JURNAL KUALITAS PELAYANAN PERIJINAN REKLAME DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
REFORMASI BIROKRASI PELAYANAN PUBLIK DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU (BPPT) KOTA SEMARANG DALAM MENCAPAI PELAYANAN PRIMA

Analisis Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran Gratis (Bebas Bea) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Klaten

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DI PUSKESMAS NGALIYAN KOTA SEMARANG Oleh: Dhiarbima Adi Yuwono, Hardi Warsono.

Analisis Kualitas Pelayanan E-Procurement pada Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Semarang

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

Analisis Dimensi Kualitas Pelayanan. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang. Oleh : Giovani Anggasta, Herbasuki Nurcahyanto, Susi Sulandari*)

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) PADANGSARI, BANYUMANIK, SEMARANG

Kata kunci : Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan Publik, Ijin Mendirikan Bangunan, Kota Semarang

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN KLARI KABUPATEN KARAWANG. Oleh: Ahmad Kevin Maulana, Endang Larasati

Kata Kunci : Analisis Proses Pelayanan, pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan, DPM-PTSP Kota Semarang

Analisis Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada Bidang Perizinan Usaha di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus Oleh:

NO. KOMPONEN URAIAN A.

Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPar) Jasa Informasi Pariwisata

Kata Kunci : Analisis Kualitas, Kualitas Pelayanan, Pelayanan Perizinan IMB

PELAYANAN PUBLIK DALAM MENCIPTAKAN PELAYANAN PRIMA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PEMALANG

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS 01 WELERI KECAMATAN WELERI KABUPATEN KENDAL. Universitas Diponegoro

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN IKLIM INVESTASI DI KOTA SURAKARTA

Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPar) Penyelenggaraan Pertemuan Perjalanan Insentif dan Pameran

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPar) Jasa Transportasi Wisata

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Perilaku Layanan Terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat

ARTIKEL ABSTRACT. Key words : Quality Service, Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, Importance Performance Analysis.

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA

Jenis pelayanan Administrasi Penerbitan Ijin Dengan Penilaian Teknis serta Pengesahan SKPD

B. STANDAR PELAYANAN Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Izin Usaha Industri (IUI)

Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPar) Jasa Makanan dan Minuman

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SEMARANG Oleh : Nora Sembadra Mahardhika, Endang Larasati

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DI BALAI KESEHATAN INDERA MASYARAKAT (BKIM SEMARANG) Oleh: Ailsa Rachma Diar, Herbasuki Nurcahyanto, Maesaroh *)

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Jl. Veteran No. 10 Telp. (0342) B L I T A R

ARTIKEL ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I SEMARANG. Rahayu, Warsono, Yuniningsih

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul

B. STANDAR PELAYANAN Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Izin Lokasi

Kondisi Pelayanan Perizinan Sebelum. Presentasi Seminar ICT For Good Governance Jakarta 6 Desember 2011 Sistem Kepuasan Konsumen BPPT Bandung

METODE SERVQUAL-SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus di Kantor Kecamatan Kedungbanteng, Purwokerto)

Analisis Indeks Kepuasan Pasien di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Oleh : Irris Pramadanti Tunjungsari, Susi Sulandari, Fathurrochman*)

Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPar) Penyediaan Akomodasi

BAB IV PENUTUP. pelaksanaannya masih ditemui adanya hambatan-hambatan, terlepas dari

Analisis Kualitas Pelayanan Askes di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memeproleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN VETERAN Jawa Timur. Oleh :

LAPORAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK BALAI VETERINER BANJARBARU

ANALISIS KINERJA ORGANISASI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA SEMARANG (Studi Kasus pada Bidang Perijinan Kesejahteraan Rakyat dan Lingkungan)

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul

PROSEDUR PELAYANAN IZIN LICENSE SERVICES PROCEDURE. 3a. SuratPenolakan Letter of Rejection. 2.PemeriksaanBerkas Forms Checking

Analisis Kinerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang. Oleh: Rizky Masita Rahmadini, Ari Subowo, Titik Djumiarti

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

Listanti, Hesti Lestari, Dewi Rostyaningsih *)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SEMARANG Oleh. Widya Anita, Herbasuki Nurcahyanto *)

Jenis Pelayanan Administrasi tentang Pengurusan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPar) Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pelayanan (Service) dalam Perbankan Syariah

PENGARUH PROSEDUR PELAYANAN DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN PASPOR DI KANTOR IMIGRASI KELAS I SEMARANG

Analisis Kualitas Pelayanan di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Semarang Provinsi Jawa Tengah

Kualitas Pelayanan Publik dalam Pengurusan IMB

Jenis pelayanan Administrasi Penerbitan Ijin dan Non Perijinan Secara Elektronik (SSW)

KUALITAS PELAYANAN BRT TRANS SEMARANG KORIDOR II RUTE TERBOYO- SISEMUT ANALISIS SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT ( STUDI EVALUASI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu. Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap seperti pelayanan perizinan

Standar Pelayanan Prima Universitas Brawijaya

114 Universitas Indonesia

18 Juni. Survei IKM Periode April 2015

BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK

S U R A B A Y A 60175

ARTIKEL KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I SEMARANG

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

B. STANDAR PELAYANAN Jenis Pelayanan Administrasi tentang Izin Penyelenggaraan Unit Transfusi Darah Tingkat Kabupaten

Kata kunci : Kualitas, Pelayanan, Sertifikat Tanah

NO. KOMPONEN URAIAN A.

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

Standar Pelayanan Prima Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2012

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang Oleh : Lita Listyoningrum, Ida Hayu Dwimawanti, Hesti Lestari*)

LAPORAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2015 PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA BANDA

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PERIJINAN PADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU (BPPT) KABUPATEN GROBOGAN. Oleh :

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU (SISKOHAT) DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN CIAMIS

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan tersebut ditandai dengan banyaknya jumlah bank dan

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOYOLALI. Oleh:

ANALISIS KUALITAS PENYELENGGARAAN PELAYANAN

BAB III ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN. tahun 2017 dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2017 di Kantor Kecamatan

Informan Penelitian : Petugas-petugas SAMSAT Corner. A. Bagaimana kualitas pelayanan di SAMSAT Corner apabila dilihat dari

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

No Komponen Uraian. 1 Dasar Hukum. 2 Persyaratan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

Studi Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Semarang

INTERNAL SERVICE PROJECT

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan

Analisis Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang

UPAYA BADAN PELAYANAN.PERIJINAN TERPADU KABUPATEN SIDOARJO DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN IJIN GANGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat membutuhkan pelayanan yang cepat tepat dan efisien. Bahkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Transkripsi:

JURNAL KUALITAS PELAYANAN PERIJINAN REKLAME DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA SEMARANG Oleh: Yusri Kurniawati, Dra. Nina Widowati, M.Si dan Dra. Maesaroh, M.Si JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Jalan Prof. H. Soedarto SH, Tembalang, Semarang 12693 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman : http://www.fisip.ac.id Email : fisip@undip.ac.id ABSTRACT: The quality of public services that are the products of a service provided by the committee of public services to the recipient of the service. Integrated services agency permitting of Semarang is an organization operating in the fields of public service licenses. One of the licensing services organised by the licensing services semarang, BPPT Kota Semarang is the advertisement. The aim of this research is to see illustrat about the ads licensing services in BPPT Kota Semarang and also to identify the pro- and retarding the licensing services in ads board the licensing services from Semarang. There are several dimensions used to measure the quality of services provided by BPPT Kota Semarang. That is tangible, reliability, responsiveness, access and assurance. The result of this research shows that the quality of service ads licencing organized by BPPT Kota Semarang can be said is not optimal. It can be proved in dimension tangible, facilities and infrastructure available in BPPT Kota Semarang is still inadequate, in dimension reliability SOP that is in BPPT Kota Semarang not run optimal, in dimension assurance still happens licencing the delays in publishing the ads, there still illegal charges, still found pander act and discipline practice of officers who are still low. Dimensions should be improved to improve the quality of the services which is tangible, reliability and also the assurance, while the dimension that needs to be maintained and improved back is the dimensions of responsiveness and access. Efforts to improve the quality of services can be done with the use of facilities and infrastructure in a more optimized, rewards and imposing punishment on an breaktime in the form put up photo employe of the month every month to the officers who were considered most discipline, extend estimation time services, and improve coordination between the front office with the field of supervision Keywords: A Quality Service, Licensing Services, Ads

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan titik awal dari kemandirian daerah dalam mengelola, mengatur dan mengintervensi potensi kekayaan daerah baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi ekonomi lainnya yang dimiliki oleh setiap daerah. Sejak otonomi daerah diberlakukan pelayanan publik menjadi topik hangat yang diperbincangkan. Setiap daerah ditantang untuk dapat berdiri sendiri dalam mengurusi segala kebutuhan masyarakat daerahnya, di sini peran pemerintah daerah menjadi perhatian utamanya karena pemerintah daerah harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dengan lebih baik. Hal itu dikarenakan pemerintah daerah dinilai lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih mengetahui apa saja kebutuhan serta keinginan masyarakat, dengan begitu otonomi daerah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Menurut Hardiyansyah (2011:86) pelayanan yang berkualitas sangat bergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan. Pelayanan publik yang ingin diangkat pada penelitian ini adalah pelayanan administrasi mengenai pelayanan perijinan di Kota Semarang. Salah satu jenis pelayanan di BPPT Kota Semarang ini adalah pelayanan perijinan reklame. Reklame adalah sarana promosi untuk memperkenalkan suatu produk kepada khalayak ramai. Pelayanan perijinan reklame yang dilakukan oleh BPPT Kota Semarang terdiri dari dua jenis, yakni ijin penyelenggaraan reklame dan ijin titik reklame. Berdasarkan data dari laporan perijinan BPPT Kota Semarang tahun 2013, jumlah ijin reklame yang terbit tidak sesuai dengan jumlah ijin reklame yang masuk. Jumlah ijin penyelenggaraan reklame yang terbit pada tahun 2013 berjumlah 498 dari total jumlah ijin yang masuk 530, atau baru sekitar 93,96% yang dapat diselesaikan. Kemudian untuk ijin titik reklame yang terbit baru mencapai 424 dari jumlah total 792, atau sekitar 53,53%. Jika dibandingkan dengan jumlah ijin yang terbit pada jenis perijinan lainnya, presentase ijin reklame berada pada posisi paling rendah. Hal tersebut dapat menunjukkan betapa rendahnya kecepatan proses perijinan reklame pada BPPT Kota Semarang, padahal dalam prosedur, lama pemrosesan perijinan reklame ini selama 10 hari kerja. Adanya ketimpangan antara harapan dan kenyataan tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkatnya

menjadi sebuah penelitian dengan judul Kualitas Pelayanan Perijinan Reklame di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang. B. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan kualitas pelayanan perijinan reklame di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang 2. Untuk mengidentifikasi aspek pendukung dan penghambat kualitas pelayanan perijinan reklame di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang. C. Teori Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Administrasi publik didefinisikan oleh Waldo dalam Pasolong (2010:8), sebagai manajemen dan organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah. 2. Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Atik (2012:2), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau halhal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan. 3. Thoha dalam Sedarmayanti (2010:243) memberikan pendapat mengenai makna dari pelayanan publik, menurutnya pelayanan masyarakat atau pelayanan publik merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai tujuan. 4. Kotler dalam Hardiyansyah (2011:35), mengatakan bahwa:...quality is the totality of feutures and characteristic of a product or service that bear on its ability to statisfy stated or implied needs.... 5. Menurut Ibrahim dalam Hardiyansyah (2011:4), kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan publik tersebut. D. Metode Penelitian Pada penelitian ini desain penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tempat atau lokus adalah

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang yang terletak di Jalan Pemuda No 148, Semarang. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah accidental sampling dan snowball sampling. Informan dalam penelitian ini, yaitu pemohon perijinan reklame di BPPT Kota Semarang, Kepala bidang kesra dan lingkungan di BPPT Kota Semarang, customer service, Kepala sub bidang pengawasan perijinan dan staf sub bidang pengawasan perijinan Sumber data berasal dari data primer yang diperoleh dari dari hasil wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelayanan perijinan reklame di BPPT Kota Semarang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara semi terstruktur dan juga observasi secara terus terang dan tersamar, serta menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas data, dengan cara membandingkan hasil wawancara dari informan, hasil observasi dan juga dokumen yang ada. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dimensi tangible, fenomena yang ada adalah sebagai berikut: 1. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan perijinan reklame BPPT Kota Semarang memberikan fasilitas fisik berupa bangku, meja pengisian formulir, mesin pengambil nomor antrean, komputer, stand tempat berbagai macam brosur pelayanan, pengeras suara, televisi, pendingin ruangan (AC), jaringan telepon, free wifi, pohon Sardu serta mesin finger print untuk kedisiplinan petugas. 2. Terdapat beberapa fasilitas yang tidak berfungsi secara optimal, beberapa lagi jumlahnya kurang sehingga tidak sebanding dengan jumlah pemohon yang datang. 3. BPPT Kota Semarang tidak menyediakan papan informasi, sehingga pemohon yang ingin mengetahui prosedur, alur pelayanan atau informasi lainnya harus bertanya kepada petugas. 4. Penampilan petugas BPPT Kota Semarang sudah sangat bagus, terdapat peraturan sendiri yang mengatur seragam para petugas setiap harinya. Penampilan yang rapi dan tidak monoton menjadi konsep dari seragam petugas. Berdasarkan dimensi reliability, fenomena yang ada adalah sebagai berikut: 1. BPPT Kota Semarang telah memiliki SOP pada tiap bidangnya dan juga pada

tiap jenis pelayanan perijinan yang ada di BPPT Kota Semarang termasuk pelayanan perijinan reklame. Sayangnya tidak semua petugas paham akan pentingnya SOP sebagai pedoman untuk bekerja, banyak dari petugas yang tidak hafal SOP masing-masing. 2. Upaya yang selama ini dilakukan oleh BPPT Kota Semarang untuk menuntun petugas untuk bekerja sesuai dengan SOP adalah dengan melakukan sosialisasi dan juga pengawasan, namun upaya tersebut belum efektif karena masih banyak petugas yang belum paham pentingnya penerapan SOP dalam bekerja. 3. Untuk meningkatkan kemampuan petugas BPPT Kota Semarang memberikan pelatihan yang diikuti oleh beberapa petugas sebagai perwakilan dari masing-masing bidang. 4. Untuk membangun sikap disiplin pada petugas, BPPT Kota Semarang menerapkan sistem absensi menggunakan finger print. Kekurangan sistem ini adalah petugas banyak yang memanfaatkan waktu istirahat untuk bersantai meninggalkan kantor, hal tersebut karena finger print hanya merekam waktu pada absen datang dan pulang saja. Pada dimensi responsiveness, fenomena yang adalah sebagai berikut: 1. Jika dihitung dalam rata-rata, kecepatan petugas dalam melayani pemohon paling cepat yakni selama 17 menit dan paling lama selama 40 menit per pemohon, namun waktu tersebut tidak termasuk waktu antrean. 2. Beberapa cara pengaduan yang disediakan BPPT Kota Semarang yaitu penyediaan ruang konsultasi dan pengaduan di lantai 3, penyediaan formulir pengaduan, pohon Sardu (Saran dan Kritik, SMS Gateway, website, mngirim surat alamat BPPT Kota Semarang. 3. Respon terhadap aduan terhitung cepat apabila kesalahan yang terjadi hanya melibatkan petugas BPPT Kota Semarang, akan tetapi apabila kesalahan terjadi berkaitan dengan tim teknis maka respons yang diberikan harus menunggu hasil rapat antara pihak BPPT Kota Semarang dengan tim teknis terkait. 4. Dalam kurun waktu tigas bulan, presentase kesalahan yang terjadi pada pelayanan reklame di BPPT Kota Semarang berjumlah 10 sampai dengan 20 persen dari total semua aduan yang masuk ke BPPT Kota Semarang. Berdasarkan dimensi access, fenomena yanga ada adalah sebagai berikut: 1. Akses pemohon untuk memperoleh informasi terkait pelayanan reklame sangat lancar,

2. Tidak tersedia petunjuk arah menuju kantor pelayanan, sehingga membingungkan pemohon. 3. Terdapat angkutan umum yang melintasi kantor BPPT Kota Semarang. Pemohon dapat menggunakan BRT Kota Semarang, bus berwarna kuning atau dapat juga menggunakan taksi. 4. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemohon untuk menghubungi petugas pelayanan, cara tersebut antara lain melalui telepon, surat, website atau dengan datang langsung ke kantor BPPT Kota Semarang. 5. BPPT Kota Semarang menyediakan customer service sebagai sarana pusat informasi pelayanan dan juga sekaligus loket pengambilan formulir. Customer service yang ada di BPPT Kota Semarang dapat dinilai baik dari segi sikap, dalam melayani mereka cukup ramah dengan standar 3S yakni senyum, salam dan sapa. Berdasarkan dimensi assurance, fenomena yang ada adalah sebagai berikut: 1. Banyak pemohon yang belum mengetahui dan memahami apa saja hak yang mereka miliki. Kurangnya sosialisasi dari petugas menjadi salah satu penyebab minimnya pengetahuan pemohon. 2. Jaminan kepastian waktu yang diberikan oleh BPPT Kota Semarang kepada pemohon pelayanan reklame adalah dengan memberikan tanda bukti dimana di sana tertera waktu penerbitan perijinan. Kenyataan sering terjadi keterlambatan penerbitan. 3. Untuk pelayanan reklame yang diselenggarakan oleh BPPT Kota Semarang, biaya pelayanan belum dapat dipastikan. Pemohon biasanya hanya memperoleh gambaran namun untuk kepastiannya baru dapat diberitahu setelah pengecekan lapangan oleh tim teknis. 4. Jaminan legalitas pada pelayanan reklame terdiri dari beberapa Peraturan Daerah Kota Semarang dan juga Peraturan Walikota Semarang. 5. Hingga saat ini masih banyak calo ilegal yang berkeliaran di BPPT Kota Semarang. Upaya yang dilakukan BPPT Kota Semarang untuk mencegah kegiatan tersebut sangat minim, selain itu sikap BPPT Kota Semarang terhadap kegiatan pencaloan tidak tegas. Aspek pendukung kualitas pelayanan perijinan reklame terlihat berdasarkan dimensi responsiveness dan access. Responsiveness: 1. Petugas BPPT Kota Semarang melayani pemohon pelayanan perijinan reklame dengan cepat.

2. Tersedianya sarana dan prasarana pengaduan berupa ruang konsultasi, formulir pengaduan, pohon saran dan pengaduan, sms gateway, website BPPT Kota Semarang atau dapat juga dengan mengirimkan surat ke kantor BPPT Kota Semarang. 3. Respons yang diberikan petugas kepada pemohon terhitung cepat untuk keluhan yang berasal dari kesalahan petugas. Access: 1. Kemudahan pemohon dalam mengakses informasi perihal pelayanan reklame yang diselenggarakan oleh BPPT Kota Semarang. 2. Keberadaan dan kemudahan akses angkutan umum untuk menjangkau kantor BPPT Kota Semarang. 3. Kemudahan pemohon untuk menghubungi petugas BPPT Kota Semarang. 4. Ketersediaan customer service sebagai sarana untuk membantu pemohon memperoleh informasi terkait pelayanan reklame Aspek penghambat kualitas pelayanan perijinan reklame terlihat berdasarkan dimensi tangible, reliability dan assurance. Tangible: 1. Terbatasnya jumlah sarana yang dimiliki oleh BPPT Kota Semarang misalnya komputer, bangku dan juga meja pengisian formulir, selain itu juga terdapat sarana yang kurang berfungsi dengan baik seperti pendingin ruangan, tv dan juga pohon sardu. 2. Belum tersedianya papan informasi pelayanan di BPPT Kota Semarang. Reliability: 1. Upaya yang dilakukan BPPT Kota Semarang dalam mengarahkan petugas untuk bekerja sesuai dengan prosedur belumlah optimal. 2. Tingkat kedisiplinan petugas masih rendah, petugas sering memperpanjang waktu istirahat seenak mereka sendiri. Assurance: 1. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan petugas dalam memberitahukan hak para pemohon sehingga pemohon banyak yang tidak mengetahui haknya. 2. Waktu penyelesaian pelayanan belum tepat waktu, masih sering ditemukan keterlambatan penerbitan perijinan. 3. Masih terdapat pungutan liar yang ditarik petugas kepada pemohon yang berasal dari perusahaan jasa periklanan. 4. Tindakan pencaloan masih berkembang di BPPT Kota Semarang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait Kualitas Pelayanan Perijinan Reklame di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang, peneliti dapat menyatakan bahwa kualitas pelayanan perijinan reklame yang diselenggarakan oleh BPPT Kota

Semarang belum optimal, hal tersebut dibuktikan dengan: 1. Sarana dan prasarana yang tersedia di BPPT Kota Semarang masih kurang memadai. 2. Dalam melaksanakan tugas, petugas BPPT Kota Semarang tidak selalu berpatokan pada SOP. 3. Keterlambatan penerbitan perijinan reklame masih sering terjadi. Waktu pelayanan yang ditentukan dalam SOP yakni selama 10 hari untuk ijin penyelenggaraan reklame dan 15 hari untuk ijin titik reklame, namun kenyataannya waktu penerbitan tersebut seringkali terlambat. 4. Masih adanya pungutan liar dan juga praktik pencaloan yang dilakukan oleh petugas BPPT Kota Semarang terhadap pemohon perijinan reklame. Pungutan liar yang dimaksud di sini tidak ditujukan untuk semua pemohon perijinan reklame melainkan hanya pada pemohon perijinan reklame yang berasal dari jasa periklanan. Tarif yang ditarik jumlahnya juga tidak pasti. 5. Kedisiplinan petugas BPPT Kota Semarang masih rendah. Masih banyak petugas yang memanfaakan waktu istirahat untuk mangkir dari tugas. Aspek pendukung kualitas pelayanan perijinan reklame yang ada di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang adalah sebagai berikut: 1. Petugas BPPT Kota Semarang melayani pemohon pelayanan perijinan reklame dengan cepat. Terkait masalah pengaduan, BPPT Kota Semarang menyediakan sarana dan prasarana pengaduan berupa ruang konsultasi, formulir pengaduan, pohon saran dan pengaduan, sms gateway, website BPPT Kota Semarang atau dapat juga dengan mengirimkan surat ke kantor BPPT Kota Semarang. 2. Kemudahan pemohon dalam mengakses informasi perihal pelayanan reklame yang diselenggarakan oleh BPPT Kota Semarang, informasi dapat diperoleh melalui brosur, website BPPT Kota Semarang atau dengan bertanya langsung kepada petugas. Kemudian keberadaan dan kemudahan akses angkutan umum untuk menjangkau kantor BPPT Kota Semarang, selain itu akses pemohon untuk menghubungi petugas BPPT Kota Semarang juga terhitung mudah. Selanjutnya ketersediaan customer service sebagai sarana untuk membantu pemohon memperoleh informasi terkait pelayanan reklame. Aspek penghambat kualitas pelayanan perijinan reklame yang ada di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

Semarang dilihat dari tiap dimensi adalah sebagai berikut: 1. Jumlah sarana yang dimiliki oleh BPPT Kota Semarang tidak sebanding dengan jumlah pemohon yang datang selain itu juga terdapat sarana yang kurang berfungsi dengan baik seperti pendingin ruangan, tv dan juga pohon sardu. Kemudian belum tersedianya papan informasi pelayanan di BPPT Kota Semarang. 2. Upaya yang dilakukan BPPT Kota Semarang dalam mengarahkan petugas untuk bekerja sesuai dengan prosedur belum optimal, sehingga masih banyak petugas yang bekerja tidak sesuai dengan SOP. Selanjutnya tingkat kedisiplinan petugas masih rendah, petugas sering memperpanjang waktu istirahat seenak mereka sendiri sehingga pada jam istirahat antrean pemohon menjadi panjang karena banyak petugas yang tidak ada di tempat. 3. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan petugas dalam memberitahukan hak para pemohon sehingga pemohon banyak yang tidak mengetahui haknya. Kemudian untuk masalah kepastian waktu pelayanan masih sering ditemukan keterlambatan penerbitan perijinan. Masih terdapat kegiatan pencaloan dan juga pungutan liar yang ditarik petugas kepada pemohon yang berasal dari perusahaan jasa periklanan. SARAN Saran yang dapat peneliti berikan untuk meminimalisir hambatan-hambatan yang, antara lain: 1. Untuk meningkatkan dimensi tangible maka upaya yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan penggunaan sarana yang telah tersedia, misalnya untuk masalah kurangnya bangku di ruang tunggu petugas BPPT harus menindak tegas pihak-pihak yang tidak berkepentingan dalam penggunaan sarana ruang tunggu pelayanan atau dengan membuat peraturan bahwa yang boleh menggunakan ruang tunggu pelayanan hanyalah pemohon BPPT Kota Semarang. Terkait alur atau prosedur pelayanan, berhubung tidak ada papan informasi yang disediakan pada ruang tunggu pelayanan maka BPPT Kota Semarang dapat mencantumkan alur atu prosedur pelayanan pada website BPPT sebagai alternatif papan informasi yang tidak ada sehingga pemohon dapat mengetahui langkah-langkah dalam memperoleh pelayanan. 2. Untuk meningkatkan dimensi reliability, upaya yang dapat dilakukan yakni dengan mengintensifkan

penggunaan finger print untuk absen datang, pulang dan juga istirahat, memberlakukan reward berupa pemasangan foto petugas yang paling disiplin dengan judul employee of the month yang diletakkan pada ruang tunggu pemohon. Tujuan dilakukan kegiatan tersebut yakni sebagai penghargaan bagi petugas dan juga sarana untuk memotivasi petugas untuk lebih disiplin lagi dalam bekerja. 3. Untuk meningkatkan dimensi assurance upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterlambatan penerbitan yakni dengan memperpanjang estimasi waktu pelayanan, misalnya pada pelayanan ijin penyelenggaraan reklame yang tadinya dijadwalkan selesai selama 10 hari diperpanjang menjadi 12 hari. Perpanjangan estimasi waktu ini dilakukan untuk mencegah terjadinya keterlambatan penerbitan, dengan memperpanjang waktu pelayanan diharapkan perijinan dapat diterbitkan tepat pada waktunya sehingga tidak muncul perspektif atau kesan yang negatif dari masyarakat. Kemudian untuk menangani masalah pencaloan maka perlu adanya peningkatan koordinasi dan kerjasama oleh petugas front office dan juga bidang pengawasan agar kedepannya tidak lagi saling lempar tanggung jawab melainkan saling bahu membahu menciptakan pelayanan yang bersih. DAFTAR PUSTAKA Hardiyansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik: Konsep, Dimensi, Indikator, dan Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media. Pasolong, Harbani. (2010). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. (2012). Manajemen Pelayanan: Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sedarmayanti. (2010). Reformasi Administrasi Publik, Reforamasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan: Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik. Bandung: PT Refika Aditama.