BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh sebab itu, Gereja secara terbuka perlu memberikan jawabanjawaban yang kreatif dan inovatif atau yang terbaru, ketika menghadapi perubahan dan perkembangan. Beberapa pernyataan tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Gereja dalam memajukan pembangunan bangsa Indonesia. Pembangunan tersebut diarahkan kepada sumber daya manusia untuk mencapai perubahan dan pengembangan dalam segala aspek kehidupan baik secara individu maupun kelompok. Sementara itu, Darwito (2008) menjelaskan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dan utama sebagai penggerak dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun organisasi dalam skala kecil. Dengan kata lain, sumber daya manusia dipandang sebagai unsur yang sangat menentukkan keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Noermijati & Risti (2010) yang mengatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dilepaskan dari peran
sumber daya manusianya karena hal tersebut tidak dapat di pungkiri bahwa sumber daya manusia bukan hanya sematamata menjadi objek pencapaian tujuan, tetapi sekaligus menjadi pelaku untuk mewujudkan tujuan organisasi. Dengan adanya sumber daya manusia yang dimiliki, maka dapat menghasilkan pemimpin yang berkualitas bagi organisasi. Menurut Klann (2007), Pemimpin sejati adalah mereka yang secara efektif mengangkat dan membentuk kenyataan dengan hal yang tak berwujud seperti visi, harapan, semangat, moral, emosi, antusiasme, gairah dan jiwa. Karakter dan perilaku pemimpin yang dianggap positif dan konstruktif (membangun) bisa menjadi sangat menarik (atraktif) dan berpengaruh menghasilkan rasa hormat dan kepercayaan yang tinggi dan hubungan emosional yang lebih kuat antara pemimpin dengan bawahan mereka. Pada saat yang sama, karakter juga akan sangat menentukan kinerja dari pemimpin sehingga anggota memiiki persepsi yang baik terhadap pemimpinnya. Pada konteks organisasi Gereja Protestan Maluku, pendeta berperan sebagai Ketua Majelis jemaat sekaligus pemimpin gereja setempat. Jabatan pendeta tersebut memiliki peran, tugas dan tanggung jawab sebagai pelayan umat dan pemimpin dalam jemaat GPM yang diatur dalam Tata Gereja GPM 1998: Bab I dan Bab II, yang mengatakan a.l.: Memimpin serta bertanggungjawab atas ibadah, Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen.Melaksanakan pelayanan
penggembalaan bagi semua pelayan dan anggota jemaat.bersama Penatua dan Diaken bertanggungjawab atas penyelenggaraan katekisasi, pembinaan umat, pendidikan agama Kristen di sekolah.bersama Penatua dan Diaken bertanggung jawab atas pelaksanaan Pekabaran Injil, Pelayanan Kasih dan Keadilan.Membina serta mendorong semua warga jemaat untuk menggunakan potensi dan karunia yang diberikan Tuhan secara bertanggung jawab. Melaksanakan fungsi organisasi dalam Gereja Protestan Maluku sesuai ketentuan Tata Gereja dan Peraturan- Peraturan Gereja yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin jemaat (pendeta) dibantu oleh penatua dan diaken. Dan proses koordinasi pelayanan tersebut dikenal dengan asas kolegial (Tata peraturan GPM) artinya, secara struktur memiliki kedudukan yang berbeda. Namun secara koordinasi pelaksanaan pelayanan antara pemimpinjemaat dan patner kerja (penatua dan diaken) memiliki fungsi kontrol yang sama yakni, secara bersama-sama mengkoordinasikan pelayanannya. Proses koordinasi pelayanan itu penting dilakukan secara efektif supaya, tujuan dan proses pelayanan dapat berjalan dengan baik. Terlebih penting pendeta selaku pemimpin mampu memiliki kemampuan manajerial mencakup; perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan
evaluasi. Dengan demikian dalam proses kepemimpinannya (pendeta) dapat memberikan pengaruh positif bagi patner kerjanya namun juga bagi warga jemaat. Di sinilah pentingnya pemimpin memiliki kinerja yang b aik agar tujuan organisasi dalam hal ini visi, misi gereja bisa tercapai. Umat atau warga juga dengan mudah menilai apakah kinerja pemimpin mereka baik atau tidak. Kepemimpinan pendeta terkadang dipersepsikan secara berbeda oleh setiap anggota organisasi. Penelitian Latumahina (2011) membuktikan bahwa cara pandang anggota jemaat terhadap pemimpinya dapat di lihat dari dua sisi yang berbeda yakni, dari sisi negatif dan positif. Pemahaman jemaat yang negatif disebabkan, proses manajemen pelayanan kepada anggota jemaat yang kurang baik, timbulnya rasa resah, kegelisahaan, dan rasa tidak nyaman terhadap cara hidup pendeta dalam kegiatan formal gereja, dan terutama pendeta dalam pelayanan maupun kehidupan kesehariannya. Sedangkan dari sisi positif pendeta dipandang sebagai hamba Tuhan yang melakukan pelayanan dengan baik dan menjadi teladan. Kerja keras pendeta dengan kesungguhan dan kegigihannya dalam melayani jemaat, serta spritualitas pendeta telah melahirkan terciptanya rasa hormat jemaat, sehingga menunjukan cara pandang yang positif dari anggota jemaat. Pendeta sebagai pemimpin dalam organisasi gereja memiliki peran penting yang mampu menguatkan aspek pemberdayaan jemaat dan memanajemen proses pelayanan.
Namun menurut Prodjowijono (2008) pendeta tidak hanya melihat aspek-aspek itu saja, tetapi pendeta dalam konteks organisasi gereja diharapkan juga menjadi manajer bagi anggota organisasi. Artinya bahwa, kehadiran atau kepemimpinannya menjadi perekat dan solusi atas masalahmasalah yang di hadapi jemaat.sebagai pemimpin organisasi gereja dan pelayan perlu menunjukan karakter kepada jemaat yang dapat memberikan teladan.untuk itu kekuatan karakter seorang pendeta yang sesuai dengan lingkungan jemaat sangat diperlukan, yakni bertanggung jawab menjadi pemimpin yang tepat, dalam waktu yang tepat. Warga gereja saat ini semakin kritis, karena tingkat pendidikannya juga semakin tinggi.warga gereja juga ingin lebih dilibatkan dalam membuat kebijakan dan kegiatan gereja. Oleh karenanya warga gereja memiliki berbagai persepsi yang berbeda terhadap para pemimpin gereja (pendeta) dalam hal ini pelayanan, khususnya penilaian kinerja (Meza, 2013) dan gaya kepemimpinannya yang seharusnya Servant Leadership (Wilhelmina & Suharti, 2013). Disisi yang lain perbedaan-perbedaan pendapat sering menimbulkan konflik-konflik yang mengakibatkan kerengganan antar warga gereja dan pemimpin gereja (Soleman, 2014). Oleh karena itu, di dalam menyikapi hal ini, tentunya kecermatan dan kearifan pendeta yang didasarkan pada kriteria yang mengacu pada prinsip-prinsip dasar teologi dan etis dan berdasarkan Alkitab merupakan dasar yang
paling utamadan yang sangat penting lagi adalah karakter pendetanya sebagai seorang pemimpin. Gereja Protestan Maluku (GPM) sebagai institusi maupun gerakanpersekutuan membutuhkan pola penataan pelayanan.pola penataan pelayanan dibutuhkan untuk pengembangan pelayanan ke arah yang lebih baik.peran pendeta dalam penataan pelayanan dianggap penting karena pendeta merupakan pemimpin dalam jemaat. Secara sederhana pendeta dapat dipahami sebagai pelayan khusus yang dipanggil Kristus sebagai pelayan dalam gereja untuk menjadi alat kesaksian dan pelayanan di dunia sehingga iahadir untuk menyatakan tanda-tanda Syalom Allah. Pengertian tersebut memberikan arti bahwa kebutuhan akan pengembangan sumber daya manusia dilihat dari kinerja pendeta dalam sebuah organisasi gereja menjadi salah satu aspek penting karena merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kemajuan suatu organisasi yang dinilai dari hasil akhirnya (Kuntjoro, 2002; Prawirosentono 1999). Secara khusus pada konteks gereja, penelitianpenelitian yang selama ini dilakukan di Gereja Protestan Maluku masih seputar masalah servant leadership, sedangkan penelitian tentang kinerja hanya memfokuskan pada kepemimpinan yang dikaitkan dengan penilaian kinerja pada tingkat Klasis Pulau-Pulau Aru (Labetubun, 2014; Wilhelmina & Suharti, 2013) dan belum mengkhususkan pada konteks jemaat yang notabene merasakan dan bekerja bersama dalam pelayanan kejemaatan untuk memajukan organisasi. Selain
itu penelitian-penelitian tersebut masih terpisah pisah dan belum menfokuskan pada persepsi warga jemaat terhadap karakter pendeta dan kinerjanya. Padahal masalah yang terjadi pada kinerja pendeta di GPM Hative Besar ialah kinerja pendeta yang kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pendeta. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerenggangan antara pendeta dengan warga jemaat di GPM Hative Besar. Informasi yang didapatkan ini berdasarkan laporan warga jemaat kepada Majelis Jemaat, bahwa terdapat kerenggangan antara pendeta dengan anggota jemaat yang mengakibatkan persepsi jemaat yang berbeda terhadap pendeta dengan alasan kinerja pendeta yang tidak memuaskan dan karakter pendeta itu sendiri terkadang membuat jemaat merasa tidak nyaman. Penelitian ini difokuskan pada: Persepsi Warga Jemaat terhadap kinerja pendeta dan karakter pendeta di Gereja Protestan Maluku Jemaat Hative Besar yang sekaligus menjadi judul dari tesis ini. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi warga jemaat terhadap kinerja pendeta di GPM Jemaat Hative Besar? 2. Bagaimana Persepsi warga jemaat terhadap karakter pendeta di GPM Jemaat Hative Besar?
3. Bagaimana hubungan persepsi warga jemaat tentang karakter dan kinerja pendeta di GPM Jemaat Hative Besar? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan Persepsi warga jemaat terhadap kinerja pendeta di GPM Jemaat Hative Besar. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis Persepsi warga jemaat terhadap karakter pendeta di GPM Jemaat Hative Besar. 3. Mendeskripsikan kaitan antara persepsi warga terhadap karakter pendeta dan kinerja pendeta di GPM jemaat Hative Besar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Para pendeta sebagai pelayan Tuhan untuk mengetahui bagaimana persepsi warga jemaat terhadap kinerja pendeta. Pendeta juga perlu untuk mengetahui bagaimana persepsi warga jemaat terhadap karakter pendeta. Dengan demikian Pendeta bisa melakukan Pelayanan yang terbaik
sesuai dengan harapan jemaat dan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi berguna untuk pengembangan calon-calon pelayan/pendeta atau penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Teoritis : Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya referensi di bidang Manajemen Gereja.