PELAKSANAAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ICE BREAKER PADA PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DISLB C YPAC SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMA 2 SELALU BERHEMAT ENERGI DI KELAS IV B SDN NO. 34/1 TERATAI. Oleh : LUSY TANIA PURWANI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan secara

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata. Bogdan, Tylor, dan Moleong dalam Margono (2007: 36)

BAB III METODE PENELITIAN

PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

laku baik intelektual, moral maupun sosial.

Diajukan Oleh : INDAH DWI IRIANDANY A

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MATERI SHOLAT BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. kedalaman data yang dapat diperoleh (Maryati dan Suryawati, 2007:105).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ICE BREAKER

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

BAB III METODE PENELITIAN. 2013: 14). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek alamiah

BAB I PENDAHULUAN Suhartoyo, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ICE BREAKER TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Scientific Pada Kurikulum 2013 di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan

239 Prosiding Seminar Nasional KSDP Prodi S1 PGSD Konstelasi Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Desain penelitian

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GADINGREJO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4, April 2016, hal ISSN:

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: FELLA ULYA FAHMA A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

Keywords: Scientific, Concrete Media, Mathematics

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SUBPOKOK BAHASAN SKALA. Oleh: Sumuslistiana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA STORY TELLING MELALUI MEDIA BONEKA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I SD N WATUBONANG 01

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

VARIASI PENGATURAN TEMPAT DUDUK SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SAWAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN CEPIT, BANTUL.

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan instrumentasi yang digunakan terkait dengan penelitian tentang penggunaan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PENILAIAN SIKAP PADA PEMBELAJARAN IPA KURIKULUM 2013 KELAS VIII TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DI SMPN SE-KABUPATEN PATI

BAB III METODE PENELITIAN

Naskah Publikasi Ilmiah. Oleh : KHOIROTUN NISA A

RESPON SISWA SMK KELAS X DALAM MENYELESAIKAN SOAL MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG (JURNAL) Oleh : WILDA NURAIDA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

DIMENSI RASA INGIN TAHU SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERGA PENJERNIHAN AIR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yaitu

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: YULIA FATMAWATI A

BAB III METODE PENELITIAN. field reseach, yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Suatu

Transkripsi:

PELAKSANAAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ICE BREAKER PADA PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DISLB C YPAC SEMARANG Wahyu Agus Styani, Munawir Yusuf, Siti S. Fadhilah Program Studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: wahyu.styani@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kegiatan perencanaan danpelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penggunaan Ice Breaker dalam pembelajaran IPA.Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SLB YPAC C Semarang. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah: 1) wawancara mendalam, 2) pengamatan terlibat, 3) dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan perencanaan pembelajaran meliputi: 1) silabus dan RPP IPA yang disesuaikan materi ajar yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada 5 M (M1= mengamati, M2= menanya, M3= mencoba, M4= menalar, M5= mengomunikasi). 2) PenggunaanIce Breakeroleh guru dilakukan secara spontan, di awal kegiatan pembelajaran, di inti kegiatan pembelajaran, serta pemberian Ice breaker di akhir kegiatan pembelajaran. 3) Jenis kegiatan ice breaker yang diterapkan oleh jenis ice breaker berupa tepuk tangan, lagu, gerak badan dan games untuk memecahkan kejenuhan di kelas. Kata Kunci : pendekatan saintifik, pembelajaran IPA, Ice Breaker Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 709

1. PENDAHULUAN Kurikulum yang digunakan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 digunakan untuk anak berkebutuhan khusus pada semua kategori ketunaan termasuk pada anak tunagrahita ringan. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 memiliki karakterisitik yang menjadi ciri khas pembeda dengan kurikulum-kurikulum yang telah ada selama ini salah satunya adalah pada pendekatan pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran yang dipakai pada Kurikulum 2013 adalah mengggunakan pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah). Langkah-langkah pendekatan ilmiah yang digunakan dalam proses pembelajaran saintifik menurut Daryanto (2014: 59) yaitu sering disebut dengan istilah 5 M yang meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experiment), menalar (associating), mengkomunikasi (networking). Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang menerapkan metode ilmiah di dalamnya dan merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan bagi anak tunagrahita ringan. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran saintifik. Namun, karena perbedaan kemampuan pada anak tunagrahita ringan dengan anak pada umumnya maka pembelalajaran saintifik pada mata pelajaran IPA bagi anak tunagrahita ringan membutuhkan modifikasi disesuaikan dengan karakteristik ketunaannya. Menurut Meria (2015) pembelajaran pada anak tunagrahita hendaknya dilakukan dengan pola pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pengertian harus mengarah kepada motivasi untuk belajar, mengedepankan proses, sehingga anak menjadi aktif, tidak jenuh dan menciptakan rasa nyaman dan betah dalam belajar. Guru dalam pembelajaran, hendaknya menggunakan contoh-contoh yang sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan dilakukan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan dengan metode yang berganti-ganti supaya anak tunagrahita ringan tidak cepat jemu sehingga termotivasi untuk belajar. Menanggapi masalah tersebut, pendekatan dapat dikembangkan melalui teknik pembelajaran kreatif, inovatif dan menyenangkan yang cocok untuk mengatasi kejenuhan anak salah satunya yaitu dengan Ice Breaker. Teknik 710 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II

pembelajaran Ice Breaker mengutamakan suasana belajar-mengajar yang ceria, semangat, dan tidak membosankan yang dilakukan secara individual dan kelompok.ice breaker ini biasanya dipakai pada saat penataran atau diklat. Namun, ice breaker juga sangat baik diterapkan pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA bagi anak tunagrahita ringan dipadu dengan menggunakan teknik ice breaker diharapkan mampu dipergunakanbagianaktunagrahitaringan. Teknik ice breaker dapat dimasukkan ditengah maupun untuk mengawali atau mengakhiri sebuah pembelajaran. Penggunakan ice breaker di dalam pembelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan materi yang terdapat pada mata pelajaran IPA di setiap jenjang. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Sebagaimana pengertian penelitian kualitatif yang disebutkan oleh Lexy J. Moleong (2007: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 2.1 Waktu dan Tempat Tenelitian Penelitian ini dilakukan di SLB C YPAC Semarang pada bulan April 2017. Penelitian secara keseluruhan dilakukan selama dua minggu. 2.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 8 orang dan guru kelas V SLB C YPAC Semarang. 2.3 Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui 1) observasi; participant observation, yaitu peneliti melakukan pengamatan dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi, 2) wawancara; wawancara terstruktur yaitu peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaanpertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, peneliti dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. 3) dan dokumentasi; dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa daftar responden penelitian, foto dan video kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, instrumen kelas Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 711

seperti RPP dan silabus pembelajaran. Peneliti dalam melaksanakan penelitian menggunakan instrumenlembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi kelengkapankomponen RPP guru, lembar observasi penilaian pembelajaran, dan pedomanwawancara guru untuk membantu mengumpulkan data. 2.4Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis Miles and Huberman (1992) dengan aktivitas yang meliputi 1) reduksi data, yaitu data yang dihasilkan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti miliki yang jumlahnya akan cukup banyak kemudian direduksi/diperinci/dirangkum dengan memperhatikan pedoman observasi dan kisi-kisi wawancara. 2) penyajian data, yaitu Informasi yang sudah dipilih atau direduksi menjadi sebuah data kemudian disajikan. serta 3) penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu Tahap terakhir setelah data disajikan adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Data dan bukti-bukti yang kuat akan digunakan peneliti untuk menyusun suatu kesimpulan yang kredibel. Penyimpulan ini menjawab pertanyaan penelitian yang telah dibuat dan disusun secara deskriptif. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan saintifik Peneliti menggunakan instrumen wawancara semi terstruktur untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan guru kelas V di SLB C YPAC Semarang terhadap pendekatan saintifik. Hasil dari wawancara tersebut mengungkapkan bahwa pemahaman guru dirasa masih kurang dalam memahami definisi dari pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 diartikan sebagai mata pelajaran SAINS/ IPA bukan meurujuk pada pendekatan dengan metode ilmiah. Selanjutnya, peneliti bertanya mengenai langkahlangkah pelaksanaan yang terdapat pada pendekatan saintifik dan guru menjawab dengan benar langkah 5 M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar/ mengasosiasi dan mengkomunikasi. Hanya saja dalam menyebutkan langkahlangkah pelaksanaannya guru tidak secara runtut/ terbolak balik dalam menyebutkannya. Kemudian guru juga mengungkapkan bahwa langkahlangkah pelaksanaan 5 M tidak sepenuhnya dilaksanakan pada pembelajaran di kelas dengan 712 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II

alasan karena keterbatasan daya pikir pada anak tunagrahita ringan sehingga guru yang lebih berperan dalam mengaktifkan suasana pembelajaran. Guru menyebutkan hal tersulit dari langkah 5 M untuk diterapkan adalah langkah menalar dan mengkomunikasikan. Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai kelengkapan silabus dan RPP kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan guru memberikan jawaban bahwa guru telah membuat RPP namun belum semuanya. Hal ini dikarenakan pertama, guru mengalami kesulitan untuk membuat RPP kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik karena keterbatasan pengetahuan guru mengenai kurikulum 2013 dan pendekatan saintifik. Alasan kedua adalah banyaknya beban jam mengajar kelas dan pemberkasan sertifikasi yang semakin lama semakin menyulitkan bagi guru. 3.2 Langkah-langkah pembelajaran saintifik berbasis ice breaker Kegiatan ini dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman belajar. a.) Mengamati/Mengobservasi. Metode mengamati / observasi mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).dalam pelaksanaannya, proses mengamati memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Contoh proses mengamati dalam pelajaran IPA: bagian tumbuhan (2) proses : Pertama; anak diajak untuk menunjukkan tumbuhan yang ada di sekitar sekolah, kedua; anak diberikan penjelasan mengenai bagian-bagian dari tumbuhan, ketiga; anak mengamati ciri khas bagian-bagian dari tumbuhan. b.) Menanya dengan mengajukan pertanyaanterkait dengan materi yang dipelajari. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 713

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Contoh proses menanya pada pelajaran IPA: (2) proses : Setelah mengamati ciri khas anak, Pertama; anak disuruh saling bertanya jawab satu sama lain, kedua; guru memancing agar anak bertanya lebih dalam dari materi tersebut. Ketiga; bila pertanyaan dari anak terhenti guru membantu untuk menjelaskan kembali tentang materi yang telah ditanyakan. c.) Menalar dengan kemampuan mengelola Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata emiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Contoh proses menalar pada pelajaran IPA: (2) Proses : Setelah anak paham, Guru mengajukan pertanyaan kepada semua peserta, dalam mengelola informasi sehingga siswa dapat menambah keluasan wawasannya yaitu dengan siswa bisa menambah wawasannya baik dari dalam kelas maupun dari luar kelas. d.) Mencoba dengan melakukan penyelidikandalam membuktikan suatu konsep. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk 714 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II

materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya sehari-hari. Contoh proses mencoba pada pelajaran IPA: (2) Proses : Setelah mendengarkan penjelasan dari guru anak diminta untuk berdiskusi, mendemonstrasikan, mulaimeniru bentuk/ gerak, dan melakukaneksperimen. yang berkaitan dengan materi tersebut atau dapat pula diberikan dalam bentuk lisan oleh guru. e.) Mengkomunikasikan dengan menyampaikan hasil pengamatan Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Contoh proses mengkomunikasi pada pelajaran IPA: (2) Proses : guru sudah memberi kesempatan kepada siswauntuk berkomunikasi tentang apa yangdipelajari yaitu dan ciri-cirinya kemudian gurujuga memberikan kesempatan kepada siswauntuk menuliskan atau menceritakan kembaliapa yang ditemukan dari materi yang dipelajarimelalui hasil percobaan agar siswa menuliskandan menceritakan kembali, guru juga sudah menentukan siswa dalam menyampaikan Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 715

hasilpengamatan melalui keterampilan masingmasing. 3.3 Ice breaker dalam pembelajaran di SLB YPAC Semarang. a) Penerapan teknik ice breaker Menurut Sunarto (2012:107)Ice breaker dalam pembelajaran dapat dilakukan secara spontan, pada awal pelajaran, inti proses pembelajaran, maupun pada akhir pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di kelas V SLB C YPAC Semarang, semua jenis penerapan ice breaker telah digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran baik itu secara spontan, pada awal pelajaran, inti proses pembelajaran, maupun pada akhir pembelajaran. Namun, para guru lebih banyak menggunakan ice breaker secara spontan. Hal ini, dikarenakan anak tunagrahita ringan daya konsentrasinya lebih lemah dibanding anak pada umumnya, sehingga bila anak dirasa telah jenuh anak akan diberikan ice breaker oleh guru. b) Jenis ice breaker Terdapat banyak jenis ice breaker yang dapat dikembangkan oleh guru selama proses pembelajaran di sekolah. Semua ice breaker yang ada harus dikembangkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah. Menurut Sunarto (2012:33) terdapat 9 jenis ice breaker yang dapat dikembangkan untuk pembelajaran di sekolah diantaranya: (1)Jenis yel-yel, (2)Jenis tepuk tangan, (3)Jenis lagu, (4)Jenis Gerak badan, (5)Jenis humor, (6)Jenis games, (7)Jenis dongeng, (8)Jenis sulap, (9)Jenis audio visual Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti pada kelas V di SLB C YPAC Semarang, guru menerapkan jenis ice breaker berupa tepuk tangan, lagu, gerak badan dan games untuk memecahkan kejenuhan di kelas. Namun, lagu lah yang sering kali menjadi andalan para guru. Lagu-lagu yang sering dinyanyikan antara lain lagu anak-anak, lagu nasional maupun lagu daerah. 716 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II

D. KESIMPULAN Hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan dokumentasi di SLB C YPAC Semarang Memperoleh hasil penelitian bahwa: 1. Peranan ice breaker dalam pembelajaran di SLB C YPAC Semarang untuk memecahkan kebekuan atau kejenuhan saat proses pembelajaran sedang berlangsung, menjaga stamina emosi dan kecerdasan berfikir siswa dan Ice breaker juga dapat memberikan rasa gembira yang bisa menumbuhkan sikap positif siswa dalam proses pembelajaran. 2. Penerapan Ice breaker lebih sering dilakukan secara fleksibel dan spontan oleh guru. ice breaker dipakai saat siswa sudah mulai merasa bosan untuk menerima pelajaran. Teknik ice breaker digunakan pada semua mata pelajaran, namun yang paling sering membutuhkan ice breaker adalah saat pelajaran matematika. 3. Jenis Ice breaker untuk pembelajaran ada bermacam-macam, namun jenis Ice breaker yang paling sering digunakan para guru di SLB C YPAC Semarang adalah lagu. 4. Ice breaker tidak secara langsung berpengaruh pada prestasi siswa, namun setelah guru memberikan ice breaker siswa menjadi lebih semangat, bergairah dalam belajar dan fokus kembali kepada guru. Daftar Pustaka [1] Chlup, D and Tracy E.C. (2014). Breaking the Ice: Using Ice-Breakers and Re- Energizers with Adult Learners. Adult Learning. Page. 35A - 39A. [2] Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. [3] Maleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. [4] Meria, Azizah. (2015). Model Pembelajaran Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB YPPLB Padang Sumatera Barat. Jurnal TSAQAFAH. Volume 11. Nomor 2. Hal. 355-380. [5] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. [6] Sunarto. (2012). Ice breaker Dalam Pembelajaran Aktif. Cakrawala Media: Surakarta. [7] Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 717