TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS JERUK SIAM DI KABUPATEN GARUT

ANALISIS SENSITIVITAS

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

III KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output

IV METODOLOGI PENELITIAN

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TAPANULI UTARA ( Studi Kasus : Desa Bahal Batu III, Kecamatan Siborong-Borong) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, P Daya Saing Daerah. BPFE. Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian... 4

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

Vol. 1, No. 2, September 2011

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAYA SAING DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING KOMODITI KAKAO DI SULAWESI TENGAH

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI GULA PADA PABRIK GULA DJATIROTO SKRIPSI

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

IV. METODE PENELITIAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk Studi mengenai jeruk telah dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya oleh Sinuhaji (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Usahatani Jeruk dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana dampak dari pengembangan usahatani jeruk terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tambah bruto yang diciptakan oleh sektor komoditas jeruk, dapat memberikan keuntungan bagi pelaku ekonomi yang terkait, terutama bagi pemilik modal. Namun keterkaitan sektor jeruk terhadap perekonomian yang lain masih rendah atau masih dibawah ukuran rata-rata, dengan kata lain daya tarik dan daya dorong terhadap perekonomian yang lain tidak terlalu kuat. Pada penelitian Sinuhaji (2001) ini dapat diambil kesimpulan bahwa dampak yang ditimbulkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh produksi buah jeruk masih belum optimal. Studi mengenai jeruk yang dilakukan oleh Sinuhaji (2001) yang menyatakan bahwa komoditas jeruk dapat memberikan keuntungan bagi pelaku ekonomi yang terkait didukung oleh Nurasa dan Hidayat (2005) pada penelitiannya mengenai Analisis Usahatani dan Keragaan Margin Pemasaran Jeruk di Kabupaten Karo bahwa adanya keuntungan dalam pengusahaan komoditas jeruk. Berdasarkan hal tersebut, secara ekonomi jeruk masih menguntungkan untuk diusahakan. Keuntungan tersebut masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki sistem produksi, sehingga produktivitas dapat ditingkatkan. Diperkirakan dengan proses produksi ini dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas, terutama pada tingkat lebih tinggi lagi, sehingga memiliki peluang mengakses pasar lebih luas, khususnya pasar luar negeri (ekspor). Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa komoditas jeruk memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri ataupun pasar luar negeri (ekspor). Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan suatu usaha agar kualitas dan kuantitas 42

jeruk tetap terjaga, sehingga diharapkan komoditas jeruk dapat menjadi peluang dalam memperbaiki perekonomian dalam negeri. 2.2. Studi Empiris Tentang Daya Saing Studi mengenai daya saing telah dilakukan sejak waktu yang lama. Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penilitian terkait dengan daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas jeruk siam, studi mengenai penelitian terdahulu penting untuk dilakukan. Konsep daya saing dilihat melalui pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif. Metode yang digunakan untuk mengetahui daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap suatu komoditas pada umumnya adalah metode Policy Analysis Matrix (PAM) dan analisis sensitivitas. Wiji (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengembangan Sentra Jeruk Siam Pontianak Di Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani pegembangan jeruk Siam Pontianak meliputi kelayakan finansial dan ekonomi, menganalisis daya saing (kompetitif dan komparatif) terhadap pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimnatan Barat, dan menganalisis sistem pemasaran jeruk Siam Pontianak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer terutama dari salah satu kabupaten sentra pengembangan jeruk Siam Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat, dengan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa usahatani Jeruk Siam Pontianak berdasarkan analisis pendapatan usahatani, kelayakan finansial dan ekonomi layak untuk dikembangkan, mempunyai daya saing (kompetitif dan komparatif) yang cukup tinggi sehingga mampu bersaing di pasar international, dan mampu membiayai faktor domesiknya, dan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah serta sistem pemasaran jeruk Siam Pontianak cukup efisien. Namun intervensi berupa pengembangan jaminan mutu produk, peningkatan efisiensi pemasaran dan promosi, usaha perbaikan infrastruktur fisik dan kelembagaan pasar masih perlu dilakukan untuk mengurangi fluktuasi harga yang terjadi. Implikasi secara makro, memproduksi sendiri buah unggulan tersebut lebih efisien dibandingkan dengan mengimpornya. Analisis daya saing terhadap 43

pengembangan sentra jeruk Siam Pontianak terhadap struktur biaya produksi, biaya yang diinvestasikan oleh petani jeruk siam lebih besar daripada nilai tambah yang dapat diterimanya. Hal tersebut akan mengakibatkkan pendapatan petani jeruk Siam Pontianak menjadi berkurang. Nuryanti (2010) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Intensifikasi Usahatani terhadap Daya Saing Kakao (Theobroma cacao L.) di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis pengaruh intensifikasi usahatani kakao terhadap daya saing kakao di Kabupaten Ciamis, menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap pengaruh intensifikasi usahatani kakao pada daya saing kakao di Kabupaten Ciamis, dan menganalisis dampak perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga kakao domestik, pajak ekspor biji kakao, dan harga pupuk bersubsidi, ceteris paribus, terhadap pengaruh intensifikasi usahatani kakao pada perubahan daya saing kakao di Kabupaten Ciamis. Penelitian ini menggunakan alat analisis Policy Analysis Matrix (PAM) untuk mengukur keunggulan kompetitif dan komparatif (daya saing) serta dampak kebijakan pemerintah pada suatu sistem komoditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi yang terjadi karena adanya program intensifikasi usahatani meningkatkan keunggulan kompetitif komoditas kakao di Kabupaten Ciamis. Namun, adanya peningkatan penggunaan input tradable yang mengandung komponen impor pada usahatani yang semakin intensif menyebabkan keunggulan komparatif komoditas kakao di Kabupaten Ciamis semakin menurun. Kebijakan pemerintah terhadap input-output pada sistem komoditas kakao di Kabupaten Ciamis, intensifikasi usahatani kakao berpengaruh terhadap peningkatan keunggulan kompetitif dan penurunan keunggulan komparatif komoditas kakao di Kabupaten Ciamis. Aliyatillah (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Kakao. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menganalisis daya saing komoditas kakao di PTPN VIII Kebun Cikumpay Afdeling Rajamandala Jawa Barat sebagai produsen kakao berkualitas, menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas kakao PTPN VIII Kebun Cikumpay Afdeling Rajamandala Jawa Barat, dan mempelajari pengaruh perubahan produktivitas, harga kakao, dan kurs rupiah 44

terhadap daya saing komoditas kakao di PTPN VIII Kebun Cikumpay Afdeling Rajamandala Jawa Barat. Pengusahaan kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala efisien secara privat dan memiliki keunggulan kompetitif. nilai keuntungan sosial yang positif menunjukkan pengusahaan komoditas kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala menguntungkan secara ekonomi dan memiliki keunggulan komparatif dan efisien secara ekonomi. Secara umum kebijakan pemerintah yang ada menguntungkan bagi pengembangan dan peningkatan daya saing kakao di Perkebunan Afdeling Rajamandala. Penurunan produktivitas lebih dari 10 persen dan penurunan harga kakao sebesar 5 persen akan menyebabkan komoditas kakao di perkebunan Afdeling Rajamandala tidak berdaya saing baik dari segi keunggulan komparatif maupun kompetitifnya sedangkan depresiasi dan apresiasi mempengaruhi daya saing kakao dalam segi keunggulan komparatifnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, kakao Indonesia dinilai masih berdaya saing lemah karena adanya berbagai kendala. Kendala tersebut diantaranya adalah rendahnya kualitas kakao karena belum memenuhi standar internasional, bibit bermutu rendah, penanganan pascapanen yang tidak memadai terutama fermentasi, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, kurangnya daya dukung sarana infrastruktur, dan kurangnya peran industri terkait. Kebijakan pemerintah terhadap komoditas kakao juga telah diupayakan namun belum dapat dilihat dampaknya terkait dengan masih berjalannya program kebijakan tersebut. Kebijakan pemerintah dalam rangka mendukung daya saing komoditas kakao nasional baik dari keunggulan komparatif maupun kompetitifnya antara lain peningkatan produktivitas melalui program intensifikasi tanaman terutama dalam pengadaan bibit dan penggunaan bibit kakao unggul, pelatihan dan pendampingan petani dalam rangka pencegahan meluasnya serangan hama PBK, dan kebijakan pemantapan infrastruktur di wilayah pengembangan kakao. Pada penelitian Irnawati (2008) menyebutkan bahwa keunggulan komparatif komoditas kakao Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan komoditas kakao Kamerun dan Nigeria yang produksi kakaonya di bawah Indonesia. Menurut Irnawati (2008) hal tersebut disebabkan karena Indonesia belum tergabung ke dalam 45

organisasi kakao internasional (International Cocoa Organization), yang berdampak sedikitnya informasi yang diperoleh oleh Indonesia. Meryana (2007) menganalisis daya saing kopi Robusta Indonesia di pasar kopi Internasional. Berdasarkan hasil penelitian, kopi Robusta Indonesia memiliki keunggulan komparatif walaupun daya saingnya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara Pantai Gading dan Uganda. Menurut Meryana (2007), hal tersebut terjadi disebabkan karena masih rendahnya kualitas kopi, produktivitas lahan, sumberdaya modal, sumberdaya infrastrukrur, dan tidak insentifnya harga. Keunggulan kompetitif industri kopi Robusta Indonesia menunjukkan bahwa faktor sumberdaya, kondisi permintaan domestik, dan struktur kopi domestik mendukung komoditas ini untuk berkembang terutama dengan adanya dukungan oleh pemerintah dan adanya faktor kesempatan. Keunggulan komparatif kopi Robusta nasional perlu ditingkatkan, salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah berupaya untuk merubah kondisi dimana keluar dari predikat negara pengekspor biji kopi menjadi negara pengekpor kopi olahan. Keunggulan kompetitif ditingkatkan melalui perbaikan budidaya dan penggunaan infrastuktur yang pada akhirnya dapat menghasilkan biji kopi berkualitas terbaik. Penelitian mengenai daya saing kopi robusta penting untuk dikaji karena ada asumsi bahwa daya saing komoditas jeruk siam sebagai salah satu tanaman tahunan dan termasuk tanaman pangan lainnya tidak akan jauh berbeda dengan daya saing kopi robusta. Rahmiati (2007) menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan manggis dengan sistem perkebunan pada CV Buah Asi di Kecamatan Sukamakmur Bogor. Manggis merupakan komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan manggis dari luar negeri terus meningkat dari tahun ke tahun namun karena kualitas manggis Indonesia yang rendah hanya sebagian kecilnya saja yang layak diekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusahaan manggis dengan sistem perkebunan pada CV Buah Asi tidak memiliki daya saing. Hal ini tercermin dari nilai keuntungan privat dan ekonomi yang bernilai negatif. Salah satu penyebabnya adalah dari 2000 pohon manggis yang ada, hanya 10 persennya saja yang telah berbuah. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada 46

penerimaannya. Indikator lain yang mencerminkan pengusahaan manggis di lokasi penelitian tidak berdaya saing baik dari keunggulan komparatif maupun kompetitifnya adalah rasio biaya privat dan rasio biaya sumberdaya domestik. Hasil analisis mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah lebih meningkatkan efisiensi produsen dalam berproduksi manggis. Dampak kebijakan pemerintah terhadap input dianalisis dari indikator transfer input, transfer faktor, dan Koefisien nominal proteksi input efektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah atau distorsi pasar pada input tradable menguntungkan produsen manggis yang menggunakan input tersebut. Begitu juga dangan input domestik, tidak ada kebijakan pemerintah yang melindungi produsen input domestik. Kebijakan input dan output mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah dalam melindungi produsen manggis berjalan dengan efektif. Selain itu, kebijakan pemerintah yang ada menyebabkan produsen manggis membayar biaya produksi lebih rendah dari harga ekonominya. Indriyati (2007), meneliti mengenai Analisis Daya Saing Buah Nenas Model Tumpang Sari dengan Karet, Kasus di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Prabumulih dan di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Ogah Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogah Ilir, dan menganalisis dampak kebijakan pemerintah serta perubahan harga input output terhadap daya saing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogah Ilir. Alat analisis yang digunakan yakni Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan pengusahaan nenas di kedua lokasi penelitian memiliki daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif). Dampak kebijakan terhadap output-input yang ada selama ini kurang menguntungkan bagi petani nenas di kedua desa. Berdasarkan analisis sensitivitas yang menggunakan asumsi bila terjadi penurunan harga output sebesar Rp 100,00 harga input pupuk mengalami peningkatan sebesar 10% dan nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar Amerika menjadi Rp 8.500,00 serta analisis sensitivitas gabungan, menunjukkan bahwa pengusahaan nenas di kedua lokasi penelitian masih memiliki daya saing (keunggulan komparatif dan kompetitif) serta layak untuk diusahakan. 47

Berdasarkan studi yang telah dilakukan mengenai daya saing dan dampak kebijakan pemerintah pada komoditas hortikultura tanaman tahunan, diperoleh kesimpulan sementara bahwa pada umumnya komoditas hortikultura tanaman tahunan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, namun pada umumnya berdaya saing rendah, bahkan pada penelitian Rahmiati (2007) yang menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan manggis tidak memiliki daya saing. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang berlaku. Hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa kebijakan pemerintah dapat meningkatkan dan juga menurunkan keunggulan komparatif dan kompetitif suatu komoditas hortikultura. Metode yang digunakan berdasarkan studi yang telah dilakukan pada umumnya adalah metode Policy Analysis Matrix (PAM), dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini dapat menjawab tujuan yang ingin dicapai, yaitu dapat diketahui keunggulan kompetitif dan keunggulan komperatif serta dampak kebijakan pemerintah terhadap suatu komoditas. Analisis sensitivitas sebagian besar juga diperlukan dalam menganalisis daya saing suatu komoditas tertentu, hal ini disebabkan untuk mengatasi kelemahan PAM yang dalam analisisnya hanya memberlakukan satu tingkat harga padahal dalam keadaan sebenarnya harga tersebut sangat variatif. Selain itu, analisis ini juga digunakan untuk melihat pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kondisi daya saing komoditas tertentu. Daya saing sangat erat kaitannya dengan kualitas dan produktivitas yang tidak terlepas dari peranan pemerintah di dalamnya. Untuk menunjukkan hal tersebut, maka penelitian mengenai daya saing dan dampak kebijakan pemerintah khususnya pada komoditas jeruk siam ini penting untuk dilakukan. 48