Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan

dokumen-dokumen yang mirip
GRAF AMALGAMASI POHON BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF HUTAN LINIER H t

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF KEMBANG API F n,2 DAN F n,3 DENGAN n 2

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF TAK TERHUBUNG DARI GRAF BINTANG GANDA DAN SUBDIVISINYA. (Skripsi) Oleh SITI NURAZIZAH

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

KLASIFIKASI GRAF PETERSEN BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT ATAU LIMA

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini terus

BILANGAN KROMATIK LOKASI PADA GRAF KNESER. ( Skripsi ) Oleh. Muhammad Haidir Alam

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. Bilangan kromatik lokasi graf pertama kali dikaji oleh Chartrand dkk.(2002). = ( ) {1,2,3,, } dengan syarat

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP:

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK JOIN DARI DUA GRAF

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga

BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF POHON DAN KARAKTERISASI GRAF DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3 DISERTASI ASMIATI

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

DIMENSI METRIK PENGEMBANGAN GRAF KINCIR POLA K 1 + mk 3

Dimensi Metrik Graf Amal( )

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK

BILANGAN DOMINASI LOKASI METRIK DARI GRAF HASIL OPERASI KORONA. Hazrul Iswadi

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

Mizan Ahmad, Tri Atmojo Kusmayadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. 1.

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF k-connected UNTUK k = 1 ATAU 2

RAINBOW CONNECTION PADA BEBERAPA GRAF

BILANGAN TERHUBUNG TITIK PELANGI UNTUK GRAF THE RAINBOW VERTEX CONNECTION NUMBER OF STAR

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

DIMENSI PARTISI DARI GRAF ULAT

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

DIMENSI METRIK GRAF BLOK BEBAS ANTING

KELAS RAMSEY MINIMAL UNTUK KOMBINASI DUA GRAF LINTASAN P 3 DAN P 4

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

TITIK DAN SISI PENUTUP MINIMAL PADA GRAF BINTANG

On r-dynamic Coloring of Operation Product of Cycle and Path Graphs

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

Karakteristik Himpunan Kritis dalam Pelabelan TSA pada Graf Pohon

BATAS ATAS BILANGAN DOMINASI LOKASI METRIK DARI GRAF HASIL OPERASI KORONA

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

3.1 Beberapa Nilai Dimensi Partisi pada Suatu Graf. Dalam dimensi partisi suatu graf, terdapat kelas graf yang nilai dimensi partisinya

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

BILANGAN TERHUBUNG PELANGI PADA GRAF HASIL AMALGAMASI GRAF PEMBAGI NOL ATAS RING KOMUTATIF

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE

BILANGAN RAMSEY UNTUK GRAF BINTANG S n DAN GRAF RODA W m

. Nilai total ketakteraturan titik graf. Graf Hasil Kali Comb Dan C 5 Dengan Bilangan Ganjil

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT

ISBN:

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

{e 1. , e 2. partition dimension of a graph. Aequations Math. 59. no oleh

BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

Pengembangan Pewarnaan Titik pada Operasi Graf Khusus

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH

KAITAN ANTARA DIMENSI METRIK DAN DIMENSI PARTISI PADA SUATU GRAF. (Skripsi) Oleh GIOVANNY THEOTISTA

Pelabelan Harmonious Pada Graf Gabungan Graf Firecracker Teratur. Nola Marina 1, Aini Suri Talita 2

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

Yuni Listiana FKIP, Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar

III HASIL DAN PEMBAHASAN

TEOREMA ELIMINASI CUT PADA SISTEM LOGIKA FL gc DAN FL w,gc

PELABELAN TOTAL -SISI ANTI AJAIB SUPER UNTUK GRAF ULAT SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: RIRI EMARINE SUSUR BP

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

BILANGAN RAINBOW CONNECTION UNTUK BEBERAPA GRAF THORN

Dimensi Metrik dan Dimensi Partisi dari Famili Graf Tangga

Bilangan Kromatik Dominasi pada Graf-Graf Hasil Operasi Korona

BAB III PELABELAN KOMBINASI

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF GARIS, GRAF MIDDLE DAN GRAF TOTAL

The r-dynamic Chromatic Number of Special Graph Operations

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME

PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos BASIS FOR DETERMINING THE WHEEL GRAPH

Bilangan Ramsey untuk Graf Gabungan

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T.

Transkripsi:

Jurnal Mateatika Integratif. Vol. 13, No. 2 (2017), pp. 115 121. p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.151-121 Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan Asiati 1 1 Jurusan Mateatika, Fakultas MIPA, Universitas Lapung Jl. Brodjonegoro No. 1 Gd. Meneng, Bandar Lapung 1 asiati308@yahoo.co, asiati.1976@fipa.unila.ac.id Abstrak Bilangan kroatik lokasi graf diperkenalkan oleh Chartrand et al. pada tahun 2002. Konsep ini erupkan perpaduan dari konsep diensi partisi dan pewarnaan graf. Penentuan bilangan kroatik lokasi suatu graf dilakukan dengan engkonstruksi batas atasnya dan penentuan batas bawahnya. Dala paper ini, kai engkaji tentang bilangan kroatik lokasi aalgaasi bintang tertentu, yang dinotasikan dengan ns k,. Bilangan kroatik lokasi ns k, untuk k, 2, k dengan n, k, bilangan asli adalah ( + 1), jika 1 n dan ( + 2) untuk n. Kata kunci: aalgaasi bintang, bilangan kroatik lokasi graf, pewarnaan graf. Abstract The locating chroatic nuber of a graph was introduced by Chartrand et al in 2002. This concept is cobined fro the graph partition diension and graph coloring. Deterining the locating chroatic nuber of graph with construct the upper bound and the lower bound of the graph. In this paper, we deterine the locating chroatic nuber for certain aalgaation of stars, denoted by ns k,. We prove that the locating chroatic nuber, ns k, for k, 2, k natural nubers n, k, is ( + 1), if 1 n and ( + 2) for n Keywords : aalgaation of stars, locating-chroatic nuber of graph, graph coloring. 1. Pendahuluan Bilangan kroatik lokasi pada suatu graf erupakan pengebangan konsep diensi partisi (Chartrand, et al.[6]) dan pewarnaan suatu graf. Berikut ini diberikan definisi bilangan kroatik lokasi graf yang diabil dari Chartrand, et al. [7]. Misalkan c suatu pewarnaan titik pada graf G dengan warna titik u tidak saa dengan warna titik v (c(u) c(v)) untuk u dan v yang bertetangga di G. Misalkan C i hipunan titik-titik yang diberi warna i, yang selanjutnya disebut kelas warna dan Π = {C 1, C 2,..., C k } adalah hipunan yang terdiri dari kelas - kelas warna dari V (G). Kode warna c Π (v) dari v adalah k-pasang terurut (d(v, C 1 ), d(v, C 2 ),..., d(v, C k )) dengan d(v, C i ) = in{d(v, x) x C i } untuk 1 i k. 2000 Matheatics Subject Classification: 05C12, 05C15. Received: 2017-04-18; accepted: 2017-11-01 115

116 Asiati, JMI Vol 13 No 2 Oktober 2017, 115-121,doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.115-121 Selanjutnya, k-pasang terurut dari kode warna tersebut, kita nyatakan dengan koponen ke- 1,..., koponen ke-k. Jika setiap titik di V (G) epunyai kode warna yang berbeda, aka c disebut pewarnaan lokasi dari graf G. Banyaknya warna iniu yang digunakan untuk pewarnaan lokasi tersebut disebut bilangan kroatik lokasi dari G, dan dinotasikan dengan χ L (G). Teorea 1.1. (Chartrand, et al.[7]) Misalkan G graf terhubung dan c suatu pewarnaan lokasi pada G. Jika s dan t adalah dua titik berbeda di G sedeikian sehingga d(s, u) = d(t, u) untuk setiap u V (G)\{s, t}, aka c(s) c(t). Dala hal khusus, jika s dan t adalah titik-titik yang tidak bertetangga di G sedeikian sehingga N(s) = N(t), aka c(s) c(t). Bukti. Misalkan c adalah suatu pewarnaan lokasi pada graf terhubung G dan isalkan Π = {C 1, C 2,..., C k } adalah hipunan kelas-kelas warna dari V (G). Untuk titik s, t V (G), andaikan c(s) = c(t) sedeikian sehingga s dan t berada dala kelas warna yang saa, isal C i dari Π. Akibatnya, d(s, C i ) = d(t, C i ) = 0. Karena d(s, u) = d(t, u) untuk setiap u V (G)\{s, t} aka d(s, C i ) = d(t, C j ) untuk setiap j / i, 1 j k. Akibatnya, c Π (s) = c Π (t) sehingga c bukan pewarnaan lokasi. Jadi c(s) c(t). Akibat 1.2. (Chartrand, et al.[7]) Jika G adalah suatu graf terhubung dan terdapat titik yang bertetangga dengan k daun di G, aka χ L (G) k + 1. Kajian bilangan kroatik lokasi pada suatu graf erupakan hal yang enarik hingga saat ini, karena belu adanya teorea yang dapat digunakan untuk enentukan bilangan kroatik lokasi graf secara uu. Pada graf pohon, Chartrand et al. [7] telah endapatkan bilangan kroatik lokasi pada graf lintasan, graf bintang, graf bintang ganda, graf ulat, dan graf pohon berorde n 5, yang eiliki bilangan kroatik lokasi 3, 4,..., n kecuali n 1. Selanjutnya Asiati et al. [1],[2] telah endapatkan bilangan kroatik lokasi pada graf aalgaasi bintang hoogen dan graf kebang api; Des Welyyanti [8] untuk graf pohon n-ary lengkap, dan Asiati [4] pada graf aalgaasi bintang tak hoogen. Beberapa kajian tentang karakterisasi graf aalgaasi pohon dengan bilangan kroatik lokasi tertentu juga telah dilakukan diantaranya adalah: Chartrand et al. [7] telah endapatkan karakterisasi graf berbilangan kroatik lokasi (n 1) atau (n 2); Asiati et al. [3] untuk karakterisasi graf euat siklus berbilangan kroatik lokasi tiga; Baskoro et al. [5] telah endapatkan karakterisasi seua pohon berbilangan kroatik lokasi tiga. Berdasarkan hasil-hasil yang sudah didapatkan oleh Asiati et al [1] dan Asiati [4], aka pada paper ini didiskusikan tentang bilangan kroatik lokasi aalgaasi bintang tertentu, yaitu n buah aalgaasi bintang hoogen yang dihubungkan oleh sebuah lintasan. 2. Hasil dan Pebahasan Misalkan S +2, adalah graf bintang dengan ( + 2) titik. Aalgaasi bintang, S k, dengan k, 2 adalah graf yang diperoleh dari (k 1) buah graf bintang S +2, dengan cara enyatukan sebuah daun dari setiap graf S +2. Titik penyatuan tersebut disebut titik pusat S k,. Graf ns k, adalah graf yang diperoleh dari n kopi graf S k,, yang ana setiap titik pusat S k,, yaitu x i, i = 1, 2,..., n dihubungkan oleh suatu lintasan dan (n 1) titik baru, dinotasikan y i, i = 1, 2,..., n 1 erupakan titik-titik subdivisi pada sisi x i x i+1, i = 1, 2,..., n 1. Selanjutnya, pada graf ns k,, titik pusat untuk setiap S +2, dinotasikan dengan lj i, i = 1, 2, 3,..., n dan j = 1, 2, 3,..., k 1, sedangkan daun ke- t yang enepel pada titik lj i, dinotasikan dengan li jt, t = 1, 2, 3,...,. Pada bagian ini akan didiskusikan bilangan kroatik lokasi ns k, untuk k dengan n, k, bilangan asli.

Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang 117 Teorea 2.1. Misalkan ns k, adalah graf aalgaasi bintang tertentu untuk k, 2, k, dengan n, k, bilangan asli χ L (ns k, ) = { + 1; 1 n + 2; lainnya. Bukti. Pertaa-taa akan ditentukan batas bawah dan batas atas dari χ L (ns k, ) untuk 1 n. Karena setiap titik lj i untuk i = 1, 2, 3,..., n dan j = 1, 2, 3,..., k 1 bertetangga dengan daun, aka berdasarkan Akibat 1.2, χ L (ns k, ) + 1. Selanjutnya akan ditentukan batas atas dari χ L (ns k, ) untuk 1 n. Misalkan c adalah suatu pewarnaan dari V (ns k, ) enggunakan ( + 1) warna, yaitu c(x i ) = 1, untuk i = 1, 2, 3,..., n; c(y i ) = 2, untuk i ganjil dan c(y i ) = 3 untuk i genap, i = 1, 2, 3,..., n 1; Warna untuk lj i adalah berurutan dari 2, 3,..., ( + 1) untuk i = 1, 2, 3,..., n dan j = 1, 2, 3,..., k 1; {c(ljt i )} = {1, 2, 3,..., + 1}\{c(li j )} untuk i = 1, 2, 3,..., n dan j = 1, 2, 3,..., k 1 dan t = 1, 2, 3,...,. Akibatnya pewarnaan c akan ebangun suatu partisi Π = {C 1, C 2, C 3,..., C +1 } pada V (ns k, ), dengan C i adalah hipunan dari seua titik yang berwarna i untuk i = 1, 2, 3,..., + 1. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa kode warna untuk setiap titik di V (ns k, ) berbeda. Misalkan u, v V (ns k, ) dan c(u) = c(v) aka pandang kasus-kasus berikut ini: Jika u = x i, v = x k untuk suatu i, k dan i k, aka c Π (u) c Π (v) karena titik u dan v, asing-asing epunyai tetangga dengan hipunan warna berbeda. Jika u = x i, v = ljt i untuk suatu i, j, t, aka c Π(u) c Π (v), karena pada c Π (u) terdapat sekurang-kurangnya dua koponen bernilai satu, sedangkan pada c Π (v) euat tepat satu koponen yang bernilai 1. Jikau = y i, v = lj i untuk suatu i, j, aka c Π(u) c Π (v), karena titik u bertetangga dengan titik yang berwarna ( + 1), sedangkan titik v tidak. Jika u = y i, v = ljt i untuk suatu i, j, t, aka c Π(u) c Π (v), karena pada c Π (u) terdapat tepat dua koponen yang bernilai 1, sedangkan pada c Π (v) terdapat tepat satu koponen yang bernilai satu. Jika u = lj i, v = li jt untuk suatu i, j, t, aka c Π(u) c Π (v), karena pada c Π (u) terdapat sekurang-kurangnya dua koponen bernilai satu, sedangkan pada c Π (v) terdapat tepat satu koponen yang bernilai satu. Jika u = ljt i, v = li ht untuk suatu i, j, h, t aka c Π(u) c Π (v) karena c(lj i) c(li h ). ; Dapat dilihat bahwa kode warna seua titik di V (ns k, ) untuk n adalah berbeda, aka c erupakan pewarnaan lokasi. Jadi χ L (ns k, ) + 1. Akibatnya diperoleh χ L (ns k, ) = + 1. Selanjutnya akan ditentukan batas bawah dan batas atas untuk n >. Berdasarkan Akibat 1.2, diperoleh χ L (ns k, ) + 1 untuk n >. Akan ditunjukkan bahwa ( + 1) tidaklah cukup untuk ewarnai ns k,. Untuk suatu kontradiksi, andaikan terdapat pewarnaan lokasi c pada ns k, enggunakan ( + 1) warna. Karena n >, aka terdapat suatu i, j, k dengan i k sedeikian hingga c(lj i) = c(lk j ) dan {c(li jt )} = {c(lk jt )}. Akibatnya c Π (lj i) = c Π(lj k ), aka c bukan erupakan pewarnaan lokasi, suatu kontradiksi. Jadi χ L (S k, ) + 2 untuk n >.

118 Asiati, JMI Vol 13 No 2 Oktober 2017, 115-121,doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.115-121 Misalkan c adalah pewarnaan ns k, enggunakan (+2) warna untuk n > warna titik titik di ns k, sebagai berikut:. Beri c(x i ) = 1, untuk i = 1, 2, 3,..., n; c(y i ) = 2, untuk i ganjil dan c(y i ) = 3 untuk i genap, i = 1, 2, 3,..., n; Warna untuk lj i, dengan j = 1, 2, 3,..., k 1 adalah berurutan dari 2, 3,..., k untuk i ganjil dan berurutan dari (k + 1),..., ( + 1) untuk i genap; Jika A = 1, 2, 3,..., + 2, didefinisikan { {c(ljt) i A\{1, 2}, jika i = 1, j = 1; t = 1, 2, 3,..., } = A\{ + 2}, lainnya. Pewarnaan c akan ebangun suatu partisi Π pada V (ns k, ). Akan ditunjukkan bahwa kode warna seua titik di ns k, berbeda. 0, koponen ke 1; 1, koponen ke 2; c Π (x 1 ) = 2, koponen ke ( + 1); 2, lainnya. Untuk i 3 ganjil 0, koponen ke 1; 1, koponen ke 2 dan ke k; c Π (x i ) = 2, koponen ke ( + 1); i + 3, lainnya. Untuk i 2 genap Untuk i 2 ganjil Untuk i 2 genap 0, koponen ke 1; 2, koponen ke 2; c Π (x i ) = 1, koponen ke ( + 1) i + 3, lainnya. 1, koponen ke 1; 0, koponen ke 2; c Π (y 1 ) = 1, koponen ke k; 3, koponen ke ( + 1); 3, lainnya. 1, koponen ke 1; 0, koponen ke 2; c Π (y i ) = 1, koponen ke 3; 3, koponen ke ( + 1); i + 2, lainnya. 1, koponen ke 1; 1, koponen ke 2; c Π (y i ) = 0, koponen ke 3; 3, koponen ke ( + 1); i + 2, lainnya.

Untuk j = 2, 3,..., k 1 Untuk i 2, j = 1, 2, 3,..., k 1 Untuk t = 2, 3,..., Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang 119 1, koponen ke 1; c Π (l1) 1 = 1, koponen ke ( + 1); 1, lainnya. 1, koponen ke 1; c Π (l) 1 0, koponen ke (k 1); = 1, koponen ke ( + 1); 3, lainnya. 1, koponen ke 1; c Π (lj 1 0, koponen ke (j + 1); ) = 1, koponen ke ( + 1); 3, lainnya 1, koponen ke 1; c Π (lj) i 1, koponen ke 2; = 1, koponen ke ( + 1); i + 4, lainnya. 2, koponen ke 1; c Π (l11) 1 1, koponen ke 2; = 2, koponen ke ( + 1); 0, lainnya. 2, koponen ke 1; 1, koponen ke 2; c Π (l1t) 1 = 0, koponen ke (t + 1); 2, koponen ke ( + 1); 2, lainnya. 2, koponen ke 1; c Π (l1) 1 1, koponen ke 2; = 0, koponen ke ( + 1); 2, lainnya. 2, koponen ke 1; c Π (l() 1 ) = 1, koponen ke (k 1); 0, koponen ke ( + 1); 4, lainnya. Untuk i 2, j = 1, 2, 3,..., k 1, t = 1, 2, 3,..., 0, koponen ke t; c Π (lj) i = 1, koponen ke (j + 1); i + 5, lainnya..

120 Asiati, JMI Vol 13 No 2 Oktober 2017, 115-121,doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.115-121 Karena hanya terdapat satu daun yang berwarna ( + 2), engakibatkan kode warna seua titik di V (ns k, ) berbeda, aka c erupakan pewarnaan lokasi pada ns k,. Jadi χ L (ns k, ) + 2 untuk n >. Terbukti bahwa χ L (ns k, ) = + 2. Sebagai ilustrasi, diberikan pewarnaan lokasi ns 3,4 untuk 1 n 2 yang dapat dilihat pada gabar berikut: Gabar 1. Pewarnaan lokasi iniu pada graf 2S 3,4 Sebagai ilustrasi, diberikan pewarnaan lokasi ns 3,4 untuk n > 2 yang dapat dilihat pada gabar berikut: Gabar 2. Pewarnaan lokasi iniu pada graf ns 3,4 untuk n > 2 3. Sipulan Bilangan kroatik lokasi pada graf ns k, untuk k, 2, k, dengan n, k, bilangan asli adalah ( + 1), jika 1 n dan ( + 2) untuk n >. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk k >. Daftar Pustaka [1] Asiati, H. Assiyatun, E.T. Baskoro, 2011, Locating- chroatic nuber of aalgaation of stars, ITB J.Sci., 43A, 1-8. [2] Asiati, H. Assiyatun, E.T. Baskoro, D. Suprijanto, R. Sianjuntak, S. Uttunggadewa, 2012, Locatingchroatic nuber of firecracker graphs, Far East J. Math.Sci., 63(1), 11-23. [3] Asiati, E.T. Baskoro, 2012, Characterizing of graphs containing cycle with locating-chroatic nuber three, AIP Conf. Proc., 1450, 351-357. [4] Asiati, Locating-chroatic nuber of non hoogeneous aalgaation of stars, 2014, Far East J. Math. Sci., 93(1), 89-96. [5] E. T. Baskoro, Asiati, 2013, Characterizing all trees with locating-chroatic nuber 3, Elec. J. Graph Theory Appl. 1(2), 109-117.

Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang 121 [6] G. Chartrand, E. Salehi, dan P. Zhang, 1998, On the partition diension of graph, Congr. Nuer., 130, 157-168. [7] G. Chartrand, D. Erwin, M.A. Henning, P.J. Slater, dan P. Zhang, 2003, Graph of order n with locatingchroatic nuber n-1, Discrete Math., 269, 65-79. [8] Des Welyyanti, E.T. Baskoro, R. Sianjuntak, S. Uttunggadewa, 2013, On locating-chroatic nuber of coplete n-ary tree, ACKE Int. J. Graphs Cob., 10(3), 309-319.

122 Asiati, JMI Vol 13 No 2 Oktober 2017, 115-121,doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.115-121