BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III FENOMENA ITASHA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG DEWASA INI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. dan sibuk yang kedudukannya sejajar dengan negara-negara besar di Barat.Meski

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam perangkat elektronik, hardware komputer dan mesin-mesin yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk berbudaya dan menciptakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang sehingga mendorong diperolehnya temuan-temuan baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB V KESIMPULAN. Karakter media sosial sebagai teknologi informasi dan perilaku masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. publik juga merupakan penghubung antara kehidupan sosial dan kehidupan politik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objek atau menyenangi suatu objek (Sumadi Suryabrata, 1988 : 109). Menurut Crow and Crow minat adalah pendorong yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh industri pakaian di Jepang. Mode busana kaum remaja Jepang, terutama di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. budaya dalam negeri. Dunia musik telah mengalami perkembangan, genre musik

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB I PANDAHULUAN. Saat ini, di seluruh dunia, populer apa yang disebut dengan Broadband Access

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia, telah mampu memberikan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian Jejaring Informasi Garage Sale di Kalangan Kaum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN ROSE MILLIA LESTARI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

Bab 5. Ringkasan. Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang terjadi di seluruh dunia dan di sekitar mereka, selalu ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan kekayaan kebudayaan yang beragam.

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II METODOLOGI. Proses perancangan dan pembuatan karya ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak di antaranya:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Di Sumatera Utara khususnya dikota medan dapat kita lihat dari pentas seni

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah banyak yang mengetahui tentang Jepang. Kaum muda di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Model, Katou Shizuko:2) disebutkan bahwa Idol adalah sebutan bagi

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I MEDAN. Kebudayaan Jepang dipengaruhi timbal-balik dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. air berasal dari Negeri Sakura alias Jepang. Jenis-jenisnya pun beragam, mulai dari

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11

BAB 4. Hasil Penelitian. Pada subbab ini, penulis ingin menyajikan data-data yang diperoleh penulis

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB II SEKILAS TENTANG COSPLAY JEPANG. Cosplay merupakan salah satu budaya pop dari negara Jepang yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat di kalangan masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya, mereka tidak begitu saja menolak tren yang masuk dari luar atau bahkan diciptakan oleh masyarakat muda Jepang sendiri.dapat kita lihat dari banyaknya tren baru terutama di kalangan remaja Jepang.Tren ini tidak hanya menyebar di kalangan masyarakat Jepang sendiri, bahkan banyak negara-negara di dunia yang ikut-ikutan dan juga banyak masyarakat remaja di dunia yang menjadikan Jepang sebagai kiblat dalam tren dunia modern. Sebagai contoh misalnya gaya berpakaian ala Harajuku, seni musik visual kei, dan juga salah satunya adalah tren itasha yang belum lama ini menjadi fenomena yang marak di Jepang. Menurut Ade Sutriany dalam https://adesutriany.wordpress.com/2014/03/13/all-about-itaitashaitanshaitachari/, istilah itasha ( イタ車 ) awalnya merupakan singkatan dari Itaria-sha ( イタリア車 ) adalah mobil yang diimpor dari Italia yang digunakan dalam parade dan dihias dengan stiker-stiker bergambar anime.namun kemudian, oleh remaja Jepang istilah tersebut berubah menjadi itasha ( 痛車 ). Istilah ini merupakan hasil penggabungan kata bahasa Jepang itai ( 痛い, sakit) dan sha ( 車, kendaraan). Itai di sini dapat diartikan sebagai tersakiti karena malu atau menyakitkan dompet akibat tingginya biaya yang diperlukan. Kini itasha dengan arti demikian hanya digunakan sebagai permainan kata-kata saja. 1

Pada umumnya, jika dulu itasha hanya ada khusus untuk parade atau acara-acara tertentu, kini di Jepang itasha bisa kita lihat di beberapa jalanan besar, di tempat parkir umum dan pusatpusat hiburan di Tokyo dan kota-kota besar lainnya. Selain itu banyak juga remaja di Jepang yang membuat komunitas itasha dan melakukan pertemuan mingguan untuk memajang mobil mereka di tempat parkir umum, tempat hiburan atau hanya sekedar jalan-jalan keliling kota di malam hari. Salah satu tempat berkumpulnya itasha di Jepang adalah di Akihabara, Tokyo. Ada sebuah gedung besar bernama Akihabara Urban Development X yang merupakan salah satu gedung terbesar di Akihabara, memiliki lahan parkir yang cukup luas dan setiap minggunya dijadikan tempat berkumpulnya itasha dari seluruh Tokyo atau bahkan dari luar kota. Di tempat ini kita bisa melihat ratusan atau bahkan ribuan mobil itasha setiap minggunya yang mayoritas dimiliki oleh para remaja otaku Jepang.Selain itu, sering juga terlihat para remaja ini bercosplay dari sekedar hanya untuk mengambil foto sampai berperan menjadi tokoh pada mobil yang dibuat menjadi itasha itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti mengenai fenomena itasha yang populer di Jepang, terutama pada masyarakat Jepang dewasa ini melalui skripsi yang berjudul Fenomena Itasha dalam Kehidupan Masyarakat Jepang Dewasa ini. 1.2 Perumusan Masalah Fenomena itasha di Jepang yang semakin marak di masyarakat khususnya di kalangan otaku dan remaja Jepang bahkan sampai ke luar negeri menjadi sebuah tren yang fenomenal di masyarakat dewasa ini.jika kita melihat perkembangannya, Itasha menjadi heboh seiring 2

berkembangnya pop culture di Jepang, termasuk salah satu gaya hidup yang diikuti para otaku sebagai bagian dari cara mereka mencintai idolanya. Para otaku yang mengidolakan karakter game, anime, atau idol grup menghias mobil mereka sesuai dengan karakter idola mereka dan memamerkannya di kota-kota besar. Tidak jarang pada akhir minggu melintas beberapa mobil itasha di jalanan kota Tokyo dan di beberapa parkiran gedung-gedung besar tempat mobil itasha berkumpul. Fenomena itasha yang berkembang begitu cepat tentu saja memiliki dampak yang signifikan terhadap gaya hidup masyarakat Jepang khususnya para otaku yang hidup di perkotaan. Memiliki kendaraan yang bertema karakter anime, game atau idola yang mereka cintai adalah salah satu kebanggaan tersendiri bagi mereka. Selain itu masih banyak juga dampak lain yang ditimbulkan dari fenomena itasha yang terjadi di Jepang dewasa ini. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis merumuskan beberapa masalah yang berdasar dari latar belakang sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan itasha di Jepang dewasa ini? 2. Bagaimana manfaat yang ditimbulkan oleh fenomena itashaterhadap masyarakat Jepang dewasa ini? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Masalah yang akan dibahas dalam itasha memiliki cakupan yang cukup luas apabila kita melihat dari banyak aspek. Berdasarkan rumusan masalah, penulis telah merumuskan poin-poin yang akan dibahas yaitu tentang perkembangan itasha di Jepang dewasa ini dan manfaatnya terhadap kehidupan masyarakat Jepang. 3

Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan. Untuk mendukung pembahasan pada Bab II akan dikemukakan juga tentang pengertian itasha, sejarah itasha, dan perkembangannya dalam masyarakat Jepang. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Fenomena sebagai bagian hidup masyarakat telah menyebar luas seiring berjalannya waktu.fenomena sendiri dapat diartikan sebagai hal yang luar biasa dalam kehidupan di dunia, dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak mustahil dalam pandangan manusia.suatu peristiwa yang tidak biasa tapi sering terjadi pada alam atau makhluk.fenomena secara sosial dapat diartikan sebagai kondisi dimana manusia menganggap segala hal yang dialaminya adalah sebuah kebenaran absolut (http://ririputriramadani.blogspot.com/2013/10/lebih-dari-500-katauntuk-fenomena.html). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah (Depdikbud, 1996: 227). Dilihat dari banyaknya fenomena yang terjadi di Jepang, itasha sendiri merupakan fenomena yang masih terbilang baru menjadi tren.itasha, oleh masyarakat Jepang dewasa ini memiliki perngertian sebagai mobil yang dihias dengan tema tokoh anime, game atau idola. Meski sebenarnya budaya menghias mobil telah lama ada di Jepang, tapi itasha baru menjadi fenomenal belum lama ini, dikarenakan karena dulu masyarakat Jepang tidak terlalu banyak yang menggunakan kendaraan pribadi dan karena mahalnya biaya untuk membeli accessories mobil, juga karena menurut masyarakat melakukan itu hanyalah sebuah pemborosan. 4

Menurut Bobby Pradoto dalam http://obioto.blogspot.co.id/2011/06/pop-cultureitasha.html,dekorasi mobil itasha dimulai tahun 1980-an dengan plushies karakter dan stiker, tetapi kemudian menjadi fenomena di abad ke-21, ketika budaya otaku menjadi relatif dikenal melalui Internet. Laporan awal dikenal kendaraan dekorasi dalam konvensi dimulai pada 2005-08, di Comic Market. Lalu mulai dari sanalah banyak bermunculan mobil-mobil itasha yang pada umumnya hanya muncul pada acara-acara pameran.dalam event internasional, pada Super GTSeason 2008, Studio GLAD racing mengikutsertakan sebuah BMW Z4 dengan corak bergambar Hatsune Miku.Semenjak saat itu pameran mobil di Jepang selalu diisi oleh beberapa mobil itasha yang tidak pernah absen dari event nasional hingga internasional. Itasha yang berkembang di Jepang didasari oleh pop culture yang berkembang di masyarakat Jepang dewasa ini.pop culture sendiri memiliki peran yang kuat terhadap kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat Jepang. Menurut Storey (2006: 15), pop culturememiliki beberapa definisi. Definisi kuantitatif, yaitu budaya yang dibandingkan dengan budaya luhur yang lebih disukai. Definisi lain menjelaskan pop culture sebagai budaya massa atau budaya autentik masyarakat. Storey juga mengatakan bahwa pop culture adalah budaya baru yang melewati batas-batas kebudayaan dan menekankan pada kekuatan dan relasi yang menopang perbedaan-perbedaan tersebut seperti misalnya sistem pendidikan.dari beberapa teori yang dijelaskan oleh Storey penulis mengambil kesimpulan bahwa pop culture adalah budaya baru yang lebih disukai masyarakat daripada budaya luhur atau budaya terdahulu yang telah berkembang di masyarakat. 2. Kerangka Teori Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomena berasal dari bahasa Yunani: Phainomenon yang berarti apa yang terlihat. Fenomenologi berarti ilmu 5

pengetahuan (logos) tentang apa yang terlihat (phainomenon). Jadi, fenomenologi itu mempelajari tentang apa yang tampak atau menampakkan diri (Endraswara 2006: 65). Menurut Endraswara (2006: 65) pendekatan fenomenologi lebih menekankan pada rasionalisme dan realitas budaya yang ada.fenomenologi berusaha memahami budaya lewat pandangan pemilik budaya atau pelakunya. Menurut teori fenomenologi tersebut, penulis bependapat bahwa dengan pendekatan fenomenologi, penulis dapat lebih mudah meneliti bagaimana pandangan dan pengalaman masyarakat Jepang terhadap fenomena itasha yang terjadi khususnya di Jepang. Selain fenomenologi, penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pendekatan merupakan landasan kajian studi atau penelitian, sedangkan pengertian sosiologi menurut Allan Johnson adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut (http://www.abimuda.com/2015/03/20-pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli.html).sedangkan pendekatan sosiologi menurut Soekanto (2009: 39) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan sosial dan masalah sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologi adalah landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari kehidupan dan perilaku terutama kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya mempengaruhi sistem tersebut. Dengan pendekatan ini, maka dapat ditinjau interaksi kehidupan bermasyarakat Jepang, reaksi masyarakat terhadap sebuah tren, budaya atau fenomena baru yang muncul dalam 6

masyarakat, bagaimana peran interaksi antar masyarakat atau kelompok dalam menyebarluaskan sebuah tren serta bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan itasha di Jepang dewasa ini. 2. Untuk mengetahui manfaat yang ditimbulkan oleh fenomena itashaterhadap masyarakat Jepang dewasa ini. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan tentang itasha, khususnya di negara asalnya, Jepang. 2. Menambah pengetahuan tentang bagaimana munculnya itasha sehingga bisa menjadi sebuah tren. 3. Menambah pengetahuan tentang salah satu budaya pop Jepang yang belum lama juga menjadi gaya hidup masyarakat khususnya para otaku. 4. Menambah pengetahuan tentang tren yang berkembang di kalangan masyarakat Jepang dewasa ini. 1.6 Metode Penelitian 7

Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji masalah yang dihadapi (Hamdi, 2005: 4). Penulis menggunakan metode deskriptif sebagai metode dasar dalam penelitian ini.menurut Hamdi (2005: 5) metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dan berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Menurut Koentjaraningrat (1976: 30), penelitian yang bersifat deskriptif memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Selain metode deskriptif, penulis juga menggunakan metode kepustakaan.metode kepustakaan adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca literature atau buku yang ada di perpustakaan (Hamdi, 2005: 50). Penulis dalam pengumpulan data memanfaatkan fasilitas yang ada di perpustakaan dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Penulis juga mengumpulkan data dari koleksi pribadi. Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari media online yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan topik dan judul penelitian. 2. Merumuskan masalah yang ingin diteliti. 3. Menyusun kerangka teori. 4. Melakukan studi pustaka. 5. Mengumpulkan data 6. Menganalisis data 7. Menggunakan referensi. 8