BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki letak gigi yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang proporsional dan dengan hasil ini akan meningkatkan kesehatan psikososial seseorang. Masa perawatan orthodonti dapat dimulai sejak kanak-kanak hingga dewasa dan merupakan suatu perawatan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Kebanyakan pasien orthodonti anak membutuhkan perawatan sejak empat gigi incisivus rahang atas dan bawah telah erupsi sehingga dapat dilihat terdapat maloklusi atau tidak (Rahardjo, 2012). Kemajuan teknologi di bidang material turut berpengaruh pada ilmu orthodonti. Salah satu contohnya adalah ditemukannya kawat baja nirkarat yang banyak digunakan untuk piranti orthodonti lepasan maupun cekat. Penemuan dan pemakaian logam campur nikel-titanium (NiTi) memicu pemikiran penggunaan logam tersebut di bidang orthodonti karena sifat yang dimiliki logam tersebut yaitu lentur dan mempunyai kemampuan untuk kembali ke bentuk semula (Rahardjo, 2012 dan Nik et.al, 2012). Kawat orthodonti NiTi, yang terdiri dari 55% nikel dan 45% titanium, memiliki sifat mekanik seperti kekakuan yang rendah, daya lenting yang tinggi, dan elastisitas yang tinggi (Nik et al, 2012).
Kemampuan bekerja kawat NiTi tergantung pada bahan dan sifat kawatnya. Karakteristik lain dari kawat NiTi adalah kemampuannya bertahan dari korosi dan biokompatibilitasnya yang baik. Biokompatibilitas dari kawat NiTi biasanya terkait dengan kecenderungan pada permukaan kawat yang dilindungi dengan TiO 2 berbasis oksida pada kondisi alaminya. Lapisan oksida yang ditambahkan pada permukaan logam NiTi berhubungan dengan kemampuannya bertahan dari korosi (Mirjalili et al, 2013). Korosi yang terjadi pada kawat orthodonti NiTi memiliki dua konsekuensi, yaitu hilangnya salah satu sifat fisik yang memiliki peran dalam keberhasilan perawatan klinis, dan lepasnya ion Ni yang biasanya memberikan dampak toksik dan reaksi alergi (Schiff et al, 2004). Penelitian oleh Unal et.al (2012) yang merendam kawat NiTi pada saliva artifisial, saliva artifisial yang dicampur dengan 1 gr/l NaF (ph 4.8), dan saliva artifisial yang ditambah dengan 1.7% H 3 PO 4 (ph 2.5) masingmasing selama 10 hari menunjukkan hasil bahwa terjadi pelepasan ion Ni dan Ti dengan kadar Ti paling tinggi dan disertai pelepasan oksigen dalam kadar sangat rendah. Titik-titik korosi terutama terlihat pada kawat yang diuji oleh karena adanya ion klorida pada saliva buatan. Korosi lebih jelas terlihat pada kawat yang direndam pada saliva artifisial yang ditambahi fluor dan phospat dibandingkan kawat yang direndam pada saliva artifisial saja. Saliva merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam regulasi kesehatan gigi dan mulut (Deshpande et.al, 2013). Salah satu fungsi saliva adalah adanya pengaturan buffer, sehingga naik turunnya derajat keasaman saliva dapat ditekan (Abyono dan Suryo, 1992). Saliva memiliki sifat yang tidak stabil dan mudah
terpengaruh keadaan lingkungan di sekitarnya sehingga tidak memungkinkan menggunakan saliva alami dalam penelitian in vitro. Saliva artifisial kemudian digunakan untuk menduplikasi komponen saliva alami (Leung dan Darvell, 1997). Penelitian oleh Huang et.al (2003) menunjukkan bahwa perendaman kawat NiTi pada saliva buatan dengan rentang derajat keasaman 2.5-6.5 dapat menyebabkan terjadinya pelepasan ion Ni dan Ti dengan disertai adanya defek di permukaan kawat yang menunjukkan kemungkinan akan terjadinya korosi. Harris (1988, cit. Nik, 2012) menunjukkan bahwa saliva mempengaruhi beberapa sifat mekanis dari kawat NiTi seperti kemampuannya menahan tekanan dan kekuatan modulus elatisitasnya. Penelitian oleh Ramazanzadeh (2011, cit. Nik, 2012) menyimpulkan bahwa kawat NiTi yang dilentingkan selama dua bulan di dalam simulasi lingkungan rongga mulut memberikan tekanan yang lebih rendah daripada kelompok kawat tanpa simulasi lingkungan rongga mulut. Perlekatan peralatan orthodonti cekat dengan permukaan gigi menimbulkan daerah yang retentif untuk pembentukkan debris dan plak gigi (Kumar et al, 2006). Para praktisi biasanya menyarankan kepada pasien mereka untuk menyikat gigi dan menggunakan obat kumur selama perawatan orthodonti untuk mengurangi risiko perkembangan white spot di sekitar braket. Anjuran ini terutama ditujukan pada anakanak dan remaja yang belum bisa selalu melakukan kendali terhadap kebersihan gigi dan mulut dan memiliki risiko tinggi terhadap karies gigi (Danaei et al, 2009). Chlorhexidine dengan struktur kimia 1,1 -hexamethylene-bis-5(4- chlorophenyl)bisguanide (Carillho et.al, 2010) merupakan salah satu bahan yang
sering digunakan di kedokteran gigi sebagai obat kumur atau bahan antiseptik. Bahan ini merupakan antiseptik yang aman dan efektif untuk mengurangi plak di rongga mulut (Zanela et al, 2002) dan secara efektif dapat mengendalikan gingivitis tanpa pembentukkan resistensi mikroorganisme di dalam rongga mulut (Catalbas, 2011). Chlorhexidine juga efektif untuk menghilangkan bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk bakteri aerob dan anaerob, serta infeksi jamur (Thomas, 2011). Penelitian oleh Li et.al (2007) menunjukkan bahwa kawat NiTi lebih mudah terjadi korosi saat direndam dengan larutan yang mengandung ion klor daripada saat direndam dengan ion fluor setelah perendaman selama 10 jam. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nik et.al (2012) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu chlorhexidine 0.2% tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya kekasaran permukaan dari kawat stainless steel dan NiTi setelah direndam selama satu setengah jam. Risiko tinggi karies pada pasien anak dengan perawatan orthodonti turut menjadi tantangan bagi para praktisi. Penelitian oleh Ogaard et.al (1993 cit. Catalbas et.al, 2011) menyarankan penggunaan fluoride untuk mendapatkan perlindungan optimal dari karies. Obat kumur dengan kandungan sodium fluoride (NaF) telah disarankan untuk digunakan pada pasien dengan risiko tinggi karies karena bahan ini dapat meningkatkan remineralisasi (Songsiripradubboon et.al, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sabane et.al (2009) menunjukkan bahwa kawat gigi NiTi yang direndam pada berbagai agen fluoride dengan komposisi utama sodium fluoride dapat mengalami korosi pada permukaannya. Agen acidulated fluoride tampak
mengakibatkan korosi yang paling luas pada kawat yang diuji dibandingkan dengan agen fluoride netral. Ion fluor bersifat agresif terhadap lapisan film TiO 2 yang terbentuk pada logam murni Ti, serta campuran Ti dan NiTi. Sifat fluor ini dapat menyebabkan kawat NiTi menjadi korosi sebagai hasil terlepasnya lapisan TiO 2 (Huang et al, 2005). Korosi yang muncul dapat berpotensi menyebabkan melemahnya daya lenting kawat NiTi sehingga kawat menjadi getas dan patah. Penelitian yang dilakukan oleh Li et.al (2007 cit. Mirjalili et.al, 2013) menunjukkan adanya perluasan korosi pada kawat NiTi dari korosi lokal menjadi korosi menyeluruh saat kawat NiTi terpapar dengan larutan klorida dan larutan klorida yang ditambah fluoride. Penelitian lain yang dilakukan oleh Srivastava et al (2012) menunjukkan hasil yang berbeda. Perendaman kawat NiTi, kawat NiTi-Cu, dan kawat stainless steel pada obat kumur yang mengandung sodium fluoride tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap sifat mekanik dari kawat-kawat yang diuji. Paparan obat kumur yang mengandung sodium fluoride juga tidak mengganggu kemampuan kawat NiTi untuk bertahan dari korosi setelah direndam selama 1,5 jam pada suhu 37 o C. Penelitian yang dilakukan oleh Schiff et al (2003) menyarankan penggunaan obat kumur dengan kandungan 100 ppm amine fluoride dan 150 ppm sodium fluoride pada pasien yang menggunakan kawat NiTi pada perawatan orthodonti cekat karena obat kumur ini memberikan pengaruh korosi paling rendah pada kawat NiTi dibandingkan dengan kawat TMA, TiNb, dan CuNiTi setelah perendaman selama 24 jam.
B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap korosivitas. 2. Bagaimanakah pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap daya lenting. C. Tujuan Penelitian 1. Memahami dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap korosivitas. 2. Memahami dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap daya lenting. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Mendapat tambahan informasi tentang obat kumur dan mengembangkan pengetahuan ilmiah tentang pemberian obat kumur yang tepat bagi pasien anak dengan perawatan orthodonti cekat dalam kaitannya dengan perubahan sifat kimia dan sifat mekanik dari kawat gigi nikel-titanium.
2. Bagi Institusi Dapat memberikan kebijakan tentang penggunaan obat kumur yang tepat bagi pasien anak. 3. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pengetahuan tentang pemberian obat kumur dan pengaruhnya terhadap peralatan orthodonti cekat yang digunakan pada anak. E. Keaslian Penelitian Mirjalili et.al (2013) meneliti tentang perbandingan korosivitas kawat gigi Nitinol dan stainless steel yang direndam di dalam saliva buatan dengan penambahan ion fluor. Nik et.al (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh saliva terhadap daya lenting dari suatu kawat gigi nikel-titanium super elastik. Kondisi korosi dari kawat gigi dengan kandungan titanium pernah diteliti oleh Schiff et.al (2004) dan Huang et.al (2005) namun perbedaannya terletak pada media perendaman yang digunakan. Schiff et.al menggunakan obat kumur yang mengandung fluoride sedangkan Huang et.al menggunakan saliva buatan. Li et.al (2006) juga telah melakukan penelitian tentang pengaruh keberadaan fluoride dan klorida terhadap korosivitas dari suatu kawat gigi nikel-titanium. Srivastava et.al (2012) pernah meneliti tentang pengaruh obat kumur fluoride terhadap daya lenting dari kawat gigi logam campuran dengan menggunakan modified bending test. Lin et.al (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh saliva buatan yang mengandung fluoride
terhadap sifat mekanik dari kawat gigi nikel-titanium. Penelitian mengenai pengaruh saliva buatan terhadap kawat gigi NiTi juga pernah diteliti oleh Unal et.al (2012). Pengaruh perendaman kawat gigi nikel-titanium di dalam saliva artifisial, chlorhexidine, dan sodium fluoride terhadap korosivitas dan daya lenting sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti.