I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam ekstrinsik maupun intrinsik yang tidak diproduksi oleh bakteri (Balogh dan Fehrenbach, 2006). Meskipun proses kimia erosi mirip dengan karies, yaitu larutnya hidroksiapatit oleh asam, manifestasi klinis dan pengelolaan erosi pada dasarnya berbeda dari karies karena proses erosi tidak melibatkan asam yang berasal dari bakteri. Erosi akibat dari paparan asam non bakterial secara ekstrinsik (asam berasal dari makanan yang dikonsumsi) dan intrinsik (asam berupa aliran balik dari lambung) pada dan dentin mengakibatkan permukaan gigi kehilangan mineral. Gigi yang berkontak dengan asam dalam jangka waktu yang lama akan mengalami pelunakan pada jaringan kerasnya (Domenick dkk., 2005). Erosi yang tidak dirawat dapat berkembang progresif, sehingga akan terbentuk lesi luas dan dalam pada tonjol gigi. Kondisi ini akan menyebabkan dentin menjadi terbuka, sehingga gigi akan kehilangan bentuk morfologi aslinya (Ren, 2011). Asam yang kontak dengan gigi akan menyebabkan pelepasan kalsium dari gigi. Proses ini berjalan terus-menerus selama asam belum dinetralkan sehingga menyebabkan sebagian elemen hilang, dan apabila proses ini telah berlanjut sampai ke dentin maka penderita akan merasa ngilu (Prasetyo, 2004). Jika tidak ada intervensi efektif yang dilakukan pada tahap awal, maka erosi akan berlanjut dan akan terjadi demineralisasi lebih parah pada jaringan keras yang berpengaruh terhadap fungsi dan estetika gigi. Pasien dengan dentin terbuka yang luas akan mengalami penurunan kualitas hidup karena nyeri 1

2 2 sementara atau nyeri persisten. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan untuk erosi gigi tidak hanya penting untuk intervensi dini dan pencegahan primer, tetapi juga penting untuk pencegahan sekunder erosi yang sudah direstorasi. Manajemen untuk penanganan erosi gigi pada tahap intervensi dini salah satunya adalah mineralisasi. Mineralisasi dapat dilakukan dengan penambahan paparan flouride, kalsium, dan fosfat (Ren, 2011). Pasta CPP-ACP (Casein Phospopeptide-Amorphous Calcium Phosphate) dengan contoh merk Tooth Mousse merupakan pasta dengan kandungan kalsium dan fosfat yang telah diteliti efektif dalam penanganan erosi. CPP-ACP bekerja dengan menghambat demineralisasi dan membantu peningkatan remineralisasi dengan meningkatkan bioavaibilitas ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi (Reynolds, 2008). Pasta CPP-ACP kemudian dikembangkan dengan penambahan flouride dengan merk Tooth Mousse Plus terbukti lebih berpotensi meningkatkan remineralisasi (Rirattanapong dkk., 2011). Efek sinergis oleh CPP-ACP yang berinteraksi dengan fluoride membentuk Amorphous Calcium Fluoride Phosphate (ACFP) yang stabil, mengakibatkan peningkatan perlekatan fluoride pada permukaan gigi bersama-sama dengan meningkatnya konsentrasi ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi (Reynolds, 2008). Produk pasta CPP-ACP mahal harganya dan relatif sulit ditemui di Indonesia, oleh karena itu perlu diteliti mengenai bahan alternatif yang dapat meningkatkan kekerasan gigi. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang mungkin dapat digunakan sebagai pencegahan dan penanganan erosi gigi.

3 3 Beberapa bahan makanan telah diteliti mengandung flouride, kalsium, dan fosfor cukup tinggi. Susu sapi telah diteliti dan terbukti meningkatkan remineralisasi sehingga terjadi peningkatan kekerasan gigi. Proses remineralisasi dapat terjadi apabila terdapat kadar kalsium, fosfat, dan fluoride yang cukup (Reynolds, 2008). Proses remineralisasi akan membuat kekerasan gigi meningkat (Savitri dkk., 2013). Beberapa orang alergi terhadap protein susu sapi, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menemukan bahan makanan lain dengan kandungan mineral setara susu sapi. Salah satu sayuran yang mempunyai kandungan kalsium, fosfat, dan flouride adalah sawi hijau (Brassica juncea). Sawi hijau merupakan sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran maupun pendamping olahan makanan lain seperti mie. Kandungan kalsium pada sawi setiap 100 g adalah sebanyak 220 mg dan kandungan fosfor sebanyak 38 mg (Rukmana, 1994). Selain itu terdapat 0,01 ppm fluor (USDA,2005). Kandungan kalsium pada sawi hijau lebih tinggi dibandingkan pada susu yaitu sebanyak 143 mg/100 g (Syarief dan Harianto, 2011). Sawi diduga mempunyai potensi meningkatkan kekerasan gigi setara dengan susu sapi karena kandungan kalsium pada sawi yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan remineralisasi meningkat secara signifikan setelah penambahan kalsium dan fosfat dengan konsentrasi yang tinggi (Rangareddy dkk., 2012). Penambahan kalsium terbukti mereduksi potensi erosi oleh asam, terutama pada erosi (Magalhães, 2008). Beberapa penelitian

4 4 secara in vitro menunjukkan penambahan suplemen kalsium pada minuman ringan lebih efektif mengurangi erosi dibandingkan dengan flouride (Ren, 2011). Berdasarkan beberapa teori dan fakta tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perendaman sawi hijau (Brassica juncea) terhadap tingkat kekerasan gigi yang terdemineralisasi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah : Apakah terdapat pengaruh perendaman gigi terdemineralisasi di dalam jus sawi hijau (Brassica juncea) terhadap tingkat kekerasan gigi? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan dan literatur yang telah peneliti telaah, penelitian dengan judul Pengaruh Perendaman Gigi Terdemineralisasi di dalam Jus Sawi Hijau (Brassica juncea) terhadap Tingkat Kekerasan Gigi belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Savitri dkk. (2013) yang meneliti pengaruh perendaman gigi dalam susu sapi (Frisian holstein) terhadap kekerasan gigi. Al-Khowaiter (2009) juga melakukan penelitian sejenis yang meneliti potensi erosi beberapa produk susu pada struktur gigi desidui dan permanen. Dari kedua penelitian tersebut, diketahui bahwa kandungan susu sapi (flouride, kalsium dan fosfat) dapat meningkatkan kekerasan gigi.

5 5 D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh perendaman gigi terdemineralisasi di dalam jus sawi hijau (Brassica juncea) terhadap tingkat kekerasan gigi. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya keperawatan gigi dan kedokteran gigi dalam mengembangkan potensi sumber daya alam Indonesia sebagai pencegahan dan penanganan demineralisasi gigi.