BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 3 tahap penelitian yaitu studi keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama, analisis hasil penelitian studi keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama sebagai sumber belajar, dan pengembangan modul pengayaan dari hasil penelitian keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa Kelas X SMA di Gunungkidul. A. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Tegakan Petak 5 Hutan Wanagama 1. Desain Penelitian Penelitian berupa penelitian deskriptif yang dilakukan dengan metode observasi dan eksplorasi di petak 5 Hutan Wanagama. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang keadaan tumbuhan bawah dan kondisi fisik serta edafik petak 5 Hutan Wanagama secara objektif atau penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. 2. Objek Penelitian Gunungkidul. Tumbuhan bawah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama Kabupaten 52
3. Setting Penelitian a. Waktu pengambilan data keanekaragaman tumbuhan bawah: bulan Desember 2016-Januari 2017 dilkakukan sekitar pukul 10.00-12.00 WIB. b. Tempat pengambilan data tumbuhan bawah: Petak 5 Hutan Wanagama, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. 4. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling berdasarkan pertimbangan karakteristik kondisi wilayah dan keanekaragaman tumbuhan bawah yang ditemukan pada tiap wilah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama. 1) Transek 1 Daerah di dekat gerbang masuk petak 5 Hutan Wanagama dengan kondisi lebih kering dan lebih terbuka dibandingkan transek lain. 2) Transek 2 Daerah di dekat pos pengelola Hutan Wanagama dengan kondisi lantai hutan tertutup banyak serasah dan lembab. 3) Transek 3 Daerah di dekat aliran air kecil dengan tanah miring dan lembab. 4) Transek 4 Daerah paling dekat sungai dengan kondisi tanah lembab. 53
5. Instrumen Penelitian Identifikasi Tumbuhan Bawah Lembar observasi untuk mengamati ciri-ciri morfologi semua kelas dari divisi Spermatophyta dengan rincian daun, batang, bunga, dan habitus. Selanjutnya adalah mengidentifikasi tumbuhan bawah yang telah ditemukan sehingga dapat diklasifikasikan sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Terakhir yaitu rumus indeks kekayaan jenis, indeks keanekaragaman, dan indeks kemerataan yang digunakan untuk mengetahui persebaran tumbuhan bawah. 6. Prosedur Pengamatan a. Alat dan Bahan 1) Rafia 8 m 2) Patok 4 buah 3) Luxmeter 1 buah 4) Anemometer 1 buah 5) Higrometer 1 buah 6) Soil tester 1 buah 7) Alat tulis 1 buah 8) Kamera 2 buah b. Langkah Kerja 1) Menentukan objek penelitian. 2) Menetapkan lokasi pengamatan. 3) Menentukan cara pembuatan transek dan plot baik jumlah dan ukurannya. 54
4) Menentukan parameter pengamatan. 5) Menyiapkan alat dan bahan. 6) Melakukan observasi awal kondisi lapangan pada Petak 5 Hutan Wanagama. 7) Melakukan persiapan pengamatan. 8) Membuat transek pada beberapa area tertentu kemudian membuat beberapa plot berukuran 2x2 m pada masing-masing transek. 9) Mengukur intensitas cahaya, kecepatan angin, kelembaban udara, dan ph tanah. 10) Mengamati dan menghitung tumbuhan bawah pada setiap plot serta melakukan dokumentasi. 11) Parameter yang diamati adalah ciri morfologi daun, batang, habitus, serta bunga jika memungkinkan. 12) Mengidentifikasi tumbuhan bawah yang telah ditemukan berdasar sumber referensi dan menambahkan ciri-ciri dari teori yang sudah ditemukan sebelumnya. 13) Membuat dan memilah daftar tumbuhan yang telah berhasil diidentifikasi berdasar hubungan kekerabatan atau klasifikasi. 14) Menghitung indeks kekayaan jenis, keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan bawah yang telah ditemukan. 55
a) Perhitungan Indeks Kekayaan Jenis Penghitungan indeks kekayaan jenis di bawah ini menggunakan rumus Indeks Diversitas Margelaf. Keterangan: D mg S N Ln = Indeks Margelaf = Jumlah jenis yang teramati dalam transek = Jumlah individu yang teramati dalam transek = Logaritma natural b) Perhitungan Indeks Keanekaragaman Perhitungan indeks keanekaragaman di bawah ini menggunakan rumus Indeks Shannon-Winner. Keterangan: H = Indeks Keanekaragaman pi = perbandingan jumlah individu sejenis dengan jumlah semua individu (ni/n) ni = Jumlah spesies ke-i N = Jumlah individu semua jenis c) Perhitungan Indeks Kemerataan Indeks kemerataan di bawah ini dihitung dengan rumus: Keterangan: E = Indeks Evennes H = Indeks Keanekaragaman Ln = Logaritma natural 56
B. Analisis Hasil Penelitian Studi Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Tegakan Petak 5 Hutan Wanagama sebagai Sumber Belajar Tahapan hasil penelitian dapat diangkat menjadi sumber belajar biologi di SMA menurut Suhardi (2012: 12-14): 1. Identifikasi proses dan produk penelitian a. Syarat sebagai sumber belajar 1) Kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat 2) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 3) Sasaran materi dan peruntukannya 4) Informasi yang akan diungkap 5) Pedoman eksplorasi 6) Perolehan yang akan dicapai b. Pengkajian proses penelitian 1) Identifikasi dan perumusan masalah 2) Perumusan tujuan penelitian 3) Penyusunan prosedur penelitian 4) Pelaksanaan kegiatan 5) Pengumpulan dan analisis data 6) Pembahasan hasil penelitian 7) Penarikan kesimpulan 57
c. Pengkajian produk penelitian 2. Seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi a. Prosedur kerja penelitian (proses) disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran b. Produk penelitian (fakta, konsep, dan prinsip) disesuaikan konsep atau subkonsep Kurikulum Biologi yang berlaku 3. Penerapan dan Pengembangan hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi C. Pengembangan Modul Pengayaan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Tegakan Hutan Wanagama untuk Siswa Kelas X SMA di Gunungkidul 1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan metode (research and development). Menurut Sugiyono (2010: 407), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan (digunakan metode survei) dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut (digunakan metode eksperimen) (Sri Haryati, 2012: 13). Penelitian keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama dikembangkan menjadi modul pengayaan dengan model 58
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an yaitu model ADDIE, Analysis (Analisis), Design (Desain atau Rancangan), Develop (Pengembangan), Implement (Implementasi atau Eksekusi), dan Evaluate (Evaluasi) (Pargito, 2010: 46). Pada penelitian ini dilakukan sampai pada tahap Develop atau Pengembangan, yaitu penyusunan modul, tahap pengujian kualitas modul, dan ujicoba terbatas pada peserta didik. 2. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah reviewer dan responden 1) Ahli materi di bidang biologi yang merupakan Dosen Biologi FMIPA UNY khususnya tumbuhan 2 orang. 2) Ahli media dan bahan ajar yang merupakan Dosen Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2 orang. 3) Peer reviewer yang merupakan mahasiswa Pendidikan Biologi UNY 2013 berjumlah 2 orang 4) Guru Biologi SMA N 1 Playen 2 orang 5) Responden merupakan 22 siswa kelas X MIPA II SMA N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul. b. Objek Penelitian Modul pengayaan keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan petak 5 Hutan Wanagama Kabupaten Gunungkidul. 59
3. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu penyusunan modul pada Februari-Maret 2017 di FMIPA UNY Karangmalang, Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta b. Waktu review modul oleh dosen, peer reviewer, dan guru pada Maret- April 2017 di FMIPA UNY dan SMA N 1 Playen c. Waktu ujicoba terbatas di SMA adalah pada tanggal 29 April 2017 di SMA N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul. 4. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dimana subjek penelitian yang dipilih harus memenuhi kriteria tertentu yakni: a. Dosen ahli materi: memiliki kompetensi di bidang tumbuhan. b. Dosen ahli media/bahan ajar: yang memiliki kompetensi di bidang media dan bahan ajar. c. Peer reviewer: mahasiswa Pendidikan Biologi UNY yang telah menempuh mata kuliah pengembangan sumber belajar biologi serta morfologi tumbuhan. d. Siswa: yang telah mencapai ketuntasan belajar pada materi keanekaragaman. 5. Pengembangan Modul Prosedur pengembangan modul pengayaan menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Pada penelitian ini dimodifikasi sampai pada tahap pengembangan 60
(development), sehingga menjadi ADD (Analysis, Design, Development). Tahapan lebih rinci mengenai model tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap Analysis (Analisis) Pada tahap ini ada empat jenis tahap analisis, yaitu: 1) Analisis kompetensi (analisis kurikulum) Analisis kompetensi merupakan tahapan identifikasi kompetensi inti dan kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 serta kedalaman dan keluasan kompetensi yang akan dikembangkan. 2) Analisis Materi Pada tahap ini dilakukan penyeleksian materi yang akan digunakan dalam modul. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu mengenai Keanekaragaman Tumbuhan Bawah khusus Spermatophyta pada Tegakan Petak 5 Hutan Wanagama akan dianalisis sesuai kebutuhan materi di SMA. 3) Analisis siswa Analisis siswa merupakan analisis kebutuhan siswa terhadap materi yang berkaitan dengan hasil penelitian, sehingga diketahui pentingnya produk yang akan dihasilkan. 61
4) Analisis instruksional (analisis pembelajaran) Pada tahap ini Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum yang sesuai dengan hasil penelitian akan dijabarkan menjadi tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. b. Tahap Design (Perencanaan) Setelah melakukan analisis dan diperoleh hasilnya, maka kegiatan selanjutnya adalah tahap desain. Pada tahap perencanaan desain ini ada empat jenis kegiatan yaitu: 1) Mengumpulkan data untuk isi modul Data untuk isi modul adalah keanekaragaman tumbuhan bawah yang dihimpun melalui studi keanekaragaman di Hutan Wanagama dan diidentifikasi serta ditambahkan teori dari referensi atau sumber lain. 2) Menyusun kerangka modul Berdasar analisis kompetensi, maka disusun kerangka isi modul yang secara utuh mengembangkan keseluruhan isi materi yang tercakup dalam bahan ajar. Outline bahan ajar yang baik, memuat judul, komponen buku secara lengkap seperti pendahuluan, uraian, dan penutup serta aspek pembelajaran yaitu tujuan, materi, dan evaluasi yang ada dalam bahan ajar tersebut. 62
3) Menentukan sistematika Dalam tahap ini dilakukan penentuan urutan yang strategis untuk penyajian materi dalam jenis ilustrasi atau visualisasi yang akan digunakan. 4) Perancangan alat evaluasi Tahap ini akan menentukan jenis alat evaluasi yang akan digunakan dalam modul yang disusun. Evaluasi mencakup soal-soal latihan, tugas, kegiatan, dan tes yang ditujukan bagi peserta didik. Alat evaluasi yang kedua yaitu instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai bahan ajar yang disusun. c. Tahap Development and Production (Pengembangan dan Produksi) Dalam tahap ini ada enam langkah, yaitu: 1) Pra penulisan Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkaji hasil penelitian yang dilanjutkan dengan kajian referensi atau mengumpulkan referensi dan sumber pustaka baik berupa gambar maupun teks yang dibutuhkan dalam penyusunan bahan ajar modul. 2) Penulisan draf Pada tahap ini dilakukan penulisan draf modul sesuai dengan kerangka dan sistematikan yang telah ditentukan sebelumnya. Penulisan dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan rancangan. 63
3) Penyuntingan Penulis melakukan penyuntingan bersama dosen pembimbing sebelum dilakukan penyuntingan oleh dosen ahli dan peer reviewer. Draf bahan ajar yang telah dilayout tersebut dikaji oleh tim ahli media, ahli materi, dan peer reviewer. Penyuntingan ini dimaksudkan untuk memperoleh saran dan masukan sebagai bahan perbaikan modul. 4) Revisi 1 Dari hasil penyuntingan yang diperoleh, penulis melaksanakan perbaikan atau revisi. Perbaikan didasarkan pada kritik dan saran dari reviewer. Setelah draf selesai ditulis dan disempurnakan, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan naskah atau tahap produksi. 5) Uji coba terbatas Kegiatan ini diawali dengan review oleh 2 Guru Biologi SMA 1 Playen. Selanjutnya, uji coba terbatas dilakukan oleh siswa SMA 1 Playen kelas X MIPA 2 dengan memberikan tanggapan, masukan dan saran mengenai modul yang telah disusun oleh peneliti melalui pengisian angket. 6) Revisi 2 Berdasarkan hasil review dan uji coba terbatas, penulis mengadakan perbaikan atau revisi sesuai dengan saran, tanggapan, pembenaran konsep, dan hasil penilaian guru serta tanggapan siswa. 64
6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan terdiri dari: a. Instrumen Reviewer Modul (Ahli Materi) Instrumen ini digunakan oleh ahli materi untuk memberikan tanggapan terhadap kebenaran konsep-konsep Biologi yang tercantum di dalam modul. b. Instrumen Kualitas Modul Instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas modul oleh dosen ahli media, peer reviewer, Guru Biologi, dan siswa diadaptasi dari Instrumen penilaian tahap ii, buku teks pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2006) dan Deskripsi Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Biologi SMA/MA (BSNP, 2014). Instrumen ini berupa lembar angket penilaian dengan check list. Validasi instrumen ini dilakukan oleh expert judgement (validasi pakar) digunakan untuk mengetahui instrumen dalam penelitian ini. Instrumen yang telah disusun dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing kemudian digunakan untuk pengambilan data uji coba terbatas modul pengayaan. 1) Angket Review Modul untuk Ahli Media dan Peer Reviewer Angket yang digunakan untuk ahli media dan peer reviewer digunakan untuk menilai kualitas modul pengayaan dengan 4 65
alternatif jawaban, yaitu SB (sangat baik), B (baik), K (kurang), dan SK (sangat kurang). Instrumen tersebut menilai pada lima aspek, yaitu: a. Aspek kelayakan isi b. Aspek kemandirian belajar c. Aspek kelayakan penyajian d. Aspek kebahasaan e. Aspek kegrafisan 2) Angket Review Modul untuk Guru Biologi Angket yang digunakan guru untuk menilai kualitas modul pengayaan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu SB (sangat baik), B (baik), K (kurang), dan SK (sangat kurang). Instrumen tersebut menilai pada enam aspek, yaitu: a. Aspek kelayakan isi b. Aspek kemandirian belajar c. Aspek kelayakan penyajian d. Aspek kebahasaan e. Aspek kegrafisan f. Aspek keterlaksanaan 3) Angket Tanggapan untuk Siswa Angket yang digunakan siswa untuk menanggapi modul pengayaan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu SS (sangat setuju), 66
S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Instrumen tersebut menilai pada lima aspek, yaitu: a. Aspek kelayakan isi b. Aspek kemandirian belajar c. Aspek kelayakan penyajian d. Aspek kebahasaan e. Aspek kegrafisan 7. Metode dan Teknik Analisis Data a. Data Kualitatif (Catatan, Kritik, dan Saran) Data yang diperoleh dari ahli media, ahli materi, peer reviewer, guru, dan siswa yang berupa data deskriptif (catatan, kritik, dan saran) untuk pengembangan modul pengayaan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Kritik dan saran digunakan sebagai acuan untuk perbaikan modul pengayaan. b. Data Kuantitatif (Penilaian Modul) Penilaian kualitas modul pengayaan oleh ahli media, ahli materi, peer reviewer, dan guru, serta tanggapan siswa sebagai responden, dikuantitatifkan dengan cara menghitung frekuensi (kemunculan) jawaban pada angket. Menghitung persentase kemunculan masing-masing jawaban: F e e i pe i aia a i g a i g a pe J ah a i a e h i e iap a pe x % 67
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut akan diperoleh presentase untuk masing-masing penilaian dalam jumlah sekian persen sesuai dengan penilaian responden. Perhitungan ini dilakukan karena data hasil penilaian kualitas modul merupakan data ordinal. Masing-masing hasil penilaian dari ahli media, ahli materi, peer reviewer Guru Biologi dan tanggapan siswa, aspek yang memiliki presentase paling besar maka akan menjadi kesimpulan kualitas modul. Modul dikatakan layak apabila masuk kategori penilaian baik setelah dilakukan perhitungan. 68