BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
|
|
- Ridwan Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga muncul perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Sunhaji, belajar adalah perubahan perilaku yang direncanakan guru dengan seperangkat tujuan yang direncanakan. Jadi, definisi belajar disini lebih luas (pandangan modern), yakni bahwa perolehan belajarnya tidak hanya sekedar pengetahuan saja, melainkan dapat bermacam-macam : berupa fakta, konsep keterampilan, intelektual, maupun keterampilan motorik lainnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, 8
2 penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5) Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, karena pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, atau secara singkat perubahan mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. 2. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM) Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukanlah sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang perlu disyukuri. Dengan demikian PAIKEM adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. (Agus Suprijono,2011: 10-11). PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 9
3 Aktif yang dimaksudkan adalah pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovasi adalah proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari, makna itu bisa dicapai apabila pembelajaran itu dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dijalankan. Kreatif juga dimaksudkan menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas dapat dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. 3. Model pembelajaran kooperatif Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky yaitu penekanan sosiokultural dari pembelajaran Vygotsky, bahwa interaksi sosial dengan orang lain penting, terlebih yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik. 10
4 Implikasi dari teori Vygotsky dikehendakinya suasana kelas berbentuk kooperatif (Slamet Soewardi, dkk. 2005:79) Metode pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar diskusi, saling membantu dan mengajak teman satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam materi belajar. 4. Model Pembelajaran Make a Match Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas adalah model pembelajaran make a match. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2002:30) bahwa pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitik beratkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok. Penerapan model pembelajaran ini, siswa harus mencari pasangan atau mencocokan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini 11
5 adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan model make a match sebagai berikut: 1) Tahap awal a. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review b. Guru menyiapkan kertas karton yang berbeda warna untuk membuat kartu soal dan kartu jawaban c. Kartu soal dan kartu jawaban dipotong berbentuk segi empat (seukuran kartu remi) d. Guru menulis pertanyaan pada kartu soal dan jawaban pertanyaan pada kartu jawaban e. Kartu soal dan kartu jawaban dibuat dalam jumlah yang sama, agar dapat dipasangkan. 2) Tahap inti a. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok mendapat kartu soal dan kelompok lainnya mendapar kartu jawaban. b. Setiap siswa dibagikan sebuah kartu soal dan kartu jawaban c. Setiap siswa yang sudah mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban, memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 12
6 d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. e. Pasangan siswa yang sudah dapat mencocokan, kemudian saling duduk berdekatan. f. Siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban), berkumpul dalam satu kelompok sendiri. g. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartukartu tersebut. h. Pasangan siswa mempresentasikan topik yang diperolehnya, yang ditanggapi oleh kelompok lain. i. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 3) Tahap akhir a. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. b. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran. Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, karena tidak ada metode pembelajaran yang terbaik. Suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Demikian juga dengan model make a match yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun 13
7 kelebihan model make a match adalah sebagai berikut: a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. d. Dapat meningkatkan motivasi belajar e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. ( make a match.html) Kekurangan dari model make a match antara lain: a. Jika tidak dirancang dengan baik, maka banyak waktu terbuang. b. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bila berpasangan dengan lawan jenisnya. c. Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan. d. Harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan (bisa saja karena malu). 14
8 e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. f. Guru perlu persiapan alat yang memadai. Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukan dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. 5. Hasil Belajar Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian hasil dari suatu proses pembelajaran. Gagne (Hamzah, 2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaanya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Nana Sudjana (1989:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: a. Keterampilan dan kebiasaan; b. Pengetahuan dan pengertian; c. Sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional, menggunakan hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 15
9 1. Ranah Kognitif 2. Ranah Afektif 3. Ranah Psikomotrik a. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental (intelektual) yang berawal dari tingkat paling rendah (pengetahuan) sampai tingkat paling tinggi (evaluasi). Adapun urutan tingkatan dalam ranah kognitif adalah sebagai berikut: 1) Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. 2) Tingkat pemahaman (compeherension) diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 3) Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4) Tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang 16
10 5) rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain. 6) Tingkat sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 7) Tingkat evaluasi (evaluation), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki. 6. Aktifitas Belajar a. Pengertian Aktifitas Belajar Aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktifitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Aktifitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktifitas belajar diperlukan aktifitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkat laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas. 17
11 Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktifitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. 7. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS ialah mata pelajaran yang diajarkan di jenjang sekolah dasar hingga menengah. IPS mengkaji tentang manusia dan segala sesuatu di sekitarnya. Menurut Kosasih IPS membantu memecahkan permasalahan antara manusia dan lingkungannya, sehingga manusia memahami lingkungannya. Menurut Slamet Soewardi, dkk (2008:1) ilmu pengetahuan sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Selanjutnya Nasution mengemukakan IPS adalah suatu program pendidikan yang mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang merupakan kombinasi dari disiplin-disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial, dimana pokok bahasannya adalah hubungan manusia dan fenomena yang terjadi di lingkungannya, baik fisik maupun sosial. 18
12 B. PENELITIAN YANG RELEVAN Henny Ambarwati (2012), dalam penelitian yang dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga mengkaji tentang pembelajaran Sejarah siswa kelas X-5 SMA Kristen Satya Wacana. Pembelajaran Sejarah dengan metode make a match ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa sehingga memperoleh nilai rata-rata kelas hasil pretes 67,5 meningkat menjadi 77,5 pada siklus I dan 95,09 pada siklus II. Perubahan perilaku melalui proses pembelajaran sejarah dengan model make a match, siswa menjadi lebih serius dan aktif mengikuti proses pembelajaran. Penulis juga menemukan skripsi online yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas II MI MA ARIF Sambeng Borobudur Magelang Tahun Pelajaran yang ditulis oleh Wiwik Sulisti (Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dari hasil penelitiannya menunjukan proses pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar yang sangat baik, pada Pra Siklus nilai rata-rata siswa 57,03 sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 76,56, dan siklus II meningkat menjadi 85,83. C. KERANGKA BERPIKIR Gagne (Hamzah, 2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan 19
13 kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Oleh sebab itu, guru harus mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan metode belajar yang disukai siswa. Penelitian sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, menyajikan kerangka berpikir sebagai berikut: Gambar 1 KONDISI AWAL Belum menggunakan Model Make a Match Hasil Belajar IPS masih rendah Tindakan. Siklus I Guru mengajar dengan metode Make a Match Siswa lebih aktif, berani berpendapat, dan merasa senang sehingga prestasi belajar di duga meningkat Siklus II Guru mengajar dengan Make a Match yang sudah diperbaiki Prestasi belajar meningkat Kondisi Akhir Prestasi Belajar dengan model Make a Match Meningkat 20
14 D. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran Make a Match diduga hasil dan aktifitas belajar siswa Kelas VIII D SMP N 2 SURUH pada Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mata pelajaran IPS dapat meningkat. 21
15
BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar Menurut Antony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg dan Kaput), belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo
28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Observasi Awal Sebelum peneliti melakukan tindakan di kelas, maka terlebih dahulu melakukan observasi awal terhadap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel
Lebih terperinciFariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka
Lebih terperinciTri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
Lebih terperinciFembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam
7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam 2.1.1. Hakikat Hasil Belajar Purwanto (2008:54) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. sehingga muncul perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53)
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Wina Sanjaya (2006:110) mengungkapkan belajar itu adalah suatu proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan,baik latihan
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Pada umumnya proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur keaktifan,
Lebih terperinciKOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Slameto PGSD FKIP UKSW Salatiga slameto@staff.uksw.edu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.
19 BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR A. Model Pembelajaran Make a Match 1. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match Model pembelajaran tipe Make a Match artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciBAB II Kajian Pustaka
BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:114) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan pembentukan tingkah laku individu setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang dikehendaki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dan kondusif dan proses belajar mengajar yang dapat berlangsung sesuai dengan
Lebih terperinciJURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014
JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK SENYAWA TURUNAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:895). Tri Anni
Lebih terperinciBAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar memiliki beberapa ciri khas, yang mengharuskan pembelajaran dengan pola kreatif dan komprehensif. Kreatif mengharuskan
Lebih terperinciEsthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE MAKE-A MATCH BERBANTUAN MEDIA KOMIK INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, meningkatkan kemampuan profesional para pendidik (guru),
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemerintah telah melakukan banyak hal dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti, penyempurnaan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengingat bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Dyah Kartika Sari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara perspektif member
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XX/November 2016 PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN
PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN Risa Adilah Utami Guru SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta Abstrak Guru harus kreatif menggunakan berbagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Make a Match Model Make a Match adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif atau salah satu bentuk model dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun sebagian dari kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi terdapat bermacam-macam pengertian tentang pendidikan. Pendidikan atau pengajaran merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Arthur T. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah modification of behavior through experience
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi dalam situasi global. Hal tersebut menjadi alasan penting bagi Indonesia untuk melakukan reformasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik
8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock,
Lebih terperinciDENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
Dinamika Vol. 3, No. 2, Oktober 2012 ISSN 0854-2172 P E N I N G K A T A N K E T E R A M P I L A N B E L A J A R P K ; S I S WA K E L A S I V DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Bangun Datar Dan Bangun Ruang
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Bangun Datar Dan Bangun Ruang 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Siswa
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII TAMAN DEWASA JETIS
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII TAMAN DEWASA JETIS Rozana Arum Mahesti* Program Studi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciEti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eti
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH
PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH Iin Karina 1, Nur Hardini Warastiti 2, Rina Marlina 3, Imam Suyanto 4, Kartika Chrysti Suryandari. 5 FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya termasuk mengenyam pendidikan. Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
Lebih terperinciROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN METODE DRILL PADA MATERI KERTAS KERJA (WORKSHEET) MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X 5 SMA NEGERI 2 GORONTALO ROSITA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Menurut Slameto dalam Hamdani (2010: 20), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Data yang didapat sebelum melaksanakan penelitian, ditemukan permasalahan yang perlu diberikan solusi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Tema-tema pada pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, hal ini terdapat dalam Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. digunakan sebagai pijakan untuk mencapai hal yang diinginkan atau hal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses membantu anak berkembang secara optimal, yaitu berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Hal ini berarti bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat dan terarah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan sebuah karakter yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Menurut Kemendiknas (2010: 9) disiplin adalah tindakan yang
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh :
Lebih terperinciSkripsi. Oleh: Alanindra Saputra K
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DI KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Skripsi Oleh: Alanindra
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Hasil Belajar IPA 2.2.1 Hakekat Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses hasil belajar. Hasil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah yang ada di sekitar kita sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 6) IPS merupakan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes pada saat berakhirnya
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH
Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH SD Negeri 01 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan,
Lebih terperinci