BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
Universitas Muhammadiyah Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN KETUA IBI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan yang masih. relatif tinggi. Program Keluarga Berencana (KB) muncul sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Gerakan Keluarga Berencana Nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia di Indonesia. Tujuan Gerakan Keluarga Berencana Nasional yaitu mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia (Wiknjosastro, 2005, p.902). Jumlah pasangan usia subur di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, sebesar 6.483.189 orang. Peserta KB aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Jumlah peserta KB aktif pada tahun 2009 yaitu sebanyak 5.080.926 orang atau sebesar 78,37%. Jumlah peserta KB Aktif yang menggunakan menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 2.834.891 orang atau sebesar 55,80%, kontrasepsi Pil sebanyak 868.239 orang atau sebesar 17,09%, yang menggunakan Implant sebanyak 488.018 orang atau sebesar 9,61%, yang menggunakan IUD sebanyak 445.718 orang atau sebesar 1

2 8,77% dan yang menggunakan MOW/MOP sebanyak 356.631 orang atau sebesar 7,02% serta yang menggunakan Kondom 87.083 orang atau sebesar 1,71%. Peserta KB Baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi atau Pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Jumlah peserta KB baru pada tahun 2009 yaitu sebanyak 870.891 orang atau sebesar 13,43%. Masing-masing pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi yang berbeda. Jumlah peserta KB Baru yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 529.335 orang atau sebesar 60,91%, yang menggunakan kontrasepsi Pil sebanyak 150.416 orang atau sebesar 17,31%, yang menggunakan implant sebanyak 92.179 orang atau sebesar 10,61%, yang menggunakan kondom sebanyak 45.423 orang atau sebesar 5,23% dan yang menggunakan IUD sebanyak 32.420 orang atau sebesar 3,73% serta yang menggunakan MOW/MOP sebanyak 19.276 orang atau sebesar 2,22%. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, cakupan peserta KB aktif di provinsi Jawa Tengah sebesar 78,37%. Angka ini masih di bawah target cakupan KB pada tahun 2010 yaitu sebesar 80%. Cakupan peserta KB tertinggi yaitu sebesar 83,60% di Kabupaten Semarang dan di Kabupaten Kendal termasuk cakupan peserta KB terendah atau yang masih di bawah target (80%) yaitu sebesar 76,96% (BKKBN Provinsi Jateng, 2009, pp.57-58).

3 Pasangan usia subur di Kabupaten Kendal pada tahun 2009 berjumlah 180.135 orang. Yang menjadi peserta KB aktif yaitu sebanyak 138.623 orang atau sebesar 76,96% sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebanyak 21.566 orang atau sebesar 11,97%. Jumlah peserta KB aktif yang menggunakan suntik sebanyak 78.570 orang atau sebesar 56,68%, yang menggunakan pil sebanyak 35.233 orang atau sebesar 25,42%, yang menggunakan implan sebanyak 10.813 orang atau sebesar 7,80%, yang menggunakan MOW dan MOP sebanyak 7.252 orang atau sebesar 5,23% dan yang menggunakan IUD sebanyak 6.383 orang atau sebesar 4,60% serta yang menggunakan kondom sebanyak 372 orang atau sebesar 0,27% (BKKBN Provinsi Jateng, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal tahun 2010, Kabupaten Kendal terdiri dari 30 wilayah. Wilayah yang mempunyai akseptor KB rendah yaitu di Kaliwungu Selatan dengan persentase 43,06% atau sebanyak 54.889 orang dari jumlah Pasangan usia subur yang ada di Kaliwungu Selatan sebanyak 127.445 orang (Dinkes Kabupaten Kendal, 2010) Jumlah Pasangan Usia Subur di Kaliwungu Selatan dari bulan Maret - Desember tahun 2010 sebanyak 127.445 orang. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 54.889 orang atau sebesar 43,06%. Peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 38.851 orang atau sebesar 70,78%, yang menggunakan Pil sebanyak 12.402 orang atau sebesar 22,59%, yang menggunakan implant sebanyak 1.572 orang atau sebesar 2,86%, yang

4 menggunakan IUD sebanyak 613 orang atau sebesar 1,11%, yang menggunakan kondom sebanyak 1.451 orang atau sebesar 2,64% (Dinkes Kabupaten Kendal, 2010, p.13). Desa Sukomulyo termasuk dalam wilayah Kaliwungu Selatan. Desa Sukomulyo terdapat 2 bidan yaitu bidan Ny. S (Bidan Desa) dan bidan Ny. D. Dari hasil observasi, Bidan Ny. D memiliki pasien yang lebih banyak dari Bidan Ny. S yaitu pada bulan April - Juni 2011 terdapat sebanyak 39 orang ibu post partum. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny. D karena cakupan sampel lebih banyak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Sukomulyo pada tanggal 14 Mei 2011, dari 15 responden terdapat 3 orang (20%) yang memiliki pengetahuan kurang, 7 orang (46,67%) memiliki pengetahuan cukup, 5 orang (33,33%) memiliki pengetahuan baik. Dan dari 15 responden tidak ada yang minat memakai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dikarenakan takut terhadap cara pemasangannya. Oleh sebab itu, peneliti berminat untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan Ibu Post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny. D Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan Ibu Post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu Post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan tentang tingkat pengetahuan Ibu Post partum. b. Mendiskripsikan tentang minat Ibu Post partum terhadap pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu Post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Post partum terhadap minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

6 2. Bagi Pendidikan Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim pada Ibu Post partum. 3. Bagi Masyarakat Dapat menambah pengetahuan tentang pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Judul, Nama, Tahun Sasaran yang diteliti 1. Hubungan tingkat 30 orang ibu pengetahuan ibu nifas nifas di BPS dengan minat S.W penggunaan IUD di BPS S.W. Seila Mardias Tahun 2010 Bebas : tingkat pengetahuan ibu Nifas. Terikat : minat pemakaian IUD Metode Analitik dengan pendekatan cross sectional Hasil Dari hasil penelitian, 30 orang ibu nifas yang baik sebanyak 25 orang (83,3%), 5 orang (16,7%) cukup. 23 orang (76,7%) berminat menggunakan IUD, 7 orang (23,3%) tidak berminat menggunakan IUD. 2. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi IUD dengan rendahnya minat terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Paninggaran Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Widya Yunita Ariani. Tahun 2009 64 orang Ibu di Desa Paninggaran Kabupaten Pekalongan bebas : tingkat pengetahuan ibu. terikat : Rendahnya minat terhadap penggunaaan Alat Kontrasepsi IUD Analitik Dari hasil penelitian, 56 orang (87,5%) cukup, 8 orang (12,5%) kurang, 34 orang (53,1%) mempunyai minat tinggi dan 30 orang ( 46,9%) mempunyai minat rendah.

7 3. Beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD pada peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Imbarwati Tahun 2009 Peserta KB Non IUD 54 orang di Kelurahan Kalicari, 64 orang di Pedurungan Tengah tunggal : Faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD pada peserta KB Non IUD. Deskrip-tif Dari hasil penelitian dari 118 orang, yang baik 51 orang (43,2%), kurang baik 67 orang (56,8%). Tentang Persepsi biaya KB IUD dari 118 orang, yang mengatakan mahal 63 orang (53,4%), murah 55 orang (46,6%). Tentang persepsi rasa aman KB IUD, dari 118 orang yang mengatakan aman 58 orang (49,2%), kurang aman 60 orang (50,8%). Tentang persepsi nilai KB IUD, dari 118 orang yang mengatakan positif 61 orang (51,7%), kurang positif 57 orang (48,3%). Tentang persepsi informasi KB IUD, dari 118 orang yang mengatakan cukup sebanyak 48 orang (40,7%), kurang cukup 70 orang (59,3%). Tentang kualitas pelayanan KB, dari 118 orang yang menyatakan baik 66 orang (55,9%), kurang baik 52 orang (44,1%).

8 F. Perbedaan penelitian sekarang dengan yang terdahulu Perbedaan penelitian sekarang dengan yang terdahulu yaitu tempat penelitian di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny. D Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal, variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan Ibu Post partum dan variabel terikat yaitu minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Penelitian sekarang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan Ibu Post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Ny. D Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.