26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat dari data profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. Ternak yang paling banyak dipelihara oleh penduduk Desa Sukanegara adalah ternak kerbau dari rumpun Kerbau Bagedur. Desa Sukanegara dijadikan sebagai basis peternakan kerbau. Ternak kerbau di Desa Sukanegara dipelihara dalam kandang-kandang yang terletak didalam hutan diluar pemukiman masyarakat. Bentuk kandang persegi panjang dengan bangunan sederhana dari material dari kayu dan beratap jerami atau genteng serta beralaskan semen. Aktivitas rutinitas peternak dimulai pada pagi hari dimana peternak mulai melepas ternak kerbau ke ladang penggembalaan/lahan perkebunan. Pada musim tanam padi dimulai, ternak kerbau digembalakan di areal persawahan dan diluar musim tanam kerbau digembalakan di areal kosong di sekitar atau didalam lahan perkebunan. 4.1.1. Administratif Daerah Desa Sukanegara merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Desa Sukanegara mempunyai jarak 7 km dari Kecamatan Carita, 67 km dari Kabupaten Pandeglang, dan 79km dari Ibukota Provinsi Banten yaitu Kota Serang. Desa Sukanegara memiliki batasbatas administratif yaitu sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukarame 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kawoyang
27 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda. Desa Sukanegara memiliki rata-rata curah hujan 293,39 mm setiap tahunnya dan suhu rata-rata 28-31 C. Kondisi ini sangat sesuai untuk dikembangkannya peternakan kerbau di Desa Sukanegara, karena kerbau merupakan ternak yang relatif mampu beradaptasi pada suhu tropis dan pemeliharaannya juga tidak terlalu sulit. 4.1.2. Tata Guna Lahan Tata guna lahan Desa Sukanegara menunjukan bahwa luas wilayah sebanyak 472 ha yang terdiri dari agroekosistem lahan sawah 160 ha dan agroekosistem lahan darat seluas 312 ha yang terdiri dari lahan perhutanan dan perkebunan. 4.1.3. Mata Pencaharian Penduduk Kondisi mata pencaharian Desa Sukanegara didominasi oleh sektor pertanian dan peternakan, dapat dilihat pada tabel berikut:
28 Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Mata Pencaharian No Jenis Pekerjaan Jumlah Kepala Keluarga 1. Petani/Peternak 712 2. PNS/ABRI 15 3. Pedagang 158 4. Buruh 624 5. Pengrajin 45 6. Lainnya 20 Jumlah 1.568 Sumber: Monografi Desa Sukanegara 2016 Data Tabel 2. menunjukan bahwa mata pencaharian yang paling besar adalah di sektor pertanian yaitu sebagai petani dan peternak. Melihat kondisi Desa Sukanegara didominasi oleh sektor pertanian dan peternakan, maka wilayah ini sangat berpotensi dalam usaha pertanian dan peternakan. Ternak kerbau merupakan ternak yang paling mendominasi sebagai sumber pendapatan penduduk karena faktor cuaca dan iklim serta ketersediaan hijauan. 4.2. Karakteristik Peternak 4.2.1. Umur Responden Umur merupakan salah satu aspek dari karakteristik peternak dan berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menerima sesuatu yang baru. Umur yang lebih muda akan lebih rensponsif dalam menerima suatu inovasi bila dibandingkan dengan umur yang lebih tua. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor yang menunjang produktivitas dan keberhasilan suatu usaha. Hurlock (2001) membagi umur menjadi tiga kelompok yaitu dewasa awal (15-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa lanjut (>61 tahun). Pengelompokan umur responden dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
29 Tabel 3. Pengelompokan Umur Responden No. Kelompok Umur Jumlah Responden...Tahun......Orang......%... 1. 15-40 19 76 2. 41-60 6 24 3. > 61 - - Jumlah 25 100 Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa responden terbagi menjadi dua kelompok yaitu dewasa awal dan dewasa madya. Pada saat dewasa awal dan dewasa madya, seseorang telah mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik mengelompokan umur seseorang dalam bekerja menjadi 3 kelompok yaitu umur belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun), dan umur tidak produktif (>64 tahun). Berdasarkan pada Tabel 3, seluruh responden berada pada kategori umur produktif. Tingginya proporsi responden yang berumur produktif disebabkan karena secara psikologis, pada umur tersebut seseorang dapat mulai bekerja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santrock (2002) yang menyebutkan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Keaktifan peternak berumur produktif berkaitan dengan produktivitas seseorang dalam melakukan aktivitas. Peternak yang berada pada usia produktif, akan lebih mampu melakukan pekerjaan dengan maksimal karena ketahanan fisik yang masih kuat. Sesuai dengan pendapat Lestari, dkk (2009) umur peternak yang produktif mempengaruhi kemampuan fisik dan pola pikir sehingga sangat potensial dalam mengembangkan usaha ternaknya. Usia produktif merupakan saat yang baik untuk untuk melakukan usaha karena tenaga masih potensial, tuntutan tanggung jawab yang besar, kemauan yang keras, serta keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun keterampilan masih besar (Atmadilaga, 1991).
30 4.2.2. Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal responden bervariasi mulai dari SD, SMP, sampai SMA. Responden yang berpendidikan, pada umumnya memiliki pola pikir yang sudah terarah, serta berkeinginan untuk mencari informasi baru yang dapat dipercaya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Formal Responden No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden...orang......%... 1. SD 9 36 2. SMP 12 48 3. SMA 4 16 Jumlah 25 100 Pada tabel 4. terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang sedang yaitu hanya di tingkat SMP sebesar 48%. Hal ini terjadi karena tuntutan dari orang tua yang mengharuskan mereka segera bekerja mengelola ternak yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara responden yang pendidikan terakhirnya SD sebesar 36% dan SMA sebesar 16%. Umumnya seseorang yang tingkat pendidikannya rendah memiliki kekurangan dalam hal berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Menurut penelitian Setyorini (2000), bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pemahamanya terhadap sesuatu yang dipelajari. Tingkat pendidikan yang rendah menghambat intensitas peternak dalam menggali informasi peternakan melalui penyuluh maupun media penyuluhan. Dalam hal ini pendidikan formal merupakan hal yang penting untuk mendukung berlangsungnya penerimaan tingkat penerapan inovasi di kalangan peternak. Namun tingkat pendidikan formal yang rendah dapat diperbaiki dengan pendidikan non formal diantaranya melalui penyuluhan pada peternak dan lamanya beternak.
31 Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan secara keseluruhan yang secara langsung berhubungan dengan dunia usahanya. Seluruh responden mendapatkan pendidikan non formal dari penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku agar peternak tahu dan mampu melaksanakan hal yang disuluhkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 4.2.3. Tingkat Pengalaman Beternak Salah satu aspek atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak adalah pengalaman beternak, karena dari pengalaman seseorang dapat mempelajari kemungkinan dan masalah yang akan terjadi sehingga akan membantu dalam mengambil keputusan. Tingkat pengalaman beternak responden dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Tingkat Pengalaman Beternak Responden No. Pengalaman Beternak Jumlah Responden...tahun......orang......%... 1. >5 1 4 2. 5-10 16 64 3. >10 8 32 Jumlah 25 100 Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar reponden memiliki pengalaman beternak kerbau selama 5-10 tahun sebesar 64%. Secara umum pengalaman beternak yang dimiliki kelompok peternak Desa Sukanegara cukup lama. Hal ini dibuktikan dari keterampilan peternak dalam memelihara kerbau telah didapatkan sejak remaja karena beternak kerbau merupakan usaha turun-temurun. Namun peternak masih mempunyai kecenderungan untuk menerapkan cara pemeliharaan
32 yang bersifat tradisional sehingga pola pemeliharaan ternak kerbau bersifat ekstensif. Hal ini sesuai dengan pendapat Febriana dan Liana (2008) bahwa pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalaman beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Semakin lama seseorang memiliki pengelaman beternak akan semakin mudah peternak mengatasi kesulitan- kesulitan yang dialaminya. Ditambahkan oleh Atmadilaga (1995) bahwa semakin lama beternak maka peternak akan semakin berpengalaman dan mereka dapat belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya untuk memajukan usaha selanjutnya. 4.2.4. Jumlah Kepemilikan Ternak Peternak responden memiliki jumlah yang bervariasi yaitu dari 1-40 ekor. Jumlah kepemilikan merupakan indikator keberhasilan suatu usaha peternakan (Murwanto, 2008). Jumlah kepemilikan ternak tersebut merupakan salah satu karakteristik peternak. Berikut hasil penelitian jumlah kepemilikan ternak responden disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Kepemilikan Ternak Responden No. Skala JumlahResponden...orang......%... 1. Kecil (1-5 ekor) 16 64 2. Sedang (6-10 ekor) 8 32 3. Besar (>10 ekor) 1 4 Jumlah 25 100 Pada Tabel 6. terlihat bahwa sebagian besar jumlah kepemilikan ternak kerbau pada kelompok ternak ini adalah sebesar 64% yaitu berada pada skala kecil, responden berskala sedang sebesar 32%, dan responden dengan skala besar sebesar
33 4%. Jumlah kepemilikan ternak pada skala kecil dikarenakan terbatasnya modal, minimnya pegetahuan akan manajemen pakan dan pemeliharaan, serta kemampuan responden untuk menambah skala usahanya. Dalam hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya usaha ternak sehingga mengakibatkan jumlah kepemilikan yang rendah. Taslim (2011) menyatakan bahwa, skala kepemilikan dibawah 7 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah, berakibat kehidupan peternak yang stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Sementara itu, responden dengan jumlah kepemilikan ternak diatas 10 ekor berjumlah 1 orang. Responden yang memiliki ternak dengan jumlah kepemilikan diatas 10 ekor telah mampu untuk menjalankan manajemen usaha ternak yang baik, sehingga produktivitas ternaknya terus meningkat dan perlahan pendapatannya semakin bertambah yang pada akhirnya diinvestasikan dalam bentuk kepemilikan ternak yang bertambah banyak. Kepemilikan ternak tersebut akan berpengaruh secara langsung pada para peternak dan berakibat terhadap tingkat pendapatan ekonomi responden. Hal ini sejalan dengan pendapat Paturochman (2005) yang menyatakan bahwa besar kecilnya skala usaha sangat mempengaruhi tingkat pendapatan, jadi makin tinggi skala usaha pemilikan maka makin besar tingkat pendapatan peternak. Skala kepemilikan ternak kerbau yang besar menghasilkan output yang besar juga. 4.3. Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk menyampaikan dan memperoleh informasi dari lingkungan. Perilaku komunikasi sangat penting untuk dipelajari dalam suatu kelompok, karena dengan mengetahui perilaku komunikasi anggota kelompok, maka diharapkan penyampaian informasi yang diberikan akan searah dengan tujuan komunikasi.
34 Perilaku komunikasi pada penelitian ini dapat diungkapkan berdasarkan tiga hal yang sesuai dengan pendapat Rogers (1983) yaitu pencarian informasi, kontak personal atau komunikasi interpersonal dengan sesama anggota sistem sosial, dan keterdedahan pada media massa. Berikut hasil penelitian mengenai kategori perilaku komunikasi para peternak responden di Desa Sukanegara disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori Perilaku Komunikasi No. Kategori Jumlah Peternak Presentase...orang......%... 1. Rendah 8 32 2. Sedang 16 64 3. Tinggi 1 4 Jumlah 25 100 Data pada Tabel 7 menunjukan bahwa secara umum perilaku komunikasi peternak kerbau termasuk dalam kategori sedang (64%) dimana perilaku komunikasi peternak responden tersebut meliputi tiga faktor yaitu pencarian informasi, kontak personal atau komunikasi interpersonal dengan sesama anggota sistem sosial, dan keterdedahan pada media massa yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 8. Perilaku Komunikasi No Uraian Kategori Rendah Sedang Tinggi...%... 1. Pencarian Informasi 12 84 4 2. Kontak Personal atau 80 16 4 Komunikasi Interpersonal dengan Sesama Anggota Sistem Sosial 3. Keterdedahan pada Media 0 36 64 Massa Pencarian informasi sebagian besar berada pada kategori sedang (84%), sebagian kecil lainnya berada pada kategori rendah dengan persentase 12%, dan
35 kategori tinggi dengan persentase 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar sudah mencari dan mendatangi sumber informasi, seperti kepada sesama peternak, penyuluh, dan dokter hewan. Inisiatif didalam mencari dan mendatangi sumber informasi tersebut khususnya pada sesama peternak dan penyuluh umumnya berasal dari keinginan peternak itu sendiri. Ketika para peternak menemukan masalah atau sesuatu yang perlu ditanyakan menyangkut ternak kerbau dan usaha ternaknya biasanya langsung mendatangi peternak lainnya, yang dianggap lebih tahu dari dirinya. Demikian pula ketika, hal tersebut tidak bisa memecahkan masalahnya maka peternak akan menghubungi penyuluh. Adanya fakta yang menunjukan, bahwa peternak mencari informasi dari tiga sumber, memberi gambaran bahwa peternak belum merasa cukup bila hanya dari satu atau dua sumber informasi saja. Menurut Suranto (2011), proses komunikasi melibatkan seorang komunikan atau penerima informasi dengan seorang komunikator atau sumber informasi, apabila komunikan berinteraksi dengan banyak komunikator maka akan diperoleh informasi yang dibutuhkan segera menjadi lebih lengkap. Berikut sumber informasi yang digunakan oleh peternak responden disajikan pada Tabel 9: Tabel 9. Sumber Informasi Peternak Responden di Desa Sukanegara Sumber Informasi Jumlah Peternak N...%... A. Kontak Personal - Penyuluh 25 100 - Dokter Hewan 15 60 - Ketua Kelompok 21 84 - Sesama Peternak 21 84 B. Media Cetak dan Elektronik - Leaflet 25 100 - Koran 5 20 - Handphone 10 40 - Televisi 25 100 Pada Tabel 9 terlihat bahwa sumber informasi kontak personal yang digunakan oleh semua peternak adalah petugas penyuluh. Hal ini disebabkan karena para peternak sangat menyukai informasi yang disampaikan oleh penyuluh, mereka menilai informasi yang disampaikan lebih terpercaya. Sumber informasi berikutnya
36 adalah ketua kelompok dan sesama peternak. Hal ini dikarenakan para peternak setiap hari berkomunikasi ketika mencari pakan, memberikan pakan, dan berkumpul di kandang saat akan menggembalakan ternaknya. Adapun untuk sumber informasi yang berasal dari media cetak dan elektronik yaitu leaflet dan televisi. Leaflet yang beredar di peternak berasal dari dari Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang yang diberikan kepada para peternak melalui petugas penyuluh. Untuk televisi, meskipun seluruh peternak responden dapat menjangkaunya namun jarang acara televisi yang menampilkan tentang peternakan kerbau. Acara televisi yang berkaitan dengan peternakan kerbau yang pernah ditayangkan yaitu tentang peternakan kerbau di Toraja. Pada Tabel 9 juga terlihat bahwa minat responden untuk mengakses informasi melalui media massa cukup tinggi terutama pada media cetak yaitu leaflet dan media elektronik yaitu televisi. Media massa adalah saluran komunikasi yang bersifat universal, mampu menyajikan informasi yang aktual dan langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Berbagai informasi dapat diperoleh melalui media massa baik yang bersifat umum ataupun khusus, penyajiannya yang didukung visualisasi yang menarik, sehingga media massa merupakan salah satu saluran komunikasi massa yang efektif dalam penyampaian informasi, hal ini dikarenakan media massa relatif mampu menembus ruang dan waktu menjangkau khalayak yang banyak dalam satuan waktu yang relatif singkat. Keterdedahan media massa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat kualitas dan kuantitas akses peternak terhadap media massa yang meliputi kekerapan responden melihat/menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, membaca leaflet dan media lainnya. Perubahan perilaku khalayak tidak hanya dipengaruhi oleh keterdedahan pada satu media massa tetapi juga memerlukan lebih dari satu saluran komunikasi massa lainnya seperti tv, radio, film, dan bahan cetakan lainnya (Schramm dan Kincaid 1977). Media yang umumnya dapat diakses oleh peternak sebagian besar adalah media massa cetak dan elektronik seperti koran, leaflet, radio dan televisi. Media massa yang biasa diakses oleh peternak dalam memperoleh media massa relatif beragam. Media massa cetak yang biasa diakses peternak adalah koran dan leaflet, sedangkan media elektronik yang biasa diakses peternak antara lain radio dan televisi.
37 Berikut frekuensi komunikasi (pertemuan) peternak dengan sumber informasi kontak personal disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Frekuensi Komunikasi No Sumber Informasi Tinggi (2 kali atau lebih) Frekuensi Sedang (1 kali) Rendah (tidak pernah) 1. Penyuluh 19 6 0 2. Dokter Hewan 0 25 0 3. Sesama Peternak 25 0 0 Pada tabel 10 menunjukan bahwa frekuensi komunikasi dengan sumber informasi kontak personal yang paling sering adalah sesama peternak dengan frekuensi sebanyak 2 kali pertemuan atau lebih. Hal ini disebabkan karena jarak rumah antar peternak berdekatan sehingga mempengaruhi intensitas terjadinya komunikasi antar peternak. Kesalahan pemilihan waktu dalam memberikan penyuluhan membuat sebagian peternak tidak dapat mengikuti penyuluhan sehingga ada peternak yang memiliki frekuensi komunikasi 2 kali pertemuan atau lebih dan ada pula yang memiliki frekuensi komunikasi 1 kali pertemuan saja. Berbeda dengan dokter hewan yang hanya mendatangi peternakan saat mengadakan kegiatan ataupun hanya datang saat peternak memiliki ternak yang sakit, hal tersebut mengakibatkan frekuensi komunikasi dengan sumber informasi dokter hewan tergolong rendah. 4.4. Hubungan Antara Karakteristik Peternak dengan Perilaku Komunikasi Peternak Kerbau Berikut ini hasil perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (rs) menggunakan SPSS yang menggambarkan hubungan antara karakteristik peternak dengan perilaku komunikasi peternak kerbau di Desa Sukanegara disajikan pada tabel 11.
38 Tabel 11. Nilai Korelasi antara Karakteristik Peternak dan Perilaku Komunikasi Karakteristik Peternak Perilaku Komunikasi Umur 0,40 Tingkat Pendidikan Formal 0,20 Tingkat Pengalaman Beternak -0,41 Jumlah Kepemilikan Ternak 0,31 * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Berdasarkan pada uraian diatas diperoleh hasil yang menunjukan bahwa karakteristik peternak kerbau yang mempunyai hubungn rendah tapi pasti dengan perilaku komunikasi adalah umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak, dengan nilai koefisien korelasi Rank Spearman (rs) berturutturut 0,401, 0,204, dan 0,314. Berdasarkan uraian diatas, umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak mempunyai korelasi yang nyata dan searah (positif) dengan perilaku komunikasi. Hal ini menunjukan bahwa semakin produktif umur seseorang maka semakin tinggi juga perilaku komunikasinya, semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin tinggi pula perilaku komunikasinya, serta semakin tinggi jumlah kepemilikan ternak maka semakin tinggi pula perilaku komunikasinya. Mengacu pada aturan Guilford, interpretasi nilai koefisien hubungan umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak terhadap perilaku komunikasi berada pada kisaran 0,20 < rs 0,40 yang berarti termasuk dalam kategori rendah tapi pasti. Dapat dikatakan bahwa walaupun hubungan keduanya rendah tetapi saling berhubungan secara pasti. Semakin tinggi jumlah kepemilikan ternak maka perilaku komunikasinya sudah berlangsung secara baik. Karakteristik peternak merupakan karakter atau sifat individu yang membedakan dirinya dengan orang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat peternak yang memiliki sifat yang hampir sama. Karakteristik peternak akan muncul ketika seseorang berinteraksi dengn lingkungannya. Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan interaksi manusia. Pada saat seseorang berinteraksi maka akan terjadi komunikasi baik itu secara verbal maupun
39 non verbal. Setiap individu akan menampilkan teknik dan keterampilannya dalam berkomunikasi, hal ini akan menjadi suatu perilaku dalam berkomunikasi dan merupakan ciri khas individu tersebut yang dapat menentukan sejauh mana tingkatan perilaku komunikasinya. Dalam penelitian ini, karakteristik peternak yang paling nyata hubungannya dengan perilaku komunikasi yaitu umur, tingkat pendidikan formal, dan jumlah kepemilikan ternak. Umur berhubungan dengan perilaku komunikasi karena para responden yang berada di usia produktif lebih sering mencari informasi seputar usaha ternaknya dan melakukan komunikasi kontak personal dengan beberapa sumber informasi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santrock (2002) yang menyatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tingkat pendidikan formal berhubungan dengan perilaku komunikasi karena berperan dalam kemampuan peternak untuk bisa membaca dan menulis. Para peternak kelompok Desa Sukanegara sebagian besr merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama, mereka lebih aktif mencari informasi. Hal ini dikarenakan karena pada tingkat pendidikan formal SMP peternak sudah bisa membaca dan menulis sehingga mereka lebih mudah untuk mengakses informasi baik media cetak atapun media elektronik. Selain itu, dalam pendidikan formal, setiap orang akan mendapatkan wawasan yang lebih luas sehingga pola pikir orang yang berpendidikan akan lebih berkembang dan menjadikannya lebih mudah dalam mengadopsi pengetahuan dan mengadopsi inovasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) yang mengungkapkan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
40 Jumlah kepemilikan ternak berhubungan dengan perilaku komnikasi, karena semakin tinggi jumlah ternak yang dimiliki maka responden tersebut akan lebih aktif dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi karena pada umumnya peternak yang memiliki jumlah ternak dengan skala besar (>10 ekor) akan menjadikan usaha ternaknya sebagai usaha pokok, sehingga untuk mencapai keberhasilan usahanya maka peternak tersebut akan lebih banyak mendatangi sumber informasi, melakukan kontak personal atau komunikasi interpersonal, mengakses media cetak, dan mengakses media elektronik. Apabila jumlah ternak yang dimiliki semakin banyak, maka kemungkinan peternak menghadapi kendala dari usaha ternaknya tersebut semakin besar. Selain itu, dengan banyakanya jumlah ternak yang dimiliki, maka akan semakin bervariasi pula jenis kendala yang dihadapi peternak. Peternak yang memiliki skala kepemilikan kecil tentu akan memiliki perilaku komunikasi yang berbeda dengan perilaku komunikasi peternak skala sedang dan skala besar baik itu dari aspek teknis maupun non teknis, sehingga akan mendorong peternak melakukan komunikasi untuk menghadapi kendala yang dihadapinya. Peternak dengan jumlah kepemilikan kecil tidak mempraktekan pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, dan manajemen usaha ternak yang diberikan secara rutin oleh penyuluh. Peternak kerbau skala kecil cenderung mengabaikan dan kurang mempercayai metode inseminasi buatan yang diberikan oleh penyuluh sehingga ternak yang dimiliki jarang menggunakan metode inseminasi buatan melainkan mereka cenderung menggunakan metode kawin alam. Sulitnya mendapat pakan selain rumput dan hijauan juga dialami oleh peternak dengan jumlah kepemilikan kecil. Tabel 9 menunjukan bahwa hubungan karakteristik peternak lainnya seperti tingkat pengalaman beternak terhadap perilaku komunikasi mempunyai nilai koefisien korelasi Rank Spearman yang negatif. Pengalaman beternak berhubungan negatif dengan perilaku komunikasi yang maknanya adalah semakin rendah tingkat
41 pengalaman beternak seseorang dalam beternak kerbau maka semakin tinggi perilaku komunikasinya. Hal ini dikarenakan peternak yang masih minim pengalamannya cenderung lebih giat dalam mencari informasi seputar usaha ternaknya baik di dalam desa maupun keluar desa. Perubahan perilaku seseorang terhadap penerimaan ide-ide baru, akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik ekonomi, dan lingkungan (Hare, 1962). Perilaku komunikasi merupakan perilaku yang muncul akibat aktivitas yang dilakukan secara terus menerus ketika seseorng berkomunikasi, dengan tujuan mendapatkan ide baru, mengubah sikap, kepercayan, dan opini.