BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

MENGATASI SIBLING RIVALRY DALAM KELUARGA MELALUI KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR DENGAN TEKNIK REFRAMING PADA SISWA KELAS VII E DI MTs NU UNGARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY)

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak

SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN. Oleh : Nopijar ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

SIBLING RIVALRY PADA ANAK SULUNG YANG DIASUH OLEH SINGLE FATHER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITARIAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset

Developmental and Clinical Psychology

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIAH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2017

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti. selanjutnya dalam menjalani kehidupan. Tiap-tiap tahap perkembangan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan seorang anak, sehingga peranan keluarga dalam proses pendidikan

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan pesat dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu aspek yang

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA TODDLER DI DESA GENDONG KULON BABAT LAMONGAN TAHUN 2010

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. "tuna" yang berarti kurang dan "laras" yang berarti sesuai. Jadi anak tunalaras

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA ASUH DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

Fifi Nurmaningtyas Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Moh. Reza

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SMP DI MANADO

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah system individu yang berinteraksi dengan subsistem yang didalamnya terjadi proses sosialisasi anak dengan orang tua. Hubungan interaksi anak tidak seterusnya terbatas pada hubungan dengan orang tua, namun anak juga berinteraksi dengan saudara-saudaranya. Hubungan antar saudara memegang peranan penting selain terhadap perkembangan anak juga terhadap hubungan keluarga itu sendiri. Apabila hubungan antar saudara baik, maka hubungan keluarga pun akan cenderung baik pula. Sebaliknya, bila hubungan antar saudara kurang baik, hal itu akan mengganggu hubungan sosial dan pribadi anggota keluarga lainnya. Beberapa hubungan antar saudara dapat berjalan baik. misalnya sang kakak menjaga adiknya, memberi perhatian yang positif kepada adiknya atau membantu adiknya dalam menyelesaikan masalah dan adiknya akan melakukan hal yang sebaliknya dengan mencontoh perilaku-perilaku kakaknya. Dalam interaksi anak dengan saudaranya, anak mungkin menunjukkan contoh perilaku saling menolong dan saling melindungi. Namun Pada sisi lain, terkadang sering terjadi konflik yang timbul dari anak dengan saudaranya. Contoh Seorang kakak merasakan cemburu terhadap adiknya dan menganggap adik sebagai penyebab hilangnya beberapa kenikmatan yang selama ini ia terima dari orang tua.

2 Kecemburuan sang kakak pada adik ini, merupakan suatu hal yang dapat menyebabkan konflik pertengkaraan dan persaingan yang negatif antar saudara ( sibling rivalry). Cholid ( dalam Arif, 2013: 3 ) mendefinisikan sibling rivalry sebagai perasaan permusuhan, kecemburuan, dan kemarahan antar saudara kandung, kakak atau adik bukan sebagai teman berbagi tapi sebagai musuh. Sibling rivalry pada kenyataanya tidak hanya dialami pada masa anakanak, namun juga pada masa remaja ( 13-21 tahun). Rentang umur dimana anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) memasuki fase remaja awal (dalam Arif, 2013 : 3). Hurlock ( dalam Arif, 2013: 3) berpendapat bahwa masa remaja merupakan fase penuh konflik dan fase penuh penentangan, tidak terkecuali dengan saudara kandungnya, yang lebih dikenal dengan sibling rivalry. Menurut Hurlock (dalam Arif, 2013 : 3), dampak sibing rivalry ada 2 macam reaksi. Pertama bersifat langsung yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik seperti menggigit, memukul, mencakar, melukai, dan menendang atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya. Kedua reaksi tidak langsung yang dimunculkan bersifat lebih halus sehingga sulit untuk dikenali seperti: mengompol, pura-pura sakit, menangis, dan menjadi nakal. Perasaan kecemburuan, permusuhan, dan persaingan antar saudara kandung (sibling rivalry) seyogyanya harus dapat diatasi sedini mungkin, Menurut Setiawati dan Zulkaida (dalam Arif, 2013: 3 ) Pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak kecil, biasanya akan terus meruncing saat anak-anak

3 beranjak dewasa. Mereka akan terus bersaing dan saling mendengki. Selain itu, apabila hal tersebut berlangsung terus menerus, dapat berdampak pada tertanamnya asumsi. Bahwa saudara kandung adalah saingannya untuk mendapat perhatian dan cinta dari orangtuanya, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan, misalnya putusnya tali persaudaraan jika kelak orang tua meninggal ataupun konflik yang lebih luas. Beberpa perilaku sibling rivalry yang terjadi di sekolah siswa yang cemburu kepada temannya dan siswa yang mimiliki rasa iri terhadap orang lain yang memiliki barang yang tidak dapat dia milikinya, serta siswa yang sering berkelahi akibat kemarahan yang tidak terkendali. Ini dampak perilaku yang biasa terjadi kepada saudara kandungnya yang berdampak di lingkungan sekolah serta anak lebih pemurung dan dian, ini merupakan pola pikir anak yang merasa bahwa orang tuanya lebih menyayangi saudaranya. Menurut Mc. Nerney dan Joy ( dalam Arif, 2013 : 3), berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang Amerika, dilaporkan 55% anak mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 10-15 tahun merupakan kategori yang tertinggi. Kasus sibling rivalry lebih banyak terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama, khususnya perempuan. Kenyataan di lapangan berdasarkan penelitian yang di lakukam oleh peneliti dengan menggunakan istrumen angket serta informasi dari guru bimbingan dan konseling kelas X IPA - 3 SMA Negeri 15 Medan. Hal tersebut didukung dengan informasi yang diberikan oleh guru mata pelajaran bahwa ketika siswa diberikan tugas untuk berdiskusi kelompok siswa cenderung agresif, marah, iri sehingga siswa berlomba mencari perhatian yang lebih.

4 Melihat kenyataan diatas peneliti merasa harus segera mengambil tindakan. Melalui layanan konseling kelompok sangat tepat menangani masalah sibling rivalry. Teknik dalam konseling kelompok sangatlah beragam. Pada penelitian ini teknik yang sesuai untuk mengatasi sibling rivalry dalam sekolah adalah teknik role playing. Menurut Mulyono ( dalam Listiyanti, 2014 ) role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Sedangkan menurut Syaiful (dalam Listiyanti, 2014) role playing atau bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka penulis merasa penting melakukan penelitian konseling kelompok dengan teknik role playing yang berjudul Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Teknik Role Playing Terhadap Perilaku Sibling Rivalry Siswa kelas X SMAN 15 Medan Tahun Ajaaran 2016/2017 B. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah di uraikan di dalam latar belakang masalah di atas maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada di antara lain yaitu : 1. siswa yang cemburu kepada temannya serta rasa iri terhadap orang lain yang memiliki barang yang tidak dapat dia milikinya 2. siswa yang sering berkelahi 3. siswa yang pemurung dan diam

5 C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah peneliti membatsi pokok masalah mengenai masalah dalam peneltian ini sebagai berikut : Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Teknik Role Playing Terhadap Perilaku Sibling Rivalry Siswa kelas X SMAN 15 Medan Tahun Ajaaran 2016/2017 D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu: Apakah periku sibling rivalry dalam lingkungan sekolah pada siswa kelas X SMA N 15 Medan dapat diatasi melalui Konseling Kelompok dengan Teknik Role playing. Dari rumusan masalah utama tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Teknik Role Playing Terhadap Perilaku Sibling Rivalry Siswa kelas X SMAN 15 Medan Tahun Ajaaran 2016/2017 F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu Bimbingandan Konseling, khususnya bagi sekolah dalam menangani masalah siswa disekolah serta dapat memberikan pengayaan teori, khususnya yang berkaitan dengan sibling rivalry.

6 G. Manfaat Praktis a. Bagi konselor Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pemberian layanan konseling terutama layanan konseling kelompok dengan teknik yang paling sesuai, efektif dan efisien sehingga dapat membantu mengatasi sibling rivalry di sekolah. b. Bagi peneliti Penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya yang terkait dengan mengatasi sibling rivalry dalam keluarga.