BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan desain cross-sectional dan menggunakan pendekatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan desain cross-sectional dan menggunakan pendekatan"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan desain cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara observasi, pengumpulan data sekaligus pada satu waktu dan menggunakan data yang lalu (Notoatmodjo, 2010). Analisis dalam penelitian ini adalah COI, COI merupakan suatu bentuk evaluasi ekonomi yang paling awal di sektor pelayanan kesehatan dengan tujuan utama untuk mengevaluasi beban ekonomi dari suatu penyakit di masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang dikonsumsi sehingga dapat menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan alokasi sumber daya untuk pencegahan atau terapi (Andayani, 2013). Dalam penelitian ini jenis baiaya yang diteliti adalah biaya langsung medis (direct medical cost) yang termasuk biaya langsung medis adalah biaya yang diberikan selama pasien mendapatkan tindakan bedah di KBE, yakni pelayanan laboratorium (hematologi I, hematologi II, kimia I, dan kimia II, pelayanan serologi/imunologi, pelayanan analisa gas darah), pelayanan radiologi dan penggunaan obat/barang medis, yang kemudian akan dibandingkan biaya langsung di IBP yaitu penggunaan obat/barang medis, untuk mengetahui perbedaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan dari suatu tindakan bedah pada masing masing instalasi tersebut dengan kode INA CBG s yang sama. 24

2 Evaluasi biaya dalam COI menggunakan metode micro costing yaitu biaya pelayanan dinilai dengan menjumlahkan masing masing komponen biaya yang diperlukan untuk pelayanan dan dengan pendekatan battom up yaitu perhitungan biaya produksi untuk mendapatkan suatu hasil. Penelitian COI ini berdasarkan perspektif sistem pelayanan kesehatan yang hanya mengukur biaya yang berkaitan langsung dengan pelayanan medis. Penelitian COI dilakukan dari berbagai perspektif. Perspektif dalam studi COI antara lain adalah perspektif sosial, sistem perawatan kesehatan, pembayar pihak ketiga, sektor usaha dan pemerintah (Changik, 2014). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di IGD RSUP H. Adam Malik, Jalan Bunga Lau No.17 Medan. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit pendidikan kelas A dan sebagai salah satu rumah sakit yang paling banyak melayani pasien BPJS Kesehatan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober Desember 2016 dengan pengambilan data selama 6 bulan yaitu bulan April 2016 September 2016 di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi target berupa seluruh data rekam medis dan keuangan pasien di KBE dan IBP periode April 2016 September Populasi studi di KBE yang 25

3 didapatkan adalah sebanyak 358, populasi studi yang didapatkan di IBP adalah sebanyak Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yaitu sebanyak 78 pasien dan di IBP sebanyak 100 pasien. Sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi adalah: a. Pasien yang dilayani di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan b. Pasien yang mengikuti program BPJS c. Pasien di KBE yang masuk melalui instalasi gawat darurat d. Pasien di KBE dan IBP yang dikelompokkan berdasarkan selisih negatif e. Pasien di IBP yang dikelompokkan berdasarkan Kode INA-CBG s yang sama dengan pasien di KBE Kriteria eksklusi adalah: a. Semua pasien yang tidak dilayani di KBE dan IBP b. Pasien di KBE dan IBP yang tidak mengikuti program BPJS. c. Semua pasien yang masuk tidak melalui instalasi gawat darurat d. Pasien di KBE dan IBP dengan selisih positif e. Pasien yang di IBP namun tidak mempunyai kode INA-CBG s yang sama dengan pasien di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan f. Pasien dengan data tidak lengkap. 3.4 Definisi Operasional berikut : Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai 26

4 a. Cost of illness adalah suatu analisis farmakoekonomi dengan mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan memperkirakan nilai maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika penyakit dapat disembuhkan b. Tarif klaim INA-CBG s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit c. Sistem informasi rumah sakit adalah sistem yang melakukan integrasi dan komunikasi aliran informasi baik didalam maupun diluar rumah sakit d. Kamar bedah emergency adalah suatu unit khusus di rumah sakit sebagai tempat tindakan pembedahan yang dilakukan dengan segera e. Instalasi bedah pusat adalah suatu unit khusus di rumah sakit sebagai tempat tindakan pembedahan yang dilakukan secara elektif (terencana) f. Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Penggunaan obat yang dimakaud dalam penelitian ini adalah penggunaan obat pasien selama proses pembedahan/operasi g. Barang Medis adalah instrumen yang digunakan untuk mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Penggunaan barang medis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah barang medis yang digunakan selama proses pembedahan/operasi h. Rata - rata biaya adalah hasil penjumlahan dari biaya pelayanan pasien dibagi dengan jumlah pasien yang menggunakan komponen pelayanan 27

5 i. Selisih biaya adalah hasil pengurangan dari biaya aktual rumah sakitdikurangi dengan tarif klaim INA-CBG s j. Biaya aktual rumah sakit adalah biaya yang dikenakan selama pasien mendapatkan pelayanan di rumah sakit. 3.5 Instrumen Penelitian Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasien di KBE dan di IBP pada periode April September 2016 yang di dapat dari sistem informasi rumah sakit (SIRS) dan data klaim INA-CBG s dari Instalasi Verifikasi Askes di RSUP H. Adam Malik Medan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada periode April 2016 September Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran data pasien dari SIRS dan data biaya aktual dan klaim BPJS yang diperoleh dari Instalasi Verifikasi Askes di RSUP H. Adam Malik Medan, data yang diambil meliputi: a. Data karakteristik pasien meliputi nomor rekam medis, inisial pasien, jenis kelamin, umur, dan kelas rawat b. Data klinis pasien meliputi deskripsi tindakan bedah dari kode INA- CBG s dengan selisih negatif c. Data penggunaan obat, barang medis dan pelayanan medis yang diterima pasien d. Data biaya meliputi tagihan total, biaya obat, barang medis dan pelayanan medis yang diterima pasien, serta total biaya yang diklaim oleh BPJS. 28

6 3.6 Pengolahan Data Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah: a. Merekrut data pasien KBE dan IBP dari SIRS, dan data biaya yang diperoleh dari bagian Instalasi Verifikasi Askes RSUP H.Adam Malik Medan. b. Mengakses tarif INA-CBG s dari tiap tiap penyakit c. Mengakses biaya aktual rumah sakit d. Menghitung biaya aktual rumah sakit e. Menghitung besaran selisih negatif dan positif dari klaim INA-CBG s dengan tarif yang dikeluarkan KBE dan IBP RSUP H. Adam Malik Medan. f. Mengelompokkan data berdasarkan selisih negatif di KBE RSUP H. Adam Malik Medan g. Menentukan kode INA-CBG s yang sama yang terdapat di KBE dibandingkan dengan di IBP untuk mengevaluasi perbedaan selisih tarif negatif h. Menghitung perbandingan biaya aktual rumah sakit dibandingkan dengan tarif klaim INA- CBG s di KBE dan IBP i. Mengevaluasi COI di KBE j. Membandingkan perbedaan selisih negatif KBE dan IBP k. Membandingkan penggunaan obat/barang medis di KBE dan IBP. 3.7 Analisis Data Biaya yang dihitung dalam penelitian ini dalah biaya langsung medis (direct medical cost). Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif 29

7 disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel. COI dihitung dengan menggunakan rumus : Rata-rata biaya = Persentase biaya (%) = x 100% 30

8 3.8 Bagan Alur Penelitian Adapun gambaran pelaksanaan penelitian adalah seperti berikut: Pasien yang dibedah di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan periode April-September 2016 Data dari SIRS Mengakses biaya aktual Rumah Sakit dan tarif klaim INA-CBG s Data dari Instalasi Verifikasi Askes Menghitung besaran selisih negatif dan positif dari tarif klaim INA-CBG s dengan biaya aktual rumah sakit secara keseluruhan Menghitung biaya aktual di KBE dan IBP dan biaya klaim yang diterima pasien Menentukan kode INA CBG s yang sama yang terdapat di KBE dan IBP pasien dengan selisih negatif Data dari Instalasi Verifikasi Askes Analisis Data Penarikan kesimpulan Gambar 3.1 Bagan alur penelitian cost of illness pasien di kamar bedah emergency instalasi gawat darurat dan instalasi bedah pusat RSUP. H. Adam Malik Medan 31

9 3.9 Langkah Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan b. Menghubungi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas c. Mengumpulkan data berupa rekam medis dan keuangan yang tersedia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan d. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian. 32

10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dari data rekam medis yang diperoleh dari SIRS dan data keuangan dari verifikasi askes pasien di KBE periode April September 2016 diperoleh data pasien yang memperoleh tindakan bedah adalah sebanyak 358 pasien, 132 pasien dan 28 kode INA-CBG s dengan selisih positif dengan total biaya sebesar Rp dan 226 pasien dan 91 kode INA- CBG s dengan selisih negatif dengan total selisih sebesar Rp , data yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 78 pasien dan 23 kode dengan kode INA-CBGS s yang sama dengan IBP. Pasien di IBP periode April 2016 September 2016 yang memperoleh tindakan bedah adalah sebanyak pasien, 414 pasien dan 86 kode INA-CBG s dengan selisih positif dengan total biaya sebesar Rp dan 1160 pasien dan 168 kode INA-CBG s dengan selisih negatif dengan total biaya sebesar Rp , data yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 100 pasien dan 23 kode dengan kode INA- CBG s yang sama dengan KBE. Hal ini disebabkan banyak data dengan status tidak lengkap, hilang, dan tidak terbaca. Data pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diolah dengan Microsoft Excel dan hasil pengolahan data dianalisis secara farmakoekonomi sehingga didapatkan COI pasien di KBE dan IBP RSUP H. Adam Malik Medan pada kode INA-CBG s yang sama. 33

11 4.1 Karakteristik Pasien Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosis Karakteristik pasien berdasarkan diagnosis dipilih berdasarkan diagnosis yang memiliki selisih tarif negatif dengan kode INA-CBG s yang sama, dan karakteristik diagnosis (kode INA-CBG s) tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Persentase Pasien Bedasarkan Diagnosis (Kode INA CBG s). No Kode KBE IBP INA- CBG s Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 O-6-10-I 38 48, K-1-20-II K-1-10-II 3 3, K-4-18-I 3 3, M-1-20-II 3 3, U-1-20-I 3 3, G-1-10-II K-1-20-III 2 2, M-1-50-I 2 2, W-1-20-I 2 2, G-1-10-I 1 1, J-1-20-I 1 1, J-1-20-II 1 1, K-1-13-III 1 1, K-1-20-I 1 1, K-1-40-II 1 1, K-1-40-III 1 1, K-1-50-I 1 1, M-1-02-II 1 1, M-1-20-I 1 1, M-1-60-II 1 1, M-1-80-I 1 1, W-1-20-II 1 1,2 7 7 Jumlah % % Berdasarkan hasil penelitian persentase terbesar pasien di KBE, dapat dilihat terdapat 38 pasien (48,7%) pasien dengan kode INA-CBG s O-6-10-I (prosedur operasi pembedahan caesar kategori ringan), sedangkan persentase di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama terdapat 11 orang (11%). Gibbson, L. et. 34

12 al (2010) mengatakan bahwa World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah Negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Menurut hasil studi Sinha Kounteya, (2010), berdasarkan WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh Negara selama tahun yaitu per kelahiran di seluruh Asia. (Karundeng, dkk., 2014). Karakteristik ini dipilih berdasarkan data selisih tarif negatif per pasien dan kode INA-CBG s yang sama antara KBE dan IBP yang dihasilkan untuk memberi gambaran tentang hubungannya dengan biaya rumah sakit yang dikeluarkan dengan jumlah pasien yang dirawat, hal ini dikarenakan biaya rumah sakit yang dikeluarkan jumlah nya tidak sesuai dengan klaim. Untuk rincian perhitungan COI akan dijelaskan pada tabel selanjutnya Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Karakteristik pasien berdasarkan usia yang dilayani di KBE dan IBP RSUP H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 pada penelitian yang terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Persentase Pasien Berdasarkan Usia KBE IBP No Usia Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 <1 1 1, , , , , >65 4 5, Jumlah % % 35

13 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia (tahun) dapat dilihat kasus pasien di KBE paling banyak terjadi pada umur rentang tahun yaitu sebanyak 31 pasien (39,74%), dan kasus pasien di IBP paling banyak terjadi pada umur rentang tahun sebanyak 33 pasien (33%) Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Berikut ini dapat ditampilkan karakteristik pasien KBE dan IBP RSUP. H.Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat di Tabel 4.3. Tabel 4.3 Persentase Pasien Berdasakan Jenis Kelamin KBE IBP No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Perempuan 58 74, Laki Laki 20 25, Jumlah % % Berdasarkan karakteristik dari jenis kelamin pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa, pasien perempuan di KBE terdiri dari 58 orang (74,36%) dan pasien laki - laki terdiri dari 20 orang (25,6%) sedangkan pasien perempuan di IBP terdiri dari 57 orang (57%), dan pasien laki laki terdiri dari 43 orang (43%). Tabel diatas menunjukkan pasien perempuan di KBE lebih banyak dikarenakan pasien di KBE banyak melakukan pembedahan dengan tindakan operasi caesar. 4.2 Distribusi Total Selisih Negatif Sesuai Kode INA-CBG s Berikut ini ditampilkan total selisih negatif sesuai kode INA-CBG s di KBE dan IBP periode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat di Tabel

14 Tabel 4.4 Distribusi Total Selisih Negatif Sesuai Kode INA-CBG s No Instalasi/Unit Total Selisih 1 KBE ,2 2 IBP Jumlah Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa, total selisih negatif sesuai kode INA-CBG s memliki perbedaan antara instalasi KBE dan IBP, instalasi IBP lebih besar yaitu sebesar Rp dibandingkan di KBE yaitu sebesar Rp ,2 -, hal ini kemungkinan disebabkan jumlah pasien di IBP lebih banyak dibandingkan KBE sehingga total selisih negatif yang dihasilkan juga lebih besar. 4.3 Rata Rata Selisih Biaya pada Kode INA-CBG s yang sama di KBE dan IBP Berikut ini ditampilkan rata rata selisih biaya pada kode INA-CBG s yang sama di KBE dan IBP periode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat di Tabel 4.5. Tabel 4.5 Tabel rata rata selisih biaya per pasien pada kode INA-CBG s yang sama di KBE dan IBP No Kode KBE IBP INA- CBG s Rata Rata Selisih Biaya Rata Rata Selisih Biaya 1 M-1-60-II M-1-20-II U-1-20-I K-1-40-III J-1-20-I M-1-20-I K-1-40-II M-1-80-I G-1-10-II K-1-20-III K-1-13-III K-1-10-II O-6-10-I

15 Tabel 4.5 (Lanjutan) 14 M-1-02-II J-1-20-II K-1-20-II W-1-20-I M-1-50-I ,6 19 K-4-18-I K-1-20-I W-1-20-II G-1-10-I K-1-50-I Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa, selisih negatif tertinggi di KBE pada kode INA-CBG s M-1-60-II (Sprosedur sistem muskoletal dan jaringan penghubung lain lain kategori sedang) yaitu sebesar Rp sedangkan selisih negatif tertinggi di IBP pada kode INA-CBG s yang sama terdapat perbedaan yaitu Rp Menurut Thabrani (2011), perbedaan selisih yang dihasilkaan tersebut dapat dikarenakan beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan yaitu, komponen inflasi biaya rumah sakit, kebijakan pemerintah, pembayar pihak ketiga (asuransi), maupun tenaga kesehatan sendiri (Mawaddah dan Tasmiatun, 2015). Hal lain mungkin disebabkan kurangnya pengendalian biaya dengan melakukan suatu evaluasi atau peninjauan tarif. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, mengamanatkan tarif ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun. Upaya peninjauan tarif dimaksudkan untuk mendorong agar tarif semakin merefleksikan actual cost dari pelayanan yang telah diberikan rumah sakit. Selain itu untuk meningkatkan keberlangsungan sistem pentarifan yang berlaku, mampu mendukung kebutuhan medis yang diperlukan dan dapat memberikan reward 38

16 terhadap rumah sakit yang memberikan pelayanan dengan outcome yang baik. Untuk itu keterlibatan rumah sakit dalam pengumpulan data koding dan data costing yang lengkap dan akurat sangat diperlukan dalam proses updating tarif (PerMenkes No 27, 2014). Ketepatan pengodean diagnosis dan prosedur akan mempengaruhi ketepatan tarif software INA-CBG s dengan demikian jarak perbedaan tarif juga ditentukan oleh ketepatan pengodean (Wijayanti dan Sugiarsi, 2011). 4.4 Distribusi Biaya Laboratorium Berikut ini ditampilkan distribusi biaya laboratorium pasien KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April September 2016 yang dapat dilihat Pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Biaya Laboratorium No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Laboratorium Jumlah Rata rata Biaya Laboratorium (orang) 1 J-1-20-I J-1-20-II K-1-20-I K-1-20-III O-6-10-I M-1-20-I K-1-20-II M-1-20-II W-1-20-I M-1-80-I K-1-10-II K-4-18-I K-1-13-III U-1-20-I M-1-50-I K-1-50-I M-1-60-II K-1-40-III G-1-10-I G-1-10-II

17 Tabel 4.6 (Lanjutan) 21 K-1-40-II M-1-02-II W-1-20-II Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa, rata rata biaya laboratorium tertinggi pada kode INA-CBG s J-1-20-I (prosedur sistem pernapasan non kompleks kategori ringan) yaitu sebesar Rp dan kemudian pada kode INA-CBG s J-1-20-II (prosedur sistem pernapasan non kompleks kategori sedang) yaitu sebesar Rp , kemudian pada kode INA-CBG s K-1-20-I (prosedur intestinal kompleks kategori ringan) yaitu sebesar Rp Berkembangnya ilmu pengetahuan dan kedokteran membuat pelayanan medis menjadi lebih canggih membuat masyarakat semakin kritis. Hal ini mendorong para dokter kadang terpaksa melakukan pemeriksaan yang berlebihan (over utilization), demi kepastian atas tindakan mereka dalam melakukan pengobatan, sehingga konsekuensinya adalah terjadi peningkatan biaya medis yang ditanggung pasien, baik berupa pemeriksaan laboratorium maupun pelayanan penunjang yang lain (Nurul dan Sihombing, 2013). Dalam melakukan pemeriksaan seharusnya dipedomani berdasarkan suatu standar atau clinical pathway, sehingga pemeriksaan yang dilakukan tidak berlebihan dan sesuai. Karena jika pemeriksaan tidak dipedomani dengan suatu standar atau clinical pathway, maka kemungkinan terjadinya ketidak efisienan biaya pemeriksaan. Penggunaan clinical pathway juga harus dievaluasi agar dalam penggunaannya tenaga medis lebih patuh, hal ini akan membantu dalam memperbaiki program yang dijalankan. Clinical pathway menyajikan instrumen manajemen strategis yang juga berfungsi sebagai instrumen untuk pengendalian biaya, dan dapat berkontribusi untuk transparansi dalam penyedia layanan (Astuti, 2017). 40

18 4.5 Distribusi Biaya Pelayanan Radiologi Berikut ini ditampilkan distribusi biaya pelayanan Radiologi pasien KBE RSUP. H.Adam Malik Medan periode April September 2016 yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Biaya Pelayanan Radiologi No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Radiologi Jumlah Rata Rata Biaya Radiologi (orang) 1 M-1-20-II G-1-10-II G-1-10-I M-1-60-II M-1-80-I K-1-20-I K-1-10-II K-1-40-II M-1-20-I M-1-02-II K-1-20-II K-1-20-III K-4-18-I U-1-20-I M-1-50-I ,14 16 K-1-50-I K-1-13-III O-6-10-I W-1-20-II J-1-20-I J-1-20-II K-1-40-III W-1-20-I Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa, rata rata biaya pelayanan radiologi tertinggi pada kode INA-CBG s M-1-20-II (prosedur pada paha dan sendi panggul selain sendi mayor kategori sedang), yaitu sebesar Rp , kemudian pada kode INA-CBG s G-1-10-II (prosedur pada kraniotomi kategori sedang) yaitu sebesar Rp , dan kemudian pada kode INA-CBG s G-1-10-I (prosedur pada kraniotomi kategori ringan) yaitu sebesar Rp Biaya 41

19 pelayanan merupakan salah satu penyebab terjadinya kesenjangan tarif dikarenakan biaya yang dikeluarkan tinggi, sehingga tidak efisien dalam pengendalian biaya aktual rumah sakit. Dalam menjalankan sistem INA-CBG s pihak rumah sakit harus membangun komunikasi yang baik antara tim dokter dengan manajemen untuk mengurangi variasi pelayanan dan pilih layanan yang paling efektif dengan membuat dan menjalankan clinical pathway serta mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya, untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu, efisien dan efektif (PerMenkes No 27, 2014). Dalam melakukan pemeriksaan, tenaga medis yang bekerja harus melakukan pemeriksaan secara profesional, komunikasi antar tenaga medis dibutuhkan agar pemeriksaan yang dilakukan sesuai dan tidak berlebihan. Sehingga biaya yang dikenakan lebih efisien sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. 4.6 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis Berikut ini ditampilkan penggunaan obat /barang medis di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang akan dibandingkan dengan kode INA-CBG s yang sama dengan IBP dilihat pada Tabel 4.8 dan Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di KBE Berikut ini ditampilkan penggunaan obat /barang medis di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang akan dibandingkan dengan kode INA-CBG s yang sama dengan IBP dilihat pada Tabel

20 Tabel 4.8 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di KBE No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Jumlah (orang) Rata Rata Biaya 1 M-1-80-I K-1-40-II 179, M-1-20-II G-1-10-II ,50 5 K-1-20-II K-1-20-I M-1-02-II W-1-20-II 159, G-1-10-I 10, M-1-20-I K-1-13-III K-1-40-III K-1-10-II O-6-10-I 4602, ,16 15 M-1-60-II W-1-20-I ,50 17 J-1-20-I J-1-20-II U-1-20-I M-1-50-I K-1-50-I K-1-20-III ,50 23 K-4-18-I , Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di IBP Berikut ini ditampilkan penggunaan obat /barang medis di IBP RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang akan dibandingkan dengan kode INA-CBG s yang sama dengan KBE dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di IBP No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Jumlah (orang) Rata Rata Biaya 1 M-1-80-I ,50 2 J-1-20-II ,33 3 M-1-20-II 1.010, , G-1-10-I

21 Tabel 4.9 (Lanjutan) 5 M-1-60-II G-1-10-II K-1-20-I K-1-40-II M-1-20-I K-1-20-III ,17 11 K-1-20-II ,44 12 W-1-20-II O-6-10-I ,20 14 W-1-20-I 1.060, ,43 15 K-1-10-II J-1-20-I M-1-02-II , ,07 18 U-1-20-I 868, ,94 19 K-1-50-I 27, K-1-40-III K-4-18-I K-1-13-III M-1-50-I 244, Berdasarkan Tabel 4.8 distribusi biaya obat/barang medis di KBE dapat dilihat bahwa, biaya obat/barang medis tertinggi pada kode INA-CBG s M-1-80-I (prosedur anggota tubuh atas kategori ringan) yaitu sebesar Rp , kemudian pada kode INA-CBG s kemudian pada kode INA-CBG s K-1-40-II (prosedur sistem pencernaan kategori sedang) yaitu sebesar Rp ,dan kemudian M-1-20-II Rp Jika dibandingkan dengan biaya obat/barang medis di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama dengan KBE pada Tabel 4.9 maka dapat dilihat bahwa kode INA-CBG s M-1-80-I yaitu sebesar Rp ,5, kemudian pada kode INA-CBG s K-1-40-II yaitu sebesar Rp , dan kemudian pada kode INA -CBG s M-1-20-II Rp Rata- rata biaya pada kode INA-CBG s M-1-80-I, dan M-1-20-II lebih besar dibandingkan dengan KBE sedangkan kode INA- CBG s K-1-40-II lebih kecil dibandingkan dengan KBE. Perbedaan tersebut 44

22 kemungkinan dapat disebabkan kurangnya pengendalian dan evaluasi sehingga besarnya biaya obat/barang medis yang dikeluarkan. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya (Permenkes No 27, 2014). Pengendalian dan evaluasi sebaiknya dilakukan secara terkoordinir. Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang - kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan obat yang berkelanjutan (Permenkes No 72, 2016). Penggunaan obat obatan yang berlebihan banyak faktor yang meyebabkan hal tersebut terjadi, permintaan yang berlebih dari tenaga medis karena kurangnya pengendalian, proses entri pengembalian obat/barang medis yang kurang akurat, atau dapat juga disebabkan karena kebutuhan pasien. Jika hal tersebut tidak dilakukan evaluasi dan perbaikan maka rumah sakit akan dikenakan biaya aktual yang tinggi dan dapat menyebabkan selisih negatif bagi rumah sakit. 4.7 Distribusi Cost of Illness Berikut ini ditampilkan biaya total pelayanan pasien KBE RSUP. H. Adam Malik Medan pada pe[riode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat pada Tabel

23 Tabel 4.10 Persentase Cost of Illness No Kode INA- CBG s Pelayanan Laboratorium (%) Pelayanan Radiologi (%) 1 G-1-10-I (5,29) (22,93) 2 G-1-10-II (4,63) (21,51) 3 J-1-20-I (39,43) (0) 4 J-1-20-II (38,43) 5 K-1-10-II (13,33) 6 K-1-13-III (12,48) 7 K-1-20-I (23,33) 8 K-1-20-II (12,99) 9 K-1-20-III (34,96) 10 K-1-40-II (9,7) 11 K-1-40-III (8,6) 12 K-1-50-I (17,79) 13 K-4-18-I (26,65) 14 M-1-02-II (6,11) 15 M-1-20-I (18,10) 16 M-1-20-II (9,80) 17 M-1-50-I (17,55) 18 M-1-60-II (7,10) 19 M-1-80-I (8,18) 20 O-6-10-I (22,27) 21 U-1-20-I (`15,49) (0) (8,56) (2,56) (7,85) (5,64) (5,91) (5.86) 0 (0) (4,66) (10,62) (7,18) (7,67) (19,87) ,14 (5,02) (18,60) (5,90) (2,38) (6,04) Obat/Barang Medis (%) (71,76) ,5 (73,85) (60,56) (62,15) (78,10) (84,95) (72,33) ,714 (81,27) ,5 (57) (88,82) (91,39) (77,53) ,67 (62,71) (86,70) (79,05) (70,31) (73,20) (73,20) (91,62) ,158 (75,34) (78,46) Total (%) , ,

24 Tabel 4.10 (Lanjutan) 22 W-1-20-I (18,48) 23 W-1-20-II (4,33) 0 (0) (2,67) ,5 (81,51) (92,98) , Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa, persentase biaya langsung medis dengan persentase tertinggi terdapat pada obat/barang medis yaitu sebesar 92,98 % pada kode INA-CBG s W-1-20-II (prosedur pada rahim dan adeneksa kategori sedang) kemudian pengunaan obat/barang medis yaitu sebesar 91,62 % pada kode INA-CBG s M-1-80-I dan kemudian penggunaan obat/barang medis yaitu sebesar 91,39 % pada kode INA-CBG s K-1-40-III (prosedur sistem pencernaan kategori berat). Upaya pelayanan kesehatan untuk melakukan kendali biaya sekaligus kendali mutu adalah dengan menerapkan suatu standarisasi pelayanan. Salah satu bentuk standarisasi pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk formularium obat. Obat merupakan komoditi menarik dari industri rumah sakit. Obat bahkan mencapai lebih dari 40 % komponen biaya pelayanan kesehatan. Menurut Kongsvedt (2009) formularium obat merupakan suatu daftar obat yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan medis dan jenis obat yang dinilai efektif dan lebih efisien (Aden, 2012). 4.8 Distribusi Pelayanan Per Bulan Berikut ini ditampilkan biaya pelayanan pada setiap bulannya di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat pada Tabel

25 Tabel 4.11 Biaya Pelayanan Per Bulan No Bulan Laboratorium Radiologi Obat/Barang Medis 1 April Mei Juni Juli Agustus September ,00 Total Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa, jumlah biaya tertinggi terdapat pada biaya pelayanan obat/barang medis yaitu sebesar Rp , dan biaya pelayanan tertinggi terdapat pada penggunaan obat/barang medis di bulan Juni Rp Hal tersebut menunjukkan biaya obat/barang medis merupakan komponen biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan komponen lainnya, hal ini sebaiknya dilakukan evaluasi untuk dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan rumah sakit agar tidak menyebabkan biaya yang terlalu tinggi. 4.9 Distribusi 15 Penggunaan Obat Terbanyak Berikut ini ditampilkan 15 penggunaan obat terbanyak di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang dilihat pada Tabel Tabel Penggunaan Obat Terbanyak No Nama Obat Jumlah Total Biaya 1 Ringer Laktat Larutan infus botol ml 2 Natrium Klorida 0,9% 100 ml ,20 3 Fentanil injeksi 0,05 mg/ml (Sebagai Sitrat) 2 ml 4 Otsu Water injeksi ml 5 Oxytoxin injeksi 10 IU/ml Ketorolac injeksi 30 mg / ml ampul 1 ml

26 Tabel 4.12 (Lanjutan) 7 Deksametason injeksi 5mg/ml ,40 (Sebagai Natrium F) 8 Epinefrine injeksi 0,1 % ( sebagai ,00 Asam Klorida / Bitartrat 9 Atropin Sulfas 0,25 % injeksi ,00 10 Ranitidine injeksi 50mg/ 2 ml 93 2 ml 11 Asam Traneksamat injeksi ,60 mg/ 5 ml ampul 12 Propofol - Fresofol 1 % MCT/ ,00 LCT 13 Metilergometrin injeksi 0, ,00 mg/ml 14 Lidokain asam klorida 2 %(HCL) ,80 15 Roculax injeksi 5 ml ,00 Total ,02 Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa penggunaan obat terbanyak terdapat pada penggunaan ringer laktat larutan infus botol 500 ml sebanyak 305 dengan biaya sebesar Rp kemudian pada penggunaan Natrium Klorida 0,9 % 100 ml yaitu sebanyak 299 dengan biaya sebesar Rp ,20, dan kemudian pada penggunaan fentanil injeksi 0,05 mg/ml (Sebagai Sitrat) 2 ml yaitu sebanyak 229 dengan biaya sebesar Rp Penggunaan obat yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerugian bagi rumah sakit, sehingga perlu dilakukannya pengelolaan dan pengendalian yang baik. Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yang mengatakan bahwa instalasi farmasi harus memiliki tim perencana obat dan menyusun rencana kerja untuk peningkatan mutu serta pencapaian target yang telah ditetapkan. Pemilihan obat harus disesuaikan dengan formularium rumah sakit yang berdasarkan formularium nasional (Darmawansyah, dkk., 2017) 49

27 4.10 Distribusi 15 Penggunaan Barang Medis Terbanyak Berikut ini ditampilkan 15 penggunaan barang medis terbanyak di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang dilihat pada Tabel Tabel Penggunaan Barang Medis Terbanyak No Nama Obat Jumlah Total Biaya 1 Topi (Nurse Cup) One ,84 2 Masker Tali OM Disposable Syringe / Spuit 3 cc ,12 4 Sarung Tangan Steril No. 7, Sarung Tangan Steril No. 7, Celemek Plastik / Apron ,52 7 Disposable Syringe / Spuit 5 cc ,66 8 Cuticell Classic 10cm x10cm ,16 9 Sikat Operasi/ Scrub Brush Steril Sarung Tangan NS M Ax Sarung Tangan Steril No. 6, Sarung Tangan Steril No. 8, Silk Peters 2/0 S25339 TP ,20 14 Disposable Syringe / Spuit 10 cc Sarung Tangan Karet Panjang Total ,50 Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa penggunaan barang medis terbanyak terdapat pada penggunaan Topi (Nurse Cup) One sebanyak 599 dengan biaya sebesar Rp ,84 kemudian pada penggunaan Masker Tali OM yaitu sebanyak 440 dengan biaya sebesar Rp , dan kemudian pada penggunaan Disposable Syringe / Spuit 3 cc yaitu sebanyak 369 dengan biaya sebesar Rp ,12. Penggunaan perbekalan farmasi yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian bagi rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, sedangkan Komite Farmasi dan Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab 50

28 dalam penetapan formularium. Agar pengelolaan perbekalan farmasi dan penyusunan formularium di rumah sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan adanya tenaga yang profesional di bidang tersebut. Untuk menyiapkan tenaga profesional tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) (Kemenkes, 2010) 4.11 Distribusi Obat Berdasarkan Formularium Nasional Berikut ini ditampilkan penggunaan obat berdasarkan Formularium Nasional (Fornas) 2016 di KBE periode April 2016 September 2016 yang dilihat pada Tabel Tabel 4.14 Persentase Obat Berdasarkan Formularium Nasional No Berdasarkan Fornas Jumlah Persentase (%) 1 Sesuai Fornas 57 69,51 2 Tidak Sesuai Fornas 25 30,49 Total Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa, penggunaan obat sesuai Fornas sebanyak 57 item obat (69,51%), dan yang tidak sesuai Fornas sebanyak 25 item obat (30,49%), hal ini berarti masih adanya obat obatan yang digunakan tidak berdasarkan Fornas, masih kurangnya pengendalian dan evaluasi, sehingga hal ini juga dapat dijadikan penyebab terjadinya selisih negatif pada rumah sakit. 51

29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan kesimpulan penelitian ini adalah : a. Berdasarkan perhitungan COI, biaya langsung medis dengan persentase tertinggi di KBE ditunjukkan pada penggunaan obat/barang medis yaitu sebesar 92,98 % pada kode INA-CBG s W-1-20-II (prosedur pada rahim dan adeneksa kategori sedang) b. Berdasarkan perbedaan selisih negatif antara KBE dan IBP, selisih negatif tertinggi di KBE pada kode INA-CBG s M-1-60-II (prosedur sistem muskoletal dan jaringan penghubung lain lain kategori sedang) yaitu sebesar Rp sedangkan selisih negatif tertinggi di IBP pada kode INA-CBG s yang sama terdapat perbedaan yaitu Rp , selisih negatif di IBP lebih tinggi dibandingkan di KBE c. Berdasarkan perhitungan COI, Perbedaan biaya obat/barang medis di KBE dan IBP yaitu biaya obat/barang medis tertinggi di KBE pada kode INA- CBG s M-1-80-I (prosedur anggota tubuh atas kategori ringan) sebesar Rp Jika dibandingkan dengan biaya obat/barang medis di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama dengan KBE yaitu sebesar Rp ,50, hal ini menunjukkan biaya penggunaan obat di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama lebih besar dibandingkan KBE. 52

30 5.2. Saran a. Bagi tenaga kesehatan - Diharapkan bekerja sesuai prosedur yang ada dengan perpedoman pada standar pelayanan medis dan formularium rumah sakit, standar operasional panduan praktik klinis, agar pengendalian biaya di rumah sakit bisa berjalan secara efisien dan efektif, sehingga selisih biaya tidak terus terjadi, dan evaluasi terhadap biaya rumah sakit dijalankan secara berkala dan harus disesuaikan antara biaya rumah sakit dengan tarif INA-CBG s - Tenaga medis yang bekerja lebih meningkatkan komunikasi agar dalam proses pengambilan keputusan terkait terapi alternatif pasien dapat berjalan dengan baik - Penyusunaan perencanaan biaya sebaiknya melibatkan dokter, farmasi, perawat, ahli gizi, dan bagian keuangan verifikasi askes. b. Bagi peneliti selanjutnya - Penelitian ini belum memperlihatkan unit cost pelayanan yang lebih terperinci, dan peneliti dapat mnegevaluasi jenis cost selanjutnya dengan penelitian ini sebagai acuannya - Dilakukan evaluasi COI pada suatu penyakit tertentu. 53

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan diambil melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 1. Gambaran karakteristik Pasien Hasil penelitian diperoleh jumlah subjek sebanyak 70 pasien. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang begitu pesat menuntut perubahan pola pikir bangsa - bangsa di dunia termasuk Indonesia dari pola pikir tradisional menjadi pola pikir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif di sini bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik masyarakat umum maupun peserta asuransi kesehatan misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan salah satu bagian penting dalam membantu pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah prosedur persalinan melalui pembedahan irisan di perut ibu (laparotomi) dan rahim (histerotomi)

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis dan informasi kesehatan menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

AMAL C. SJAAF PURNAWAN JUNADI ATIK NURWAHYUNI

AMAL C. SJAAF PURNAWAN JUNADI ATIK NURWAHYUNI AMAL C. SJAAF PURNAWAN JUNADI ATIK NURWAHYUNI DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA INA-HEA, 9 APRIL 2015 Latar Belakang Undang-undang No 29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap orang demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat (1) Rumah Sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia jasa maupun bagi masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan. Menurut Pohan (2012) pendekatan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang 1 BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang Aneurisma aorta abdominalis adalah dilatasi aorta dengan ukuran lima puluh persen melebihi ukuran diameter pembuluh normal, ukuran diameter aneurisma 3 cm dianggap

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan HALAMAN PENGESAHAN. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan 3. Ketua Tim Pengusul :. Nama Lengkap : Dr. Firman Pribadi, Msi 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. NIK : 4. Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bedah caesar merupakan metode yang semakin sering digunakan dalam proses melahirkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka kejadian bedah caesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit tidak menular (non communicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan di beberapa negara berkembang. Peningkatan penderita penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN TIDAK MAMPU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TONGAS KABUPATEN PROBOLINGGO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik pendekatan secara cross sectional dengan mengambil data

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik pendekatan secara cross sectional dengan mengambil data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik observasional dengan teknik pendekatan secara cross sectional dengan mengambil data retrospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara rinci tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis pada bukti-bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Lampiran I Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo DIREKTUR SATUAN PENGAWAS INTERNAL KOMITE WAKIL DIREKTUR KEUANGAN DAN UMUM WAKIL DIREKTUR PELAYANAN BAGIAN UMUM & PEMASARAN BAGIAN SUMBER

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang bersifat deskriptif, menggunakan data primer dan data skunder dari rumah sakit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal tahun 2014 di Indonesia menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Danita Dwityana Gamalwan 1, Firman Pribadi 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin meningkat. Hal itu terbukti dengan tidak pernah kosongnya rumah sakit yang ada di Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 dijelaskan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk

Lebih terperinci

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dr. Moch Bachtiar Budianto,Sp.B (K) Onk RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG PEMBAHASAN REGULASI ALUR PELAYANAN PERMASALAHAN REGULASI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kematian maternal dan neonatal merupakan dua dari delapan kunci Millenium Development Goals (MDGs) (WHO, 2015). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011 PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011 Musarovah 1, Sri Sugiarsi 2, Moch Arief TQ 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai 1 Januari 2014, telah mengubah paradigma pembiayaan kesehatan di Indonesia. Pelayanan kesehatan dalam era

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian rumah sakit berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Clinical Pathway Definisi clinical pathway menurut Firmanda (2005) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, meliputi promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif,

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 2016 TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL Oleh : Linda Handayuni Dosen Prodi D-3 RMIK

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pelaksanaan praktik kedokteran seperti rumah sakit, harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi penyebab utama kematian di negara- negara maju dan tampak adanya kecenderungan meningkat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, rumah sakit merupakan institusi yang kompleks, dinamis, kompetitif, padat modal dan padat

Lebih terperinci

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Abstrak

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Abstrak COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Umi Nafisah Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta Abstrak Hemofilia merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup (Kepmenkes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterapkannya aturan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak tanggal 1 Januari 2014 menuntut agar rumah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NOMOR : 10 TAHUN 2009

NOMOR : 10 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 17 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dituntut adanya perubahan berbagai aspek, termasuk perubahan dalam dunia kesehatan. Adanya ketimpangan kualitas di negara maju dan negara berkembang

Lebih terperinci

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Latar Belakang 2. Sistem Pembiayaan dalam SJSN 3. Contoh dari negara lain (US) 4. Kondisi Yang Diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan LAMPIRAN Lampiran I 98 Panduan Wawancara Nama Umur Jabatan Pendidikan Lama bekerja :. :. :. :. :. NO Uraian Jawaban /Penjelasan 1 2 Apakah saudara mengetahui adanya Standar Operasional Prosedur Rekam Medis/Koding

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN RETRIBUSI JASA SARANA DAN JASA PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan BAGAN ORGANISASI INSTALASI FARMASI Komite Farmasi & Terapi Direktur RSUD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem Jaminan Sosial Negara (SJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ini, diperlukan sebuah sistem

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 30 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci