ANALISIS DAN SINTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB IV ANALISA TAPAK

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB V ANALISIS SINTESIS

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB IV ANALISA TAPAK

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 27. Ilustrasi Pengembangan Konsep Ruang Pada Tapak

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN INDUSTRI PT PINDO DELI PULP AND PAPER MILLS KARAWANG JAWA BARAT. Nining Irianti A

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

III. BAHAN DAN METODE

V. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

INVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Produk yang dihasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills

BAB V KONSEP PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning)

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Oleh karena itu letak pemukian perlu direlokasikan lagi sampai jarak tertentu dari pabrik yang cukup aman dari limbah pabrik dengan membuat barier (area penyangga) antara lokasi industri dengan pemukiman. Barier yang ideal adalah dominasi vegetasi pohon karena lebih efektif dalam mengurangi pencemaran udara. Tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills potensial untuk ditanami berbagai berbagai jenis tanaman yang dapat mengurangi pencemaran udara dan air. Pengembangan tata ruang kawasan industri yang tidak terkendali menyebabkan tapak di sekitar industri yang seharusnya menjadi daerah penyangga atau industri lain berubah menjadi pemukiman penduduk. Penataan ulang land use sekitar kawasan pabrik yang berupa lahan kosong yang tidak dimanfaatkan diperlukan untuk menekan pengaruh dampak negatif industri terhadap masyarakat sekitar kawasan industri. Penggunaan tanah dalam tapak dan sekitar tapak Tapak terutama digunakan untuk fisik bangunan produksi dan ruang terbuka. Ruang terbuka dalam tapak digunakan untuk jalur transportasi keluar masuk barang, karyawan, tamu, tempat parkir, keamanan kawasan dan area pabrik, serta taman untuk evakuasi. Penataan penggunaan ruang terbuka lebih ditekankan untuk kelancaran sirkulasi dan keamanan areal pabrik. Perencanaan ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan. Penghijauan dilakukan pada daerah-daerah yang kosong dan terbuka serta pemilihan vegetasi dari segi fungsi dan estetika masih kurang diperhatikan. Daerah di sekitar tapak pabrik digunakan sebagai lahan untuk pertanian yang dimiliki seutuhnya oleh pabrik. Namun, pengelolaannya diserahkan kepada warga masyarakat sekitar pabrik. Pada hari-hari berangin, udara panas dan terpolusi akan terbawa menjauhi lokasi industri searah dengan arah angin. Jika

56 industri dikelilingi dengan vegetasi buffer (penyangga) maka udara terpolusi akan mengalami penurunan suhu dan penyaringan udara terpolusi saat melewati vegetasi buffer (penyangga). Pada hari-hari panas dan tidak berangin, udara panas dan terpolusi yang bertekanan tinggi terdesak naik dan jatuh ke lokasi di sekitarnya (green belt) yang bertekanan lebih rendah. Jika industri dikelilingi vegetasi buffer (penyangga) maka udara yang terpolusi akan disaring dan diturunkan suhunya sebelum melewati pemukiman di sekitarnya. Sirkulasi Jalur pejalan kaki/ pedestrian hanya terdapat di sekitar area selamat datang hingga area main office, sehingga untuk area plant/pabrik tidak terdapat pedestrian sehingga kenyamanan bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki terasa kurang nyaman. Tidak terdapat pemisahan jalur untuk kendaraan besar maupun kendaraan kecil sehingga kelancaran berlalu lintas menjadi sedikit terganggu. Tanah Sebagian besar tapak PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills termasuk jenis tanah latosol keuali daerah di tepi sungai Citarum. Tanah latosol mempunyai sifatsifat fisik yang baik. Tanah latosol di lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills memiliki ph sebesar 6-7. Secara umum tanah latosol ini tergolong subur dan baik untuk penanaman. Tanah aluvial terdapat di sekitar sungai Citarum. Tanah ini peka terhadap vegetasi eksisting. Tanah aluvial yang terdapat di sekitar sungai Citarum memiliki kemiringan relatif besar dan mempunyai struktur yang kompak yang terdiri dari banyak lapisan sediman yang jenuh dan tidak stabil untuk bangunan sehingga sebaiknya digunakan untuk daerah konservasi tanah dan air. Drainase dan Topografi Drainase yang baik diperlukan untuk menciptakan dan memperbaiki sistem aerasi bagi pertumbuan perakaran tanaman. Selain itu, drainase yang baik

57 di lokasi pabrik diperlukan untuk mengalirkan dan membuang debu yang tercuci oleh hujan. Di kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills tersebut, drainase yang ada masih membutuhkan perawatan yang intensif seperti melakukan pembersihan drainase dari sampah sehingga aliran airnya tidak tersumbat. Hidrologi Debit sungai Citarum yang cukup besar dapat digunakan sebagai sumber air untuk penyiraman tanaman. Area konservasi alami di tepi sungai dapat dijadikan untuk konservasi tanah dan air. Selain itu juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menjerap lumpur yang terbawa oleh air hujan (run off) sehingga pendangkalan sungai dapat dikurangi serta pada saat musim hujan air sungai tersebut tidak akan meluap. Iklim Curah hujan yang relatif tinggi ( 1.100-3.200 mm/tahun) berguna untuk menjaga ketersediaan air terutama pada musim kering sehingga penggunaan air untuk keperluan pabrik serta pemeliharaan tanaman di sekitar pabrik tetap terpenuhi. Selain itu, faktor hujan berhubungan dengan pencemaran yang terjadi pada lingkungan pabrik terutama pencemaran debu yang diakibatkan oleh asap buangan kendaraan. Hujan yang deras dan lebat dapat menjaga keberlangsungan hidup vegetasi karena dapat mencuci debu yang menempel pada daun dan batang sebaliknya hujan dengan intensitas dan frekuensi yang rendah tidak dapat mencuci debu yang menempel sehingga debu akan mengeras di permukaan daun dan batang. Akibatnya pada bulan-bulan kering, intensitas penyiraman tanaman perlu ditingkatkan karena mengerasnya debu selain dapat mengurangi efektifitas tanaman untuk menyaring debu namun dapat pula mengakibatkan kematian pada tanaman serta merusak pemandangan karena vegetasi yang kotor. Penggunaan tanaman berdaun lebar lebih baik daripada tanaman berdaun jarum karena lebih efektif untuk menyaring debu dan memungkinkan pencucian debu dari permukaan.

58 Suhu, kelembaban dan kecepatan rata-rata angin pada tapak relatif tinggi dan berada di luar comfort zone dan persentase penyinaran matahari yang relatif tinggi menimbulkan iklim mikro yang tidak nyaman bagi pengguna tapak. Pengurangan suhu dan radiasi matahari yang diterima tapak dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi terutama pada tempat-tempat yang sering digunakan baik dilewati oleh pejalan kaki atau digunakan sebagai tempat istirahat buruh dan supir pada waktu istirahat. Modifikasi iklim mikro dilakukan menggunakan elemen lanskap dan penanaman green belt adalah yang terbaik (Tandy,1975). Penanaman vegetasi selain memberikan keteduhan pada bagian bawah tajuk juga menyebabkan meningkatnya kelmbaban pada tapak di bawahnya sehingga perlu dibuat koridorkoridor angin untuk mengurangi kelembaban. Angin dapat menerbangkan debu yang ada sehingga penanaman semak, perdu yang tidak terlalu masif diperlukan untuk menyaring debu dan melewatkan angin yang sudah tersaring. Masalah pencemaran dan Alternatif Pemecahannya Masalah umum dalam perencanaan lanskap kawasan industri adalah perlindungan masyarakat dari pemandangan terhadap struktur dan kegiatan industri, gangguan debu, dan kebisingan. Debu Keseluruhan area kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills tidak melebihi dari nilai ambang batas yang ditentukan oleh pemerintah. Namun, demikian perlu direncanakan suatu ruang terbuka hijau yang dapat mengurangi dampak dari debu tersebut. Untuk mengurangi penyebaran debu digunakan pohon-pohon yang efektif untuk menyerap debu dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi arah angin yang terjadi di dalam dan sekitar kawasan industri. Dengan penghitungan metode gravimetri yang dilakukan maka diperoleh penanaman vegetasi di dalam maupun di luar kawasan industri sebaiknya mengelilingi seluruh kawasan industri tersebut.

59 Pohon-pohon dengan daun yang besar dan permukaannya kasar, berstruktur masif dan penutupan tajuk yang relatif luas dan rapat paling efektif untuk mengurangi penyebaran debu di dalam maupun di sekitar kawasan industri. Penanaman vegetasi juga dilakukan secara berstrata di seluruh kawasan industri. Untuk melindungi bagian bawah tajuk sabuk pelindung yang terbuka akibat penggunaan pohon yang tinggi maka penanaman tanaman semak dan perdu diperlukan untuk menyaring debu dan mengurangi kecepatan angin. Penanaman rumput, semak dan perdu menghasilkan pantulan (albedo) yang lebih rendah dari penggunaan perkerasan. Semak, perdu dan pohon mengurangi kecepatan angin dekat permukaan bumi dan menjaga turbulensi yang berlebihan (Tandy,1975). Kebisingan Kebisingan yang terjadi di kawasan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills masih di bawah batas ambang normal. Tetapi kawasan yang paling banyak menyumbang kebisingan terbesar yaitu kawasan power plant batu bara. Pengurangan kebisingan dilakukan dengan membuat pagar untuk meredam kebisingan baik berupa struktur bangunan atau tanaman, modifikasi angin, suhu udara dan elevasi tapak. Pemilihan tanaman yang efektif untuk barrier kebisingan diusahakan saling melengkapi dengan tanaman yang efektif untuk menjadi filter debu.

60 Hasil Analisis Kapasitas Jerapan Debu Hasil analisis metode gravimetri adalah sebagai berikut: Tabel 4. Berat Debu yang Dijerap Daun Tiga Spesies Pohon Pada Tiga Kali Pengamatan. Nama Spesies (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Tanjung (Mimusoph elengi) Pengamatan 1 (12 Pengamatan 2 (26 Pengamatan 3 (10 April 2010) April 2010) Mei 2010) Ulangan Berat Luas Berat Debu Luas Berat Debu Luas debu (Gram) daun (cm) (Gram) daun (cm) (Gram) daun (cm) 1 0,032 59,1 0,035 51,5 0,037 52,1 2 0,03 67,8 0,033 62 0,035 58,2 3 0,03 63,3 0,023 64,1 0,04 70,7 1 0,183 83,9 0,164 83,5 0,195 85,7 2 0,3 95 0,3 96,7 0,315 96,3 3 0,263 77 0,121 77,9 0,148 86,2 1 0,095 30 0,149 35,4 0,157 32,8 2 0,064 29 0,064 36,5 0,079 32,1 3 0,057 31,8 0,168 34,9 0,0152 31,7 Tabel di atas merupakan tabel penghitungan berat debu dan luas daun setiap spesiesnya yang dilakukan dengan tiga kali pengamatan yaitu pengamatan 1 pada tanggal 12 april 2010, pengamatan 2 pada tanggal 26 April 2010, dan pengamatan 3 pada tanggal 10 Mei 2010, dengan tiga kali ulangan setiap spesiesnya. Dari setiap pengamatan yang dilakukan baik itu pengamatan 1, 2 dan 3 berat debu terlihat mengalami kenaikan. Hal tersebut menunjukkan terjadinya deposit debu pada permukaan daun, walaupun terjadi hujan.

61 Tabel 5. Kapasitas Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Pada Tiga Kali Pengamatan. Nama spesies (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Tanjung (Mimusoph elengi) Rata-rata (mg/cm 2 ) Pengamatan 1 (12 April 2010) (mg/cm 2 ) Pengamatan 2 (26 April 2010) (mg/cm 2 ) Pengamatan 3 (10 Mei 2010) (mg/cm 2 ) Rata-rata (mg/cm 2 ) Rata-rata per hari (mg/cm 2 ) 0,482 2,92 2,387 1,9 0,13 0,524 1,494 3,593 1,8 0,13 0,626 2,423 4,013 2,3 0,16 0,544 2,279 3,331 2,03 0,44 Tabel 5 menunjukkan kapasitas jerapan debu per hari. Dari pengamatan yang dilakukan, baik itu pengamatan 1, 2, dan 3 diperoleh hasil bahwa kapasitas jerapan debu mengalami kenaikan setiap pengamatan yang dilakukan (14 hari). Namun, pada pengamatan ketiga pada spesies kayu putih (Eucalyptus sp.) terjadi penurunan sebanyak 0,54 mg/cm 2, karena dipengaruhi oleh turunnya hujan sebelum pengambilan sampel berlangsung. Dari keseluruhan hasil pengamatan dan penghitungan kapasitas jerapan debu per hari maka diperolah hasil, bahwa spesies tanjung (Mimusoph elengi) memiliki kapasitas jerapan debu per hari paling tinggi dibandingkan dengan kedua spesies tanaman yang lain yaitu sebesar 0,16 mg/cm 2.

62 Tabel 6. Jerapan Debu Tiga Spesies Pohon Per Hari Sesuai Dengan Diameter Tajuk dan Luas Tajuk. Nama spesies tanaman Diameter tajuk (m) Luas tajuk (cm 2 ) Jerapan debu per pohon (mg) (Eucalyptus 4 167466,7 23110,4 sp.) Akasia (Acacia 5 261666,7 34801,67 Tanjung (Mimusoph elengi) 4 167466,7 28134,4 Tabel di atas menunjukkan jerapan debu per spesiesnya. Dengan diameter tajuk pohon yang berbeda dari ketiga spesies tanaman tersebut, maka diperoleh luas tajuk yang paling tinggi adalah spesies Akasia (Acacia Mangium), sehingga jerapan debu yang dihasilkan juga paling tinggi yaitu 34801,67 mg/hari. Tabel 7. Jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri Nama spesies tanaman (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Tanjung (Mimusoph elengi) Emisi (mg/hari) Persentase Jumlah emisi yang diambil Jumlah pohon (pohon) 1.036.255.839 40 % 17936 1.036.255.839 30 % 8933 1.036.255.839 30 % 11050 Total 37919 Tabel di atas menunjukkan jumlah pohon yang ditanam di seluruh kawasan industri. Dengan pembagian persentase jumlah pohon yang paling banyak dipakai adalah kayu putih (Eucalyptus sp.) sebesar 40%, maka tanaman tersebut ditanam paling banyak di area green belt yaitu 17936. Hal tersebut dikarenakan visual dari tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) lebih estetis dari kedua tanaman yang lain, serta tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.) lebih menunjukkan identitas dari pabrik kertas tersebut.

63 Tabel 8. Lokasi Penanaman Tiga Spesies Pohon Dengan Luas area dan Jarak Tanam Tertentu. Nama spesies tanaman (Eucalyptus sp.) Akasia (Acacia Akasia (Acacia (Eucalyptus sp.) (Eucalyptus sp.) (Eucalyptus sp.) Tanjung (Mimusoph elengi) Lokasi Luasan area (Ha) Jarak tanam Jumlah pohon (Pohon) Jumlah baris pohon dengan Jarak tanam 3 m x 3 m pada batas kawasan Green belt 14 3 m x 3 m 17936 4 Green belt 14 3 m x 3 m 4133 Area pabrik 8 3 m x 3 m 8889 - Pemukiman 7 3 m x 3 m 7778 - Bukit 10 3 m x 3 m 1111 - Area hijau di kawasan industri Area selamat datang 81 3 m x 3 m 90000-5 6 m x 6 m 139-1 Tabel di atas merupakan tabel jumlah baris pohon dengan jarak tanam 3 m x 3 m, sehingga untuk area green belt di keliling kawasan industri maka tanaman yang di tanam yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) yang ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan jumlah 4 baris. Vegetasi dan satwa Perencanaan penanaman dilakukan dengan memperhatikan fungsi dari jenis-jenis tanaman baik untuk memperbaiki iklim mikro, memperbaiki kualitas udara, estetika, konservasi tanah dan air, habitat satwa terutama burung dan sesuai dengan keinginan pengguna tapak yang lebih menginginkan tanaman hias daun dan tanaman yang produktif terutama tanaman penghasil buah-buahan. Vegetasi-vegetasi yang sudah ada seperti kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia, serta tanjung (Mimusoph elengi), dipertahankan karena efektif dalam meminimalisir jumlah polutan yang ada di kawasan pabrik/plant, sesuai dengan hasil analisa metode gravimetri. Untuk area bukit vegetasi yang ada dipertahankan, namun ditambahkan vegetasi yang lain untuk menjadikan area bukit sebagai area konservasi.

64 Fasilitas dan Jaringan Utilitas Fasilitas rambu-rambu lalu lintas masih banyak yang kurang memenuhi standar keamanan di jalan sehingga perlu ditambahkan seperti pemisahan jalur dengan fasilitas pemisah jalur, serta pengamanan tikungan. Fasilitas tempat parkir pun perlu ditambah lagi, agar dapat menampung jumlah kendaraan. Tidak hanya itu, penggunaan elemen air juga perlu ditambahkan di depan main office, untuk menambah kesan sejuk di area main office.