UJI SITOTOKSIK EKSTRAK N-HEKSAN DAUN BOTTO -BOTTO (Chromolaena odorata L.) TERHADAP CELL LINE KANKER KOLON WiDr

dokumen-dokumen yang mirip
PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)

Mengganggu transport elektron pada Mitokondria

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

IDENTIFIKASI EKSTRAK DAUN KOPASANDA (Chromolaena odorata Linn) TERHADAP SEL ANTIPROLIFERASI TIKUS LEUKEMIA L1210. Muhammad Fitrah

PROTOKOL IN VITRO NO. JENIS PROTOKOL SUMBER TGL. DIBUAT 1 PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM 2 PEMBUATAN MEDIA KULTUR LENGKAP (MK) 28/02/08

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis,

III. METODOLOGI PENELITIAN

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian, Universitas Lampung, dan Laboratorium Biokimia Puspitek Serpong.

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

Lampiran 1. Hasil identifikasi Simplisia kulit batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi, sedangkan penelitian eksperimental meliputi uji toksisitas dan

Bab III Bahan dan Metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 April 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK N-HEKSAN DAUN BOTTO -BOTTO (Chromolaena odorata L.) TERHADAP CELL LINE KANKER KOLON WiDr Dwi Wahyuni Leboe, Surya Ningsi, Anitsah Fiqardina Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, JL. Sultan Alauddin No. 36, Samata, Gowa Email: dwiwahyunileboe@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak n-heksan daun botto -botto pada cell line kanker kolon WiDr secara in vitro dan mengetahui berapa besar nilai IC50 dari ekstrak tanaman tersebut. Uji aktivitas sitotoksik ekstrak n-heksan daun botto -botto dilakukan dengan memberikan 5 seri konsentrasi bahan uji yaitu 1000 µg/ml; 500 µg/ml; 250 µg/ml; 125 µg/ml dan 62,5 µg/ml; pada sel kanker kolon WiDr yang kemudian diinkubasikan selama 24 jam. Penghitungan sel dilakukan setelah pemberian MTT dan SDS stopper. Persentase inhibisi yang dihasilkan dari masingmasing konsentrasi sampel uji secara berturut-turut adalah 97,9 %; 98,3%; 69,6%; 21,3%; dan 14,5%. Ekstrak n-heksan daun botto -botto mempunyai nilai IC50 sebesar 162,18 µg/ml. Hasil ini tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan NCI National Cancer Institute sebagai antikanker yaitu dengan range <30 µg/ml. Analisis korelasi-regresi pada grafik menunjukkan hasil yang tidak linear untuk 5 seri konsentrasi sampel uji yang digunakan. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak n-heksan daun botto -botto (Chromolaena odorata L.) tidak bersifat sitotoksik terhadap cell line kanker kolon WiDr. Kata kunci : Sitotoksik, Kanker Kolon, Sel WiDr, Chromolaena odorata L. 1

Pendahuluan Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kannker di seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya salah satunya disebabkan oleh kanker kolorektal (Kemenkes, 2015). Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada mukosa kolon dimana penyakit ini mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Berdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan oleh Haggar, et al tahun 2009 dikatakan bahwa jumlah insiden kanker kolorektal di dunia mencapai 9% dari semua jenis kanker. Berdasarkan data dari World Cancer Research Fund International (WCRF) tahun 2008 kanker kolorektal menempati peringkat ketiga setelah kanker paru dan kanker payudara sebagai kanker dengan frekuensi terbanyak dengan 1,2 juta kasus baru. Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menempatkan kanker kolorektal pada urutan keempat setelah kanker paru, kanker lambung dan kanker hati sebagai penyebab kematian akibat kanker dengan 608.000 kematian. Berdasarkan jenis kelamin penderitanya di seluruh dunia, kanker kolorektal menempati posisi kedua umum terjadi pada pria (746.000 kasus atau sebesar 10 %) dan posisi ketiga pada wanita (614.000 kasus atau 9,2%) (Globocan, 2012). Di Indonesia sudah mulai banyak data mengenai angka kejadian kanker kolorektal. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, kanker kolorektal di Indonesia berada pada peringkat 9 dari 10 peringkat utama penyakit kanker pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 1.810 dengan proporsi sebesar 4,92%. Berdasarkan data Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2010, kanker kolorektal masuk dalam 10 besar kanker tersering dimana kanker rektum menempati urutan keenam dan kanker kolon menempati urutan kedelapan. (Tatuhey dkk, 2012). Masalah kanker umumnya dapat ditangani berdasarkan pada upaya pengangkatan jaringan kanker atau dengan mematikan sel kanker tersebut serta meminimalkan efek yang tidak diinginkan terhadap sel-sel normal. Hal ini harus diimbangi dengan pemberian obat-obatan berupa kemoterapi atau penyinaran dengan sinar X untuk mengatasi kemungkinan sel telah mengalami metastasi dan untuk menghambat proliferasi sel kanker yang mungkin masih tertinggal dan perlu terus dikembangkan usaha pengembangan obat yang aman dan efektif, salah satunya melalui eksplorasi alam. Indonesia merupakan negara kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman genetik cukup banyak. Para ilmuan telah banyak menggali dan mengeksplorasi kekayaan alam untuk mencari peluang dalam mengembangkan obat-obatan baru (Hermani, 2006). Namun demikian, sampai sejauh ini baik mengenai kandungan kimia, khasiat maupun efek sampingnya (tanaman/obat herbal) belum banyak dilaporkan atau diteliti secara ilmiah. Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan masyarakat sebagai bahan obat adalah daun Botto -botto atau biasa disebut dengan nama Kirinyu (Sunda), tumbuhan ini oleh masyarakat hanya digunakan sebagai obat luka dan secara luas juga dikenal sebagai gulma padang rumput dan perkebunan. Botto -Botto, Chromolaena odorata (L) (Asteraceae: Asterales) dalam bahasa Inggris disebut siam weed merupakan gulma padang rumput yang sangat luas penyebarannya di Indonesia. Gulma ini diperkirakan sudah tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an (Sipayung et al., 1991), dan tidak hanya terdapat di lahan kering atau pegunungan tetapi juga banyak terdapat di lahan rawa dan lahan basah lainnya (Thamrin dan Asikin, 2013). Studi pendahuluan telah dilakukan dengan tujuan untuk menskrining senyawa toksik dari sampel ekstrak daun botto -botto dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan LC50 ekstrak n-heksan 10,91 µg/ml (Habritasari, 2014). Hasil dalam penelitian lain dilaporkan bahwa ekstrak n-heksan daun botto -botto berefek antimitosis pada sel telur bulubabi (Tripneustus gratilla Linn) dengan nilai IC50 yaitu 11,85 µg/ml (Pratiwi, 2014). Selain itu penelitian yang dilakukan Suriyavathana M et al., tahun 2012 membuktikan adanya kandungan dari ekstrak daun botto -botto yang memberikan efek antioksidan seperti kita ketahui bahwa antioksidan dapat menangkal radikal bebas. Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA di samping penyebab lain seperti virus. Bila kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat diperbaiki oleh sistem perbaikan 82

DNA. Namun, bila sudah menyebabkan rantai DNA terputus di berbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki lagi sehingga pembelahan sel akan terganggu. Bahkan terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit kanker (Suryo, 2008). Penelitian ini menguji aktivitas antikanker ekstrak daun botto -botto terhadap sel kanker kolon WiDr. Sel WiDr dipilih karena memiliki kelebihan yaitu mudah dikulturkan dan memiliki doubling time yang singkat bila dibandingkan dengan kultur sel kanker lainnya. Sel ini juga memiliki platting efficiency yang tinggi. (Noguchi et al., 1979). Untuk menambah data ilmiah mengenai manfaat daun botto -botto, utamanya dalam menemukan obat kanker alternatif, maka perlu dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas ekstrak n-heksan daun botto -botto terhadap penghambatan sel WiDr. Metode Penelitian Jenis Penelitian: Penelitian ini menggunakan analisis eksperimental untuk uji toksisitas senyawa aktif dari bahan alam untuk mencari obat baru secara in vitro. 1. Pengolahan Sampel Sampel yang digunakan adalah daun botto -botto yang segar, dicuci bersih dengan air mengalir kemudian dipotong-potong kecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, tidak terkena paparan sinar matahari langsung. Kemudian dilakukan esktraksi berupa maserasi. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara maserasi. Dimana maserasi merupkan metode yang paling mudah dilakukan dan menggunakan peralatan yang sederhana, yaitu dengan cara merendam sampel dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan adalah n-heksan. Sampel daun botto -botto yang sebelumnya telah dikeringkan, ditimbang sebanyak 300 gram dimasukkan dalam wadah maserasi, kemudian ditambahkan dengan cairan penyari pertama yaitu n-heksan hingga semua sampel terendam keseluruhan dan ditutup rapat. Dibiarkan selama 2 kali 24 jam sambil diaduk sekali-kali. Disaring dan dipisahkan filtratnya.. Ekstrak n-heksan yang diperoleh dipekatkan dengan alat rotary evaporator, didapatkan ekstrak kental n-heksan. 2. Pembuatan Media Kultur Dilarutkan bubuk RPMI ke dalam 800 ml akuades, kemudian ditambahkan 2 gram 4- (2-hydroxyethyl)-1 piperazineethanesulfonic acid (HEPES) dan 2 gram NaHCO3. Ditambahkan akuades sampai volume 1 L. Campuran dihomogenkan dengan cara diaduk kemudian ph diukur pada 7,2-7,4 dengan cara penambahan 1M NaOH atau 1M HCl. Sterilisasi dilakukan dengan cara menyaring menggunakan saringan membran 0,2 µm, selanjutnya ditambahkan fungsion 0,5%, Fetal Bovine Serum (FBS) 10%, dan streptomisin 1%. Ditampung ke dalam botol duran. 3. Penanaman Sel Mula-mula dilakukan panen sel. Diambil sel dari tangki nitrogen cair, amati kondisi sel. Panen sel dilakukan setelah sel 80% konfluen. Dibuang media dengan menggunakan mikropipet. Dicuci sel sebanyak 2 kali dengan PBS (volume PBS adalah ±½ volume media awal). Ditambahkan tripsin-edta (tripsin 0,25%) secara merata dan diinkubasi di dalam inkubator selama 3 menit. Ditambahkan media ± 5 ml untuk menginaktifkan tripsin. Diamati keadaan sel di mikroskop. Ditransfer sel yang telah lepas satu-satu ke dalam conical steril baru. Resuspensi sel di conical tube dari hasil panen. Diambil 10 µl panenan sel dan dipipetkan ke haemocytometer. Dihitung sel di bawah mikroskop inverted dengan bantuan counter. Dilakukan transfer sejumlah sel yang diperlukan ke dalam conical lain dan ditambahkan media komplit sesuai konsentrasi yang dibutuhkan. Jika sudah siap, ditransfer sel ke dalam sumuran, masing-masing 100 µl. Sisakan 4 sumuran kosong untuk kontrol media. Diamati keadaan sel di mikroskop inverted untuk melihat distribusi sel dan didokumentasikan. Diinkubasi 24 jam. 4. Preparasi Sampel dan Treatment Larutan Uji dibuat dengan melarutkan 10 mg ekstrak n-heksan botto botto dalam 100 µl DMSO sehingga diperoleh stok 1000 ppm. Dari larutan stok dibuat seri konsentrasi 1000 µg/ml; 500 µg/ml; 250 µg/ml; 125 µg/ml; dan 62,5 µg/ml dalam media kultur RPMI untuk uji sitotoksik. Pekerjaan ini dilakukan di LAF. Diambil plate dari inkubator CO2 untuk dibawa ke LAF. Dibuang media sel (balikkan plate 180 ) di atas tempat buangan dengan jarak 10 cm, kemudian tekan plate secara perlahan di atas tisu untuk meniriskan sisa cairan. Dimasukkan seri konsentrasi sampel ke dalam sumuran (triplo). Inkubasi di dalam inkubator CO2 selama 24 jam. 5. Uji Sitotoksik MTT Menjelang waktu akhir inkubasi, dokumentasikan kondisi sel untuk setiap perlakuan (foto dahulu). Buang media sel, tambahkan reagen MTT 100 µl ke setiap sumuran, termasuk kontrol media (tanpa sel). 83

Inkubasi sel selama 2-4 jam di dalam inkubator (sampai terbentuk formazan). Periksa kondisi sel dengan mikroskop inverted. Jika formazan telah jelas terbentuk, tambahkan stopper SDS 10% dalam 0,1 N HCl. Pekerjaan tidak perlu dilakukan di dalam LAF hood. Bungkus plate dengan kertas atau aluminium foil dan inkubasikan di tempat gelap (suhu ruangan) semalam. Selanjutnya pembacaan absorbansi, hidupkan ELISA reader, tunggu proses progressing hingga selesai. Buka pembungkus plate dan tutup plate. Masukkan ke dalam ELISA reader. Baca absorbansi masing-masing sumuran dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm tekan tombol START. Matikan ELISA reader. Simpan dan tempel kertas hasil ELISA pada LOG BOOK. Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun Botto -Botto Berat Berat % Rendemen Sampel Ekstrak 300 g 500 mg 0.16 % Tabel 2. Uji Sitotoksik WiDr Log % Nilai Konsentrasi Konsentrasi Inhibisi Probit 1000 3 97,9 7,0335 500 2,6989 98,3 7,1204 250 2,3979 69,6 5,5129 125 2,0969 21,3 4,2039 62,5 1,7958 14,5 3,9419 Sejumlah 300 gram simplisia daun botto - botto diekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan sebanyak 4 liter (dilakukan dua kali), menghasilkan ekstrak kental daun botto -botto sebanyak 500 mg. Jumlah persentase rendemen yang diperoleh dari ekstrak n-heksan daun botto -botto adalah 0,16 %. Hasil yang didapatkan pada pengujian menggunakan kultur sel WiDr untuk ekstrak n- heksan daun botto -botto dengan konsentrasi 1000 µg/ml; 500 µg/ml; 250 µg/ml; 125 µg/ml dan 62,5 µg/ml dengan nilai persentase inhibisi berturut-turut sebagai berikut 97,9%; 98,3 %; 69,6 %; 21,3 % dan 14,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi dari sampel uji yang diberikan maka semakin kecil persentase kehidupan sel kanker dan semakin besar sifat toksisitasnya. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan metode analisis probit diperoleh nilai IC50 untuk sel WiDr dari pengujian menggunakan ekstrak n-heksan daun botto - botto adalah 162,18 µg/ml µg/ml. Penetapan batas toksik penelitian ini menggunakan kriteria National Cancer Institute (NCI). Kriteria ini menyebutkan suatu ekstrak dinyatakan aktif memiliki aktivitas antikanker apabila memiliki nilai IC50 < 30 µg/ml, moderate aktif apabila memiliki nilai IC50 30 µg/ml dan IC50 < 100 µg/ml dan dikatakan tidak aktif apabila nilai IC50 > 100 µg/ml. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun botto -botto tidak aktif terhadap cell line kanker kolon WiDr karena nilai IC50 yang diperoleh lebih dari 100 µg/ml. Oleh karena itu penelitian ini akan lebih baik bila dilanjutkan pengujiannya dengan mengisolasi senyawa murni yang terkandung dalam ekstrak daun botto -botto yang mampu memberikan reaksi aktif terhadap cell line kanker dengan hasil yang memenuhi kriteria. Kesimpulan 1. Ekstrak n-heksan daun botto -botto tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap cell line kanker kolon WiDr. 2. Nilai IC50 ekstrak n-heksan daun botto -botto adalah 162,18 µg/ml. Hasil IC50 yang diperoleh > 100 µg/ml sehingga disimpulkan tidak aktif sebagai antikanker. Kepustakaan Habritasari, Annisa. Skrining Uji Toksisitas Ekstrak Etanol dan Ekstrak N-Heksan Daun Botto -Botto (Chromolaena Odorata) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Skripsi Sarjana, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2014 Haggar FA and Boushey RP. Colorectal Cancer Epidemiology: Incidence, Mortality, Survival and Risk Factors. Thieme Medical Publisher. 2009. Hermani dan Raharjo, M. Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar Swadaya. Jakarta. 2006 Kementerian Kesehatan RI. Buletin induk data dan informasi kesehatan : situasi penyaki kanker. Jakarta. 2015 Noguchi, P., Wallace, J.J., Early, M.E., O Brien S., Ferrone, S., Pellegrino, A.M., at al. Characterization of WiDr : A Human 84

Colon Carcinoma Cell Line, In Vitro. 1979 Pratiwi. Skrining Uji Efek Antimitosis Ekstrak Daun Botto -Botto (Chromolaena odorata L.) Menggunakan Sel Telur Bulubabi (Tripneustus gratilla L.). Skripsi Sarjana, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2014 Sipayung, A., R.D. De Chenon and P.S. Sudharto. Observations on Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H. Rubinson in Indonesia. Second international Wokshop on the Biological Control and Management of Chromolaena odorata. Biotrop, Bogor. 1991. Suriyavathana M et Al. In-Vitro Antioxidant Activity of Chromolaena Odorata (L.) King and Robinson. Department of Biochemistry, Periyar University. India. 2012 Suryo. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2008. Tatuhey, W.S., Nikijuluw, H., Mainase, J., Karakteristik Kanker Kolorektal Di RSUD Dr. M Haulussy Ambon Periode Januari 2012-Juni 2013. Molucca Medica: Jurnal Kedoteran dan Kesehatan Volume 4. 2014 Thamrin, M., Asikin S., dan Willis M. Tumbuhan Kirinyu Chromolaena odorata (L) (Asteraceae: Asterales) Sebagai Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Kalimantan Selatan. 2013 85