BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

PNPM MANDIRI PERDESAAN

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

(PNPM : : PJOK,

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kegiatan. perencanaan program sudah berjalan dengan baik.

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI NON BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

- 1 - KABUPATEN MALANG KECAMATAN WAGIR

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Desa Tarai Bangun. yaitu Dusun IV Tarai dan Dusun V Rawa Bangun.

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada uraian di bawah ini :

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

LAPORAN PERKEMBANGAN KINERJA KOMITE PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini media cetak maupun media elektronik di Indonesia,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

LKIP LKIP DPMD 2016/subagpenyusunanprogram IKHTISAR EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV terdapat salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

SALINAN SKKNI FPM. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) STANDAR KOMPETENSI KERJA FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KAPASITAS KEGIATAN SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN (BUKU I)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat) atau yang disingkat dengan DOUM dengan tujuan mendorong peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat desa. Program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air ini mengadopsi prinsip dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1998. Menurut Pretty dan Guijt (1992) dalam Mikkelsen (2011:56) mengatakan bahwa pendekatan pembangunan partisipatoris harus mulai dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Pendekatan ini harus menilai dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka serta memberikan sarana yang diperlukan bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri. Pendapat Pretty dan Guijt tersebut mengindikasikan bahwa seorang Fasilitator Program dengan pendekatan partisipatoris harus bisa melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan di setiap tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pemeliharaan hasil-hasil kegiatan dan memberikan akses kepada masyarakat untuk memberikan umpan balik. Pendapat tersebut sejalan dengan fungsi Fasilitator Program PNPM Mandiri Perdesaan sebagaimana dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) penjelasan 1

II yang menjelaskan bahwa fungsi Fasilitator adalah sebagai narasumber, sebagai guru dan sebagai mediator. Fasilitator sebagai narasumber tentunya harus mempunyai pemahaman dan informasi yang cukup tentang program dan masyarakat, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Sedangkan sebagai guru, fasilitator dibutuhkan untuk membantu mengembangkan potensi yang ada di masyarakat dengan mengedepankan pemberdayaan sebagai ruh program. Sementara itu, fasilitator sebagai mediator diharapkan mampu memediasi masyarakat dalam hal membangun kerjasama dengan pihak ketiga dan memediasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dengan memberikan berbagai alternatif kesepakatan, tetapi fasilitator bukan sebagai pembuat keputusan. Fungsi Fasilitator sebagaimana dijelaskan dalam PTO PNPM Mandiri Perdesaan tersebut juga diperkuat dengan pendapatnya Chambers dalam Mikkelsen (2011:69) yang mengatakan bahwa Prinsip tambahan yang ditekankan dalam penilaian perdesaan yang partisipatoris bagi seorang fasilitator antara lain: (1) Fasilitasi, dimaksudkan untuk pelancaran dalam hal investigasi, analisis, dan presentasi oleh masyarakat pedesaan sendiri. Seorang fasilitator diperlukan sebagai penggerak suatu proses yang kemudian membiarkan proses berlanjut tanpa interupsi olehnya. (2) Kesadaran otokritik dan tanggungjawab, kesadaran otokritik berarti seorang fasilitator harus terus mawas diri dan selalu berupaya menjadi lebih baik. Seorang fasilitator harus bisa menerima kesalahan sebagai hikmah untuk menjadi lebih baik. Sedangkan tanggungjawab dimaknai sebagai penerimaan tanggungjawab 2

pribadi, bukan menggunakan tanggungjawab itu dalam cara yang kaku. (3) Pertukaran informasi dan gagasan, dilakukan antara masyarakat dengan fasilitatornya, antara fasilitator dengan fasilitator lainnya atau satu organisasi dengan organisasi lainnya. Penerapan pendampingan kegiatan oleh Fasilitator Program PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Gresik dihadapkan pada situasi yang sulit, dimana disatu sisi program PNPM Mandiri Perdesaan ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang menuntut adanya partisipasi masyarakat, tetapi disisi lain Fasilitator Program juga dituntut progres yang cepat, sehingga berdampak pada pola komunikasi yang mereka lakukan dengan masyarakat dan pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan lainnya, komunikasi yang lebih cenderung instruktif bukan komunikasi yang partisipatif. Ditinjau dari fungsi fasilitator sebagai narasumber dalam memberikan informasi tentang program baik dalam bentuk musyawarah, pelatihan atau rapat koordinasi Kader Pemberdsayaan Masyarakat Desa (KPMD), Fasilitator lebih cenderung mendominasi, masyarakat kurang antusias dalam memberikan umpan balik terhadap apa yang disampaikan oleh Fasilitator. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan berkomunikasi fasilitator masih kurang baik (kemapuan presentasi, kemapuan menyemangati orang lain dan kemampuan berinovasi). Ditinjau dari fungsi fasilitator sebagai guru yang diharapkan mampu membantu dalam mengembangkan potensi yang ada di masyarakat, namun dalam kenyataannya fasilitasi yang dilakukan oleh Fasilitator Program masih terpusat pada penyerapan dana BLM, mereka terjebak pada tuntutan 3

administrasi dan progres yang cepat sehingga kurang berkonsentrasi pada terwujudnya misi program, yaitu: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya, (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, (3) pengefektifan peran dan fungsi pemerintah lokal, (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat, dan (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Ditinjau dari fungsi fasilitator sebagai mediator yang diharapkan mampu memediasi dan menstimulasi potensi masyarakat serta memediasi permasalahanpermasalahan yang ada dimasyarakat dengan memberikan berbagai alternatif kesepakatan tanpa ada intervensi, tetapi dalam fasilitasinya, komunikasi yang diterapkan oleh fasilitator lebih cenderung bersifat instruktif, hal ini menunjukkan adanya intervensi atau pengambilalihan peran. Hal ini mengindikasikan prinsip fasilitasi kurang bisa berjalan dengan baik, sehingga jauh dari nilai-nilai pemberdayaaan dan misi pelembagaan sistem pembangunan partisipatif. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Koordinator Povinsi Jawa Timur dalam acara Semiloka Kabupaten Gresik Tahun 2013 tentang kondisi kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan, diataranya: kelembagaan Unit Pengelola Kegiatan (UPK), kelembagaan Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan (BP-UPK) dan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD). Permasalahan utama kelembagaan UPK antara lain adalah aturan yang ada (SOP) belum mencerminkan kondisi riil dan sebagian besar pengurus belum memahami, mekanisme kerja belum mengacu pada aturan yang ada, hubungan antar pengurus belum berjalan dengan baik, kinerja keuangan 4

masih banyak yang kurang sehat (tingginya uang yang mengendap di bank dan tingginya tingkat tunggakan) dan lemahnya kontrol terhadap UPK yang berdampak pada tingginya penyalagunaan dana oleh pengurus UPK. Sedangkan permasalahan utama kelembagaan BP-UPK antara lain adalah mekanisme dan aturan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) belum dipahami secara baik oleh para pengurus, mekanisme kerja belum mengacu pada aturan yang ada dan kapasitas sebagian besar pengurus masih jauh dari harapan. Sementara itu permasalahan utama kelembagaan BKAD antara lain adalah aturan yang ada (aturan dasar) belum mencerminkan kondisi riil dan sebagian besar pengurus belum memahami, sebagian besar BKAD masih berkutat dengan Dana BLM dan belum mampu membangun kerjasama dengan pihak ketiga dan sebagian besar BKAD, dokumen pendiriannya masih belum lengkap. Secara kuantitatif, indikasi menurunya kinerja Fasilitator ditunjukkan oleh menurunnya angka partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa program PNPM Mandiri Perdesaan. Secara kumulatif dari 253 desa di 13 Kecamatan wilayah program PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Gresik menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam program PNPM Mandiri Perdesaan mulai mengalami grafik naik turun seiring dengan pergantian kepemimpinan, baik fasilitator ditingkat kecamatan maupun fasilitator ditingkat kabupaten. Pada tahun 2009 angka partisipasi masyarakat sebanyak 31.887 orang dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 dengan partisipasi masyarakat sebanyak 44.256 orang, sedangkan pada tahun 2011 angka partisipasi masyarakat mulai menurun, yaitu sebanyak 32.639 dan tahun 5

2012 angka partisipasi masyarakat kembali menurun dengan jumlah partisipasi sebanyak 31.305 orang. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa ada korelasi antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat, dimana partisipasi masyarakat merupakan indikator keberhasilan program PNPM Mandiri Perdesaan sekaligus menjadi salah satu ukuran kinerja Fasilitator Program.Menurut Lund dalam mikkelsen (2011 : 61) mengatakan bahwa kurangnya partisipasi merupakan suatu ekspresi dari ketidakmampuan untuk berpartisipasi: kurangnya dana, pendidikan, dan sumber-sumber lain, serta tingkat organisasinya rendah. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan adanya kesenjangan antara misi pemberdayaan masyarakat dan penerapan pendampingan yang dilakukan oleh Fasilitator Program, dimana disatu sisi program PNPM Mandiri Perdesaan menekankan pada pemberdayaan masyarakat sehingga lebih menekankan pada berorientasi proses, sedangkan disisi lain Fasilitator Program juga dituntut adanay progres yang cepat sehingga mereka juga menekankan pada orientasi hasil. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Fasilitator Program PNPM Mandiri Perdesaan dilapangan tersebut memberikan sinyalemen bahwa ada sesuatu yang perlu dicermati dan dikaji ulang tentang penerapan gaya kepemimpinan yang efektif dalam penerapan program PNPM Mandiri Perdesaaan dan variabel-veriabel penting yang mempengaruhi kinerja Fasilitator Program di tingkat kecamatan. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka menarik untuk diteliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja Fasilitator Program melalui motivasi dan knowledge sharing. 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi berprestasi? 2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap knowledge sharing? 3. Bagaimana pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja Fasilitator Porgram? 4. Bagaimana pengaruh knowledge sharing terhadap kinerja Fasilitator Program? 5. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja Fasilitator Program melalui motivasi berprestasi? 6. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja Fasilitator Program melalui knowledge sharing? C. Tujuan Penelitian Berdasrkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi berprestasi. 2. Menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap knowledge sharing. 3. Menguji pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja Fasilitator Program. 4. Menguji pengaruh knowledge sharing terhadap kinerja Fasilitator Program. 5. Menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja Fasilitator Program melalui motivasi berprestasi. 7

6. Menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja Fasilitator Program melalui knowledge sharing. D. Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap perkembangan teori kepemimpinan dengan pendekatan studi perilaku. 2. Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan review bagi penerapan gaya kepemimpinan yang efektif untuk program PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Gresik. 3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan melalui peningkatan kinerja Fasilitator Program ditingkat kecamatan. 8