COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

GAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X-

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke merupakan gangguan aliran darah pada suatu bagian otak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

COST OF ILLNESS PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan tenaga perawat agar diperoleh hasil ketenagaan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF PAKET INA-CBG S DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA PASIEN DIABETES MELITUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan desain cross-sectional dan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

1 Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

Transkripsi:

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Umi Nafisah Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta Abstrak Hemofilia merupakan salah satu penyakit katastropik, suatu penyakit yang berbiaya tinggi yang secara komplikasi dapat membahayakan jiwa serta membutuhkan rentang waktu pengobatan yang panjang. Dalam studi cost of illness dilakukan pengukuran beban ekonomi dari suatu penyakit pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyakit hemofilia berdasarkan perspektif rumah sakit dan mengetahui adanya pengaruh terhadap biaya penyakit.penelitian ini merupakan penelitian analitik noneksperimental. Data yang digunakan diambil secara retrospektif dari rekam pasien hemofilia selama periode September 014 Agustus 015 dan dari bagian keuangan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Studi ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit dengan pendekatan prevalensi. Analisis deskriptif, digunakan untuk memaparkan besar total biaya penyakit hemofilia, komponen-komponen biaya yang menyusun dan memiliki kontribusi terbesar pada biaya penyakit hemofiliaestimasi biaya rawat jalan selama satu tahun pada pasien hemofilia A tanpa adalah Rp 13.033.935,85 ± 116.89.978,9, hemofilia A ringan dengan 57,6 BU Rp. 443.33.667,00, hemofilia A berat dengan 3,36 BU Rp. 348.179.400,00. Biaya Penyakit Hemofilia A dengan lebih tinggi dibandingkan tanpa. Kata Kunci : Cost of Illness, perspektif rumah sakit, hemofilia A,. I. PENDAHULUAN Salah satu penyakit yang membutuhkan biaya yang tinggi dan membutuhkan rentang waktu pengobatan yang panjang serta secara komplikasi dapat membahayakan jiwa adalah hemofilia. Hemofilia merupakan penyakit kelainan pendarahan yang diturunkan, yaitu ketika pasien mengalami pendarahan maka akan sulit untuk dihentikan. Frekuensi angka kejadian hemofilia adalah sekitar 1 berbanding 10.000 angka kelahiran, dimana angka kejadian hemofilia A lebih banyak daripada hemofilia B, yaitu sekitar 80-85% dari total populasi hemofilia (Srivastava dkk., 013). Menurut Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia jumlah penderita hemofilia di Indonesia telah mencapai dua puluh ribu orang, dengan rasio angka kejadian hemofilia 1:10.000 pada tahun 01. Ada kemungkinan pasien telah meninggal sebelum terdiagnosis (Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 015). II. TINJAUAN PUSTAKA Penderita hemofilia membutuhkan pengobatan sepanjang hidup dengan menggunakan faktor pembekuan darah untuk mengelola frekuensi kejadian pendarahan dan menurunkan resiko kerusakan sendi (serta kerusakan organ potensial lainnya) yang membutuhkan pembedahan dan atau mengakibatkan mobilitas yang terbatas. Pencegahan pendarahan dengan menggunakan faktor konsentrat menjadi pedoman standar dalam pengobatan hemofilia (O Mahony dkk., 010). Hemofilia merupakan penyakit yang berbiaya tinggi, tidak hanya dari sisi biaya langsungnya saja (biaya pengobatan) tetapi juga dari segi biaya tidak langsung (Zhou dkk., 015).Biaya pertahun pada penderita hemofiia termasuk didalamnya adalah biaya konsentrat faktor dan fasilitas kesehatan yang digunakan, pada pasien hemofilia dengan membutuhkan biaya paling tinggi dibandingkan dengan pasien hemofilia tanpa (Armstrong dkk., 014). Rata-rata biaya penderita hemofilia dengan lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hemofilia tanpa (Guh dkk., 01). Analisis biaya penyakit (cost of illness) merupakan suatu bentuk evaluasi beban 7

ekonomi dari suatu penyakit meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang dikonsumsi dan untuk menghitung berapa jumlah maksimum yang dapat dihemat ketika suatu penyakit dapat diatasi.analisis biaya penyakit (cost of illness) dapat memberikan gambaran kepada pembuat keputusan pada suatu keadaan dimana pengeluaran tidak sesuai dengan biaya riil dan dapat digunakan untuk merencanakan kebijakan cost containment, karena studi ini memberikan gambaran kepada pembuat keputusan secara menyeluruh dan lebih penting lagi komponen biaya utama (Andayani, 013; Segel, 006). III. METODEPENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Data yang digunakan diambil secara retrospektif yang berasal dari rekam pasien hemofilia selama periode September 014 Agustus 015 dan dari bagian keuangan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Cakupan biaya dalam studi yang dilakukan adalah biaya langsung. Studi ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan, dengan menggunakan pendekatan prevalensi. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh populasi pasien hemofilia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode bulan September 014 Agustus 015 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusi subyek penelitian meliputi : 1. Semua pasien rawat jalan hemofilia A. hemofilia dengan atau tanpa 3. hemofilia dengan data rekam dan data pembiayaan yang lengkap. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : dengan penyakit HIV-AIDS. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam pasien dan rincian biaya langsung selama pengobatan untuk mengetahui biaya perawatan pasien hemofilia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode September 014 Agustus 015.. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar pengumpul data pasien hemofilia yang berisi karakteristik pasien, meliputi nomor rekam medis, jenis kelamin, umur, tipe hemofilia, adanya, cara pembayaran, kelas perawatan, lama perawatan. b. Lembar pengumpul data biaya pengobatan pasien hemofilia, meliputi biaya administrasi, biaya jasa pelayanan, biaya tindakan, biaya penunjang, biaya obat dan barang, biaya akomodasi (kelas dan lama rawat inap). Variabel Penelitian 1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah biaya langsung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur pasien, jenis kelamin, tipe hemofilia, tingkat keparahan dan adanya pada hemofilia. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta pada pasien penderita hemofilia A dengan kode ICD-10 D- 66mempunyai jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah pasien.berdasarkan jenis kelamin, pasien penderita hemofilia adalah laki-laki (100%). Pengelompokan penderita hemofilia berdasarkan umur pasien, didapatkan pasien penderita hemofilia A dengan usia < 15 tahun berjumlah 9 orang (40,91%), sedangkan usia > 15 tahun berjumlah 13 pasien (59,09). Karakteristik pasien berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pasien yang menderita hemofilia A ringan dengan kadar F VII antara 5 40 IU/dl berjumlah orang (9,09%), hemofilia A sedang dengan kadar F VII antara 1 5 IU/dl berjumlah 1 orang (54,55%), dan hemofilia A berat dengan kadar F VII < 1 IU/dl berjumlah 8 orang (36,36%). Jumlah penderita hemofilia dengan sebanyak pasien (5,71%), yaitu dari kelompok pasien dengan hemofilia A ringan dan hemofilia A berat. 73

Tabel 1. Karakteristik Penderita Hemofilia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode September 014 Agustus 015 Karakteristik Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 100 Perempuan 0 0 Umur < 15 tahun 9 40,91 > 15 tahun 13 59,09 Tingkat Keparahan Ringan 9,10 Sedang 1 54,54 Berat 8 36,36 Inhibitor Ringan 1 50 Sedang 0 0 Berat 1 50 Total Biaya Penyakit Hemofilia Besaran direct medical cost pada cost of illness pasien hemofilia rawat jalan merupakan hasil perhitungan dari biaya administrasi, biaya pelayanan, biaya tindakan, biaya penunjang, serta biaya obat dan barang dari setiap episode perawatan untuk sekali rawat jalan pasien hemofilia selama satu tahun. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa pasien hemofilia melakukan kontrol rutin penyakitnya setiap bulan, sehingga jika terdapat data pasien hemofilia yang tidak rutin melakukan kontrol maka data yang diperoleh akan dibagi dengan jumlah bulan pasien melakukan kontrol dan dikalikan dengan 1 bulan, kecuali untuk biaya penunjang (laboratorium) tidak dikalikan dengan 1 bulan. Berdasarkan tabel, estimasi biaya administrasi yang merupakan biaya untuk keperluan administrasi pasien termasuk didalamnya biaya pendaftaran pasien. Estimasi biaya jasa pelayanan yang meliputi biaya konsultasi dan biaya pelayanan dokter. Estimasi biaya tindakan merupakan sejumlah biaya yang timbul dari tindakan tenaga medis dalam perawatan pasien, meliputi biaya tindakan operatif dan non operatif. Biaya tindakan yang timbul pada pasien hemofilia adalah kemoterapi, perawatan luka kompleks, transfusi, bedah orthopedi, fisioterapi (rehabilitasi ), injeksi, dan preasi.estimasi biaya penunjang merupakan sejumlah biaya untuk keperluan penegakan diagnosa terhadap penyakit hemofilia yang meliputi pelayanan patologi klinik (pemeriksaan darah lengkap otomatis, pemeriksaan faktor VIII dan faktor IX, Ppt, Aptt), dan pelayanan radiodiagnostik. Estimasi biaya obat dan barang merupakan biaya yang terkait dengan penggunaan obat, alat kesehatan dan barang. Tabel. Estimasi Biaya Medik Langsung Penyakit Hemofilia Tipe A Rawat Jalan Selama Satu Tahun di RSUP Dr. Sardjito Periode September 014 Agustus 015 Komponen Biaya n Rata-rata SD Persen tase (%) Hemofilia A Ringan Administrasi 1 316.800 0 0, Pelayanan 1 1.78.000 0 1,0 Tindakan 1 31.000 0 0, Penunjang 1 175.000 0 0,1 Obat dan barang 1 141.319.30 0 98,4 143.851.10 100 Hemofilia A Ringan dengan Inhibitor Administrasi 1 58.000 0 0,1 Pelayanan 1.70.000 0 0,61 Tindakan 1 430.667 0 0,10 Penunjang 1 900.000 0 0,0 Obat dan barang 1 438.655.000 0 98,97 443.33.667 100 Hemofilia A Sedang Administrasi 1 64.801 64.68 0,14 Pelayanan 1 1.381.579 377.5 0,73 3 Tindakan 6.160.086.748.3 1,14 64 Penunjang 3 1.356.333 1.63.0 0,7 Obat dan barang 1 183.708.438 10.15 97,7 4.7 188.871.37 100 Hemofilia A Berat Administrasi 7 380.076 9.566 0,14 Pelayanan 7 1.903.75 49.8 0,70 5 Tindakan 4 6.39.977 6.674.0,34 91 Penunjang 5 1.107.700 96.46 0,41 1 Obat dan barang 7 61.151.86 138.16 96,41 1.435 70.87.890 100 Hemofilia A Berat dengan Administrasi 1 544.000 0 0,16 Pelayanan 1.600.000 0 0,75 Tindakan 1 13.8.000 0 3,97 Penunjang 1 175.000 0 0,05 Obat dan barang 1 331.038.400 0 95,07 348.179.400 100 74

Pada penyakit hemofilia, biaya obat dan barang merupakan biaya yang persentasenya paling tinggi dibandingkan dengan biaya yang lain, dimana biaya obat dan barang pada pasien penderita hemofilia berada pada 95,07% sampai dengan 98,97%. Hasil penelitian Kodra dkk (014) menunjukkan bahwa obat yang merupakan direct health care costs mengambil persentase terbesar yaitu 98,14% pada pasien hemofilia. Pada pasien hemofilia A berat dan hemofilia B berat, biaya untuk faktor pembekuan darah lebih dari 90% dari total biaya pengobatan (Rocha dkk., 015). Tabel 3. Rata-rata Biaya Medik Langsung Penyakit Hemofilia A Dalam Satu Bulan Periode September 014 Agustus 015 Tipe N Rata-rata SD Hemofilia Ringan 1 1.008.010,00 0 Ringan dengan 1 37.000.916,67 0 Sedang 1 15.85.795,35 8.361.37, Berat 7.389.994,05 11.30.039,75 Berat dengan Inhibitor 1 9.014.950,00 0 Tabel 4. Perbedaan Estimasi Biaya Selama Satu Tahun Penyakit Hemofilia A Tanpa Inhibitor dan Hemofilia A Dengan Inhibitor Rawat Jalan Tipe Hemofilia Hemofilia A tanpa Hemofilia A dengan N Rata-rata 0 13.033.935,85 395.706.533,50 SD 116.89.978,9 67.13.516, 77 Estimasi biaya pada pasien hemofilia A tanpa dengan pasien hemofilia A dengan (tabel 4) menunjukkan bahwa biaya penyakit pasien hemofilia A dengan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyakit pasien hemofilia A tanpa. Biaya yang lebih tinggi pada pasien hemofilia A dengan disebabkan karena kadar konsentrat faktor yang diperlukan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien hemofilia A tanpa. Hasil penelitian Rocha dkk (015), terdapat perbedaan yang signifikan (p-value = 0,03) pada total biaya antara pasien hemofilia dengan dan pasien hemofilia tanpa. Biaya pada pasien dengan lebih tinggi ( 134,03) dibandingkan dengan pasien tanpa ( 40,138). Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa konsumsi obat-obat anti hemofilia pada pasien dengan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa (p-value = 0,0), dimana konsumsi obat-obatan untuk pasien dengan adalah 3,110 ± 1,997 euros/kg/tahun dan konsumsi obat-obatan untuk pasien tanpa adalah 1,66 ± 1,684 euros/kg/tahun (Nerich dkk., 008). V. PENUTUP Kesimpulan dan Saran Hemofilia merupakan penyakit yang mempunyai beban biaya tinggi. Rata-rata biaya hemofilia A tanpa rawat jalan dalam satu tahun adalah Rp. 13.033.935,85 ± 116.89.978,9, hemofilia A ringan dengan 57,6 BU Rp. 443.33.667,00, hemofilia A berat dengan 3,36 BU Rp.348.179.400,00.Biaya penyakit hemofilia dengan lebih tinggi daripada hemofilia tanpa. Rata-rata biaya pada pasien hemofilia A dengan adalah Rp. 395.706.533,50 ± 67.13.516,77 dan hemofilia A tanpa adalah Rp. 13.033.935,85 ± 116.89.978,9. Saran Bagi rumah sakit perlu dilakukan evaluasi mengenai pelayanan terhadap pasien hemofilia terutama pada pemberian obatobatan hemofilia (konsentrat faktor). Pengambilan konsentrat faktor yang berulang perlu dipertanyakan kepada pasien penderita hemofilia. Hal ini disebabkan karena pasien benar-benar membutuhkan konsentrat faktor, karena aktivitas fisik pasien penderita hemofilia, karena penyimpanan obat yang tidak tepat sehingga konsentrat faktor rusak, atau disebabkan oleh faktor yang lain. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai biaya penyakit hemofilia di rumah sakit lain, untuk dapat dilakukan perbandingan dengan di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. 75

DAFTAR PUSTAKA Andayani, T.M., 013. Farmakoekonomi Prinsip Dan Metodologi. Bursa Ilmu, Yogyakarta. Guh, S., Grosse, S.D., McALISTER, S., Kessler, C.M., dan Soucie, J.M., 01. Healthcare expenditures for males with haemophilia and employer-sponsored insurance in the United States, 008. Haemophilia, 18: 68 75. Kodra, Y., Cavazza, M., Schieppati, A., Santis, M.D., Armeni, P., Arcieri, R., dkk., 014. The Social Burden and Quality of Life of Patients with Haemophilia in Italy. Blood Transfus, 1:. Nerich, V., Tissot, E., Faradji, A., Demesmey, K., Bertrand, M.A., dan Lorenzini, J.L., 008. Cots-of-illness study of severe haemophilia A and B in five French haemophilia treatment centres. Pharm World Sci, 30: 87 9. O Mahony, B., Noone, D., dan Tolley, K., 010. An Introduction To Key Concepts In Health Economics For Hemophilia Organizations. World Federation Of Hemophilia,, Hemophilia Organization Development 11:. Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia',, 015. URL: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article /view/1504000001/hari-hemofiliasedunia.html (diakses tanggal 14/9/015). Rocha, P., Carvalho, M., Lopes, M., dan Araújo, F., 015. Costs and utilization of treatment in patients with hemophilia. BMC Health Services Research, 15: Srivastava, A., Brewer, A.K., Mauser- Bunschoten, E.P., Key, N.S., Kitchen, S., Llinas, A., dkk., 013. Guidelines for the management of hemophilia. Haemophilia, 19: e1 e47. Zhou, Z.-Y., Koerper, M.A., Johnson, K.A., Riske, B., Baker, J.R., Ullman, M., dkk., 015. Burden of illness: direct and indirect costs among persons with hemophilia A in the United States. Journal of Medical Economics, 18: 457 465. 76