BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. archwire, dan cincin. Braket merupakan salah satu komponen penting. Agar dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, salah satunya dengan perawatan ortodontik. Kebutuhan perawatan ortodontik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Abad 20 merupakan abad baru stainless steel dengan ditemukannya HIPASS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodonti terbagi atas beberapa jenis di pasaran, antara lain copper nickel titanium,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kali diperkenalkan pada tahun Alat ortodontik cekat yang pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. labialis, premature loss gigi decidui, prolonged retension gigi decidui,

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi secara bersamaan, dan dapat melakukan penggerakan gigi yang tidak mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan -

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dilepas oleh operator yaitu ortodontis. Komponen alat cekat terbagi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemilihan kawat busur ortodontik yang ideal dapat menjadi kunci keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penjangkaran, akrilik, dan pasien dapat memasang atau melepas alat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sisa makanan atau plak yang menempel pada gigi. Hal ini menyebabkan sebagian

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki susunan gigi-gigi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki letak gigi yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang proporsional dan dengan hasil ini akan meningkatkan kesehatan psikososial seseorang. Masa perawatan orthodonti dapat dimulai sejak kanak-kanak hingga dewasa dan merupakan suatu perawatan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Kebanyakan pasien orthodonti anak membutuhkan perawatan sejak empat gigi incisivus rahang atas dan bawah telah erupsi sehingga dapat dilihat terdapat maloklusi atau tidak (Rahardjo, 2012). Kemajuan teknologi di bidang material turut berpengaruh pada ilmu orthodonti. Salah satu contohnya adalah ditemukannya kawat baja nirkarat yang banyak digunakan untuk piranti orthodonti lepasan maupun cekat. Penemuan dan pemakaian logam campur nikel-titanium (NiTi) memicu pemikiran penggunaan logam tersebut di bidang orthodonti karena sifat yang dimiliki logam tersebut yaitu lentur dan mempunyai kemampuan untuk kembali ke bentuk semula (Rahardjo, 2012 dan Nik et.al, 2012). Kawat orthodonti NiTi, yang terdiri dari 55% nikel dan 45% titanium, memiliki sifat mekanik seperti kekakuan yang rendah, daya lenting yang tinggi, dan elastisitas yang tinggi (Nik et al, 2012).

Kemampuan bekerja kawat NiTi tergantung pada bahan dan sifat kawatnya. Karakteristik lain dari kawat NiTi adalah kemampuannya bertahan dari korosi dan biokompatibilitasnya yang baik. Biokompatibilitas dari kawat NiTi biasanya terkait dengan kecenderungan pada permukaan kawat yang dilindungi dengan TiO 2 berbasis oksida pada kondisi alaminya. Lapisan oksida yang ditambahkan pada permukaan logam NiTi berhubungan dengan kemampuannya bertahan dari korosi (Mirjalili et al, 2013). Korosi yang terjadi pada kawat orthodonti NiTi memiliki dua konsekuensi, yaitu hilangnya salah satu sifat fisik yang memiliki peran dalam keberhasilan perawatan klinis, dan lepasnya ion Ni yang biasanya memberikan dampak toksik dan reaksi alergi (Schiff et al, 2004). Penelitian oleh Unal et.al (2012) yang merendam kawat NiTi pada saliva artifisial, saliva artifisial yang dicampur dengan 1 gr/l NaF (ph 4.8), dan saliva artifisial yang ditambah dengan 1.7% H 3 PO 4 (ph 2.5) masingmasing selama 10 hari menunjukkan hasil bahwa terjadi pelepasan ion Ni dan Ti dengan kadar Ti paling tinggi dan disertai pelepasan oksigen dalam kadar sangat rendah. Titik-titik korosi terutama terlihat pada kawat yang diuji oleh karena adanya ion klorida pada saliva buatan. Korosi lebih jelas terlihat pada kawat yang direndam pada saliva artifisial yang ditambahi fluor dan phospat dibandingkan kawat yang direndam pada saliva artifisial saja. Saliva merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam regulasi kesehatan gigi dan mulut (Deshpande et.al, 2013). Salah satu fungsi saliva adalah adanya pengaturan buffer, sehingga naik turunnya derajat keasaman saliva dapat ditekan (Abyono dan Suryo, 1992). Saliva memiliki sifat yang tidak stabil dan mudah

terpengaruh keadaan lingkungan di sekitarnya sehingga tidak memungkinkan menggunakan saliva alami dalam penelitian in vitro. Saliva artifisial kemudian digunakan untuk menduplikasi komponen saliva alami (Leung dan Darvell, 1997). Penelitian oleh Huang et.al (2003) menunjukkan bahwa perendaman kawat NiTi pada saliva buatan dengan rentang derajat keasaman 2.5-6.5 dapat menyebabkan terjadinya pelepasan ion Ni dan Ti dengan disertai adanya defek di permukaan kawat yang menunjukkan kemungkinan akan terjadinya korosi. Harris (1988, cit. Nik, 2012) menunjukkan bahwa saliva mempengaruhi beberapa sifat mekanis dari kawat NiTi seperti kemampuannya menahan tekanan dan kekuatan modulus elatisitasnya. Penelitian oleh Ramazanzadeh (2011, cit. Nik, 2012) menyimpulkan bahwa kawat NiTi yang dilentingkan selama dua bulan di dalam simulasi lingkungan rongga mulut memberikan tekanan yang lebih rendah daripada kelompok kawat tanpa simulasi lingkungan rongga mulut. Perlekatan peralatan orthodonti cekat dengan permukaan gigi menimbulkan daerah yang retentif untuk pembentukkan debris dan plak gigi (Kumar et al, 2006). Para praktisi biasanya menyarankan kepada pasien mereka untuk menyikat gigi dan menggunakan obat kumur selama perawatan orthodonti untuk mengurangi risiko perkembangan white spot di sekitar braket. Anjuran ini terutama ditujukan pada anakanak dan remaja yang belum bisa selalu melakukan kendali terhadap kebersihan gigi dan mulut dan memiliki risiko tinggi terhadap karies gigi (Danaei et al, 2009). Chlorhexidine dengan struktur kimia 1,1 -hexamethylene-bis-5(4- chlorophenyl)bisguanide (Carillho et.al, 2010) merupakan salah satu bahan yang

sering digunakan di kedokteran gigi sebagai obat kumur atau bahan antiseptik. Bahan ini merupakan antiseptik yang aman dan efektif untuk mengurangi plak di rongga mulut (Zanela et al, 2002) dan secara efektif dapat mengendalikan gingivitis tanpa pembentukkan resistensi mikroorganisme di dalam rongga mulut (Catalbas, 2011). Chlorhexidine juga efektif untuk menghilangkan bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk bakteri aerob dan anaerob, serta infeksi jamur (Thomas, 2011). Penelitian oleh Li et.al (2007) menunjukkan bahwa kawat NiTi lebih mudah terjadi korosi saat direndam dengan larutan yang mengandung ion klor daripada saat direndam dengan ion fluor setelah perendaman selama 10 jam. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nik et.al (2012) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu chlorhexidine 0.2% tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya kekasaran permukaan dari kawat stainless steel dan NiTi setelah direndam selama satu setengah jam. Risiko tinggi karies pada pasien anak dengan perawatan orthodonti turut menjadi tantangan bagi para praktisi. Penelitian oleh Ogaard et.al (1993 cit. Catalbas et.al, 2011) menyarankan penggunaan fluoride untuk mendapatkan perlindungan optimal dari karies. Obat kumur dengan kandungan sodium fluoride (NaF) telah disarankan untuk digunakan pada pasien dengan risiko tinggi karies karena bahan ini dapat meningkatkan remineralisasi (Songsiripradubboon et.al, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sabane et.al (2009) menunjukkan bahwa kawat gigi NiTi yang direndam pada berbagai agen fluoride dengan komposisi utama sodium fluoride dapat mengalami korosi pada permukaannya. Agen acidulated fluoride tampak

mengakibatkan korosi yang paling luas pada kawat yang diuji dibandingkan dengan agen fluoride netral. Ion fluor bersifat agresif terhadap lapisan film TiO 2 yang terbentuk pada logam murni Ti, serta campuran Ti dan NiTi. Sifat fluor ini dapat menyebabkan kawat NiTi menjadi korosi sebagai hasil terlepasnya lapisan TiO 2 (Huang et al, 2005). Korosi yang muncul dapat berpotensi menyebabkan melemahnya daya lenting kawat NiTi sehingga kawat menjadi getas dan patah. Penelitian yang dilakukan oleh Li et.al (2007 cit. Mirjalili et.al, 2013) menunjukkan adanya perluasan korosi pada kawat NiTi dari korosi lokal menjadi korosi menyeluruh saat kawat NiTi terpapar dengan larutan klorida dan larutan klorida yang ditambah fluoride. Penelitian lain yang dilakukan oleh Srivastava et al (2012) menunjukkan hasil yang berbeda. Perendaman kawat NiTi, kawat NiTi-Cu, dan kawat stainless steel pada obat kumur yang mengandung sodium fluoride tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap sifat mekanik dari kawat-kawat yang diuji. Paparan obat kumur yang mengandung sodium fluoride juga tidak mengganggu kemampuan kawat NiTi untuk bertahan dari korosi setelah direndam selama 1,5 jam pada suhu 37 o C. Penelitian yang dilakukan oleh Schiff et al (2003) menyarankan penggunaan obat kumur dengan kandungan 100 ppm amine fluoride dan 150 ppm sodium fluoride pada pasien yang menggunakan kawat NiTi pada perawatan orthodonti cekat karena obat kumur ini memberikan pengaruh korosi paling rendah pada kawat NiTi dibandingkan dengan kawat TMA, TiNb, dan CuNiTi setelah perendaman selama 24 jam.

B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap korosivitas. 2. Bagaimanakah pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap daya lenting. C. Tujuan Penelitian 1. Memahami dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap korosivitas. 2. Memahami dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap daya lenting. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Mendapat tambahan informasi tentang obat kumur dan mengembangkan pengetahuan ilmiah tentang pemberian obat kumur yang tepat bagi pasien anak dengan perawatan orthodonti cekat dalam kaitannya dengan perubahan sifat kimia dan sifat mekanik dari kawat gigi nikel-titanium.

2. Bagi Institusi Dapat memberikan kebijakan tentang penggunaan obat kumur yang tepat bagi pasien anak. 3. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pengetahuan tentang pemberian obat kumur dan pengaruhnya terhadap peralatan orthodonti cekat yang digunakan pada anak. E. Keaslian Penelitian Mirjalili et.al (2013) meneliti tentang perbandingan korosivitas kawat gigi Nitinol dan stainless steel yang direndam di dalam saliva buatan dengan penambahan ion fluor. Nik et.al (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh saliva terhadap daya lenting dari suatu kawat gigi nikel-titanium super elastik. Kondisi korosi dari kawat gigi dengan kandungan titanium pernah diteliti oleh Schiff et.al (2004) dan Huang et.al (2005) namun perbedaannya terletak pada media perendaman yang digunakan. Schiff et.al menggunakan obat kumur yang mengandung fluoride sedangkan Huang et.al menggunakan saliva buatan. Li et.al (2006) juga telah melakukan penelitian tentang pengaruh keberadaan fluoride dan klorida terhadap korosivitas dari suatu kawat gigi nikel-titanium. Srivastava et.al (2012) pernah meneliti tentang pengaruh obat kumur fluoride terhadap daya lenting dari kawat gigi logam campuran dengan menggunakan modified bending test. Lin et.al (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh saliva buatan yang mengandung fluoride

terhadap sifat mekanik dari kawat gigi nikel-titanium. Penelitian mengenai pengaruh saliva buatan terhadap kawat gigi NiTi juga pernah diteliti oleh Unal et.al (2012). Pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap korosivitas dan daya lenting sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti.