Dinamika Vol. 3, No. 2, Oktober 2012 ISSN 0854-2172 P E N I N G K A T A N K E T E R A M P I L A N B E L A J A R P K ; S I S WA K E L A S I V DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SD N Kalisoka 01 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal Abstrak Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi pemerintahan tingkat pusat; apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan proses pembelajaran PKn; apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan pembelajaran PKn. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Penelitian dilakukan selama dua siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kalisoka 01 dengan jumlah 43 siswa. Dari hasil kemampuan siswa pada siklus pertama dapat dilihat dengan nilai rata-rata adalah 67.33. Kinerja Guru pada siklus I 67% meningkat pada siklus II menjadi 89%. Kata Kunci: PKn; Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 2012 Dinamika PENDAHULUAN Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seringkali dianggap mudah oleh sebagian siswa ataupun guru karena secara umum materinya dapat dipelajari dengan membaca. Namun demikian, kenyataan menunjukan hal sebaliknya dimana hasil belajar siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh sebuah sekolah. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kalisoka 01 Kabupaten Tegal memperlihatkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar di kelas yakni siswa merasa malas belajar, bosan, siswa tidak aktif, dan suka bermain bersama temannya. Dari data hasil ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan pada kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian organisasi yang diadakan oleh guru yakni dari 25 siswa diketahui nilai tertinggi sebesar 80 dan nilai terendah sebesar 35. Hal ini berarti bahwa penguasaan materi yang diajarkan oleh guru belum dapat diterima secara merata oleh siswa. Metode pembelajaran kooperatif dengan model make a match merupakan salah satu metode pembelajaran menekankan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas. Metode pembelajaran kooperatif model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Rumusan masalah pada penelitian ini pertama apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi pemerintahan tingkat pusat?. Kedua apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan proses pembelajaran PKn?. Ketiga apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan pembelajaran
PKn?. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Make a Match dikembangkan oleh Lorna Current (1994). Make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/ soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Menurut Gagne (dalam Agus, 2009:2) menyebutkan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Salah satu metode yang sesuai diterapkan utuk siswa Sekolah Dasar adalah metode make a match dimana metode make a match merupakan salah satu pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan bemacam-macam cara. Salah satunya adalah dapat dikembangkan dengan kartu-kartu. Make a match yaitu teknik belajar mengajar dengan mencari pasangan. Dari pengertian dua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ini memberikan kesempatan kepada siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep/topik dalam suasana yang menyenangkan melalui kartu-kartu. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Penelitian dilakukan selama dua siklus, dimana siklus pertama dilakukan pada 12 April 2012 dan siklus kedua 26 April 2012. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kalisoka 01 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dengan jumlah 43 siswa.terdiri dari 20 anak laki-laki dan 23 anak perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama perencanaan mengobservasi hasil belajar siswa kelas IV untuk tiga t a h u n t e r a k h i r k h u s u s n y a p a d a m a t e r i p o k o k p e m e r i n t a h a n t i n g k a t p u s a t, m e n g i d e n t i k a s i permasalahan yang dihadapi siswa terkait materi pokok pemerintahan tingkat pusat, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran materi pokok pemerintahan tingkat pusat dengan penekanan pada penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match. Tahap kedua pelaksanaan tindakan guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, kartu tersebut terdiri dari dua bagian yang satu berisi soal, dan yang kedua berisi jawaban, guru membagi siswa ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama memegang pertanyaan, kelompok kedua memegang jawaban, dan kelompok yang ketiga yaitu sebagai penilai, guru menentukan kelompok yang memegang soal dan kelompok yang memegang jawaban, serta kelompok yang dijadikan sebagai penilai, setiap siswa dari masing-masing kelompok mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban, setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang, setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), setiap siswa yang sudah mendapatkan soal/jawaban, diharapkan memperlihatkan pertanyaan-jawabannya kepada kelompok penilai, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari yang sebelumnya, setelah selesai tahap itu, guru menyebutkan kembali pembahasan yang ada dalam pertanyaan-jawaban. 176 Dinamika Vol. 3. No. 2. (2012)
Tahap keempat pengamatan dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak ada hambatan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal. Pengamatan dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran termasuk hasil belajarnya, kemudian dari hasil pembelajaran tersebut hasilnya akan dianalisis. Tahap r e e k s i d a t a y a n g d i p e r o l e h k e m u d i a n d i a n a l i s a d a n d i t a f s i r k a n k e m u d i a n d i b u a t k e s i m p u l a n. H a s i l d a r i r e e k s i i n i d i p e r g u n a k a n u n t u k p e r b a i k a n p a d a t a h a p b e r i k u t n y a a p a t i d a k p e r l u l a P e r a n k o l a b o r p a d a t a h a p i n i s a n g a t d i b u t u h k a n u n t u k h a s i l r e e k s i y a n g l e b i h b a i k. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ada 2 macam yaitu pertama lembar observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, Rochiati Wiriaatmadja (2005: 14). Observasi ini diperlukan untuk membuktikan peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kompetensi dasar sistem pemerintahan pusat di Sekolah Dasar Negeri Kalisoka 01. Kedua tes menurut Suharsimi Arikunto (2006), tes adalah serentetan pertanyaan / latihan / alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan / bakat yang dimiliki oleh individu / kelompok. Tes dilakukan setiap selesai mengikuti suatu proses pembelajaran, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan kartu-kartu pembelajaran. Hasil tes yang diperoleh dibandingkan dengan hasil tes pada siklus berikutnya sehingga akan dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar atau tidak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Secara umum pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran dengan metode Make a Match untuk mata pelajaran PKn berjalan dengan lancar. Suara-suara ramai yang didengar ketika pelajaran berlangusng adalah suara siswa yang aktif dalam bertanya dan berdebat, terutama ketika berlangsungnya praktek Make a Match. Tapi terkadang memang ada pertanyaan dari siswa yang menyimpang dari materi, tetapi itu dianggap bahwa siswa respond terhadap materi yang sudah diberikan. Pendapat peneliti tentang pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa adalah sebuah respon yang baik, karena membuktikan bahwa siswa memperhatikan pelajaran. Kebanyakan siswa mampu mengerjakan tugas, hingga menghasilkan nilai- nilai yang baik pada siklus pertama. ada 11 siswa yang belum mencapai taraf tuntas sedangkan yang sudah tuntas ada 32 siswa pada saat pembelajaran PKn materi Pemerintahan Tingkat Pusat. Dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Hasil tes Siklus I Aspek yang diamati Siklus I Nilai rata-rata 67.33 Siswa yang telah tuntas 74% Siswa yang belum tuntas 26% Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I. Pada siklus I siswa yang sangat aktif tidak ada sedangkan, siswa yang aktif sebanyak 6 siswa (14%), siswa yang cukup aktif sebanyak 27 siswa (63%), siswa yang kurang aktif sebanyak 10 siswa (23%) dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Dapat dilihat pada tabel 2. PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR PKn SISWA KELAS IV DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH 177
Tabel 2. Tingkat Keaktifan Siswa Tingkat Keaktifan Jumlah Siswa Persentase Sangat aktif 0 0% Aktif 6 14% Cukup aktif 27 63% Kurang aktif 10 23% Tidak aktif 0 0 Jumlah 43 100% Kinerja Guru Berdasarkan pengamatan kinerja guru yang dilakukan oleh pengamat pada siklus I mendapat nilai 67% menurut kriteria kinerja guru yaitu baik. Siklus II Pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran dengan metode Make a Match untuk mata pelajaran PKn berjalan dengan lancar. Kelas mulai terkendali dan siswa mulai focus dengan pelajaran. Suara-suara ramai yang didengar ketika pelajaran berlangsung adalah suara siswa yang aktif dalam bertanya dan berdebat, terutama ketika berlangsungnya praktek make a match. Pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang dari materi pelajaran masih sering terdengar dari siswa. Pendapat peneliti tentang pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa adalah sebuah respon yang baik, karena membuktikan bahwa siswa memperhatikan pelajaran. Siswa aktif dalam proses Tanya jawab pada sesi praktek dan kebanyakan siswa mampu mengerjakan tugas, hingga menghasilkan nilai- nilai yang baik pada siklus II. menunjukkan ada 6 siswa yang belum mencapai taraf tuntas sedangkan yang sudah tuntas ada 37 siswa. Tabel 3. Hasil tes Siklus II Aspek yang diamati Siklus I Nilai rata-rata 77.09 Siswa yang telah tuntas 86% Siswa yang belum tuntas 14% Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I. Pada siklus II siswa yang sangat aktif 4 siswa (9%) sedangkan, siswa yang aktif sebanyak 21 siswa (49%), siswa yang cukup aktif 16 (37%), siswa yang kurang aktif sebanyak 2 siswa (5%) dan tidak ada siswa yang tidak aktif. Tabel 4. Tingkat Keaktifan Siswa siklus II Tingkat Keaktifan Jumlah Siswa Persentase Sangat aktif 4 9% Aktif 21 49% Cukup aktif 16 37% Kurang aktif 2 5% Tidak aktif 0 0 Jumlah 43 100% 178 Dinamika Vol. 3. No. 2. (2012)
B e r d a s a r k a n h a s i l o b s e r v a s i, p e n e l i t i m e n y i m p u l k a n b a h w a a k t i t a s d a l a m p r o s e s b e l a j a r dan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif Make a Match berjalan dengan lancar, terbukti banyaknya kelebihan dan keberhasilan dalam mengajar. Namun hasil yang diperoleh kurang begitu memuaskan karena banyaknya kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pelaksanaan metode make a match, maka yang dapat diperoleh dari data keadaan siswa dan guru selama pembelajaran adalah guru lebih menguasai materi, guru akan lebih terlibat dalam a k t i t a s s i s w a, a d a n y a k e s a n b e r m a i n o l e h s i s w a, p a d a s a a t p e m b e l a j a r a n s i s w a m e m i l i k i a n t u s i tinggi, siswa akan memiliki motivasi yang tinggi, melatih siswa mengeluarkan pendapat, melatih siswa untuk bekerja sama, membiasakan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diperoleh selama pembelajaran, akan melatih tanggung jawab siswa. A d a p u n k e l e m a h a n d a n p e m b e l a j a r a n y a n g d i l a k u k a n d a l a m p e m b e l a j a r a n e s i e n w a k t u kurang dapat dicapai, siswa terkadang kurang memperhatikan penjelasan guru, tetapi lebih memperhatikan media kartu, guru sulit mengontrol kelas karena suasana ramai, guru terasa sulit mengelokasikan waktu. Berdasarkan data penelitian tersebut, tindak belajar mengajar yang dilakukan melalui strategi make a match dapat mendorong siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Siswa juga lebih semangat dalam mengerjakan latihan soal esay yang diberikan guru terutama ketika dilaksanakannya praktek pada tiap-tiap siklus. Solusi yang telahdisepakati menunjukkan bahwa strategi make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn. PENUTUP Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan model kooperatif dengan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti pada pembelajaran siklus I perolehan ketuntasan kurang optimal. Dari 43 siswa hanya 32 siswa yang tuntas (74%), siklus II meningkat menjadi 37 siswa yang tuntas (86%). Tingkat keaktifan siswa pada siklus I tidak ada yang sangat aktif dan siklus II meningkat ada 4 anak yang sangat aktif dan siswa yang kurang aktif 10 orang pada siklus I berkurang menjadi 2 orang pada siklus II. Tingkat keaktifan siswa meningkat dari siklus ke siklus. Kinerja Guru pada siklus I sebesar 67% meningkat pada siklus II menjadi sebesar 89%. DAFTAR PUSTAKA Astuti Eni Puji. 2012. Upaya Peningkatan Keterampilan Belajar PKn Siswa Kelas IV Dengan Materi Pemerintahan Tingkat Pusat Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. (Laporan Penelitian) SD N Kalisoka 01 Tegal Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. 2007. KTSP 2006 SD/MI. Jakarta: PKG. Margono, S. 1996. Metodologi Penelitia Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta. Poerwadarminta. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR PKn SISWA KELAS IV DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH 179