I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat merupakan protesa permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa untuk menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi (Shilingburg dkk., 1997). Gigi tiruan cekat terbagi menjadi 2 macam, yaitu mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai macam bahan seperti akrilik, logam, porselen, dan kombinasi logam-keramik (metal-porselen). Restorasi logam-keramik (porcelain fused to metal atau PFM) dewasa ini semakin populer penggunaannya. Secara umum, restorasi terdiri dari substruktur logam campur (coping) yang berikatan dengan lapisan porselen (Annusavice, 2003). Mahkota gigi tiruan dilekatkan dalam rongga mulut dengan menggunakan semen pada gigi asli yang masih ada dan tidak dapat dilepaskan sendiri oleh pasien (Rikmasari, 2008). Fungsi utama semen adalah untuk meningkatkan retensi dan menjaga keutuhan restorasi (Rosenstiel dkk., 2006). Semen yang dapat digunakan diantaranya semen ionomer kaca, semen seng fosfat, dan semen seng polikarboksilat. Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan bahan restorasi yang terdiri atas serbuk dan cairan yang manipulasinya dengan cara dicampur dan diaduk untuk menghasilkan massa plastis yang kemudian akan mengeras. Serbuk SIK dibuat sama dengan serbuk semen silikat melalui proses fusi, tetapi dengan ukuran partikel yang dikurangi. Material untuk restorasi mempunyai ukuran partikel 1

2 2 maksimum 50 µm, sedangkan ukuran partikel untuk perekat atau pelapis adalah dibawah 20 µm (Van Noort, 2007). Mengaplikasikan mahkota tiruan, jembatan, inlay, onlay, dan veneer dapat memberikan kesempatan bakteri untuk tumbuh di bawah restorasi jika jaringan yang sebelumnya terinfeksi karies tidak dibersihkan secara menyeluruh atau jika terdapat kebocoran mikro setelah proses sementasi (Daugela dkk., 2008). Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri yang paling sering menyebabkan karies dental. Bakteri kariogenik seperti S. mutans akan memfermentasikan karbohidrat menjadi asam sehingga dapat mendemineralisasi jaringan gigi (Klai dkk., 2014). Kebocoran mikro adalah fenomena klinis yang sering terjadi yang dapat mengakibatkan cairan rongga mulut, ion, molekul, dan bakteri berpenetrasi ke bagian dalam restorasi gigi sehingga dapat memiliki akses ke tubulus dentinalis dan pulpa. Area di antara gigi yang ditelah dipreparasi dan restorasi gigi tiruan memiliki suplai oksigen terbatas dan tidak terdapat gangguan mekanis sehingga menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri S. mutans. Peningkatan jumlah koloni S. mutans dibawah restorasi akan menyebabkan karies sekunder dan dapat memperpendek umur restorasi (Daugela dkk., 2008). Kondisi peningkatan jumlah bakteri di bawah restorasi dapat diatasi dengan adanya sifat antibakteri dari bahan sementasi. Idealnya, semen harus memiliki sifat antibakteri yang akan mencegah bakteri yang menyebabkan iritasi pulpa, gigi sensitif, dan karies rekuren. Sifat antibakteri semen luting terkait dengan: a) tingkat ph rendah, baik saat pengerasan dan setelah maturasi; dan b) Sifat melepaskan fluorida (F) dan seng (Zn) (Daugela dkk., 2008). Fluorida secara

3 3 luas digunakan sebagai bahan antikariogenik dalam banyak produk kedokteran gigi. Fluorida juga terkandung dalam semen ionomer kaca, semen ionomer kaca modifikasi resin, dan semen polikarboksilat (Klai dkk., 2014). Terdapat berbagai mekanisme yang terlibat dalam efek antikariogenik fluorida, mencakup penurunan proses demineralisasi, peningkatan proses remineralisasi, gangguan dalam pembentukan pelikel dan plak, dan hambatan dalam metabolisme dan pertumbuhan mikroba (Daugela dkk., 2008). Ogaard dan Rolla (1993) mengemukakan, pada insidensi karies yang tinggi, aplikasi fluor mempunyai efek yang terbatas dalam mencegah dekalsifikasi sehingga disarankan untuk mengkombinasi aplikasi fluor tersebut dengan menambah bahan antibakteri seperti triclosan, xylitol, dan klorheksidin. Penambahan agen antiseptik seperti klorheksidin dan senyawa amonium kuartener dalam bahan semen untuk meningkatkan sifat antibakteri semen belakangan ini semakin sering dilakukan (Turkun dkk., 2008). Klorheksidin merupakan agen antiseptik yang paling sering ditambahkan pada SIK. Klorheksidin adalah agen yang paling tepat untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans karena terbukti menekan aktivitasnya dibandingkan pada mikroorganisme lain. Klorheksidin dapat bertahan di dalam rongga mulut dan dilepaskan secara perlahan sehingga efek antibakteri klorheksidin dapat bertahan lebih lama dibandingkan agen lain. Klorheksidin dapat ditambahkan pada SIK dalam bentuk garam diglukonat atau diasetat. Namun, klorheksidin diasetat lebih sering digunakan karena bentuknya lebih praktis yaitu berupa serbuk (Prabhakar dkk., 2013).

4 4 Turkun dkk. (2008) menguji efek antibakteri dari klorheksidin diasetat dalam berbagai konsentrasi yang dicampurkan dalam SIK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek antibakteri klorheksidin bergantung pada jumlah konsentrasi. Semakin tinggi konsetrasi yang dicampurkan, semakin baik efek antibakteri yang dihasilkan. Selain efek antibakteri, sifat fisik dan sifat mekanis material yang dimodifkasi tidak dapat diabaikan agar dicapai restorasi yang baik. Perlu diketahui konsentrasi optimum dari agen antibakteri yang tidak mengganggu sifat dasar dari material utama (Becci dkk., 2014). Bahan restorasi harus melawan berbagai bentuk gaya selama pengunyahan dan salah satunya adalah geseran (Combe, 1992). Gaya geser dapat mewakilkan tekanan yang diterima oleh sebuah gigi di dalam rongga mulut selama mastikasi. Kekuatan geser merupakan ketahanan maksimum suatu material dalam menahan beban yang menyebabkan gerakan geser pada material tersebut sebelum terlepas (Craig dan Ward, 1997). Kekuatan geser tersebut penting dalam mempelajari perlekatan antara dua bahan (Powers dan Sakaguchi, 2006). Kekuatan perlekatan merupakan indikator keberhasilan pelekatan suatu bahan pada dentin (Annusavice, 2003). B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

5 5 Apakah terdapat pengaruh penambahan antibakteri klorheksidin diasetat dalam semen ionomer kaca terhadap kekuatan geser perlekatan pada dentin dan coping gigi tiruan cekat? C. Keaslian Penelitian Turkun dkk. (2008) telah melakukan penelitian mengenai efek antibakteri semen ionomer kaca yang dimodifikasi dengan penambahan klorheksidin diasetat dan klorheksidin diglukonat dalam konsentrasi 0,5%, 1,25%, dan 2,5% terhadap S. mutans, L. acidophilus, dan C. albicans. Selain sifat antibakteri, Turkun dkk. juga meneliti sifat fisik SIK modifikasi yang meliputi waktu setting, waktu kerja, kekerasan, kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan fleksural, dan acid erosion test. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa klorheksidin diasetat dapat menghambat pertumbuhan ketiga mikroorganisme tersebut, namun efek antibakteri terbaik ditemukan pada konsentrasi tertinggi yaitu klorheksidin diasetat 2,5%. Tidak terdapat perbedaan sifat fisik yang bermakna antara SIK yang dimodifikasi dengan kelompok kontrol. Namun, terdapat penurunan nilai kekuatan tekan dan kekerasan pada SIK yang ditambah dengan klorheksidin diasetat 2,5% sehingga disimpulkan bahwa klorheksidin diasetat 1,25% merupakan material yang paling tepat untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian mengenai pengaruh penambahan antibakteri klorheksidin diasetat dalam semen ionomer kaca terhadap kekuatan geser perlekatan pada dentin dan coping gigi tiruan cekat sejauh peneliti ketahui, belum pernah dilakukan.

6 6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan antibakteri klorheksidin diasetat dalam semen ionomer kaca terhadap kekuatan geser perlekatan pada dentin dan coping gigi tiruan cekat. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberi sumbangan ilmiah kedokteran gigi, terutama pada bidang Prostodonsia. 2. Menambah informasi mengenai pengaruh penambahan antibakteri klorheksidin diasetat dalam semen ionomer kaca terhadap kekuatan geser perlekatan pada dentin dan coping gigi tiruan cekat.