 2000 dan pada tahun 2010 sebanyak 4502 jiwa meninggal akibat kecelakaan sepeda motor. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Rencana Strategis Tahun 2015 2019, menyebutkan bahwa kecelakaan transportasi merupakan penyebab kematian terbesar pada usia sekolah dan remaja. Sementara itu, Direktorat Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam kegiatan Dekade Aksi Keselamatan Jalan tahun 2015 mempunyai target dapat menurunkan 50% fatalitas korban kecelakaan lalu lintas darat dengan cedera berat pada tahun 2020. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah deteksi dini pada pengemudi angkutan umum sebagai upaya preventif dan promotif dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas dari kecelakaan lalu lintas darat.

4 Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2013), bahwa prosentase penyebab kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan tahun 2007 2012 adalah 73% karena faktor manusia, 18% akibat faktor sarana, 2% akibat faktor prasarana dan sisanya karena faktor lingkungan. Prosentase berdasarkan jenis kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan adalah 65% akibat tabrakan, 31% akibat terguling dan 4% akibat terbakar. Korban meninggal tahun 2007 sejumlah 16.548 jiwa, tahun 2008 2009 sejumlah 20.168 jiwa, tahun 2010 sejumlah 31.234 jiwa, tahun 2011 sejumlah 29.240 jiwa, tahun 2012 sejumlah 26.413 jiwa dan tahun 2013 sejumlah 21.423 jiwa. Apabila dilihat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan jumlah korban yang meninggal, akan tetapi apabila dilihat secara keseluruhan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas (KNKT, 2013) Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa dari jumlah data yang dianalisis tentang cedera, berjumlah 1.027.758 responden untuk semua golongan umur. Sejumlah 84.774 responden pernah mengalami cedera. Dari jumlah tersebut sejumlah 34.409 responden mengalami cedera akibat kecelakaan transportasi sepeda motor. Prevalensi cedera tertinggi berdasarkan karakteristik responden yaitu kelompok umur 15 24 tahun (11,7%), laki-laki (10,1%), pendidikan tamat SMP/MTS (9,1%). Ditinjau dari penyebab cederanya, proporsi tertinggi adalah cedera karena jatuh (91,3%). Penyebab cedera karena kecelakaan sepeda motor menempati urutan kedua yaitu 67,4% pada kelompok umur 15 24 tahun, laki-laki (44,6%), tingkat pendidikan tamat SMA/MA (63,9%). Tempat cedera terjadi paling banyak di jalan raya yaitu 42,8%. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Provinsi Jawa Tengah tahun 2014, peningkatan panjang jalan tahun 2010 2013 hanya terjadi pada jalan Kabupaten atau Kota dengan angka peningkatan sekitar 0,98% pertahunnya. Sementara peningkatan jumlah kendaraan bermotor tahun 2012 2013 terjadi pada tiap model kendaraan dengan total prosentase peningkatan 8,57%. Menurut data Satuan Lalu Lintas Kabupaten Kebumen

5 tahun 2014 2016, jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan, terutama sepeda motor. Hal ini dapat memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas karena tidak diimbangi dengan peningkatan luas jalan. Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Kebumen tahun 2014 Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Kebumen tahun 2014 Agustus 2016 Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas angkutan darat dari tahun 2008 2012 terus mengalami kenaikan dari 9.964 kasus menjadi 23.040 pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 19.223 kasus. Data Satuan Lalu Lintas Kabupaten Kebumen menyebutkan bahwa jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun 2014 2015 mengalami kenaikan, sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan. Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Kebumen tahun 2014 sejumlah 293 kasus, meninggal dunia 120 orang, luka berat 19 orang dan luka ringan 363 orang. Tahun 2015 jumlah kejadian sejumlah 336 kasus, meninggal dunia 106 orang, luka berat 1 orang dan luka ringan 497 orang. Tahun 2016 sejumlah 307 kasus, meninggal dunia 130 orang dan luak ringan 435 orang (Satlantas Kabupaten Kebumen, 2017).

6 Gambar 2 menunjukkan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jumlah kejadian dan kondisi korban di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016. Gambar 2. Kecelakaan lalu lintas berdasarkan jumlah kejadian dan kondisi korban di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016 Adapun jumlah kendaraan yang banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas adalah sepeda motor seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016

7 Berdasarkan golongan usia pelaku kecelakaan lalu lintas, terbanyak pada golongan usia 16 30 tahun, seperti terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Usia pelaku kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016 Adapun profesi yang banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas adalah swasta kemudian disusul pelajar/mahasiswa. Gambar 5 menunjukkan kecelakaan lalu lintas berdasarkan profesi pelaku. Gambar 5. Profesi pelaku kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016

8 Berdasarkan angka kepemilikan SIM di Kabupaten Kebumen, yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas masih sangat rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Kepemilikan SIM pelaku kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016 Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kejadian cedera akibat berkendara di Kabupaten Kebumen tahun 2014 2016, banyak melibatkan kendaraan sepeda motor, terjadi pada golongan usia 15 30 tahun, berstatus swasta dan pelajar/mahasiswa serta tidak memiliki SIM. Menurut data Kepolisian Sektor Kecamatan Puring tahun 2015, dari Januari Oktober 2015 tercatat 4 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Korban meninggal adalah pengendara sepeda motor, kecelakaan terjadi di jalan utama Kecamatan Puring dan 2 di antara korban yang meninggal adalah pelajar Kecamatan Puring. Sementara itu, menurut data di Puskesmas Puring Kabupaten Kebumen, jumlah orang yang cedera akibat kecelakaan lalu lintas selama tahun 2014 sejumlah 36 orang, rata-rata berusia 15 44 tahun, bulan Januari November 2015 sejumlah 44 orang yang rata-rata berusia 15 44 tahun.

9 Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort dan Kepala Unit Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Kebumen bahwa mulai tahun 2014 perlu lebih digalakkan kembali secara berkesinambungan program safety riding kepada siswa SMA dan SMK di Kabupaten Kebumen. SMK Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas rujukan di Kabupaten Kebumen yang terletak lebih kurang 40 kilometer dari pusat kota Kebumen serta berada tepat di sisi jalan raya Jogjakarta Merak. Mayoritas siswa berasal dari luar wilayah Kecamatan Puring kabupaten Kebumen. Masyarakat di lingkungan sekolah baru mulai menyediakan tempat tinggal sementara untuk siswa (kos) sejak tahun 2012, akan tetapi siswa rata-rata tidak kerasan untuk tinggal karena suasana lingkungan yang sepi sehingga mayoritas siswa mengendarai sepeda motor untuk pergi dan pulang sekolah. Angkutan umum baru mulai beroperasi sejak tahun 2014 dan jam trayeknya belum bisa dipastikan. Belum pernah ada pendataan khusus tentang alat transportasi yang digunakan siswa untuk bersekolah seperti sepeda, sepeda motor, angkutan umum atau mobil pribadi. Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah menyediakan tempat khusus untuk parkir kendaraan siswa, himbauan kepada siswa pada saat upacara bendera tentang keselamatan berkendara, sosialisasi tentang keselamatan berkendara pada saat masa orientasi sekolah (MOS) yang disampaikan oleh Kepolisian Sektor Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Aturan lain bagi siswa adalah siswa wajib mengenakan helm saat berkendara, kedua spion harus terpasang, kendaraan tidak boleh dimodifikasi dan kendaraan bermotor harus dilengkapi STNK. Sanksi yang diberikan apabila ada siswa yang melanggar aturan tersebut adalah teguran lisan dan hukuman langsung, yaitu sepeda motor siswa akan diletakkan di dekat tiang bendera dan kemudian siswa harus berjalan kaki mengelilingi sekolah dengan membawa sepeda motornya.

10 Pihak sekolah mengatakan pernah terjadi beberapa kecelakaan sepeda motor yang melibatkan siswa, akan tetapi belum pernah mendata secara detail tentang kejadian tersebut. Pihak sekolah juga mengatakan belum ada pihak yang melakukan survei ataupun penelitian terkait dengan kejadian cedera pada siswa saat mengendarai sepeda motor. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dianalisis lebih lanjut faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kejadian cedera pada pengendara sepeda motor siswa SMK Negeri 1 Puring Kebumen tahun pelajaran 2016/2017 berdasarkan faktor manusia (host factors) yang meliputi usia, jenis kelamin, jarak sekolah dengan tempat tinggal siswa, pekerjaan orangtua, pengalaman berkendara siswa, kepemilikan SIM, pengetahuan berkendara siswa, penggunaan alat pelindung diri dan sosialisasi berkendara yang aman, faktor agen (agent factors) yang meliputi kelayakan kendaraan dan faktor lingkungan (environment factors) yang meliputi dukungan orangtua dalam berkendara yang aman dan dukungan teman dalam berkendara yang aman. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian cedera pada pengendara sepeda motor siswa SMK Negeri 1 Puring Kebumen tahun pelajaran 2016/2017 berdasarkan faktor manusia (host factors), faktor agen (agent factors) dan faktor lingkungan (environment factors). 2. Tujuan khusus a. Mengetahui faktor manusia (host factors) yang meliputi usia, jenis kelamin, jarak sekolah dengan tempat tinggal siswa, pekerjaan orangtua, pengalaman berkendara siswa, kepemilikan SIM, pengetahuan berkendara siswa, penggunaan alat pelindung diri dan sosialisasi berkendara yang aman yang berhubungan dengan kejadian cedera.

11 b. Mengetahui faktor kelayakan kendaraan (agent factors) yang berhubungan dengan kejadian cedera. c. Mengetahui faktor lingkungan (environment factors) yang meliputi dukungan orangtua dalam berkendara yang aman dan dukungan teman dalam berkendara yang aman, yang berhubungan dengan kejadian cedera. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi yang penting untuk pihak Sekolah, Kepolisian, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan setempat dan pihak swasta terutama dalam perencanaan atau evaluasi program terkait dengan kecelakaan sepeda motor yang terjadi pada siswa SMK pada khususnya. Dengan demikian, terbentuk koordinasi dan komitmen semua pihak yang berwenang dalam mengembangkan strategi yang tepat untuk upaya preventif dan promotif kejadian cedera pada pengendara sepeda motor siswa SMK pada khususnya. Adanya peningkatan pendampingan yang lebih intensif dari orangtua kepada siswa tentang pentingya keselamatan berkendara. Bagi siswa sendiri, diharapkan menjadi informasi penting sekaligus pengingat akan pentingnya berkendara yang aman sebagai sebuah kebutuhan. Manfaat bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menjadi informasi dasar untuk melakukan analisis yang lebih luas atau lebih rinci dalam mendukung upaya preventif dan promotif kejadian cedera pada pengendara sepeda motor siswa SMK.

12 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan kejadian cedera pada pengendara sepeda motor yang pernah dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1 : No Judul penelitian/ peneliti 1. Safety riding program and motorcyclerelated injuries in Thailand/ Woratanarat, P., (2013) 2. Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia/ Riyadina, Woro dkk. (2009) Tabel 1. Keaslian Penelitian Tujuan Hasil penelitian penelitian Untuk Kelompok yang mengevaluasi diberikan efektivitas dari pelatihan cara program safety berkendara yang riding dalam aman mencegah mengalami cedera akibat penurunan kendaraan tingkat cedera bermotor. hingga 30%. Untuk menggambarkan pola dan determinan sosiodemografi cedera akibat kecelakaan lalu lintas Pola bagian tubuh yang terkena cedera yaitu kaki, tangan, kepala dan badan dengan luka lecet, memar, luka terbuka, terkilir/teregang, patah tulang/anggota tubuh terputus. Determinan cedera akibat kecelakaan lalu lintas umur 15-59 tahun, lakilaki, pendidikan SMU, pegawai dan tinggal di perkotaan. Persamaan penelitian Sampel adalah pengendara sepeda motor. Menganalisis cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin. Perbedaan penelitian Metode penelitian kohort retrospektif. Menggunakan eksperimen berupa pelatihan tentang berkendara. Menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel adalah pengendara sepeda motor yang sudah berlisensi. Waktu dan lokasi penelitian. Menganalisis semua cedera akibat kendaraan bermotor. Desain penelitian dengan analisis deskriptif dan analitik atau komparatif. Cara pengambilan sampel dengan cluster sampling. Variabel yang diteliti umur, hubungan dengan kepala keluarga, pendidikan dan pekerjaan, status ekonomi, variabel wilayah. Waktu dan lokasi penelitian.

13 3. Distribution of transport injury and related risk behaviours in a large national cohort of Thai adults/stephan, K., et. al., (2010) 4. Determinants of Road Traffic Injury on Motor Riders in Makassar/ Lestari, Andi Dian Puji, dkk. (2012) Untuk menentukan frekuensi dan distribusi cedera akibat transportasi dan prevalensi berbagai perilaku keselamatan di jalan raya. Untuk mengetahui distribusi dan determinan (faktor manusia, kendaraan, lingkungan fisik dan lingkungan sosial) cedera akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di Wilayah Kota Makassar Tahun 2011. Kelompok berisiko cedera akibat transportasi adalah pengendara sepeda motor, laki-laki usia 15-19 tahun, minum alkohol 3 kali per tahun dan tidak mengenakan helm dan sabuk pengaman. Kejadian cedera akibat kecelakaan lalu lintas berhubungan dengan kehilangan kontrol, arus lalu lintas, lalai, mengantuk, tidak tertib, ban pecah, rem blong, selip, lampu kendaraan tidak menyala, cuaca, kondisi jalan, geometrik jalan, status penjagaan jalan dan kesalahan penggunaan jalan lain. Menggunakan data cedera 12 bulan sebelumnya. Populasi remaja. Beberapa variabel yang diteliti yaitu cedera, perilaku dan demografi. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Jenis penelitian. Analisis yang digunakan. Variabel yang diteliti. Populasi dan metode pengambilan sampel Melibatkan semua jenis transportasi. Metode penelitian kohort dan cara pengumpulan data dengan mengirimkan kuesioner. Waktu dan lokasi penelitian. Waktu dan lokasi penelitian.