ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB VI PENUTUP. 1. Dari analisis pertumbuhan belanja daerah untuk tahun 2012, 2013, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA PERIODE Ary Anjani Denis 1 Mesak Iek 2

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu Vol VI, No 2, Juli Desember 2017

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KABUPATEN SUMBAWA SKRIPSI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

Jurnal Ekonomi Pembangunan

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

BAB VI PENUTUP. 1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kupang Ditinjau Dari Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah sebagai organisasi tertinggi dalam sebuah negara bertujuan untuk

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI PENUTUP adalah pada tahun 2009 proporsi untuk belanja operasi sebesar

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN PADA APBD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

MUDA ANDIKA MEIZA

Disusun Oleh B PROGRAM

ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

Disusun Oleh : B

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

ANALISIS KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH SEBAGAI KOMPONEN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BATAM RANGKUMAN TUGAS AKHIR

Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISAKINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MALANG PERIODE SKRIPSI

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH. (Studi pada Kabupaten Malang)

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN (Studi kasus di DPPKAD Kabupaten Tuban) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SERANG (TAHUN ANGGARAN )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus pada Kota di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh: RISNA DWI RAHMAWATI NIM : 2013411048 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2016

I. LATAR BELAKANG Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola pemerintah semakin besar jumlahnya. Semakin besar dana masyarakat yang dikelola menuntut pertanggungjawaban yang semakin baik. Akuntansi pemerintahan yang semakin baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah. II. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENGAMATAN Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Untuk mengetahui kinerja pendapatan pada Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban Tahun Anggaran 2013-2015. 2. Untuk mengetahui kinerja belanja pada Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban Tahun Anggaran 2013-2015. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan kinerja keuangan pemerintah daerah dengan mengunakan rasio rasio untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi penggunaan APBD (kinerja APBD). Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada Dinas Perekonomian dan Pariwisata sehingga dapat dijadikan acuan dalam merencanakan dan penyusunan APBD. III. METODE PENGAMATAN Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a) Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang ada di perusahaan yakni berupa Laporan Realisasi Anggaran yang disusun oleh Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban. b) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan teknik yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku ilmiah dan lain sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. c) Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai atau tanya jawab secara langsung dengan pihak instansi, yakni pegawai di bidang penganggaran pada Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban untuk memperoleh data ataupun keterangan yang diperlukan. 1

IV. SUBYEK PENGAMATAN Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, dipimpin oleh Kepala Dinas, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban berada di Jl. DR. Wahidin Sudiro Husodo No. 86 Tuban. Dinas Perekonomian dan Pariwisata ini baru dibentuk pada tahun 2009, sebelumnya pada tahun 2001 sampai dengan 2008 bernama Industri Perdagangan dan Koperasi (INDAGKOP). V. RINGKASAN PEMBAHASAN Tugas akhir ini membahas tentang analisis realisasi APBD pada Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban untuk mengukur kinerja keuangannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2013, 2014, dan 2015. Analisis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 4.1 Analisis Pendapatan Analisis pendapatan terdiri dari : A. Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan. Sebaliknya, apabila realisasi pendapatan di bawah jumlah yang dianggarkan, maka hal itu dinilai kurang baik (Mahmudi, 2007 :123). Tabel 4.1 Perhitungan Selisih Anggaran Pendapatan Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Selisih (Rp) 2013 5.787.695.079,05 5.863.492.629,56 75.797.550,51 2014 6.131.249.427,60 6.215.028.275,32 83.778.847,72 2015 6.587.077.485,06 7.204.372.276,32 617.294.791,26 Sumber : Data diolah Berdasarkan perhitungan pendapatan tersebut, dapat dilihat bahwa kinerja pendapatan dari Dinas Perekonomian dan Pariwisata sangat baik, karena mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan. Selain itu, dapat dilihat pula dari tabel 4.1 bahwa setiap tahunnya realisasi anggaran juga terus meningkat. B. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan terdiri dari : 1. Analisis Derajat Desentralisasi Pendapatan Asli Daerah Analisis Derajat Desentralisasi= Total Pendapatan Daerah Sumber: Mahmudi, (2007:128) 2

Tabel 4.2 Derajat Desentralisasi Tahun PAD (Rp) Total Pendapatan Daerah (Rp) % 2013 5.863.492.629,56 5.863.492.629,56 100% 2014 6.215.028.275,32 6.215.028.275,32 100% 2015 7.141.676.614,32 7.204.372.276,32 99% Rata-rata 100% Berdasarkan perhitungan derajat desentralisasi di atas, maka dapat dikatakan skala interval kemampuan daerah yang dikeluarkan oleh YPAPI dapat dikatakan baik. Rata-rata tingkat derajat desentralisasi dari tahun 2013-2015 yakni sebesar 100%, hal ini berarti Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban sudah baik dalam menggali dan mengelola potensi yang ada di daerahnya. 2. Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Realisasi Pendapatan Asli Daerah Rasio Efektivitas PAD = Target Penerimaan PAD Sumber: Mahmudi, (2007:129) Tabel 4.3 Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % 2013 5.787.695.079,05 5.863.492.629,56 101% 2014 6.131.249.427,60 6.215.028.275,32 101% 2015 6.551.912.235,06 7.141.676.614,32 109% Rata-rata 104% Rasio efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan. Kemampuan memperoleh PAD dikategorikan efektif apabila rasio ini mencapai minimal 1 atau 100% (Mahmudi, 2007:129). Berdasarkan perhitungan tabel diatas, Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban dalam kemampuan memperoleh PAD sudah efektif, terbukti dari presentase dari tiga tahun tersebut yang melebihi 100%. 4.2 Analisis Belanja Analisis Belanja terdiri dari : A. Analisis Varians Belanja Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan, bahwa pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi dari yang dianggarkan (Mahmudi, 2007:143). 3

Tabel 4.4 Perhitungan Varians (Selisih) Belanja Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Selisih (Rp) 2013 31.908.208.306,35 30.877.302.007,00-1.030.906.299,35 2014 29.776.234.827,00 27.888.851.642,00-1.887.383.185,00 2015 31.392.572.002,00 28.811.360.496,00-2.581.211.506,00 Berdasarkan tabel perhitungan analisis varians belanja secara umum dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terbukti realisasi belanja daerah lebih rendah dari yang dianggarkan, menandakan Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban dapat menekan realisasi belanja agar tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan. B. Analisis Keserasian Belanja Analisis ini merupakan perbandingan dari belanja modal dan belanja operasi. Realisasi Belanja Modal Rasio Belanja Modal= Total Belanja Daerah Sumber: Mahmudi, (2007:151) Tabel 4.5 Rasio Belanja Modal Tahun Belanja Modal (Rp) Total Belanja Daerah (Rp) % 2013 11.602.817.995,00 30.877.302.007,00 38% 2014 6.797.275.426,00 27.888.851.642,00 24% 2015 5.926.530.005,00 28.811.360.496,00 21% Rata-rata 28% Realisasi Belanja Operasi Rasio Belanja Operasi= Total Belanja Daerah Sumber: Mahmudi, (2007:150) Tabel 4.6 Rasio Belanja Operasi Tahun Belanja Operasi (Rp) Total Belanja Daerah (Rp) % 2013 19.274.484.012,00 30.877.302.007,00 62% 2014 21.091.576.216,00 27.888.851.642,00 76% 2015 22.884.830.491,00 28.811.360.496,00 79% Rata-rata 72% Berdasarkan perhitungan dari tabel 4.5 dan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa Dinas Perekonomian dan Pariwisata lebih memprioritaskan belanja operasi daripada belanja modal. Hal ini berarti Dinas Perekonomian dan 4

Pariwisata Kabupaten Tuban lebih memilih untuk mensejahterakan pegawai dan fasilitas yang ada di perusahaan dan kurang mempedulikan keadaan di sekitar perusahaan, misalnya dalam hal belanja tanah, peralatan, mesin, bangunan, jalan, irigasi, dan aset tetap lainnya. C. Rasio Efisiensi Belanja Rasio efisiensi belanja dirumuskan sebagai berikut : Realisasi Belanja Rasio Efisiensi Belanja= Anggaran Belanja Sumber: Mahmudi, (2007:152) Tabel 4.7 Rasio Efisiensi Belanja Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % 2013 31.908.208.306,35 30.877.302.007,00 97% 2014 29.776.234.827,00 27.888.851.642,00 94% 2015 31.392.572.002,00 28.811.360.496,00 92% Rata-rata 94% Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Pemerintah daerah di nilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran (Mahmudi, 2007:152). Berdasarkan perhitungan rasio efisiensi belanja di atas, Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban telah melakukan efisiensi belanja anggaran terbukti dari persentase yang diperoleh selama tahun 2013-2015 tidak melebihi 100%. VI. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kinerja pendapatan Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban dilihat dari analisis-analisis yang telah dilakukan, secara umum dapat dikatakan sudah baik, hal ini terbukti dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dari tahun 2013 sampai tahun 2015. 2. Kinerja belanja Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban dilihat dari analisis-analisis yang telah dilakukan secara umum juga dapat dikatakan sudah baik, terbukti dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dari tahun 2013 sampai tahun 2015. VII. SARAN Saran yang dapat disampaikan yakni sebagai berikut : Dinas Perekonomian dan Pariwisata dalam analisis keserasian belanja lebih memprioritaskan belanja operasi daripada belanja modal. Akan lebih baik lagi jika antara belanja modal dan belanja operasi tidak memiliki banyak selisih, atau setidaknya bisa seimbang antara belanja modal dan belanja operasi. 5

Daftar Pustaka Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat. Artikelsiana.2015.APBN & APBD (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip), (online). http://www.artikelsiana.com/2015/08/apbn-apbd-pengertian-tujuan-fungsi.html#, diakses 18 Januari 2016). Bahtiar Arif, Muchlis, dan Iskandar. 2009. Akuntansi Pemerintahan, Jakarta Barat:Akademia. Bisma, I., Dewa Gde, and Hery Susanto. "Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003 2007." Jurnal GeneҪ Swara Edisi Khusus Vol 4 (2010). Bupati Tuban. 2008. Peraturan Bupati Tuban Nomor 39 Tahun 2008. Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban. Chitra Ananda. Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Tahun Anggaran 2009-2011, Skripsi diterbitkan, Universitas Gunadarma, (online). Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban.Visi dan Misi, (online). (http://disperpar.tubankab.go.id/web/web/pages/7/visi-dan-misi, diakses 16 Januari 2016). Deddi Nordiawan. 2006. Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga. Kusnul Chotimah. 2015. Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Surabaya. Tugas Akhir Diploma tak diterbitkan, STIE Perbanas Surabaya. Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:UPP STIM YKPN. ------------. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:UPP STIM YKPN

M. Faqihudin. Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tegal Sebagai Indikator Layanan Publik. Jurnal Staf Pengajar Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasakti Tegal. Moh. Mahsun, Firma Sulistyowati, dan Herebitus,A.P. 2011.Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta:BPFE. --------------------------------------------------------------------. 2006. Akuntansi Sektor Publik,Yogyakarta:BPFE. Yuliana. 2013. Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja (APBD) Ditinjau Dari Rasio Keuangan (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode 2010-2012), Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, (online). Zona siswa. 2014. APBN dan APBD (Pengertian, Tujuan, Fungsi), (online). (http://www.zonasiswa.com/2014/12/apbn-apbd-pengertian-tujuan-fungsi. html, diakses 13 Januari 2016)