BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dalam bab terakhir ini peneliti akan menguraikan tentang kesimpulan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan kecemburuan, pola

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

HUBUNGAN ANTARA KECEMBURUAN DENGAN POLA ATTACHMENT PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KECEMBURUAN DENGAN POLA ATTACHMENT PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN SKRIPSI. Oleh : Nadia Felicia

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Attachment menurut Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) adalah

1.PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Cemburu. Kata cemburu berasal dari Yunani yaitu zelos yang berarti persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ABSTRAK... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN...

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

ABSTRAK. Kata Kunci : mahasiswa, attachment style, long-distance relationship UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. dilakukan adalah persiapan penelitian, di antaranya:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

ABSTRAK. Kata Kunci : anggota komunitas sel Superheroes, attachment to God, attachment to parent. vii

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK ii ABSTRACT iii KATA PENGANTAR iv UCAPAN TERIMA KASIH v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL ix

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah deskriptif dengan

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

B A B I PENDAHULUAN. Republika tabloid (7 November 2013) membahas pada sebuah media cetak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini peneliti akan menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga diajukan saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian di masa mendatang. 2.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan serta analisa data yang peneliti lakukan, diperoleh hasil adanya korelasi yang signifikan antara pola attachment avoidance hanya dengan tipe kecemburuan self esteem dan paranoid. Sedangkan pola attachment anxiety terdapat korelasi yang signifikan dengan kelima tipe kecemburuan yaitu obsessionality, self esteem, fear of loss, paranoid dan interpersonal sensitivity. 2.2 Diskusi Berdasarkan penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat didiskusikan, antara lain penelitian mengenai hubungan kecemburuan dengan pola attachment pada dewasa awal yang berpacaran ini menunjukan hasil bahwa temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marazziti, Consoli, Albanese, Laquidara & Baroni (2010) yang menemukan adanya korelasi antara pola attachment (avoidance dan anxiety) dengan tipe-tipe kecemburuan (obsessionality, self esteem, 1

fear of loss, paranoid dan interpersonal sensitivity). Tetapi dalam hasil penelitian ini terdapat beberapa tipe kecemburuan yang tidak memiliki korelasi yaitu antara pola attachment avoidance dengan tipe kecemburuan obsessionality, self esteem, fear of loss dan interpersonal sensitivity. Hal ini dikarenakan pola attachment avoidance berkaitan dengan seberapa jauh individu membatasi intimasi dan ketergantungan pada orang lain, sedangkan tipe-tipe kecemburuan obsessionality, self esteem, fear of loss dan interpersonal sensitivity merupakan suatu gambaran seorang individu yang menginginkan adanya intimasi, hubungan yang sangat dekat, serta cenderung ketergantungan pada pasangan. Hasil pembahasan berdasarkan hasil pengolahan data yang didapat dari pengukuran statistik, diketahui bahwa pola attachment anxiety memiliki korelasi/hubungan yang signifikan dengan kelima masing-masing dari tipe kecemburuan yaitu obsessionality, self esteem, fear of loss, paranoid dan interpersonal sensitivity. Hal itu dikarenakan pola attachment anxiety memiliki definisi karakteristik yang sama dengan yang dimiliki oleh beberapa dari tipe kecemburuan, yaitu tipe jealousy self esteem dan tipe jealousy fear of loss. Seperti teori yang dikemukakan oleh Brennan, Clark, Shaver, Fraley & Waller, pola attachment anxiety merupakan perasaan seseorang tentang keberhargaan dirinya (self worth) dan berkaitan dengan seberapa tinggi individu merasa khawatir bahwa ia akan ditolak/ditinggalkan/tidak dicintai oleh figure attachment/significant others. Anxiety memiliki karakteristik tentang seseorang yang merasa dirinya tidak berharga dan tidak percaya diri, begitu pula dengan tipe kecemburuan self esteem yang ditandai dengan rasa ketidakcukupan dirinya atau rendah diri. Hal ini dikarenakan individu 2

merasa bahwa dirinya tidak pantas atau sepadan dengan pasangannya sehingga berpikir bahwa pasangannya akan mencari dan memilih orang lain yang lebih baik darinya. Dryden & Gordon (1994) juga mengatakan bahwa salah satu ciri-ciri orang yang mengalami kecemburuan adalah sikap merendahkan diri sendiri/rasa kurang menerima diri sendiri. Umumnya memiliki sedikit atau sama sekali tidak ada penghargaan atau kebanggaan terhadap diri sendiri. Semakin individu merasa tidak percaya diri, maka semakin ia akan merasa cemburu. Karakteristik yang sama lainnya dalam anxiety adalah tentang individu yang merasa khawatir akan ditinggalkan orang yang dicintainya, begitupun dengan tipe kecemburuan fear of loss yang ditandai dengan ketidakmampuannya menerima kehilangan pasangan. Individu yang memiliki tipe tersebut akan menjadi ketergantungan dengan pasangannya dan selalu ingin dekat dengan pasangannya. Jika berjauhan pun, ia akan merasa tertekan karena tidak adanya kehadiran pasangan disampingnya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Berscheid (dalam Brehm, 1992) yang juga mengatakan bahwa salah satu penyebab munculnya kecemburuan yang paling menonjol adalah dependence, yang merupakan sikap individu yang sangat tergantung dengan pasangannya dan ia meyakini bahwa hanya pasangannya saja yang dapat membuat dirinya bahagia dan tidak ada orang lain yang dapat menggantikannya, maka akan semakin besar pula kecemburuan yang dialami individu tersebut. Sikap dependence ini juga menjelaskan alasan mengapa beberapa orang tetap mempertahankan hubungan yang mereka jalin meskipun menyakitkan bagi mereka dikarenakan individu tersebut berpikir bahwa mereka tidak memiliki alternatif lain di luar hubungan yang mereka jalin. 3

Dengan adanya kekhawatiran akan ditinggalkan oleh pasangan tersebut, rasa kecemburuan itu pun akan makin meningkat kadarnya. Disaat seseorang sudah tenggelam dalam kecemburuan, entah karena tidak percaya diri maupun adanya ancaman orang ketiga, maka orang tersebut akan memiliki kecurigaan yang sangat ekstrim. Seperti konsep kecemburuan menurut Marazziti, Consoli, Albanese, Laquidara & Baroni (2010), dijelaskan bahwa seseorang yang sudah memiliki kecurigaan ekstrim akan sulit merubah kebiasaannya itu, dan akan sulit untuk mempercayai pasangannya, walaupun jika pasangannya itu sudah setia. Secara sadar maupun tidak sadar mereka akan mengendalikan tingkah laku pasangan, hal itu dikarenakan banyaknya asumsi-asumsi yang mereka pikir akan dilakukan pasangan terhadap mereka. Kecemburuan yang ditandai dengan kecurigaan ekstrim itulah yang merupakan tipe kecemburuan paranoid. Pola attachment anxiety juga memiliki hubungan yang signifikan dengan tipe kecemburuan obssesionality. Perasaan itu pun tidak akan muncul begitu saja secara tiba-tiba, melainkan pada saat seseorang merasa hubungannya terancam secara langsung maupun tidak langsung oleh orang ketiga yang dirasa akan merebut pasangannya darinya. Ketakutan yang sangat besar akan ditinggalkan oleh pasangannya, lama kelamaan kecemburuan itu bisa menjadi berlebihan dan tidak realistis. Hal tersebut yang merupakan tipe kecemburuan obssesionality. Tipe kecemburuan terakhir yang memiliki hubungan signifikan dengan pola attachment anxiety adalah tipe kecemburuan interpersonal sensitivity. Seseorang yang memiliki rasa kecemburuan, pada umumnya mempunyai sensitivitas yang tinggi juga. Seperti jika seseorang kehilangan pasangannya, hal itu akan menimbulkan rasa 4

sensitif yang berlebihan. Hal ini didukung oleh teori menurut Dryden & Gordon (1994) bahwa salah satu ciri-ciri orang yang mengalami kecemburuan adalah seseorang memiliki rasa sensitif berlebihan. Individu pencemburu yang memiliki sikap tersebut selalu merasa dikritik orang lain, meski tidak ada yang bermaksud begitu, selalu akan disalah-artikan kata-kata tersebut. Tidak hanya terhadap kritikan, tetapi sikap terlalu curiga juga merupakan sikap pencemburu. Pada umumnya mereka merasa curiga tanpa kejelasan terhadap sikap dan motif orang lain (Dryden & Gordon, 1994). Segala macam stimulus ataupun situasi eksternal yang biasa saja dapat dikira berpotensi mengancam hubungan pacarannya. Berdasarkan hasil pengolahan data, ternyata pola attachment avoidance memiliki korelasi/hubungan yang signifukan dengan tipe kecemburuan self esteem dan paranoid. Hal ini menjadi masuk akal dikarenakan seseorang yang memiliki pola attachment avoidance sebenarnya selalu menghindari intimasi tetapi pada dasarnya mereka juga membutuhkan pasangan. Dengan adanya orang tipe kecemburuan self esteem, dimana individu selalu merasa rendah diri, disaat ia melihat seorang lawan jenis berdekatan dengan pasangannya, maka ia akan menjauhi pasangannya karena merasa bahwa lawan jenis tersebut lebih pantas untuk pasangannya dibandingkan dirinya. Sedangkan orang dengan tipe kecemburuan paranoid memiliki kecurigaan yang ekstrim terhadap pasangannya, yang pada umumnya dikarenakan ia tidak mengenal pasangannya dengan baik. Oleh sebab itu seseorang dengan pola attachment avoidance akan mengalami kecemburuan sehingga sangat mencurigai pasangannya dan bereaksi menjauhi pasangannya karena dinilai sulit untuk dipercaya. 5

Hal lainnya adalah terdapat pertimbangan adanya faktor budaya yang muncul terkait dengan karakteristik dari alat ukur QUEGE yang dibuat oleh Marazziti, Consoli, Albanese, Laquidara & Baroni yang merupakan orang Italy. Terlihat dari tata bahasa item-item yang digunakan, bahasanya bersifat apa adanya dan sangat terbuka/to the point dengan situasi yang ada. Sedangkan orang Indonesia pada umumnya kurang memiliki keberanian dalam menyatakan perasaannya dan merasa tidak sepantasnya menunjukkan perasaannya itu secara terus terang. Namun untuk mengkaji hal ini perlu dilakukan penelitian berikutnya dimana alat ukurnya bisa kembali dibuat atau yang bukan hasil adaptasi yang disesuaikan dengan khas orang Indonesia. Dari hasil analisa tambahan yang menggunakan tabulasi silang, terlihat bahwa individu yang paling dominan dalam hal kecemburuan adalah yang memiliki tipe kecemburuan obsessionality dan posisi kedua diikuti oleh tipe kecemburuan fear of loss. Berdasarkan hasil tersebut yang dominan memiliki tipe kecemburuan itu adalah individu berjenis kelamin perempuan, dengan total 28 responden tergolong tipe kecemburuan obsessionality (36,8%) dan 22 responden tergolong tipe kecemburuan fear of loss (28,9%). Hal ini sangatlah wajar dikarenakan dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa individu berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki kecemburuan secara emosional, yang biasanya berkaitan dengan keidaksetiaan pasangan (Buss, dalam Brehm, 2002). Oleh karena itu, menyebabkan kecemburuan yang berlebihan dan rasa khawatir akan kehilangan/ditinggalkan oleh pasangannya. Namun perbandingan jenis kelamin perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian selanjutnya. 6

Dalam penelitian ini, subyek yang digunakan adalah mahasiswa fakultas Humaniora yang berkuliah di Binus University. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak bisa mengeneralisasikan gambaran pola attachment dan tipe kecemburuan pada dewasa awal secara meluas seperti di Jakarta, maupun di Indonesia. Tetapi setidaknya hasil penelitian ini tetap dapat mengeneralisir gambaran dewasa awal di Binus University secara keseluruhan. Penelitian tentang attachment dikalangan dewasa di Indonesia masih sangatlah sedikit. Hal ini terbukti dari sulitnya peneliti mencari literatur tentang topik attachment dan kecemburuan. Untuk itu alangkah baiknya jika digiatkan lebih banyak penelitian di ranah attachment dewasa serta pembuatan alat ukur attachment khas Indonesia. Alangkah baiknya jika terdapat pola attachment yang dibuat hanya untuk orang Indonesia. 2.3 Saran Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan untuk menjadi bahan pertimbangan penelitian selanjutnya yaitu tentang rumusan permasalahan yang diambil oleh peneliti hanyalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau tidak antara pola attachment dengan tipe-tipe kecemburuan. Jika ingin meneliti pola attachment Brennan, Clark, Shaver, Fraley & Waller lebih jauh, dalam arti ingin mengetahui bagaimana hubungan keempat pola attachment dengan kelima tipe kecemburuan, lebih baik membandingkan pola attachment memakai distribusi chi-square test. Setelah itu skor-skor dari masing-masing dimensi QUEGE diperbandingkan dengan pola attachment menggunakan Kruskal-Wallis dan Dunn test. 7

Bagi yang ingin melanjutkan ke penelitian berikutnya, peneliti juga menyarankan untuk memperluas subyek penelitian tidak hanya di satu tempat, saja agar dapat lebih baik dalam mengeneralisikannya. 8