BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35% pada awal tahun 1970an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. RTH yang ada sebagian bersar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan seperti jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan permukiman baru. Di Propinsi DKI Jakarta, Ruang Terbuka Hijau (RTH) tinggal 9,6 persen dari Total luas wilayah Propinsi DKI Jakarta 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²) (sumber : Kompas,25/09/2010). Saat memiliki rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per kapita sekitar 7,08 m 2, relatif masih lebih rendah dari kota-kota lain di dunia (lihat Gambar 1). Pada tahun 1965-1985, RTH di Jakarta tercatat 37,2 persen dari Luas wilayah DKI Jakarta (sumber: Kompas,25/09/2010). Sementara pertambahan penduduk di Jakarta meningkat antara tahun 2000 dan 2010 rata-rata terjadi penambahan penduduk 135.000 per tahun. Berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, Jumlah penduduk Jakarta kini mencapai 9,588 juta orang (sumber: Kompas,25/09/2010). 1
Gambar 1.1 Luas RTH di Beberapa Kota Dunia (sumber : Time-Saver Standards for Urban Design) Apalagi pertambahan penduduk terus terjadi, diperkirakan tahun 2011 jumlah penduduk Jakarta mencapai 11 juta orang. Pertambahan penduduk ini berhubungan erat dengan pemakaian lahan untuk pemukiman, dan Jakarta masih didominasi dengan pemukiman horizontal. Dari Gambar peta penutupan Lahan DKI Jakarta tahun 2010 yang dikeluarkan Bappenas dan BPS (Badan Pusat Statistik) (sumber: Kompas,25/09/2010). Tabel. 1.1 Kota yang dipilih: Area Terbangun, Kependudukan, dan Kepadatan rata-rata (sumber : Time-Saver Standards for Urban Design) 2
Kesulitan menambah RTH di permukiman padat penduduk diakui Pemkot Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Kedua daerah tersebut mempunyai permukiman padat penduduk, yakni Kecamatan Johar Baru dan Tambora (sumber: Kompas,25/09/2010). Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan sarana dan prasarana seperti tempat tinggal yaitu perumahan terus bertambah dan fasilitas-fasilitas kota yang menunjang keberlangsungan kota seperti jalan, pusat-pusat perbelanjaan, perkantoran dan fasilitas-fasilitas umum lainnya menyebabkan berkurangnya lahan untuk RTH sebagai penghalus suatu ruang dalam kota, yaitu suatu ruang dalam kota dapat diperhalus dengan pemakaian elemen hard (struktur, baik bangunan maupun perkerasan) dan elemen soft (tanaman). Sebagai Konsekuensi Logis dari pesatnya pembangunan fisik kota adalah meningkatnya kebutuhan lahan untuk pembangunan yang ternyata tidak diimbangi ketersediaan lahan yang memadai. Di sisi lain, potensi RTH pada lahan privat, seperti halaman atau pekarangan bangunan, belum diperhitungkan sumbangannya sebagai RTH Kota. Meskipun demikian, lahan hijau pada lahan privat juga tidak kalah rawannya untuk di konversi menjadi fungsi lain. Perlindungan dan pengendalian terhadap RTH privat halaman atau pekarangan sangat diperlukan, mengingat fungsi yang diemban, yaitu fungsi ekologis,sosial, dan estetika yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. 3
Pemerintah daerah telah membuat pedoman dan peraturan yang diakomodasikan dalam sutau perencanaan kota untuk mengatur penggunaan lahan seefesien mungkin, mencegah pertentangan kepentingan lahan, dan meningkatkan fungsi-fungsi lain, seperti fungsi sosial, estetika, dan ekologis pada setiap penggunaan lahan. Untuk mengantisipasi penggunaan penataan ruang kota, pemerintah daerah menggunakan parameter untuk mengukur intensitas ruang agar menambah RTH yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota khususnya Propinsi DKI Jakarta. Dalam upaya untuk menambah RTH di permukiman padat penduduk seperti di Propinsi DKI Jakarta, dan Kelurahan Johar Baru di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat Khususnya demi terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, maka sudah saatnya hal tersebut diberi perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang terbuka publik, khususnya RTH Privat. Lokasi penelitian berada di kawasan RW.01, Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Pada sisi Utara dibatasi oleh Kelurahan Kampung Rawa, sebelah Timur dibatasi oleh Kecamatan Cempaka Putih, Sebelah Selatan dibatasi oleh Kecamatan Cempaka Putih dan sebelah Barat dibatasi oleh Kecamatan Senen dan Kelurahan Tanah Tinggi. Luas Kelurahan Johar Baru 1.19 km², 13.191 Keluarga KK, 174 RT, 11 RW. Luas Wilayah RW.01 (20.920 m²) dengan Jumlah 15 RT dan termasuk dalam Permukiman yang Padat Penduduk di Kelurahan Johar Baru, Jakarta Pusat. 4
1.2. Rumusan Masalah Dari uraian diatas dapat diidentifikasikan permasalahan ruang terbuka hijau (RTH) Kawasan RW.01, Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta yaitu : 1. Kesulitan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Permukiman Padat (Kampung Kota), Khususnya Kawasan Kecamatan Johar Baru (Jakarta Pusat) Dan Tambora (Jakarta Barat). 2. Belum adanya Arahan RTH Privat di kawasan Kelurahan Johar Baru studi kasus RW.01. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kondisi/karakteristik penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat pada lokasi penelitian? 2. Bagaimana Arahan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat di Permukiman RW.01 Kelurahan Johar Baru? 1.4. Manfaat Penelitian 1. Masukan bagi pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menyusun perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) Privat di Kelurahan Johar Baru, agar tercipta karakter kota dengan kualitas lingkungan yang baik. 2. Masukan bagi Pemda Kotamadya Jakarta Pusat untuk menciptakan identitas kota dalam bentuk ruang terbuka hijau di Kelurahan Johar Baru. 5
1.5 Keaslian Penelitian Tabel. 1.2 Keaslian Penelitian (sumber : Perpustakaan Jurusan MDKB UGM) NO PENELITI THN JUDUL FOKUS LOKUS TEORI TEMUAN 1 Muhammad Zuhdan Fathoni 2007 Kajian Pengaruh Tata Vegetasi Terhadap Penciptaan Iklim Makro Ruang Jalan Kenyama nan Termal Jl. Sultan Agung, Jl. Soeroto, Jl. Lingkar Utara Yogyakarta Kenyamanan Termal Dan Tata Hijau Mengukur Kenyamanan Thermal & Tata Hijau di Kawasan Penelitian 2 Alfred Ndoen 2005 Identifikasi Faktor Faktor Tata Vegetasi Untuk Ruang terbuka Hijau Tata Hijau Di Pusat Kota Alun Alun Merdeka Kota Malang Ruang Terbuka Hijau Memetakan dan Mendata Tipologi RTH di Lokus 3 Nasrul Hadi 2002 Arahan Perancangan Tata Hijau Di Pusat Kota 4 Ardi Basri 2008 Konsep Kota Hijau Sebagai Model Perencanaan Kota Baru Pesisir Penghija uan Kota Kota Hijau Penggal Jl. Sudirman Kota Pekan Baru Kota Ternate Penghijauan Kota Dan Perancangan Lanscape Kota Hijau Kota Baru Kota pesisir Mengetahui Karakteristik Fisik Ruang Jalan, Elemen Jalan & Kegiatan serta Aktivitas serta kebutuhan Pemakai Mengetahui Konsep Tata Hijau bisa diterapkan pada Kawasan Pesisir 5 Freidrich Anthonni Oematan 2009 Tipologi Ruang Terbuka Hijau Tata hijau di Selokan Mataram Penggal Jl.Selokan Mataram Ruang Terbuka Hijau Mengetahui Potensi, Keseragaman Serta Bentuk RTH di kawasan Peneltian 6
1.7. Tujuan Penelitian 1. Mengoptimalkan peluang-peluang pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat Kawasan RW.01 Kelurahan Johar Baru? 2. Memberi Arahan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat di Permukiman RW.01 Kelurahan Johar Baru 1.8 Konsep Kerangka Pemikiran JUDUL ISSUE Arah Penyedian RTH di Kawasan Permukiman Padat (Kelurahan Johar Baru ) PERMASALAHAN TINJAUAN PUSTAKA 1.Fungsi RTH 2.Karekteristik RTH 3.Parameter dalam menentukan Kwalitas dan Kwantitas 3.Arah Penyediaan RTH Temuan Di lapangan PEMBAHASAN/ANALISIS TEMUAN-TEMUAN Hasil Analisis Deskriptif 1. Menganalisa Kwalitas dan Kwantitas RTH Privat di Kawasan RW. 01. 2. Arahan penyediaan RTH Privat di Kawasan RW. 01. KESIMPULAN & SARAN 7